Anda di halaman 1dari 25

GOOD GOVERNANCE

DEPARTEMEN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pengertian

• Governance=pemerintahan  tata pemerintahan, penyelenggaraan negara, atau


pengelolaan.
• Governance menunjuk pada pengertian bahwa kekuasaan tidak lagi semata-mata
dimiliki atau menjadi urusan pemerintah.
• Governance menekankan pada pelaksanaan fungsi governing secara bersama-sama
oleh pemerintah dan institusi lainnya yaitu LSM, swasta dan warga negara. Tidak
semata-mata tekanan pada Pemerintah arti sempit.
• Institusi non pemerintah pun dapat memegang peran dominan dalam governance.
GOOD GOVERNANCE & ABBB

• Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur (abbb): asas-asas/dasar umum


pemerintahan yang layak/baik. Lahir sebagai akibat dari penerapan freies
ermessen/discreation dalam konteks rechtsstaat. Hal ini dilakukan untuk
menghindari onrechtmatigedaad, detournement de pouvoir, abus de droit, dan
ultravires.
• ABBB lebih difokuskan pada internal pemerintah (dalam artian luas dan
sempit); sedangkan Good Governance, fokusnya diperluas, yaitu dengan
melibatkan pihak non pemerintah, seperti civil society organization (CSO)
atau pihak swasta.
MENGAPA INDONESIA MEMBUTUHKAN GOOD GOVERNANCE?

1. Krisis ekonomi dan politik yang tidak jelas kapan


berakhirnya,
2. Korupsi yang merajalela dalam berbagai bentuk,
3. Kebijakan otonomi daerah dalam memenuhi proses
demokratisasi, optimalisasi pelayanan birokrasi pemerintahan
dan sektor swasta untuk memenuhi kebutuhan atau
kepentingan publik.
WORLD BANK

Good Governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen


pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi
dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal
and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
UNDP

Good Governance:
Pelaksanaan politik, ekonomi dan administrasi dalam mengelola masalah
bangsa yang berjalan dengan baik jika dilakukan secara efektif dan
efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat dalam suasana demokratis,
akuntabel dan transparan.
KESIMPULAN

• Suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan


bersama oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat madani.
• Kesepakatan tersebut mencakup keseluruhan bentuk mekanisme,
proses, lembaga-lembaga di mana warga dan kelompok masyarakat
mengutarakan kepentingannya, menggunakan hak hukum, memenuhi
kewajiban dan menjembatani perbedaan di antara mereka.
3 PILAR PENDUKUNG

1. Negara
2. Sektor swasta
3. Masyarakat madani (civil society)

• Negara mampu mengubah pola pelayanan birokrasi elitis menuju


birokrasi populis.
• Sektor swasta sebagai pengelola sumber daya memberikan
kontribusi positif bagi masyarakat.
• Organisasi masyarakat menjadi kekuatan penyeimbang.
NEGARA

a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil.


b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan.
c. Menyediakan public services yang efektif dan akuntabel
(Quick Wins- Reformasi Birokrasi).
d. Menegakkan HAM.
e. Melindungi lingkungan hidup.
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik.
SEKTOR SWASTA

a. Menjalankan industri.
b. Menciptakan lapangan kerja.
c. Menyediakan insentif bagi karyawan.
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat.
e. Memelihara lingkungan hidup.
f. Menaati peraturan.
g. Melakukan transfer ilmu pengetahuan dan tehnologi kepada masyarakat.
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM.
MASYARAKAT MADANI

a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi,


b. Mempengaruhi kebijakan publik,
c. Sebagai sarana checks and balances pemerintah,
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial oleh
pemerintah,
e. Mengembangkan SDM,
f. Menjadi sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat.
INDIKATOR

Kemampuan ekonomi rakyat meningkat baik dalam aspek


produktifitas maupun daya beli, kesejahteraan meningkat, ada
rasa aman dan sense of nationality baik.
PRINSIP-PRINSIP
Untuk mencapai pengelolaan pemerintahan yang baik harus mengikuti kaidah-kaidah atau prinsip-
prinsip dasar Good Governance (adopted by LAN), yaitu:
• Partisipasi (participation)
• Tegaknya supremasi hukum (rule of law)
• Transparansi (transparency)
• Responsif (responsiveness)
• Berorientasi pada konsensus (consensual oriented)
• Kesetaraan (equality)
• Efektifitas dan efisiensi (effectiveness and efficiency)
• Akuntabilitas (acountability)
• Visi strategis (strategic vision)
1. PARTISIPASI
(PARTICIPATION)

• Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik


secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili
kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan
kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk
berpartisipasi secara konstruktif.
• Namun penyampaian tersebut masih dalam koridor yang disepakati bersama.
• Paradigma birokrasi harus menjadi public servant untuk memberikan pelayanan
yang efektif dan efisien.
2. TEGAKNYA SUPREMASI HUKUM
(RULE OF LAW)

• Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di
dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia. Yang didalamnya harus
terdapat supremasi hukum, kepastian hukum, hukum yang responsif, penegakkan
hukum yang konsisten dan non-diskriminatif, dan independesi peradilan.
• Dalam UU No.28 Tahun 1999, prinsip ini dapat dipadankan dengan Asas Kepastian
Hukum, yang artinya asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggara negara.
3. TRANSPARANSI
(TRANSPARENCY)

• Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh


proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi dapat diakses
oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia
harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
• Penetapan posisi jabatan atau kedudukan berdasarkan merit (expertice)
system.
• Kekayaan pejabat publik harus dilaporkan, misal LHKPN. Polemik?
Kemudian tidak dipublikasikan.
4. RESPONSIF
(RESPONSIVENESS)

• Pemerintah peka terhadap persoalan dan kebutuhan masyarakat.


• Setiap unsur pemerintah harus memiliki etik:
1. Etik individual  memiliki kapabilitas dan loyalitas profesional.
2. Etik sosial  memiliki sensitifitas terhadap berbagai kebutuhan publik.
5. BERORIENTASI PADA KONSENSUS
(CONSENSUAL ORIENTED)

• Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan


yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal
apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila
mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-
prosedur.
• Unsur ini harus didukung:
1. Kultur demokrasi.
2. Peraturan dalam pengambilan keputusan.
6. KESETARAAN
(EQUALITY)

• Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan


memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka.
• Unsur ini harus memperhatikan segi pluralisme bangsa
(etnik, agama dan budaya) .
7. EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI
(EFFECTIVENESS AND EFFICIENCY)

• Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai


kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya
yang ada seoptimal mungkin.
• Parameter efektifitas:
Produk yang dihasilkan dapat menjangkau sebesar-besar kepentingan
masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial.
• Parameter efisiensi:
Rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat 
semakin kecil biaya untuk kepentingan yang besar .
8. AKUNTABILITAS
(ACCOUNTABILITY)

• Akuntabiltas Berarti Pertanggungjawaban Kepada Publik


Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi
masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada
lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut
berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.
• Akuntabilitas Vertikal:
Pertanggungjawaban pemegang kekuasaan kepada rakyat atau
pertanggungjawaban pejabat kepada yang memberikan amanah tugas.
• Akuntabilitas Horizontal:
Pertanggungjawaban pemegang jabatan publik kepada lembaga yang setara.
9. VISI STRATEGIS
(STRATEGIC VISION)

• Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh
ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia,
serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan
perkembangan tersebut.
• Para pemimpin harus memiliki pemahaman atas kompleksitas
kesejarahan, budaya, dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif
tersebut.
VISI PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2005–2025
UU NO. 17 THN 2007 TTG RPJP

Mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam


Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk
dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan
kemakmuran yang ingin dicapai.
READING ASSIGNMENT

• Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD
1945, hlm. 37-110.
• Jimly Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitutionalisme di Indonesia, hlm. 163-254.
• KRHN, Lembaga-Lembaga Negara, hlm. 29-85.
• UU yang terkait dengan kewenangan setiap pokok bahasan.
ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK
Tabel 1. Perbandingan Asas Umum Pemerintahan yang Baik berdasarkan UU No. 28
Tahun 1999 dan UU No. 30 Tahun 2014
Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Negara Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik
(UU No. 28 Tahun 1999) (UU No. 30 Tahun 2014)

Kepastian hukum Kepastian hukum


Tertib penyelenggaraan negara Kemanfaatan
Kepentingan umum Ketidakberpihakan
Keterbukaan Kecermatan
Proposionalitas Tidak menyalahgunakan kewenangan
Profesionalitas Keterbukaan
akuntabilitas Kepentingan umum
  Pelayanan yang baik

Anda mungkin juga menyukai