Anda di halaman 1dari 16

Lex Crimen Vol. II/No.

2/Apr-Jun/2013

PENERAPAN HUKUM MILITER TERHADAP dikeluarkan Surat Keputusan KASAD Nomor


ANGGOTA TNI YANG MELAKUKAN TINDAK : SKEP/239/VII/1996 mengenai Petunjuk
PIDANA DESERSI1 Penyelesaian Perkara Pidana di Lingkungan
Oleh: Tomy Dwi Putra2 TNI AD, sebagai penjabaran dari Skep
Pangab Nomor : Skep/71 l/X/1989 tentang
ABSTRAK penyelesaian perkara pidana di lingkungan
Tujuan dilakukannya penelitian ini ABRI.
adalah untuk mengetahui: bagaimana Dalam hal terjadinya suatu tindak pidana
penerapan Hukum Militer terhadap pelaku yang dilakukan oleh anggota TNI, maka
Tindak Pidana Desersi dan bagaimana Polisi Militer wajib melakukan tindakan
hubungan antara Kitab Undang-Undang penyidikan sesuai dengan tata cara dan
Hukum Pidana Militer dengan Kitab prosedur yang diatur dalam Kitab Undang-
Undang-Undang Hukum Pidana Umum. Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan
Dengan metode yuridis normatif Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997.
disimpulkan bahwa: 1. Bahwa penerapan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 31 tahun
hukum militer terhadap pelaku tindak 1997 :
pidana desersi sebagai Anggota Militer Hak penyidik pada;
(TNI) ancaman hukumannya lebih berat 1. Para Ankum Terhadap anak buahnya
dibandingkan dengan ancaman hukuman (Ankum)
yang terdapat pada KUHP (dipandang 2. Polisi militer (POM)
kurang memenuhi rasa keadilan) ; karena 3. Jaksa-jaksa Militer di lingkungan
militer dipersenjatai guna menjaga Peradilan Militer (Oditur Militer)
keamanan ; justru dipergunakan desersi. 2. Dengan demikian Polisi Militer adalah
Bahwa hubungan antara KUHPM dengan salah satu tulang punggung yang
KUHP, suatu hubungan yang tidak dapat menegakkan norma-norma hukum di dalam
terpisahkan karena KUHPM merupakan lingkungan TNI. Sesuai fungsi Polisi Militer
bagian dari KUHP ; KUHP berlaku bagi yang merupakan fungsi teknis, secara
setiap orang dengan demikian bagi militer langsung turut menentukan keberhasilan
(TNI), berlaku KUHP, dan bagi Militer (TNI) dalam pembinaan TNI maupun
yang melakukan tindak pidana deersi akan penyelenggaraan operasi Hankam. Selain
diperlakukan / diterapkan aturan khusus itu untuk meningkatkan kesadaran hukum,
yakni KUHPM, hal ini merupakan disiplin dan tata tertib yang merupakan
penyimpangan dari KUHP. syarat utama dalam kehidupan prajurit
Kata kunci: desersi yang tercermin dalam sikap perilaku,
tindakan dan pengabdiannya maka
PENDAHULUAN diperlukan adanya pengawasan secara
A. Latar Belakang ketat dan berlanjut yang dilakukan oleh
Untuk penyelesaian tindak pidana dalam Polisi Militer.
lingkungan Tentara Nasional Indonesia Berdasarkan uraian tersebut di atas,
(TNI) diperlukan adanya peraturan guna maka penulis memilih judul : Penerapan
mencapai keterpaduan cara bertindak Hukum Militer Terhadap Anggota Tni Yang
antara para pejabat yang diberi Melakukan Tindak Pidana Desersi.
kewenangan dalam penyelesaian perkara
pidana di lingkungan TNI. Oleh karena itu, B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan Hukum Militer
1
Artikel Skripsi terhadap pelaku Tindak Pidana
2
NIM. 080711264. Mahasiswa Fakultas Hukum Desersi?
Universitas Sam Ratulangi, Manado.

5
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

2. Bagimana hubungan antara Kitab justisiabel, dalam hal ini militer (dan yang
Undang-Undang Hukum Pidana Militer dipersamakan) maka Hukum Pidana Militer
dengan Kitab Undang-Undang Hukum adalah salah satu Hukum Pidana yang
Pidana Umum? secara khusus berlaku bagi militer (dan
yang dipersamakan) di samping berlakunya
C.Metode Penelitian Hukum Pidana lainnya (umum dan khusus
Penelitian yang dilakukan dalam dalam arti pembagian pertama tersebut
penulisan ini yaitu dengan menggunakan 9.a.).
penelitian pustaka (library research) yaitu Dari uraian tersebut mudah kiranya
metode penelitian yang dilakukan dengan difahami, bahwa karena yang berlaku bagi
cara membaca dan mempelajari teori-teori seseorang militer (atau justisiabel peradilan
yang relevan dengan pokok permasalahan. militer) bukan saja hanya Hukum Pidana
Data yang terkumpul ini kemudian Militer, melainkan juga Hukum Pidana
diolah dengan mempergunakan metode Umum dan ketentuan-ketentuan dalam
pengolahan data yang terdiri dari:Metode Hukum Pidana Umum (yang pada dasarnya
yuridis normatif yaitu metode penambahan digunakan juga oleh Hukum Pidana Militer
dengan berpegang pada norma atau kaidah dengan beberapa pengecualian), maka para
hukum yang berlaku. Metode pembahasan penegak hukum terutama yang
ini digunakan sesuai dengan kebutuhannya berkecimpung dalam badan-badan
untuk menghasilkan pembahasan yang peradilan militer harus menguasai baik ilmu
dapat diterima baik dari segi yuridis Hukum Pidana Umum maupun ilmu Hukum
maupun dari segi ilmiah. Pidana Militer.
Tindak pidana militer terdiri dari :
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Jenis tindak pidana/delik.
A. Penerapan Hukum Militer Terhadap Delik-delik dapat dibeda-bedakan.
Pelaku Tindak Pidana Desersi Lihatlah pembedaan tindak
Bila ditinjau dari sudut justisiabel maka pidana/delik dalam ajaran umum.
HP militer (dalam arti material dan formal) Salah satu pembagiannya ialah tindak
adalah bagian dari hukum positif, yang pidana umum berhadapan dengan
berlaku bagi justisiabel peradilan militer, tindak pidana khusus. Salah satu
yang menentukan dasar-dasar dan kelompok tindak pidana khusus
peraturan-peraturan tentang tindakan- adalah tindak pidana militer.
tindakan yang merupakan larangan dan b. Tindak pidana militer.
keharusan serta terhadap pelanggarnya Tindak pidana militer yang pada
diancam dengan pidana, yang menentukan umumnya terdapat dalam KUHPM
dalam hal apa dan bilamanapelanggar dapat dibagi dua bagian yaitu :
dapat dipertanggungjawabkan atas - Tindak pidana militer murni
tindakannya dan yang menentukan juga (zuivermilitairedelict) dan
cara penuntutan, penjatuhan pidana dan - tindak pidana militer campuran
pelaksanaan pidana, demi tercapai- nya (gemengdemilitairedelict).
keadilan dan ketertiban hukum. 1) Tindak pidana militer murni
Suatu catatan penting untuk pengertian adalah tindakan-tindakan
tersebut di atas ialah bahwa pengertian itu terlarang/ diharuskan yang
didasarkan kepada: terhadap siapa Hukum pada prinsipnya hanya
Pidana tersebut berlaku. Jadi bukan mungkin dilanggar oleh
mendasari: Hukum Pidana apa saja yang seorang militer, karena
berlaku bagi justisiabel tersebut. Dengan keadaannya yang bersifat
perkataan lain apabila ditinjau dari sudut khusus atau karena suatu

6
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

kepentingan militer karena ancaman pidana dalam


menghendaki tindakan Undang-Undang Hukum
tersebut ditentukan sebagai Pidana Umum itu dirasakan
tindak pidana. Disebutkan kurang memenuhi keadilan,
pada prinsipnya, karena meng- ingat hal-hal khusus
seperti akan ternyata nanti yang melekat pada seseorang
dalam uraian-uraian tindak militer. Misalnya: seseorang
pidana-tindak pidana tersebut, militer sengaja dipersenjatai
ada perluasan subjek-militer untuk menjagakeamanan,
tersebut. Contoh tindak pidana malahan justru dia
militer murni antara lain mempergunakan senjata
adalah : tersebut untuk memberontak;
a) Seseorang militer yang para militer ditempatkan
dalam keadaan perang dalam suatu chambre tanpa
dengan sengaja dibatasi oleh tembok/dinding
menyerahkan seluruhnya karena pada mereka telah
atau sebahagian dari suatu dipupukkan rasa korsa (corps
pos yang diperkuat kepada geest) akan tetapi justru salah
musuh tanpa ada usaha satu dari mereka melakukan
mempertahankannya pencurian di chambre
3
sebagaimana tersebut.
dituntut/diharuskan dari Selanjutnya Militer sebagai subjek dari
padanya (ps. 73 KUHPM); tindak pidana seseorang militer termasuk
b) Kejahatan desersi (ps-87 subjek tindak pidana umum dan juga subjek
KUHPM); dari tindak pidana militer. Dalam hal terjadi
c) Meninggalkan pos suatu tindak pidana militer campuran
penjagaan (ps-118 KUHPM). (gemengdemilitairedelict), militer tersebut
2) Tindak pidana militer campuran secara berbarengan adalah subjek dari
adalah tindakan-tindakan tindak pidana umum dan tindak pidana
terlarang atau diharuskan yang militer yang juga berbarengan
pada pokoknya sudah (eendaadsesamenloop, concursusidealis).
ditentukan dalam perundang- Apabila diperhatikan ketentuan ps. 1 ayat
undangan lain, akan tetapi (2) KUHP yang pada prinsipnya
diatur lagi dalam KUHPM (atau menghendaki penerapan ketentuan
dalam Undang-Undang Hukum pidana yang menguntungkan bagi
Pidana Militer lainnya) karena tersangka, dalam hal tersebut di atas
adanya sesuatu keadaan yang tentunya dikehendaki penerapan tindak
khas militer atau karena pidana umum yang ancaman pidana lebih
adanya sesuatu sifat yang lain, ringan. Akan tetapi ps. 63 KUHP
sehingga diperlukan ancaman menentukan lain yaitu: penerapan
pidana yang lebih berat, ketentuan pidana pokok yang paling berat
bahkan mungkin lebih berat (ayat pertama), atau penerapan ketentuan
dari ancaman pidana pada pidana yang khusus (ayat kedua). Karena
kejahatan semula dengan justru alasan pengkitaban KUHPM secara
pemberatan tersebut dalam
ps-52 KUHP. Alasan 3
pemberatan tersebut, adalah S.R. Kanter,Hukum Pidana Militer, 1985, edisi
Revisi, BPK. Gunung Mulia, OD/3323/114/85

7
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

khusus (tersendiri) adalah antara lain 2) bentuk desersi sebagai peningkatan


pemberatan ancaman pidana, maka dalam dari kejahatan ketidakhadiran tanpa
hal terjadi suatu delik militer campuran, izin (ps. 87 ayat 1 ke-2 dan ke3).
yang diterapkan adalah ketentuan pidana Ada empat macam cara atau
yang tercantum dalam KUHPM, sesuai keadaan yang dirumuskan sebagai bentuk
ketentuan ps. 63 KUHP. desersi murni yaitu :
Bahwa dalam tindak pidana desersi dan 1) militer yang pergi dengan maksud
bentuknya dapat dilihat dalam Pasal 87 untuk menarik diri untuk selamanya
sebagai berikut : dari kewajiban-kewajiban dinasnya.
1) Diancam karena desersi, militer : 2) militer yang pergi dengan maksud
ke-1, Yang pergi dengan maksud untuk menghindari bahaya perang;
menarik diri untuk selamanya dari 3) militer yang pergi dengan maksud
kewajiban-kewajiban dinasnya, untuk menyeberang ke musuh;
menghindari bahaya perang, 4) militer yang pergi dengan maksud
menyeberang ke musuh, atau untuk memasuki dinas militer pada
memasuki dinas militer pada suatu suatu negara atau kekuasaan lain
negara atau kekuasaan lain tanpa tanpa dibenarkan untuk itu.
dibenarkan untuk itu;
ke-2, Yang karena salahnya atau Unsur bersifat melawan hukum yang
dengan sengaja melakukan tersirat
ketidakhadiran tanpa izin dalam Yang dimaksud dengan pergi adalah
waktu damai lebih lama dari tiga perbuatan :
puluh hari, dalam waktu perang 1) menjauhkan diri dari ;
lebih lama dari empat hari; 2) menyembunyikan diri dari;
ke-3, Yang dengan sengaja 3) meneruskan ketidakhadiran pada atau;
melakukan ketidakhadiran tanpa 4) membuat diri sendiri tertinggal untuk
izin dan karena- nya tidak ikut sampai pada, suatu tempat atau
melaksanakan sebagian atau tempat-tempat di mana militer itu
seluruhnya dari suatu per- jalanan seharusnya berada untuk memenuhi
yang diperintahkan, seperti yang kewajiban-kewajiban dinas yang
diuraikan pada pasal 85 ke-2 ditugaskan kepadanya (ps. 95).
2) Desersi yang dilakukan dalam waktu Sebagaimana diketahui salah satu unsur
damai, diancam dengan pidana dari tiap-tiap kejahatan adalah bersifat
penjara maksimum dua tahun melawan hukum baik ia secara tersurat
delapan bulan. maupun secara tersirat dirumuskan. Lihat
3) Desersi yang dilakukan dalam waktu putusan M.A. no. 30/K/Kr/1969 tanggal 6-6-
perang, diancam dengan pidana 1970. Dalam ps. 87 (1) ke-1 unsur bersifat
penjara maksimum delapan tahun melawan hukum hanya secara tersirat
enam bulan.4 dirumuskan yang dapat disimpulkan dari
salah satu maksud tersebut 1), 2) dan 3)
Bentuk-bentuk desersi yang terkandung pada pelaku dan yang
Dari perumusan ps. 87 dapat harus dikaitkan dengan perbuatan
disimpulkan ada dua bentuk desersi yaitu: kepergiannya itu. Seorang militer yang
1) bentuk desersi murni (ps. 87 ayat 1 ke- bermaksud menarik diri untuk selamanya
1) dan dari kewajiban-kewajiban dinasnya,
menghindaribahaya perang tersebut,
selama maksud tersebut berada pada hati
4 sanubarinya sendiri, tidak diwujudkan
Ibid, hal.273

8
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

dengan suatu tindakan yang nyata, maka baru dapat diterapkan pasal ini? Jika baru
selama itu maksud tersebut belum dapat hanya sebahagian saja terwujud, dapatkah
dikatakan atau dicap sebagai perbuatan pasal ini diterapkan? Pertanyaan-
yang bersifat melawan hukum. Demikian pertanyaan ini erat sekali hubungannya
juga perbuatan pergi, belum tentu sudah dengan unsur kejiwaan pelaku. Adalah
merupakan perbuatan bersifat melawan sukar dapat diharapkan pengakuan-
hukum. Jika kepergian itu tanpa izin, sudah pengakuan yang terus terang dari pelaku.
jelas sifat melawan hukumnya dari kata- Dan kalaupun ia terus terang
kata tanpa izin tersebut. Akan tetapi jika mengakuinya, namun pengakuan ini harus
kepergian itu karena sudah mendapat izin diperkuat dengan alat-alat/daya
(misalnya : cuti), maka kepergian itu tidak pembuktian lainnya.
bersifat melawan hukum. Oleh karena itu Ternyata maksud pembuat undang-
baru setelah maksud tersebut diwujudkan undang tidaklah harus sudah terwujud
dengan suatu tindakan (yang dalam hal ini seluruhnya maksud itu, baru dapat
kepergiannya itu) terdapat sifat melawan diterapkan pasal ini. Uraian di atas ini dapat
hukum dari tindakan tersebut. Jadi jika juga disimpulkan dari kata-kata : menarik
seorang militer meninggalkan tempat - diri untuk selamanya. Artinya kalau
tugasnya karena sudah mendapat izin cuti, petindak itu sudah mati, barulah secara
tetapi ternyata kemudian ia bermaksud pasti dapat dikatakan ia tidak mungkin lagi
untuk tidak akan kembali lagi untuk kembali atau ditangkap untuk dikembalikan
selamanya ke tempat tugasnya, tindakan ke tempat tugasnya. Dalam hal ini bukanlah
tersebut sudah merupakan perbuatan yang dimaksudkan untuk mengancamkan pidana
bersifat melawan hukum walaupun kepada yang mati. Oleh karena itu
kepergiannyaitu dengan izin. Sekali kesimpulannya ialah bahwa jika dari suatu
perbuatan/tindakan itu telah memenuhi kenyataan-kenyataan yang terjadi yang
unsur- unsur kejahatan desersi.5 mengikuti atau berbarengan dengan
Di samping istilah dengan maksud perbuatan pergi, sudah dapat dipastikan
yang dirumuskan dalam ayat (1) ke-1, yang atau layak dianggap bahwa kelanjutan dari
pada diri istilah itu mengancung pengertian kenyataan-kenyataan tersebut tidak lain
kesengajaan, juga pada kata-kata pergi itu dari pada proses perwujudan maksud
terkandung unsur kesengajaan. Jadi pelaku. Karenanya ps. 87 (1) ke-1 sudah
perbuatan pergi (menjauhkan diri, dapat diterapkan kepada pelaku tersebut.
menyembunyikan diri. meneruskan Dengan demikian maka penjelasan dari
ketidakhadiran atau membuat diri sendiri beberapa maksud pelaku adalah sebagai
tertinggal) dilakukan dengan kesadaran berikut :
atau sesuai dengan kehendaknya yang 1) Menarik diri untuk selamanya dari
dalam hal ini adalah untuk mewujudkan kewajiban-kewajiban dinasnya,
maksudnya. Arti dari untuk selamanya ialah tidak
akan kembali lagi ke tempat tugasnya.
Maksud dari pelaku. Dari suatu kenyataan bahwa pelaku
Maksud pelaku diawali dengan telah bekerja pada suatu jawatan atau
perbuatan pergi. Apakah dengan perbuatan perusahaan tertentu tanpa suatu
pergi itu maksud pelaku sudah terwujud perjanjian dengan kepala perusahaan
seluruhnya? Dengan perkataan lain apakah tersebut bahwa pekerjaan itu bersifat
harus terwujud seluruhnya maksud pelaku, sementara sebelum ia kembali ke
kesatuannya, sudah dapat diartikan
5 sebagai pergi untuk selamanya. Bahkan
Ibid, hal. 274

9
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

jika petindak itu sebelum pergi sudah b)bahwa petindak, tidak ada maksud
mengatakan tekadnya kepada lagi untuk kembali ke kesatuannya
seseorang teman dekatnya tentang karena kesadaran sendiri.
maksudnya itu,kemudian tidak lama Karenanya bagi seseorang Sersan C,
setelah pergi ia ditangkap oleh petugas, siswa di salah satu Pusdik militer di
maka kejadian tersebut sudah termasuk Cimahi, yang pergi kembali ke
kejahatan desersi. Karena kesulitan- kesatuannya semula, dengan maksud
kesulitan usaha pembuktian tentang menarik diri untuk selamanya dari
unsur kejiwaan yang dalam hal ini kewajiban belajar, tidak dapat
maksud pelaku. Maka baik dalam diterapkan kepadanya ketentuan pasal
proses verbal maupun dalam surat ini. Demikian juga seseorang militer
tuntutan harus secara jelas disebutkan yang menarik diri hanya dari suatu
kenyataan-kenyataan yang dari operasi militer tertentu saja, tidak
padanya dapat disimpulkan maksud dapat dikatakan sebagai telah
pelaku.6 melakukan kejahatan desersi.
Dari kewajiban-kewajiban dinasnya. 2) Menghindari bahaya perang.
Jika petindak itu pergi dari kesatuannya, Jika dibandingkan kejahatan desersi
lalu menggabungkan diri pada kesatuan dengan kejahatan tersebut ps. 75 (1)
militer lainnya, dilihat dari sudut ke-2, dapat disimpulkan bahwa desersi
maksud kepergiannya untuk selamanya merupakan bentuk kejahatan yang
dari kesatuannya semula, secara relatif lebih ringan sifatnya. Juga lebih
harafiah perbuatan itu adalah desersi. ringan dari bentuk desersi istimewa
Akan tetapi dilihat dari sudut maksud tersebut ps. 89 ke-2. Perbandingan yang
kepergiannya dihubungkan dengan menonjol dari pasal-pasal tersebut
kewajiban dinasnya, maka maksud ditinjau dari sudut keadaan/waktu
kepergiannya itu tidak dapat dikatakan adalah sebagai berikut :
sebagai menarik diri untuk selamanya Ps. : 75 (1) ke-2 : - menarik
dan seterusnya, karena pada kesatuan diri dari (menghindari)
yang baru itu juga ia akan menjalankan - keadaan bahaya dalam suatu
tugas kewajiban yang sama. Selain pertempuran
daripada itu dari kesatuan yang baru ini, - dalam waktu perang.
petindak masih dapat dikembalikan ke Ps. : 89 ke-2 : - pergi
kesatuan asalnya. dengan maksud menghindari
Terhadap perbuatan seperti ini, lebih bahaya perang
tepat jika ps. 86 KUHPM yang Ps. : 87 (1) ke-1 : - pergi
diterapkan. dengan maksud menghindari
Untuk istilah kewajiban-kewajiban bahaya perang
harus ditafsirkan sedemikian rupa - dalam
7
sehingga pengertian itu mencakupi hal- waktu yang tidak ditentukan.
hal sebagai berikut :
a) bahwa petindak, tidak ada Jelas bahwa untuk penerapan ps87 (1)
kehendak/maksud lagi untuk ke - 1, tidak dipersoalkan mengenai
melakukan kewajiban-kewajiban- keadaan, walaupun pasal ini dapat saja
dinas, untuk mana dia dididik, diterapkan dalam waktu perang. Suatu
dilatih dan dibiayai oleh negara; contoh kasus ialah, apabila di Sulawesi
Utara terjadi pemberontakan

6 7
Ibid, hal 275 Ibid, hal. 276

10
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

bersenjata, maka di daerah tersebut ditentukan pada Bab VII Buku 1 KUHPM.
terjadi keadaan dalam waktu perang, Tujuan pengkaitan istilah ini dengan
tetapi di Pulau Jawa aman saja (dalam istilah kekuasaan lain, ialah agar apabila
waktu damai). Apabila Sersan B dari Yon petindak bermaksud memasuki
512/Braw yang berkedudukan di pasukan, lasykar, partisan dan lain
Malang melarikan diri dari kesatuan sebagainya dari suatu organisasi
tersebut, karena mengetahui bahwa pemberontak bajak-laut, sudah
keesokan harinya Yon tersebut akan termasuk melakukan kejahatan desersi.
dikirimkan ke Sulawesi Utara untuk Dicantumkannya secara tegas kata-kata
bertempur melawan pemberontak, tanpa dibenarkan untuk itu, menyuruh kita
maka terhadap Sersan B telah dapat berfikir apakah ada kemungkinan yang
diterapkan pasal ini. sebaliknya, yaitu justru dibenarkan untuk
Apabila kepergiannya (penarikan itu? Dalam hal dibenarkan seseorang
dirinya) itu dari suatu keadaan bahaya militer memasuki dinas militer suatu negara
dalam pertempuran, sementara ia atau kekuasaan lain, maka terhadap pelaku
sudah berada di daerah pertempuran, itu tidak dapat diterapkan pasal ini.
maka ketentuan ps 75 KUHPM yang Demikianlah suatu satuan (kita) yang
lebih tepat diterapkan. memasuki dinas militer Perserikatan
3) Untuk menyeberang ke musuh. Bangsa-Bangsa yang dibenarkan seperti
Untuk menyeberang ke musuh adalah halnya pasukan GARUDA 1 sd V tidak telah
maksud atau tujuan dari petindak, yang melakukan desersi. Mengenaipembenaran
baru dinyatakannya dengan perbuatan memasuki dinas militer dari suatu
pergi. Apabila tujuannya itu belum kekuasaan lain ini, perlu mendapat
tercapai (misalnya karena keburu perhatian kita terutama apabila
ditangkap) sementara ia masih dalam pembenaran itu berkait dengan
perjalanan; kemudian tujuan yang persoalan spionase/ kontra spionase dan
terkandung dalam hati petindak itu bahkan persoalan politik. Karena
dapat dibuktikan (misalkan karena pembenaran tersebut, biasanya sangat
ucapannya sebelumnya kepada teman- bersifat rahasia, sehingga kemungkinan
teman dekatnya), maka petindak telah yang mengetahui adanya pembenaran itu
melakukan desersi. Apabila hanyalah pejabat-pejabat tertentu saja,
kepergiannya itu telah sampai pada yang oleh karenanya segala sesuatu yang
tujuannya yaitu sudah berada pada bersangkutpaut dengan pembenaran itu
musuh, dan jika ia belum tertangkap, harus merupakan penyelesaian tersendiri.
sebaik- nyalah dia berdoa agar perang Ps 87 (I) ke-2. Dalam satu sub-ayat ini
itu berlangsung setidak-tidaknya dirumuskan dan diancamkan pidana yang
delapan belas tahun agar kalaupun ia sama yaitu dua tahun delapan bulan,
kembali setelah waktu tersebut, tidak terhadap ketidakhadiran tanpa izin yang
lagi akan dituntut karena kejahatan meliwati batas waktu sebagaimana
desersitersebut ps 89 ke-1 KUHPM jo ps tersebut dalam ps 85 ke-1 dan ps 86 ke-1,
78KUHP. Atau dia berdoa agar dalam walaupun unsur kejiwaannya berbeda.
waktu tersebut ada amnesti umum. Dalam ps 85 ke-1 ditentukan karena
4) Memasuki dinas militer pada suatu salahnya dan ps 86 ke-1 dengan sengaja,
negara atau kekuasaan lain tanpa yang sama-sama dalam keadaan damai.
dibenarkan untuk itu. Demikian juga pada ps 85 ke-3 ditentukan
Pengertian memasuki dinas militer tidak karena salahnya dan ps 86 ke-2 dengan
harus sama pengertiannya dengan yang sengaja, yang sama-sama dalam waktu

11
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

perang, sama-sama diancamkan pidana yang menekankan pemecahannya kepada


maksimum delapan tahun dan enam bulan. unsur keadaan sebagaimana secara tegas
Hal ini tentunya tidaklah dimaksudkan dirumuskan dan dikaitkan dengan batas
untuk mensederajatkandelik-culpa waktu. Jika unsur keadaan ini yang
dengan delik-dolus, melainkan hanyalah dipedomani, memang tiada lain pilihan
menyederhanakan perumusan saja. selain dari pada harus memandang
Penentuan jangka waktu ketidakhadiran kejahatan tersebut sebagai kejahatan
yang ditentukan dalam sub- ayat ini adalah berlanjut dari ps 86 ke-1 ke ps 86 ke-2,
sebagai kelanjutan logis dari ps 85 dan 86, dihubungkan dengan ps 64 KUHP. Jika jalan
walaupun penentuan batas-batas waktu pikiran itu dapat diterima maka pemecahan
tersebut dikaitkan dengan pembedaan contoh kasus tersebut mengharuskan kita
pasalnya menimbulkan kesamaran memandang kejahatan tersebut sebagai
dasarnya, ditinjau dari sudut kepentingan kejahatan desersips 87 (1) ke-2 jo ayat (2)
hukum. Dengan perKataan lain penentuan jika 30 hari yang dijadikan patokan, atau ps
batas waktu ketidakhadiran 30 hari sebagai 87 (1) ke-2 jo ayat (3) jika 4 hari yang
termasuk kejahatan ps 85 ke-1 atau ps 86 dijadikan patokan. Untuk contoh kasus
ke-1, dibandingkan dengan tersebut lebih tepat diterapkan ps 87 (1)
ketidakhadiran31 hari sebagai termasuk ke-2 jo ayat (2), mengingat bahwa
kejahatan desersi yang mengakibatkan kejahatan dimulai (disengaja). Apabila
pengancaman maksimum pidananya sangat kejahatanitu dimulai pada keadaan d.w.p.,
berbeda, adalah kurang menunjukkan suatu maka ketentuan ps 87 (1) ke-2 jo ayat (3)
perimbangan. yang diterapkan, mengingat unsur kejiwaan
Untuk menutup kekurangan-kekurangan petindak justru bermula.
(leemten) tersebut, maka peranan para Pemecahan persoalan tersebut akan
hakim militer sangatlah besar dalam hal ini, mendapat kesulitan apabila jumlah
yang mau tidak mau antara putusan hakim ketidakhadiran itu tidak sampai kepada
yang satu terhadap yang lainnya harus batas waktu (30 hari dwd atau 4 hari) yang
diusahakan keseimbangannya tanpa ditentukan. Misalnya untuk ketidakhadiran
mengabaikan perbedaan kasus perkara maksimal 29 hari dan maksimal 3 hari.
yang dihadapinya. Kesulitan itu adalah karena 1 hari tidak
Hal lain yang perlu mendapat perhatian sama nilainya dengan tujuh setengah hari
dalam rangka penerapan ps 87 (1) ke-2 dwd. Pemecahannya tiada lain daripada
ialah, tentang kemungkinan perubahan menerapkan ketentuan delik berlanjut (ps
keadaan sementara kejahatan itu sedang 85 ke-1 ke ps 85 ke-3 dan ps 86 ke-1 ke ps
berjalan. Contoh kasus seorang petindak 86 ke-2 atau masing-masing sebaliknya) jo
melakukan kejahatan ketidakhadiran ps 64 KUHP.
dengan sengaja dalam waktu damai selama
30 hari berlanjut. Kebetulan pada hari yang Ketidakhadiran dengan sengaja dan
ke-31 oleh Pemerintah di umumkan karenanya tidak mengikuti suatu
keadaan perang. Kemudian petindak pada perjalanan.
hari yang ke 35 secara sukarela melaporkan Ps 87 (1) ke-3. Tidak ikut melaksanakan
diri kembali atau tertangkap. Apakah sebahagian atau seluruhnya dari suatu
petindak telah hanya melakukan kejahatan perjalanan yang diperintahkan seperti
tersebut ps 86 ke-1 yang berlanjut dengan tersebut ps 85 ke-2. Perjalanan yang
kejahatan tersebut ps 86 ke-2? Ataukah diperintahkan itu adalah perjalanan ke
telah melakukan kejahatan desersi suatu tempat di luar pulau di mana dia
walaupun harus dianggap hanya sebagai sedang berada. Dalam sub-ayat ini tidak
desersi dalam waktu damai? Ada sarjana ditegaskan dalam keadaan yang bagaimana

12
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

ketidakhadirannya itu yang berkelanjutan Ps 165 (1) KUHP antara lain


dengan (mengakibatkan) tidak ikut sertanya mengancamkan pidana maksimum 9 bulan,
petindak dalam perjalanan tersebut. bagi barangsiapa yang mengetahui adanya
Kejahatan ini adalah bentuk sengaja dari ps niat untuk desersi dalam waktu perang,
85. Baca ulang no. 104 d dan seterusnya. dengan sengaja tidak memberitahukannya
Selanjutnya berbeda dengan ps 87 (1) kepada penguasa, yang berwenang.
ke-1 dan ke-2 yang penyelesaiannya tidak Pasal ini berada di bawah judul
dimungkinkan secara hukum disiplin, maka Kejahatan terhadap ketertiban umum.
terhadap kejahatan sub ke-3 dimungkinkan Ketentuan ini menonjolkan kewajiban
dengan syarat-syarat sebagaimana setiap anggota militer untuk turut serta
ditentukan dalam ps 2 ke-2a KUHDM, jika memelihara ketertiban umum. Jika
tidak berbarengan dengan salah satu atau seseorang militer yang menjadi pelaku dari
lebih dari keadaan-keadaan yang kejahatan tersebut ps 165 (1) KUHP, adalah
memberatkan tersebut ps 88 KUHPM dan lebih tepat menerapkan ps 133 KUHPM
ketidakhadiran itu tidak boleh melewati kepadanya. Lihat uraian-uraian di bawah ps
tiga puluh hari. 133 KUHPM. (no. 152a dst).
Walaupun batas waktu ketidakhadiran Ps 236 KUHP mengancamkan pidana
yang dapat diselesaikan secara hukum bagi barangsiapa (istilah KUHP) yang
disiplin itu ditentukan selama maksimum menggerakkan seseorang militer dengan
30 hari, tidaklah berarti bahwa tindakan memakai salah satu cara tersebut ps 55 no.
ketidakhadiran tersebut (yang masih dalam 2 KUHP untuk melakukan kejahatan
batas 30 hari) termasuk kejahatan tersebut desersi, atau menganjurkannya dengan
ps 85 ke-2 (atau ke4). Karena jika hal ini salah satu cara tersebut ps 56 KUHP. Jika
termasuk ps 85 maka akan menjadi seseorang militer yang melakukan
persoalan, termasuk ketentuan pasal kejahatan tersebut ps 236 KUHP, lebih
manakah jika unsur kewajibannya adalah tepat diterapkan ps 93 KUHPM dalam cara
dengan sengaja?Bukankah unsur kejiwaan yang bersesuaian dengan tersebut ps 93
ps 85 adalah karena salahnya? KUHPM. Jika cara itu di luar cara-cara
Adapun pasal-pasal yang berkenaan tersebut pasal 93 KUHPM, akan tetapi
dengan desersi dalam KUHP ditemukan sesuai dengan tersebut ps 236 KUHP, maka
beberapa pasal yang menyebut-nyebut dapat dipersoalkan apakah ps 236 KUHP,
tentang desersi seperti ps 124,165 dan 136. atau pasal-pasal desersi yang di-junctokan
Ps 124 (3) ke-2 KUHP antara lain dengan ps 55/56 KUHP, atau pasal-pasal
menyebutkan: Pidana mati atau pidana tertentu dari Bab V Buku II KUHPM yang
penjara seumur hidup atau sementara dua diterapkan. Mengingat kekhususan hukum
puluh tahun diancam jika petindak yang diberlakukan bagi seseorang militer,
menggerakkan atau menganjurkandesersi maka lebih tepat diterapkan pasal-pasal
dalam masyarakat militer. desersi jo ps 55/56 KUHP atau setidak-
Mengingatbahwapasal ini berada di bawah tidaknya pasal-pasal tertentu dari KUHPM,
judul Kejahatan terhadap keamanan misalnya ps 132 KUHPM.
negara, maka jika seseorang militer yang 1) Maksimum ancaman pidana yang
melakukannya, ia telah melakukan suatu ditetapkan dalam pasal-pasal 86 dan 87
penkhianatan, kejahatan mana juga dapat diduakalikan :
dituntut berdasarkan ps 64 KUHPM ke-1, Apabila ketika melakukan
(perbarengan peraturan tindak pidana, ps kejahatan itu belum lewat lima
63 KUHP). tahun, sejak petindak telah
menjalani seluruhnya atau

13
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

sebahagian dari pidana ancaman pidana yang ditentukan pada


yangdijatuhkan kepadanya ayat tersebut ditambah dengan
dengan putusan, karena setengahnya.
melakukan desersi atau dengan
sengaja melakukan Pemberatan ancaman pidana karena
ketidakhadiran tanpa izin atau pengulangan.
sejak pidana itu seluruhnya Ps 88(1) ke-1. KUHP tidak menganut
dihapuskan baginya, atau pemberatan ancaman pidana secara umum
apabila ketika melakukan terhadap setiap tindak pidana dan
kejahatan itu hak menjalankan demikian pula KUHPM. Yang dianut oleh
pidana tersebut belum KUHP dan KUHPM adalah apa yang disebut
daluwarsa; sistem pengulangan antara sejenis atau
ke-2, Apabila dua orang atau lebih, sistem pengulangan khusus
masing-masing untuk diri (specialerecedive). Dalam ps 486 KUHP
sendiri, dalam melakukan salah ditemukan ketentuan tentang sistem
satu kejahatan-kejahatan pengulangan sejenis, yaitu pencarian
tersebut dalam pasal-pasal 86 keuntungan yang tidak halal.
dan 87, pergi secara bersama- Ps 487 mendasarkan kesejenisannya
sama atau sebagai kelanjutan pada tindakan kekerasan terhadap orang,
dari permufakatan jahat; sedangkan ps 488 sejenis dalam
ke-3, Apabila petindak adalah militer penghinaan. Pasal-pasal KUHPM yang
pemegang komando; dicantumkan dalam ps 486-KUHP adalah ps
ke-4, Apabila dia melakukan 140 sd 143, 145 dan 149, sedangkan dalam
kejahatan itu, sedang dalam ps 487 KUHP adalah pasal 106 ayat (2), dan
menjalankan dinas; (3), 107 ayat (2), dan (3), 108 ayat (2), 109,
ke-5, Apabila dia pergi ke atau di luar 131 ayat (2) dan(3), 137 dan 138. Untuk ini
negeri; bandingkanlah dengan ps 112 KUHPM. Ps
ke-6, Apabila dia melakukan 488 KUHP tidak mencantumkan pasal-pasal
kejahatan itu dengan dari KUHPM. Pemberatan ancaman pidana
menggunakan suatu perahu adalah penambahan ancaman pidana
laut, pesawat terbang atau dengan sepertiga dari yang ditentukan pada
kendaraan yang termasuk pada pasal-pasal yang bersangkutan.
Angkatan Perang; Sistem pengulangan khusus antara lain
ke-7, Apabila dia melakukan terdapat pada ps 157, 161 KUHP dan
kejahatan itu dengan membawa sejumlah pasal-pasal dari Buku III KUHP.
serta suatu binatang yang Dalam KUHPM juga ditemukan ketentuan-
digunakan untuk kebutuhan ketentuan sepertiitu antara lain ps 78 ayat
Angkatan Perang, senjata atau (1) ke-2, ps 88 ayat (1) ke-1 dan ps 103 ayat
munisi; (3) ke-2. Pada ps 88 dan 103 KUHPM
dengan pengertian, bahwa maksimum tersebut pemberatan ancaman
ketentuan ancaman pidana tersebut pidananyadiduakalikan.
pada pasal 87 ayat ketiga dinaikkan Tenggang waktu yang ditentukan
menjadi lima belas tahun. dalam ps 88 adalah :
2) Apabila kejahatan tersebut dalam pasal 1) Belum lewat lima tahun :
86 atau kejahatan desersi dalam a) Setelah sebahagian atau seluruhnya
keadaan damai dibarengi dengan dua pidana yang dijatuhkan
atau lebih keadaan-keadaan dalam ayat padanyadijalani.
pertama ke-1 sd ke-7, maka maksimum

14
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

b) Setelah saat penghapusan seluruh tenggang waktu kedaluwarsaan


pidana baginya; atau kewenangan menjalankan pidana yang
2) Selama hak untuk menjalankan pidana sekaligus merupakan tenggang waktu
belum daluwarsa.Permisalanuntuk untuk perbuatan residive, dan b)
tersebut 1.a) adalah sebagai berikut. tenggang waktu kedaluwarsaan
Sersan D dijatuhi pidana satu tahun menuntut pidana. Kedaluwarsaan yang
penjara. Maka perhitungan lima tahun pertama selalu lebih panjang tenggang
dimulai dari sejak selesai ia menjalani waktunya.
pidana tersebut. Jika dia mendapat Apabila terpidana dipidana karena
pengampunan (grasi), maka desersi, kemudian keesokan harinya
perhitungan dimulai sejak sebahagian melarikan diri (desersi) lagi, maka jika
pidana itu dijalankan sesuai dengan setelah 12 tahun ia tertangkap,menurut
grasi tersebut. Untuk tersebut 1.b) ialah ketentuan hak penuntutan pidana
dalam hal terjadi amnesti umum. Untuk tersebut ps 41 KUHPM, terpidana tidak
tersebut 2). Setelah kepada terpidana dapat dituntut lagi karena desersi yang
dijatuhkan pidana, ia melarikan diri baik kedua, walaupun ia wajib menjalani
sebelum atau setelah ia dimasukkan pidana yang telah dijatuhkan karena
dalam rumah rehabilitasi (penjara) desersi yang pertama (ps 84 (2) KUHP).
militer. Menurut ps 84 bersambung Akan tetapi jika tenggang waktu
dengan ps 85 (2) KUHP dihubungkan recidive tersebut ps 88 KUHPM yang
dengan ps 41 KUHPM, maka mulai dipedomani, baik sebelum 12 tahun,
penghitungandaluwarsa adalah pada maupun setelah 12 tahun yaitu sd 16
esok harinya setelah melarikan diri, tahun, masih dapat dituntut kejahatan
sedangkan tenggang waktunya ada dua desersi yang kedua dan bahkan
kemungkinan. Kemungkinan pertama, diduakalikan ancaman pidananya.
tenggang waktu, tersebut adalah (12 + Dengan demikian di samping harus
1/3x12) tahun = 16 tahun jika pidana itu menjalani pidana karena kejahatan
dijatuhkan karena desersi. Yang kedua desersi yang pertama, masih akan
jika pidana itu dijatuhkan karena menjalani pidana yang akan dijatuhkan
kejahatan ketidakhadiran tanpa izin (ps karena desersi yang kedua. Apabila
86), maka tenggang waktu itu adalah (6 terpidana tersebut baru tertangkap
+ 1/3 x 6) tahun = 8 tahun. setelah 16 tahun, maka baik
Menurut ps 10 KUHPM, seorang militer kewenangan menjalankan pidana yang
terpidana menjalani pidananya dalam penama, maupun hak penuntutan
rumah rehabilitasi militer jika dalam karena desersi yang kedua sama-sama
pemidanaan itu dia tidak dipecat. daluwarsa.
Berarti bahwa terpidana masih tetap Sekiranya terhadap terpidana dijatuhi
berstatus militer, walaupun tidak pidana tambahan pemecatan dari
diperhitungkan sebagai masa dinasnya. dinas militer, maka karena ia bukan
Berdasarkan hal tersebut sebenarnya militer lagi, tiada mungkin ia melakukan
seorang terpidana militer yang kejahatan desersi militer atau
melarikan diri, telah melakukan ketidakhadiran.
kejahatan ketidakhadiran tanpa izin Dalam status non militer ini apabila ia
dengan sengaja atau kejahatan desersi melarikan diri dari rumah
yang baru. Dalam hal ini ada dua pemasyarakatan umum (penjara),
macam tenggang - waktu yang perbuatan itu bukan merupakan
berjalansecara berbarengan yaitu a) kejahatan desersi. Karenanya tiada lagi

15
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

persoalan tenggang waktu recidive, maksimum dua kali ancaman pidana


melainkan hanya persoalan tersebut ps 86.
kedaluwarsaan hak menjalani pidana. Bagi yang lainnya (yang melewati batas
Jika terpidana mohon grasi dan waktu yang ditentukan) adalah dua kali
penundaan menjalankan pidana (ps 3 ancaman pidana tersebut ps 87.
Undang-Undang Grasi No. 3 Th 1950 LN Perwujudan kejahatan tersebut sebagai
No. 40 Th 1950), maka apabila selama kelanjutan dari mufakat jahat mereka, tidak
menunggu keputusan grasi dari perlu terjadi pada hari dan/atau cara yang
Presiden dalam tenggang waktu sama, asalkan perbuatan tersebut sesuai
kewenangan menjalankan pidana dengan yang disepakati.8
belum daluwarsa, ia melakukan Dalam Pasal 89 yang pada intinya desersi
kejahatan desersi atau ketidakhadiran, ke musuh dengan ancaman hukuman berat
ketentuan ps 88 (1) ke-1 dapat (pidana mati, penjara seumur hidup atau
diterapkan. Tetapi jika ia melakukan penjara maksimal 20 tahun) sebagai berikut
kejahatan itu dalam waktu menunggu :
keputusan banding, (karena terpidana ke-1, Desersi ke musuh:
atau Oditur naik banding) maka ke-2, (Diubah dengan UU No. 39 Th 1947).
ketentuan ps 88 (1) ke-1 tidak dapat Disersi dalam waktu perang, dari
diterapkan, mengingat bahwa salah satuan-pasukan, perahu-laut atau
satu dasar dari recidive adalah telah pesawat terbang yang ditugaskan
adanya putusan Hakim yang tetap. untuk dinas-pengamanan, ataupun
dari suatu tempat atau pos yang
Dua orang atau lebih pergi secara diserang atau terancam serangan
bersama-sama. oleh musuh.
Ps 88 (1) ke-2. Dalam sub ke-2
ditentukan pemberatan ancaman pidana Perbandingannya dengan pengkhianatan
masing-masing untuk diri sendiri apabila atau kejahatan di bidang tugas perang.
kejahatan desersi atau ketidakhadiran Ps 89 ke-1. Pengertiandesersi ke musuh
dilakukan oleh dua orang atau lebih secara tidak sama dengan pengertian desersi ke
bersama-sama atau karena permufakatan- daerah musuh. Untuk pengertian yang
jahat. Ketentuan ini berbeda dengan yang pertama harus selalu ada kaitan yang nyata
ditentukan pada ps 78 (1) ke-3. Baca uraian dengan kekuatan bersenjata dari lawan.
no. 95 i Menurut Hukum Perang, yang berperang
Kata-kata masing-masing untuk diri bukan orang perorangan melainkan negara
sendiri mengingatkan tentang atau kekuatan lainnya dengan kekuatan
kemungkinan adanya persamaan awal dari bersenjatanya. Contoh berikut akan lebih
suatu kejahatan, kemudian dapat berbeda mudah memahami perbedaan tersebut.
bentuk kejahatannya yang berupa Seorang militer yang berasal dari Minahasa
ketidakhadiran (ps 86) dan kejahatan desesi pada tahun 1960 melarikan diri dari
(ps 87 ayat 1 ke-2), karena tidak sama satuannya lalu menggabungkan diri dengan
lamanya waktu ketidakhadiran. Dua orang kekuatan bersenjata dari pemberontak
atau lebih semula bersama-sama atau PERMESTA. Tindakan ini adalah desersi ke
sebagai kelanjutan dari mufakat jahat musuh. Akan tetapi apabila ia melarikan
melakukan kejahatan tersebut ps diri dari kesatuannya, lalu pergi ke
86.Seseorang kemudian kembali karena kampung halamannya tanpa
kesadaran atau tertangkap sebeium lewat menggabungkan diri dengan kekuatan
batas waktu yang ditentukan. Maka
baginya ketentuan ancaman pidana adalah 8
Ibid, hal. 284

16
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

bersenjata PERMESTA (mungkin karena pengarahan dan penentuan kejahatan yang


segan untuk melakukan pertempuran telah terjadi.
terhadap sesama kawanua) tidak Selain daripada itu, perlu kiranya
termasuk desersi ke musuh. Tindakan mendapat perhatian tentang perbedaan
tersebut merupakan kejahatan ps 86 atau dan persamaan dari ps 64 dan 89KUHPM.
ps 87 ke-2. Dengan demikian desersi ke Walaupun tidak dipersoalkan aktivitas
suatu tempat melalui daerah musuh juga petindak dalam kekuatan bersenjata musuh
tidak termasuk desersi ke musuh. (ps 89), kehadiran petindak itu sendiri
Apabila kita dihadapkan kepada suatu dalam kekuatan bersenjata musuh
kenyataan bahwa seorang militer kita sedikit/banyaknya sudah merupakan
berada pada musuh, setelah ia melarikan perbuatan bantuan kepada musuh atau
diri dari kesatuannya, timbul pertanyaan: merugikan negara, dengan sengaja.
kejahatan apakah gerangan yang telah Pandangan ini diperkuat oleh ketentuan
dilakukan oleh petindak tersebut? Pasal- maksimum ancaman pidana yang sama
pasal manakah di antara ps 64, 75 (1) dan yaitu pidana mati dan seterusnya. Kiranya
89 KUHPM yang telah dilanggarnya? Ciri-ciri penegasan kembali dari ps 89,
utama dari pasal-pasal tersebut adalah dimaksudkan agar setiap militer
sesuai dengan judul bab masing-masing. Ps mengetahui secaragamblang bahwa
64 menitikberatkan pada: unsur gangguan desersi ke musuh diancam dengan pidana
terhadap keamanan negara yang terberat seperti halnya dengan
ataupengkhianatan. Ps 75 pada unsur pengkhianatan. Ada kemungkinan
mengabai- kan kewajiban perang tanpa penerapan ps 64 terhadap kasusdesersi ke
bermaksud untuk mengkhianat. Ps. 89 pada musuh mendapat kesulitan tentang
unsur ketidakhadiran tanpa izin sebagai penafsirannya/penerapannya. Dalam hal ini
suatu cara untuk mengabaikan kewajiban- dapat ditampung oleh ps 89.
dirtas.
Ciri-ciri lainnya ialah pada ps 64 adanya Desersi dalam waktu perang dari tempat-
bantuan dengan sengaja diberikankepada tempat tertentu.
musuh atau dengan perbuatan sengaja ia Ps 89 ke-2. Dalam sub ini secara tegas
merugikan negara untuk musuh; pada ps 75 dicantumkan unsur d.w.p. Berarti bahwa
membiarkan dirinya ditawan oleh musuh saat pelaksanaan dinas pengamanan atau
sebagai perwujudan dari keengganannya saat terjadinyaserangan atau ancaman
melakukan kewajiban perangnya; serangan oleh musuh harus d.w.p. Sukar
sedangkan pada ps 89, telah tergabungnya dapat dibayangkan terjadinya suatu
ia dalam kekuatan bersenjata musuh serangan atau ancaman serangan oleh
dengan tanpa mempersoalkan aktivitasnya musuh terhadap sesuatu tempat/poskita
dalam penggabungan tersebut. jika bukan dalam waktu perang. Lebih-
Apakah dalam penggabungan tersebut, lebih lagi dengan penerapan perluasan
kemudian mungkin ia terpaksa (diujung- pengertian istilah perang, musuh dan
bayonet) untuk membantu musuh atau dalam waktu perang. Baca uraian ps 96
selalu berusaha menghindari perbuatan- KUHP, ps 58, 59 dan 60 KUHPM.
perbuatan yang dapat merugikan Kata-kata ditugaskan untuk melakukan
negaranya sendiri. tidak dipersoalkan. dinas pengamanan menunjukkan bahwa
Dengan memahami perbedaan ciri-ciri satuan pasukan, perahu-laut atau pesawat
(utama dan lainnya) tersebut, dalam rangka terbang itu merupakan suatu satuan
usaha penyidikan/penuntutan, pengalaman tersendiri dan yang mempunyai tugas
dapat dijadikan sebagai pedoman untuk khusus dibandingkan dengan satuan-satuan

17
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

lainnya. Bahkan keamanan atau setidak- c. Apabila peraturan-peraturan khusus


tidaknya kesiapsiagaantempur dalam yang diatur di dalam KUHPM
tingkat yang tertinggi dari satuan-satuan dimasukkan ke dalam KUHP akan
lainnya itu banyak tergantung dari satuan- membuat KUHP sukar dipergunakan,
satuan yang bertugas khusus keamanan.9 karena terhadap ketentuan-
ketentuan itu hanya tunduk sebagian
B. Hubungan Antara Kitab Undang- kecil dari anggota masyarakat, juga
Undang Hukum Pidana Militer Dengan peradilan yang berhak
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana melaksanakannya juga tersendiri
tentang Desersi yakni peradilan militer. Pasal 1
Kita ketahui bersama, bahwa Hukum KUHPM berbunyi
Pidana Umum berlaku bagi setiap orang, Pada waktu memakai undang-undang
dengan demikian Hukum Pidana Umum ini, berlaku aturan-aturan Hukum
tersebut berlaku juga bagi militer. Pidana Umum, termasuk disitu Bab
Walaupun bagi militer yang melakukan kesembilan dari Buku Pertama Kitab
tindak pidana berlaku ketentuan-ketentuan Undang-undang Hukum Pidana,
Hukum Pidana Umum, namun bagi militer kecuali aturan-aturan yang
terdapat ketentuan-ketentuan yang menyimpang yang ditetapkan dalam
menyimpang dari ketentuan-ketentuan undang-undang.11
yang diatur di dalam KUHP yang khusus
diberlakukan bagi militer. Ketentuan- Berlainan dengan bunyi Pasal 2 KUHPM,
ketentuan yang khusus itu diatur di dalam yang hanya menyebutkan hal berlakunya
Kitab Undang-undang Hukum Pidana Hukum Pidana Militer, maka Pasal ini
Militer (KUHPM).10 menyebutkan bahwa pada waktu
Dengan diaturnya peraturan-peraturan mempergunakan Kitab Hukum Pidana
khusus di dalam KUHPM itu, hal tersebut Militer, segala ketentuan-ketentuan dari
merupakan penambahan dari aturan- undang-undang (termasuk KUHPM sendiri)
aturan yang telah diatur di dalam KUHP. yang mengadakan penyimpangan-
Adapun alasan diadakannya peraturan- penyimpangan mengenai hal-hal tertentu,
peraturan tambahan dari KUHP itu hingga hal-hal tersebut dengan sendirinya
disebabkan: tidak berlaku lagi KUHPM ; sesungguhnya
a. Adanya beberapa perbuatan yang tidak perlu disebut lagi karena pengertian
hanya dapat dilakukan oleh militer itu sudah tercakup pada kalimat terdahulu,
saja bersifat asli militer dan tidak berlaku aturan-aturan Hukum Pidana
berlaku bagi umum, contohnya: Umum dan sebagainya. Tujuan dari
desersi, menolak perintah dinas, pemuatan kalimat itu tidak lain agar tidak
insubardiansi dan sebagainya. timbul keragu-raguan tentang berlakunya
b. Beberapa perbuatan yang bersifat Bab IX KUHP bagi undang-undang lain.
berat sedemikian rupa, apabila Pasal 103 sebagai Aturan Penutup dari Bab
dilakukan oleh anggota militer di IX sama sekali tidak menyebutkan
dalam keadaan tertentu, ancaman berlakunya Bab IX bagi undang-undang lain.
hukuman dari hukum pidana umum Pasal 103 membatasi berlakunya Bab IX ini
dirasakan terlalu ringan. karena pada undang-undang dan peraturan
lainnya yang sudah ada sebelum tahun
1886 terdapat pula istilah-istilah yang sama
bunyinya, akan tetapi mempunyai
9
Ibid, hal. 289
10
Bahan Kuliah Hukum Pidana Militer, 2009. F.H
11
Unsrat Manado, hal.7 Ibid hal.9

18
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

pengertian yang berlainan dengan istilah 142 (2), ketentuan-ketentuan


yang terdapat dalam Bab IX KUHP. mengenai pemberatan pidana;
Pemasukan Bab IX ini ke dalam KUHPM c) Pasal 75 (2) gabungan dengan
dianggap sangat perlu untuk penafsiran penyertaan.
berbagai macam soal dan istilah-istilah d) Pasal 65 (pemberontakan militer),
seperti permufakatan jahat Pasal 108, Pasal 113 yang masing-
(samenspaning), kekerasan, musuh, perang, masing merupakan tindak pidana
dalam waktu perang, hari dan sebagainya. tersendiri. 13
Pasal 1 KUHPM itu tidak saja berlaku
bagi ketentuan- ketentuan dari Buku I Mengenai penyimpangan tentang
KUHP, juga bagi Buku II, seperti Pasal 140 ketentuan percobaan dalam hal ini
KUHPM, tentang hal pencurian dalam dititikberatkan pada tidak adanya
bentuk yang luar biasa. Yang dimaksud pengurangan pidana sebagaimana diatur
dengan istilah pencurian dalam Pasal ini dalam Pasal 66 ayat (2). Sedangkan
unsur-unsurnya sama dengan pencurian pengurangan diatur dalam Pasal 33 dan 34
yang diuraikan secara formil dalam Pasal terhadap seorang militer yang belum
362 KUHP dan penghukumannya untuk dewasa, di dalam Pasal 45 KUHP
kejahatan dalam Pasal 140 KUHPM ini, dikembalikan kepada orang tuanya, maka di
berlaku pula ketentuan-ketentuan dari dalam KUHPM dikembalikan kepada Ankum
Pasal 366 KUHP ialah pencabutan hak-hak atau pemutusan ikatan dinas.
yang dimaksud dalam Pasal 35 ayat 1-4. Tentang penambahan adanya
Contoh lain adalah Pasal 145 KUHPM pemberatan hukuman yang dilakukan oleh
tentang penadahan dipakai pengertian- militer dalam keadaan tertentu, misalnya:
pengertian dari Pasal 480 KUHP.12 kejahatan dilakukan pada waktu perang.
Kalau dalam keadaan biasa perbuatan itu
Penyimpangan KUHPM Dari KUHP diancam dengan hukuman seumur hidup,
Bahwa KUHPM itu merupakan hukum maka jika dilakukan pada waktu perang
yang khusus bagi militer. Karena diancam dengan hukuman mati, bahkan
kekhususannya itu, maka terjadi dalam pertempuran dapat diperlakukan
pengurangan, penambahan, atau sebagai musuh dan dapat langsung
penyimpangan dari ketentuan-ketentuan ditembak mati.
yang telah diatur di dalam KUHP.
Pengurangan, penambahan, atau PENUTUP
penyimpangan dari ketentuan-ketentuan A. Kesimpulan
yang telah diatur di dalam KUHP tersebut 1. Bahwa penerapan hukum militer
karena tidak diaturnya ketentuan- terhadap pelaku tindak pidana desersi
ketentuan tentang percobaan dan sebagai Anggota Militer (TNI) ancaman
penyertaan dalam KUHPM. hukumannya lebih berat dibandingkan
Adapun ketentuan-ketentuan KUHP dengan ancaman hukuman yang
yang menyimpang dari KUHPM mengenai terdapat pada KUHP (dipandang kurang
penyertaan terdapat dalam: memenuhi rasa keadilan) ; karena militer
a) Pasal 72 KUHPM tentang peniadaan dipersenjatai guna menjaga keamanan ;
pidana pada peserta; justru dipergunakan desersi. Adapun
b) Pasal 78 (1) ke-3 dan ke-4, Pasal 88 bentuk desersi dapat dilihat pada Pasal
(1) ke-2, Pasal 103 (3) ke-3, Pasal 87, terdiri desersi murni selamanya dari

12 13
Ibid, hal. 59 Ibid, hal.60

19
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

kewajiban dinasnya, menghindari dalam lingkungan Peradilan Militer


bahaya perang; untuk menyeberang ke hendaknya mampu melaksanakan tugas
musuh dan memasuki dinas militer pada dan fungsinya sebagai alat penegak
suatu negara atau kekuasan lain tanpa hukum yang benar-benar sebagai
dibenarkan untuk itu dan desersi sebagai penegak hukum, khususnya kepada
peningkatan dari kejahatan, Hakim yang memeriksa dan memutus
ketidakhadiran tanpa ijin, dengan perkara dalam putusannya diawali
sengaja dalam waktu selama 30 hari dengan Demi Keadilan Berdasarkan
berturut-turut. Adapun tindak pidana Ketuhanan Yang Maha Esa disini Hakim
desersi dalam KUHP Pasal 124 (3), Pasal menyandarkan putusannya kepada
136 dan Pasal 165 ; Pasal 124 (3) ke 2 di Tuhan Yang Maha Esa sebagai
atas antara lain menyebutkan: Pidana pertanggungjawabannya dunia akhirat.
Mati atau Pidana Penjara seumur hidup 2. Sangat diharapkan kepada anggota
atau sementara dua puluh tahun militer (TNI) sedapat mungkin hindari
diancam jika petindak menggerakkan perbuatan yang tercela; dapat
atau menganjurkan desersi dalam merugikan diri; karena bila melakukan
masyarakat militer (kejahatan terhadap tindak pidana desersi dan terbukti
keamanan negara). ancaman hukumannya sangat berat,
2. Bahwa hubungan antara KUHPM dengan semoga tidak melakukan.
KUHP, suatu hubungan yang tidak dapat
terpisahkan karena KUHPM merupakan DAFTAR PUSTAKA
bagian dari KUHP ; KUHP berlaku bagi
setiap orang dengan demikian bagi Bahan Kuliah Hukum Pidana Militer, 2009.
militer (TNI), berlaku KUHP, dan bagi F.H Unsrat Manado, hal.7
Militer (TNI) yang melakukan tindak E.Y. Kanter, S.R. Sianturi, 1981. Hukum
pidana deersi akan diperlakukan / Pidana Militer di Indonesia, Penerbit
diterapkan aturan khusus yakni KUHPM, Alumni AHM-PTHM Jakarta.
hal ini merupakan penyimpangan dari Moch. Faisal Salim, 2006. Hukum Pidana
KUHP. Adapun prinsip-prinsip dari Militer di Indonesia. Mandar Maju.
KUHPM antara lain : kesatuan hukum Moedjatno, 1959. Kitab Undang-Undang
bagi militer, kodifikasi tersendiri bagi Hukum Pidana (KUHP). Bumi Aksara,
militer yang tersendiri ; yurisdiksi Jakarta, hal. 6
tersendiri ; kemungkinan penyelesaian Undang-Undang Bidang Pertahanan
suatu tindak pidana secara hukum Keamanan (HANKAM) 1997, 1999,
disiplin, penerapan dan ketentuan- Sekretariat Umum Mabes TNI, Jakarta,
ketentuan umum dan tidak mengenal hal. 79
pemidanaan kolektif dan sistematika Undang-Undang Dasar 1945, Menkum HAN
dari KUHP dengan KUHPM berbeda, Jakarta
selanjutnya penerapan KUHPM hanya Undang-Undang No. 26 Tahun 1997
kepada militer dan/atau yang disamakan tentang Hukum Disiplin Prajurit ABRI,
sesuai dengan lingkungan aturan, dan Jakarta
ketentuan tentang pidana dalam KUHPM
yang berbeda dengan aturan dalam
KUHP.

B. Saran
1. Sangat diharapkan kepada aparat
penegak hukum khususnya yang berada

20

Anda mungkin juga menyukai