6/Juli/2016
84
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
nantinya langsung bertanggung jawab kepada digunakan untuk menangkap pelaku tindak
Presiden. pidana yang kadang dari pelaksanaan
POLRI pada era sekarang ini, harus mampu kewenangan tersebut kadang dapat
mengikuti perkembangan kemajuan yang ada di menghilangkan nyawa pelaku tindak pidana.
masyarakat terutama perkembangan di bidang Pelaksanaan kewenangan tembak di tempat
hukum. Perkembangan di bidang hukum di kian hari kian marak digunakan oleh aparat
Negara kita telah mengalami banyak sekali kepolisian, hal ini dapat kita lihat dari berbagai
kemajuan terutama setelah bergulirnya era media massa baik itu media televisi maupun
reformasi mengenai beberapa ketentuan/ koran yang hampir tiap hari memberitakan
aturan hukum yang dulunya tidak diatur, tetapi tantang penggunaan kewenangan ini. Hak
sekarang diatur. Aturan/ hukum itu antara lain seorang tersangka untuk tidak dianggap
hukum yang mengatur tentang Hak Asasi bersalah sampai pada putusan pengadilan yang
Manusia (HAM), yang perkembangannya menyatakan sebaliknya (praduga tak bersalah)
diawali dengan disahkannya Undang-Undang sesungguhnya juga bukan hak yang bersifat
Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi absolut, baik dari sisi formil maupun sisi
Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan material, karena hak ini tidak termasuk non-
atau penghukuman lain yang kejam tidak derogable rights seperti halnya hak untuk hidup
manusiawi dan merendahkan martabat atau hak untuk tidak dituntut dengan hukum
manusia, disusul dengan Undang-Undang yang berlaku surut (non-retroaktif). Hal ini
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi dapat dilihat dalam pasal 8 UU No. 4 Tahun
Manusia, dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman, dan di
2000 Tentang Peradilan Hak Asasi Manusia, dan dalam penjelasan umum UU No. 8 Tahun 1981
peraturan-peraturan yang lainnya. tentang KUHAP, yang menyatakan setiap orang
Berlakunya aturan tersebut diatas pada era yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut,
sekarang ini aparat penegak hukum dalam hal dan dihadapkan di depan pengadilan wajib
ini aparat POLRI harus bertindak sesuai undang- dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan
undang tersebut diatas. POLRI sebagai corong pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan
hukum yang langsung berhadapan dengan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
masyarakat harus mampu menjunjung tinggi Instruksi tembak di tempat kepada pelaku
HAM dan tidak melanggar HAM. Melihat tawuran antar kampung (tarkam) akhirnya
kondisi keamanan di Negara kita sekarang lebih dijalankan. Aparat kepolisian menembak Jendry
berat, karena sejak bergulirnya reformasi Yanto Lalala diduga seorang pelaku tarkam
kejahatan yang bersifat transnasional mulai warga lorong Lumba-Lumba, Kelurahan
merebak di Negara kita ini. Kejahatan seperti Sindulang II, Kecamatan Tuminting, Minggu
kejahatan terorisme yang dulunya sebelum (31/8) sekira pukul 4.05 Wita. Jendry ditembak
reformasi jarang terjadi sekarang ini sering sekali di bagian kiri perut, karena telah
terjadi, hal ini dapat kita lihat dengan adanyan mengancam nyawa petugas. Diduga kehabisan
serangan Bom Bali 1 dan 2, serta kejahatan darah, korban akhirnya meninggal sekira pukul
tentang peredaran narkoba yang bersifat 04.30, setelah mendapat perawatan darurat di
internasioanal. RSU Bhayangkara, Karombasan. Keterangan
Adanya tantangan yang semakin berat saksi mata, peristiwa berawal dari tarkam
tersebut, POLRI yang sekarang sudah mandiri jelang subuh hari antara dua kelompok
diharapkan dapat menunjukkan bertetangga di Sindulang II. Saat itu, terjadi aksi
profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya saling serang antar kelompok Lumba-Lumba
dengan baik. Untuk menunjang pelaksanaan dan Kampung Sanger.3
kerjanya tersebut POLRI dibekali dengan Berita di atas hanya sedikit dari sekian
berbagai kewenangan. Salah satunya adalah banyaknya penggunaan kewenangan tembak
kewenangan untuk menembak dengan senjata
api atau lebih sering kita kenal dengan 3
Diakses dari
kewenangan tembak di tempat. Penggunaan http://manadopostonline.com/read/2014/09/01/Polisi-
kewenangan ini oleh anggota POLRI sering Tembak-Mati-Pelaku-Tarkam/5373. pada tanggal 27-
september-2014. pada pukul 10.00.
85
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
ditempat yang dilakukan oleh anggota POLRI 1. Dasar Hukum Dari Pelaksanaan Perintah
yang bertugas di lapangan. Meskipun Tembak Di Tempat
kewenangan tembak di tempat yang digunakan Dasar hukum Pelaksanaan kewenangan
dibenarkan oleh undang-undang namun dalam tembak di tempat yaitu :
pelaksanaannya masih terdapat oknum polisi a. Pada dasarnya pelaksanaan perintah
yang tidak mengerti atau tidak paham tembak di tempat merupakan salah satu
bagaimana pengaturan dan tata cara kewenangan yang masuk ke dalam
menggunakan kewenangan ini sesuai dengan diskresi kepolisian yang dalam
ketentuan hukum yang berlaku, dimana hal ini pelaksanaannya menuntut penilaian
dapat kita buktikan dengan adanya kasus sendiri dari petugas yang ada di lapangan
seperti diatas. (kecuali untuk perintah tembak di tempat
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap diatas, untuk megeksekusi terpidana mati).
maka penulis ingin mengangkat permasalahan Dimana hal ini sesuai dengan pengertian
diatas kedalam suatu penelitian dengan judul : diskresi kepolisian yaitu karena
“Tembak Ditempat Oleh Kepolisian Republik kewajibannya setiap anggota POLRI
Indonesia Ditinjau Berdasarkan Asas Praduga mempunyai wewenang untuk
Tak Bersalah”. mengadakan tindakan lain menurut
hukum yang dapat dipertanggung
B. Perumusan Masalah jawabkan (bertindak menurut
1. Bagaimana pengaturan pelaksanaan penilaiannya sendiri)5. Sehingga dasar
perintah dan pertanggungjawaban atas hukum dari pelaksanaan perintah tembak
pelaksanaan kewenangan tembak di di tempat sama dengan diskresi
tempat yang dimiliki oleh aparat kepolisian yaitu:
Kepolisian Negara Republik Indonesia? 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
2. Bagaimana pelaksanaan tembak di tentang Kepolisian Negara Republik
tempat ditinjau berdasarkan asas Indonesia Pasal 16 ayat 1 huruf I dan
praduga tak bersalah? Pasal 16 ayat 2, yang menyatakan :
a. Dalam rangka menyelenggarakan
C. Metode Penulisan. tugas sebagaimana dimaksud dalam
Penelitian bertujuan untuk Pasal 13 dan 14 di bidang proses
mengungkapkan kebenaran secara sistematis, pidana, Kepolisian Negara Republik
metodologis, dan konsisten. Melalui proses Indonesia berwenang untuk:
penelitian tersebut diadakan analisa dan l. mengadakan tindakan lain menurut
konstruksi terhadap data yang telah hukum yang bertanggung jawab.
dikumpulkan dan diolah.4 b. Tindakan lain sebagaimana dimaksud
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dalam ayat (1) huruf I adalah tindakan
metode penelitian kepustakaan yang bersifat penyelidikan dan penyidikan yang
yuridis normatif, artinya mengacu kepada dilaksanakan jika memenuhi syarat
norma hukum yang terdapat dalam peraturan sebagai berikut :
perundang-undangan, yurisprudensi serta 1. Tidak bertentangan dengan suatu
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di aturan hukum.
masyarakat. 2. Selaras dengan kewajiban hukum
yang mengharuskan tindakan
PEMBAHASAN tersebut dilakukan.
A. Pelaksanaan Perintah Tembak Di Tempat 3. Harus patut, masuk akal, dan
yang Dimiliki Oleh Aparat Kepolisian termasuk dalam lingkungan
Negara Republik Indonesia (POLRI) jabatannya.
4
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
5
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT.Raja Grafindo Manggala Naya Wiwarotama. Bantuan Hukum Bagi
Persada, Jakarta, 2004, hlm 1. Anggota Polri. Edisi November 2013. Hal. 9
86
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
6
Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas bintara POLRI Di
7
Lapangan, 2004, hal. 69 Ibid.
87
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
88
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
89
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
90
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016
91