Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum, Vol. IV/No.

6/Juli/2016

TEMBAK DITEMPAT OLEH KEPOLISIAN Pertanggungjawaban oleh orang yang


REPUBLIK INDONESIA DITINJAU memerintahkan Tembak di tempat secara
BERDASARKAN ASAS PRADUGA TAK administratif dan teknis, dimana secara
BERSALAH1 Administratif atasan yang memberi perintah
Oleh : Raymond Watabisu2 diberikan kewajiban untuk membuat laporan
polisi yang berisi alasan menurunkan perintah
ABSTRAK tembak di tempat dan juga laporan mengenai
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk pelaksanaan kewenangan tembak di tempat
mengetahui bagaimana pengaturan yang dilaporkan kepada atasannya dan secara
pelaksanaan perintah dan Teknis beranggungjawab secara penuh
pertanggungjawaban atas pelaksanaan terhadap anggotanya yang melaksanakan
kewenangan tembak di tempat yang dimiliki perintah perintah tembak di tempat sesuai
oleh aparat Kepolisian Negara Republik dengan komando yang diberikan.
Indonesia dan bagaimana pelaksanaan tembak Kata kunci: Tembak ditempat, Kepolisian,
di tempat ditinjau berdasarkan asas praduga praduga tak bersalah.
tak bersalah. Dengan menggunakan metode
penelitian yuridis normatif disimpulkan: 1. PENDAHULUAN
Demi kepentingan umum pejabat kepolisian A. Latar Belakang Masalah
negara republik indonesia dalam melaksanakan Negara Indonesia ialah Negara yang
tugas dan wewenangnya dapat bertindak berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak
menurut penilaiannya sendiri. Dimana yang berdasarkan atas kekuasaan belaka
dimaksud dengan bertindak menurut (machtsstaat). Pernyataan tersebut secara
penilaiannya sendiri adalah suatu tindakan tegas tercantum dalam Penjelasan Umum
yang dapat dilakukan oleh anggota kepolisian Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini
negara republik indonesia yang dalam menunjukkan bahwa Indonesia ialah negara
bertindak harus mempertimbangkan manfaat hukum. Sebagai negara hukum, Indonesia
serta resikonya dari tindakannya dan betul- menerima hukum sebagai ideologi untuk
betul untuk kepentingan umum. Hal ini sesuai menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan
dengan pasal 18 ayat 1 UU No.2 Tahun 2002. serta kesejahteraan bagi warga negaranya.
Situasi dan kondisi dapat diberlakukannya Konsekuensi dari itu semua ialah bahwa hukum
perintah tembak di tempat yaitu harus sesuai mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh
dengan ketentuan yang terdapat dalam warga negara Indonesia.
penggunaan senjata api oleh POLRI, terutama Kepolisian Negara Republik Indonesia
ketentuan tentang penggunaan senjata api oleh (POLRI) sejak terpisah dari Tentara Nasional
POLRI dalam keadaan terpaksa dan untuk Indonesia (TNI), yakni sejak dikeluarkannya
membela diri sendiri atau orang lain dan KETETAPAN MPR RI nomor VI/MPR/2000 telah
ancaman mati. 2. Hal yang harus diperhatikan mengalami banyak perubahan. Perubahan itu
dalam Pelaksanaan Perintah Tembak Di tidak hanya pada struktural organisasi POLRI
Tempat, harus sesuai dengan Pelaksanaan saja melainkan juga perubahan pada fungsi,
perintah tembak di tempat yang dilakukan oleh tugas, kedudukan dan kewenangan POLRI.
anggota kepolisisan itu memiliki implikasi Setelah berpisah dari TNI, POLRI sekarang ini
hukum, baik bagi yang memerintahkan maupun memiliki kedudukan dan yang lebih mandiri
yang di perintah. Maka setiap pihak yang (independent) dimana POLRI tidak lagi berada di
terlibat dalam pelaksanaan perintah tembak di bawah panglima ABRI melainkan langsung di
tempat, harus mempertanggungjawabkan di bawah Presiden. Hal ini telah ditegaskan dalam
depan hukum karena pelaksanaannya diatur Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 2
sesuai dengan hukum yang berlaku. tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang berbunyi “ Kepolisian Negara
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Dr. Rodrigo F. Elias,
Republik Indonesia berada di bawah Presiden”.
SH, MH., Max K. Sondakh, SH, MH Dengan kedudukan yang seperti itu, POLRI
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
110711086

84
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

nantinya langsung bertanggung jawab kepada digunakan untuk menangkap pelaku tindak
Presiden. pidana yang kadang dari pelaksanaan
POLRI pada era sekarang ini, harus mampu kewenangan tersebut kadang dapat
mengikuti perkembangan kemajuan yang ada di menghilangkan nyawa pelaku tindak pidana.
masyarakat terutama perkembangan di bidang Pelaksanaan kewenangan tembak di tempat
hukum. Perkembangan di bidang hukum di kian hari kian marak digunakan oleh aparat
Negara kita telah mengalami banyak sekali kepolisian, hal ini dapat kita lihat dari berbagai
kemajuan terutama setelah bergulirnya era media massa baik itu media televisi maupun
reformasi mengenai beberapa ketentuan/ koran yang hampir tiap hari memberitakan
aturan hukum yang dulunya tidak diatur, tetapi tantang penggunaan kewenangan ini. Hak
sekarang diatur. Aturan/ hukum itu antara lain seorang tersangka untuk tidak dianggap
hukum yang mengatur tentang Hak Asasi bersalah sampai pada putusan pengadilan yang
Manusia (HAM), yang perkembangannya menyatakan sebaliknya (praduga tak bersalah)
diawali dengan disahkannya Undang-Undang sesungguhnya juga bukan hak yang bersifat
Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi absolut, baik dari sisi formil maupun sisi
Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan material, karena hak ini tidak termasuk non-
atau penghukuman lain yang kejam tidak derogable rights seperti halnya hak untuk hidup
manusiawi dan merendahkan martabat atau hak untuk tidak dituntut dengan hukum
manusia, disusul dengan Undang-Undang yang berlaku surut (non-retroaktif). Hal ini
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi dapat dilihat dalam pasal 8 UU No. 4 Tahun
Manusia, dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman, dan di
2000 Tentang Peradilan Hak Asasi Manusia, dan dalam penjelasan umum UU No. 8 Tahun 1981
peraturan-peraturan yang lainnya. tentang KUHAP, yang menyatakan setiap orang
Berlakunya aturan tersebut diatas pada era yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut,
sekarang ini aparat penegak hukum dalam hal dan dihadapkan di depan pengadilan wajib
ini aparat POLRI harus bertindak sesuai undang- dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan
undang tersebut diatas. POLRI sebagai corong pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan
hukum yang langsung berhadapan dengan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
masyarakat harus mampu menjunjung tinggi Instruksi tembak di tempat kepada pelaku
HAM dan tidak melanggar HAM. Melihat tawuran antar kampung (tarkam) akhirnya
kondisi keamanan di Negara kita sekarang lebih dijalankan. Aparat kepolisian menembak Jendry
berat, karena sejak bergulirnya reformasi Yanto Lalala diduga seorang pelaku tarkam
kejahatan yang bersifat transnasional mulai warga lorong Lumba-Lumba, Kelurahan
merebak di Negara kita ini. Kejahatan seperti Sindulang II, Kecamatan Tuminting, Minggu
kejahatan terorisme yang dulunya sebelum (31/8) sekira pukul 4.05 Wita. Jendry ditembak
reformasi jarang terjadi sekarang ini sering sekali di bagian kiri perut, karena telah
terjadi, hal ini dapat kita lihat dengan adanyan mengancam nyawa petugas. Diduga kehabisan
serangan Bom Bali 1 dan 2, serta kejahatan darah, korban akhirnya meninggal sekira pukul
tentang peredaran narkoba yang bersifat 04.30, setelah mendapat perawatan darurat di
internasioanal. RSU Bhayangkara, Karombasan. Keterangan
Adanya tantangan yang semakin berat saksi mata, peristiwa berawal dari tarkam
tersebut, POLRI yang sekarang sudah mandiri jelang subuh hari antara dua kelompok
diharapkan dapat menunjukkan bertetangga di Sindulang II. Saat itu, terjadi aksi
profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya saling serang antar kelompok Lumba-Lumba
dengan baik. Untuk menunjang pelaksanaan dan Kampung Sanger.3
kerjanya tersebut POLRI dibekali dengan Berita di atas hanya sedikit dari sekian
berbagai kewenangan. Salah satunya adalah banyaknya penggunaan kewenangan tembak
kewenangan untuk menembak dengan senjata
api atau lebih sering kita kenal dengan 3
Diakses dari
kewenangan tembak di tempat. Penggunaan http://manadopostonline.com/read/2014/09/01/Polisi-
kewenangan ini oleh anggota POLRI sering Tembak-Mati-Pelaku-Tarkam/5373. pada tanggal 27-
september-2014. pada pukul 10.00.

85
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

ditempat yang dilakukan oleh anggota POLRI 1. Dasar Hukum Dari Pelaksanaan Perintah
yang bertugas di lapangan. Meskipun Tembak Di Tempat
kewenangan tembak di tempat yang digunakan Dasar hukum Pelaksanaan kewenangan
dibenarkan oleh undang-undang namun dalam tembak di tempat yaitu :
pelaksanaannya masih terdapat oknum polisi a. Pada dasarnya pelaksanaan perintah
yang tidak mengerti atau tidak paham tembak di tempat merupakan salah satu
bagaimana pengaturan dan tata cara kewenangan yang masuk ke dalam
menggunakan kewenangan ini sesuai dengan diskresi kepolisian yang dalam
ketentuan hukum yang berlaku, dimana hal ini pelaksanaannya menuntut penilaian
dapat kita buktikan dengan adanya kasus sendiri dari petugas yang ada di lapangan
seperti diatas. (kecuali untuk perintah tembak di tempat
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap diatas, untuk megeksekusi terpidana mati).
maka penulis ingin mengangkat permasalahan Dimana hal ini sesuai dengan pengertian
diatas kedalam suatu penelitian dengan judul : diskresi kepolisian yaitu karena
“Tembak Ditempat Oleh Kepolisian Republik kewajibannya setiap anggota POLRI
Indonesia Ditinjau Berdasarkan Asas Praduga mempunyai wewenang untuk
Tak Bersalah”. mengadakan tindakan lain menurut
hukum yang dapat dipertanggung
B. Perumusan Masalah jawabkan (bertindak menurut
1. Bagaimana pengaturan pelaksanaan penilaiannya sendiri)5. Sehingga dasar
perintah dan pertanggungjawaban atas hukum dari pelaksanaan perintah tembak
pelaksanaan kewenangan tembak di di tempat sama dengan diskresi
tempat yang dimiliki oleh aparat kepolisian yaitu:
Kepolisian Negara Republik Indonesia? 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
2. Bagaimana pelaksanaan tembak di tentang Kepolisian Negara Republik
tempat ditinjau berdasarkan asas Indonesia Pasal 16 ayat 1 huruf I dan
praduga tak bersalah? Pasal 16 ayat 2, yang menyatakan :
a. Dalam rangka menyelenggarakan
C. Metode Penulisan. tugas sebagaimana dimaksud dalam
Penelitian bertujuan untuk Pasal 13 dan 14 di bidang proses
mengungkapkan kebenaran secara sistematis, pidana, Kepolisian Negara Republik
metodologis, dan konsisten. Melalui proses Indonesia berwenang untuk:
penelitian tersebut diadakan analisa dan l. mengadakan tindakan lain menurut
konstruksi terhadap data yang telah hukum yang bertanggung jawab.
dikumpulkan dan diolah.4 b. Tindakan lain sebagaimana dimaksud
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dalam ayat (1) huruf I adalah tindakan
metode penelitian kepustakaan yang bersifat penyelidikan dan penyidikan yang
yuridis normatif, artinya mengacu kepada dilaksanakan jika memenuhi syarat
norma hukum yang terdapat dalam peraturan sebagai berikut :
perundang-undangan, yurisprudensi serta 1. Tidak bertentangan dengan suatu
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di aturan hukum.
masyarakat. 2. Selaras dengan kewajiban hukum
yang mengharuskan tindakan
PEMBAHASAN tersebut dilakukan.
A. Pelaksanaan Perintah Tembak Di Tempat 3. Harus patut, masuk akal, dan
yang Dimiliki Oleh Aparat Kepolisian termasuk dalam lingkungan
Negara Republik Indonesia (POLRI) jabatannya.

4
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
5
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT.Raja Grafindo Manggala Naya Wiwarotama. Bantuan Hukum Bagi
Persada, Jakarta, 2004, hlm 1. Anggota Polri. Edisi November 2013. Hal. 9

86
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

4. Pertimbangan yang layak diberlakukannya tembak di tempat, dimana


berdasarkan keadaan yang tembak di tempat dapat diberlakukan jika
memaksa; dan terdapat situasi dan kondisi/keadaan yang
5. Menghormati Hak Asasi Manusia. membahayakan nyawa, atau adanya keadaan
yang mengancam (adanya ancaman kejahatan)
2. Situasi dan Kondisi Dapat Diberlakukannya terhadap kehormatan, harta benda sendiri
Perintah Tembak Ditempat maupun orang lain. Yang mana penilaian atas
Situasi dan kondisi dapat diberlakukannya keadaan tersebut sesuai dengan penilaian
perintah tembak di tempat yaitu harus sesuai petugas kepolisian yang menghadapi situasi
dengan ketentuan yang terdapat dalam tersebut, untuk kemudian diambil tindakan
penggunaan senjata api oleh POLRI, terutama situasi tersebut.
ketentuan tentang penggunaan senjata api oleh
POLRI :6 B. Pertanggungjawaban Atas Pelaksanaan
a) Hanya digunakan dalam keadaan Kewenangan Tembak di Tempat Yang
terpaksa. Dilakukan Oleh Aparat Kepolisian Republik
b) Untuk membela diri sendiri atau orang Indonesia Sesuai Dengan Hukum Yang
lain dan ancaman mati atau luka parah Berlaku
dalam jarak dekat. Pelaksanaan perintah tembak di tempat
c) Untuk mencegah kejahatan yang sangat yang dilakukan oleh anggota kepolisian itu
yang menimbulkan ancaman terhadap memilki implikasi hukum, baik bagi yang
nyawa. memerintahkan maupun yang diperintah. Maka
d) Untuk menangkap atau mencegah setiap pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
larinya orang yang telah melakukan perintah tembak di tempat harus
ancaman dan menolak untuk mempertanggungjawabkan di depan hukum
menghentikan ancaman-ancaman. karena pelaksanaannya diatur sesuai dengan
e) Penggunaan senjata api yang hukum yang berlaku. Adanya pengaturan
mematikan secara sengaja pertanggungjawaban atas pelaksanaan
diperkenankan apabila sama sekali kewenangan tembak di tempat itu dapat kita
tidak dapat dihindari untuk melindungi lihat dari:
kehidupan manusia. Bentuk pertanggungjawaban atas
f) Dilakukan karena terpaksa untuk pelaksanaan tembak di tempat ini dibagi
membela diri atau orang lain karena menjadi dua yaitu :
ada ancaman serangan yang melawan a. Pertanggungjawaban oleh yang
hukum terhadap kehormatan, harta memerintahkan tembak di tempat
benda sendiri maupun orang lain. Pertanggungjawaban oleh orang yang
g) Dilakukan tetap dalam kendali dan memerintahkan Tembak di tempat ini dibagi
diarahkan untuk tujuan menyerah menjadi dua yakni pertanggungjawaban secara
secepatnya. administrtatif dan pertanggungjawaban secara
h) Dilakukan tidak berlebihan, hindari teknis. Untuk pertanggungjawaban secara
kerugian baik fisik dan material. administratatif atasan yang memberi perintah
i) Dilakukan tidak untuk menciptakan diberikan kewajiban untuk membuat laporan
penderitaan dan memberikan jaminan polisi yang berisi alasan menurunkan perintah
kepada mereka yang menyerah, luka, tembak di tempat dan juga laporan mengenai
dan sakit. pelaksanaan kewenangan tembak di tempat
j) Tidak menyakiti yang tidak berdaya dan yang dilaporkan kepada atasannya. Hal tersebut
tidak menjurus perbuatan yang sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam
biadab/brutal. Kitab Undang-undang Hukum acara pidana
Berdasarkan ketentuan diatas dapat kita Pasal 75 ayat 1 huruf k yang menyatakan :7
ketahui mengenai kondisi dan situasi dapat

6
Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas bintara POLRI Di
7
Lapangan, 2004, hal. 69 Ibid.

87
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

“Berita acara dibuat untuk setiap tindakan e. Pemasukan rumah


tentang pelaksanaan tindakan lain sesuai f. Pemeriksaan surat
dengan ketentuan dalam Undang–Undangini.” g. Pemeriksaan saksi
Sehingga sesuai dengan ketentuan di atas h. Pemeriksaan saksi
seorang atasan yang memberikan perintah i. Pemeriksaan di tempat kejadian
wajib membuat laporan polisi (berita) apabila j. Pelaksanaan tindakan lain sesuai
telah memberikan perintah dalam hal ini dengan ketentuan dalam undang-
perintah tembak di tempat, karena perintah undang ini.
tersebut merupakan suatu tindakan yang sesuai k. Penyitaan benda
dengan ketentuan yang ada dalam Pasal diatas. 2. Berita acara dibuat oleh pejabat yang
Untuk pertanggungjawaban secara Teknis bersangkutan dalam melakukan
adalah bertanggungjawab secara penuh tindakan tersebut pada ayat (1) dan
terhadap anggotanya yang melaksanakan dibuat atas kekuatan sumpah jabatan
perintah tembak di tempat sepanjang 3. Berita acara tersebut selain
anggotanya itu melaksanakan perintah tembak ditandatangani oleh pejabat tersebut
di tempat sesuai dengan komando yang pada ayat (2) ditandatangani pula oleh
diberikan, hal ini sesuai dengan Peraturan semua pihak yang terlibat dalam
kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol : tindakan tersebut pada ayat (1).
7 Tahun 2006 Tentang Kode Etik Profesi Sehingga pembuatan berita acara
Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 7 tentang pelaksanaan perintah tembak
ayat 1 yang menyatakan bahwa “setiap anggota di tempat itu mutlak karena hal ini telah
POLRI wajib memegang teguh garis komando ditegaskan oleh ketentuan yang
dan mematuhi jenjang kewenangan dan terdapat dalam pasal diatas. Berita
bertindak berdasarkan aturan dan tata cara acara yang telah dibuat itu nantinya
yang berlaku” sehingga jika dalam harus diserahkan kepada atasan yang
pelaksanaannya terjadi pelanggaran atasan berhak sebagai bentuk
yang memerintahkan tembak di tempat dapat pertanggungjawaban atas pelaksanaan
dikenai sanksi. perintah dan juga laporann itu serta
diserahkan ke bagian administrasi
 Pertanggungjawaban oleh yang untuk disimpan sebagai arsip dokumen
melaksanakan perintah tembak di tempat negara yang sewaktu-waktu dapat
Pertanggungjawaban oleh yang diadakan peninjauan kembali. Proses
melaksanakan perintah tembak di tempat ini pelaporan dan peninjauan kembali di
juga di bagi dua yakni secara administrtatif dan atas sesuai dengan Prinsip Dasar
pertanggungjawaban secara teknis. Seacara Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api
administratif petugas POLRI yang telah yang ke 12 yang menyatakan bahwa “
melaksanakan perintah tembak di tempat wajib pemerintah dan agen-agen penegak
membuat laporan polisi/berita acara mengenai hukum harus menjamin bahwa suatu
tindakan yang dilakukan (menggunakan senjata proses peninjauan tersedia, dan
api) yang di dalamnya memuat tentang otoritas administratif yang mandiri
kronologis peristiwa yang terjadi selama otoritas penuntutan mampu
pelaksanaan kewenangan tembak di tempat itu melaksanakan yuridiksi dan keadaan-
dilaksanakan. Laporan/berita acara ini dibuat keadaan yang semestinya: dalam kasus
sebagai kewajiaban sebagaimana tertuang kematian, luka berat atau akibat-akibat
dalam Pasal 75 KUHAP yang berbunyi: berat lainnya, maka suatu suatu
1. Berita acara dibuat untuk setiap laporan terperinci harus dikirim
tindakan tentang: secepatnya ke otoritas yang berwenang
a. Pemeriksaan tersangka yang bertanggungjawab untuk
b. Penangkapan peninjauan kembali dan kontrol
c. Penahanan peradilan“ (Prinsip Dasar Penggunaan
d. Penggeledahan Kekerasan dan Senjata Api yang ke 12

88
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

dalam C. De rover, 2000:326). Dan PENUTUP


untuk pertanggungjawaban secara A. Kesimpulan
teknisnya bertanggungjawab atas 1. Demi kepentingan umum pejabat
pelaksanaan kewenangan tembak di kepolisian negara republik indonesia
tempat yang telah di perintahkan dalam melaksanakan tugas dan
dengan melaksanakannya sesuai wewenangnya dapat bertindak menurut
dengan wewenang yang dimlikinya penilaiannya sendiri. Dimana yang
serta sesuai dengan ketentuan yang dimaksud dengan bertindak menurut
terdapat dalam surat perintah tembak penilaiannya sendiri adalah suatu
di tempat.8 Dimana hal ini sesuai tindakan yang dapat dilakukan oleh
dengan Undang-Undang Nomor 2 anggota kepolisian negara republik
Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara indonesia yang dalam bertindak harus
Republik Indonesia pasal 19 ayat 1 yang mempertimbangkan manfaat serta
menyatakan “dalam melaksanakan resikonya dari tindakannya dan betul-
tugas dan wewenangnya, pejabat betul untuk kepentingan umum. Hal ini
kepolisian Indonesia senantiasa sesuai dengan pasal 18 ayat 1 UU No.2
bertindak berdasarkan norma hukum Tahun 2002. Situasi dan kondisi dapat
dan mengindahkan norma agama, diberlakukannya perintah tembak di
kesopanan, kesusilaan, serta tempat yaitu harus sesuai dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia” ketentuan yang terdapat dalam
dan juga dalam melaksanakan perintah penggunaan senjata api oleh POLRI,
tembak di tempat selain berpegang terutama ketentuan tentang
pada pasal itu harus berpegang pada penggunaan senjata api oleh POLRI
diskresi kepolisian,. Sehingga akibat dalam keadaan terpaksa dan untuk
yang timbul dari pelaksanaan tembak di membela diri sendiri atau orang lain dan
tempat itu menjadi tanggungjawabnya ancaman mati.
(harus dipertanggungjawabkan di 2. Hal yang harus diperhatikan dalam
depan hukum), dan juga secara teknis Pelaksanaan Perintah Tembak Di
jika tersangka yang terkena peluru saat Tempat, harus sesuai dengan
akan ditangkap sehingga menderita Pelaksanaan perintah tembak di tempat
luka maka wajib diberikan pertolongan yang dilakukan oleh anggota kepolisisan
dengan membawa tersangka ke dokter itu memiliki implikasi hukum, baik bagi
atau ke rumah sakit, jika tersangka yang memerintahkan maupun yang di
pada saat pelaksanaan perintah tembak perintah. Maka setiap pihak yang
di tempat meninggal maka jenasahnya terlibat dalam pelaksanaan perintah
segera dikirim ke rumah sakit untuk tembak di tempat, harus
diadakan proses autopsi terhadapnya mempertanggungjawabkan di depan
untuk mengetahui sebab kematian yang hukum karena pelaksanaannya diatur
sesudah itu petugas wajib sesuai dengan hukum yang berlaku.
menyerahkan jenasah kepada Pertanggungjawaban oleh orang
keluarganya. Untuk setiap tersangka yang memerintahkan Tembak di tempat
yang tertangkap (baik itu terangkap secara administratif dan teknis, dimana
tangan atau tidak) wajib diberikan surat secara Administratif atasan yang
penangkapan kepada tersangka dan memberi perintah diberikan kewajiban
tembusannya kepada keluarganya hal, untuk membuat laporan polisi yang
ini dimaksudkan agar POLRI tidak berisi alasan menurunkan perintah
dipraperadilankan oleh terangka, tembak di tempat dan juga laporan
keluarga maupun kuasa hukumnya. mengenai pelaksanaan kewenangan
tembak di tempat yang dilaporkan
kepada atasannya dan secara Teknis
beranggungjawab secara penuh
8
Ibid.

89
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

terhadap anggotanya yang Amirudin, dan H. Zainal Asikin. Pengantar


melaksanakan perintah perintah tembak Metode Penelitian Hukum. PT. Raja
di tempat sesuai dengan komando yang Grafindo Persada, Jakarta. 2004.
diberikan. Kansil, C.S.T. Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum.
Jakarta : Pradnya Paramita. 2003.
B. Saran Hamzah Andi. Hukum acara pidana Indonesia.
1. Supaya pengetahuan tentang aturan Sinar Grafika. Jakarta. 2006.
serta teknis pelaksanaan kewenangan Kusumah Mulyana W. Perspektif, Teori, Dan
tembak di tempat untuk diketahui dan Kebijaksanaan Hukum. CV. Rajawali.
dipahami oleh setiap anggota POLRI Jakarta. 2006.
agar nantinya dalam pelaksanaan Lopa Baharuddin. Pertumbuhan Demokrasi
kewenangan tembak di tempat Penegakan Hukum Dan Perlindungan Hak
maupun perintah tembak di tempat Asasi Manusia. PT Yarsif Watampone.
tidak melanggar hukum yang ada. Dan Jakarta. 1999.
Perlunya sosialisasi kepada anggota Manggala Naya Wiwarottama, Bantuan Hukum
POLRI khususnya dan masyarakat pada Bagi Anggota Polri, dalam majalah Polda
umumnya mengenai prosedur tetap DIY, Edisi November 2013
tentang penggunaan senjata api oleh Moeleong Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif.
POLRI agar nantinya jika terjadi Bandung : PT. Remaja Rosakarya. 1993.
pelanggaran masyarakat dapat Mertokusumo Sudikno. Mengenal Hukum.
melaporkan kepada pihak yang Liberty. Yogyakarta. 2000.
berwenang, sehingga petugas yang Prints Darwan. Hukum acara pidana dalam
berada di lapangan tidak dapat praktik. Djambatan. Bandung. 1998.
sembarangan mempergunakan senjata Projohamidjojo Martiman. Penyelidikan dan
apinya saat bertugas. Penyidikan. Jakarta Timur : Ghalia
2. Supaya pemahanan akan nilai-nilai hak Indonesia. 1983, Komentar Atas Kuhap Kitab
asasi manusia oleh setiap anggota Udang-Undang Hukum Acara Pidana. PT
POLRI agar dalam pelaksanaan Pradnya Paramita. Jakarta. 2000.
tugasnya dalam hal ini pelaksanaan Radja Untung S, Kedudukan dan Fungsi Polisi
kewenangan tembak di tempat sebisa Republik Indonesia Dalam Sistem
mungkin tidak melanggar hak asasi Ketatanegaraan, bandung. 2003
manusia. Pentingnya pelatihan Rover, c. de. To Serve & To Protect Acuan
penggunaan senjata api untuk setiap Universal Penegakkan HAM. Jakarta: Raja
anggota POLRI yang dilakukan secara Grafindo Persada. 2000.
periodik agar pada saat Sunggono Bambang. Metode Penelitian Hukum.
mempergunakan senjata api saat PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2011.
melaksanakan tugas di lapangan tidak Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
menimbulkan korban yang tidak Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
perlu/korban yang terkena peluru PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2004,
nyasar. Dan pentingya transparansi atas Soekanto Soerjono, Pokok–pokok Sosiologi
penyelesaian suatu kasus Hukum. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
penyalahgunaan kewenangan tembak 2009, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press,
di tempat yang dilakukan oleh oknum Jakarta. 1986.
anggota POLRI agar nantinya dapat Utomo Warsito Hadi. Hukum Kepolisian Di
diketahui oleh setiap anggota POLRI Indonesia. Jakarta : Prestasi Pustaka
dan masyarakat sehingga diharapkan Publisher. 2005.
kasus yang serupa tidak akan terjadi Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1964
lagi. Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
Yang Dijatuhkan Oleh Pengadilan Di
DAFTAR PUSTAKA Lingkungan Peradilan Umum Dan Militer.

90
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2003


Tentang Pelaksanaan Teknis Institusional
Peradilan Umum Peradilan Umum Bagi
Anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 Tentang
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Surat Keputusan KAPOLRI NO.POL : Skep/
1810/III/2006 Tentang Buku Pedoman Tugas
Bintara POLRI Di Lapangan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang
Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
Tentang Pengadilan Hak asasi Manusia.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
KETETAPAN MPR RI nomor VI/MPR/2000
Tentang Pemisahan Tentara Nasional
Indonesia Dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
KETETAPAN MPR RI No.VII/MPR/2000 Tentang
Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Diakses dari http://cybersulutdaily.com/jangan-
biarkan-polisi-berjalan-sendiri-jaga-
keamanan-sulut/.
Diakses dari
http://manadopostonline.com/read/2014/0
9/01/Polisi-Tembak-Mati-Pelaku-
Tarkam/5373.

91

Anda mungkin juga menyukai