Anda di halaman 1dari 22

HUKUM EKONOMI

“PENGERTIAN PASAR MODAL”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK :

1. GRRATIO JUSTITIO PASLA 210711010745

2. Billy Rorong 210711010735

3. Rennal F Sondakh 210711010764

4. Fernando Tansira 210711010741

5. Swingly Mewengkang 210711010768

6. Mangaku gerard 210711010754

7.Lucky Liouw 210711010753

8. Firnan jusuf 210711010742


ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1. Latar Belakang.................................................................................
1.2. Identifikasi Masalah.........................................................................
1.3. Sistematika Penulisan.....................................................................
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................
2.4. Tindak Pidana Insubordinasi...........................................................
2.5. Unsur-Unsur Tindak Pidana Insubordinasi......................................
2.8. Faktor-Faktor Penyebab Tindak Pidana Insubordinasi....................
1) Faktor Internal..................................................................................
2) Faktor Eksternal...............................................................................
2.9. Contoh Kasus Insubordinasi Putusan Mahkamah Agung
Mengenai Tindak Pidana Insubordinasi.....................................................
2.10. Ancaman Hukuman Pidana Bagi Pelaku Insubordinasi dalam
KUHPM.................................................................................................
BAB III
PENUTUP.....................................................................................................
3.1. Simpulan..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
Lampiran.......................................................................................................
iii
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Militer atau lebih dikenal dengan TNI (Tentara Nasional Indonesia)

di Indonesia, merupakan angkatan bersenjata Negara Republik Indonesia

yang terdiri dari, TNI angkatan darat, TNI angkatan Laut, dan TNI

angkatan Udara. TNI memiliki peran, fungsi, dan tugas yang lebih berat

dibandingkan dengan sipil di Indonesia.

TNI berperan sebagai alat pertahanan negara Indonesia, yang

berfungsi mempertahankan negara dalam segala bentuk ancaman

bersenjata dari dalam negeri (internal) maupun dari luar (eksternal)

negeri. TNI juga, memiliki tugas pokok menegakkan kedaulatan,

mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan melindungi segenap bangsa dan warga negara Indonesia.

Dalam menjalankan segenap peran, fungsi dan tugas pokoknya

dalam mempertahankan negara, anggota TNI memiliki tanggung jawab

yang sangat besar terhadap negara Indonesia, sehingga setiap anggota

harus memiliki kemampuan dan sikap yang profesional sesuai dengan

kode etiknya.

Namun, tidak dapat dipungkiri dalam menjalankan tugasnya, ada

beberapa oknum TNI yang kurang memiliiki tanggung jawab terhadap


5

tugas yang diembannya. Karena hal tersebut, ada beberapa tindak pidana

yang dilakukan oleh oknum TNI tersebut. Salah satu tindak pidana yang

dilakukan adalah tindak pidana insubordinasi oleh TNI.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa salah satu tindak pidana

yang dilakukan oleh oknum TNI adalah tindak pidana insubordinasi. Hal

tersebut menjadikan penulisan lebih lanjut mengenai makalah ini untuk

mendapatkan kepastian hukum bagi oknum TNI tersebut, yang ditinjau

dari hukum pidana militer Indonesia.

1.2. Identifikasi Masalah

Pada penelitian ini, kami mencoba mengemukakan beberapa masalah,

sebagai berikut:

1) Bagaimana gambaran umum mengenai jenis-jenis tindak pidana

insubordinasi dalam hukum militer Indonesia?

2) Bagaimana gambaran umum mengenai ancaman pidana bagi

pelaku tindak pidana insubordinasi oleh militer dalam hukum militer

di Indonesia?

Dari uraian diatas, dapatlah diidentifikasi masalah yang akan diteliti,

yaitu: “Bagaimana gambaran umum mengenai tindak pidana insubordinasi

dalam hukum pidana militer di Indonesia?”.


6

1.3. Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan makalah ini, penyusun membagi kedalam tiga bab

dengan maksud agar memiliki susunan yang sistematis, sehingga dpat

memudahkan untuk mengetahui dan memahami hubungan antara bab

yang satu dengan bab yang lain sebagai suatu rangkaian yang konsisten

dan tidak dapat dilakukan secara acak yang masing-masing digolongkan

dalam sub bab. Adapun sistematika tersebut adalah:

1) Pendahuluan

Pada bab ini akan membahas tentang pendahuluan yang

mendasar dan pengantar awal dari penulisan tugas akhir ini. Oleh

karena itu, dalam bab ini terdapat latar belakang, identifikasi masalah,

tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

2) Pembahasan

Dalam bab ini akan membahas mengenai pengertian tindak pidana

militer, subjek tindak pidana militer, jenis-jenis tindak pidana militer,

tindak pidana insubordinasi, unsur-unsur tindak pidana insubordinasi,

jenis-jenis tindak pidana insubordinasi menurut KUHP, jenis-jenis

tindak pidana insubordinasi menurut KUHPM, faktor-faktor tindak

pidana insubordinasi, contoh kasus insubordinasi putusan Mahkamah

Agung mengenai Tindak Pidana Insubordinasi, dan ancaman hukuman

pidana bagi pelaku tindak pidana insubordinasi dalam KUHPM.


7

3) Penutup

Pada bab terakhir ini adalah sebagai penutup dari keseluruhan

pembahasan bab-bab sebelumnya. Pada bagian inilah terdapat

simpulan dari uraian pembahasan mengenai tindak pidana

insubordinasi dalam hukum pidana militer Indonesia, serta saran-saran

yang berkaitan dengan tindak pidana insubordinasi dalam hukum

pidana militer Indonesia.


8

BAB II

PEMBAHASAN

1.Tindak Pidana Insubordinasi

Tindak pidana Insubordinasi adalah ketidakpatuhan kepada atasan

atau peraturan perintah atau penolakan perintah, dapat pula diartikan

dengan perbuatan yang bertentangan dengan pengabdian. Tindak

pidana Insubordinasi ini dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

diatur dalam Pasal 459 ayat (1) dan Pasal 460 ayat (2) yang berkaitan

mengenai perbuatan awak kapal yang melawan terhadap atasannya.

Sedangkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer,

Tindak Pidana Insubordinasi diatur dalam Pasal 106, 107, 108, dan

109. Dalam KUHPM, Tindak pidana insubordinasi ini diatur berkaitan

dengan perbuatan seorang bawahan dalam hal ini seorang tentara yang

memiliki pangkat lebih rendah terhadap atasan yang pangkatnya lebih

tinggi darinya. Pembagian kategori tindak pidana insubordinasi dapat

dijelaskan dalam bagan sebagai berikut:

Insubordinasi
9

(Pasal 105)

Insubordinasi dengan tindakan nyata (INDAKTA)


(Pasal 106)

INDAKTA yang INDAKTA oleh 2 orang INDAKTA dalam waktu

direncanakan atau lebih – Muiterij perang / muiterij dikapal

(Pasal 107) (Pasal 108) (Pasal 109)

2.Unsur-Unsur Tindak Pidana Insubordinasi

Unsur-unsur dari tindak pidana insubordinasi merupakan hal yang

penting sebagai dasar pertimbangan Hakim untuk menerapkan sanksi

pidana terhadap prajurit TNI yang melakukan tindak pidana

insubordinasi. Pada unsur tindak pidana ini antara perbuatan dan

pertanggungjawaban pidana merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan.1

Unsur ini juga sebagai landasan untuk menentukan tentang hal

meringankan atau memberatkan seseorang yang melakukan tindak

pidana. Dengan adanya unsur ini lahirnya fakta-fakta atas perbuatan yang

dilakukan oleh prajurit TNI itu sendiri, adapun unsurnya menurut Pasal

106 KUHPM adalah:

1
Frans Maramis, 2013, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis Di Indonesia, Jakarta,
Raja Grafindo Persada, hlm. 82.
10

1) Militer

Yang dimaksud militer menurut Pasal 46 KUHPM adalah mereka

yang berikatan dinas secara sukarela pada Angkatan Perang dan

diwajibkan berada dalam dinas secara terus-menerus dan tenggang

waktu ikatan dinas tersebut disebut militer ataupun semua

sukarelawan lainnya pada Angkatan Perang dan para wajib militer

selama mereka berada dalam ikatan dinas.

Bahwa di Indonesia yang dimaksud dengan militer adalah

kekuatan Angkatan Perang dari suatu negara yang diatur berdasarkan

peraturan Perundang-undangan Pasal 1 angka 20 UU Nomor 34

Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

2) Disengaja dengan Tindakan Nyata Menyerang Atasan

a) Menurut M.V.T bahwa yang dimaksud dengan kesengajaan

adalah menghendaki dan menginsafi terjadinya suatu

tindakan beserta akibatnya, artinya seorang melakukan suatu

tindakan dengan sengaja harus menghendaki dan menginsafi

tindakannya tersebut dan atau akibatnya yang merupakan

bentuk kesalahan dalam tindak pidana dolus.

b) Dimaksud dengan suatu tindakan nyata adalah tindakan materiil

dalam wujud menggunakan suatu kekuatan tenaga dari si

pelaku atau Terdakwa guna mencapai yang namanya sasaran.


11

c) Dimaksud menyerang atasan adalah suatu perbuatan

terhadap atasan dimana aktifitas dari atasan tersebut kepada

bawahan belum ada.2

3) Melawannya Dengan Kekerasan Atau Ancaman Kekerasan,

Merampas Kemerdekaannya Untuk Bertindak Ataupun

Memaksanya Dengan Kekerasan Atau Ancaman Kekerasan

Untuk Melaksanakan Atau Mengabaikan Suatu Pekerjaan

Dinas

a) Bahwa yang dimaksud dengan kekerasan adalah perbuatan

yang dilakukan Terdakwa yang menggunakan tenaga atau

kekuatan fisik terhadap orang lain dengan tujuan membuat

sakit, atau menderita, adapun cara melakukanya dengan

cara memukul, menendang, mencekik dan sebagainya.

b) Bahwa yang dimaksud dengan ancaman kekerasan adalah

suatu perbuatan dari Terdakwa terhadap orang lain dengan

maksud agar orang lain itu merasa ketakutan karena sesuatu

yang mengancam dan merugikan dirinya dengan kekerasan.3

4) Yang Mengakibatkan Luka

a) Unsur yang satu ini merupakan syarat pemidanaan hal tersebut

tersirat dari kata mengakibatkan yang berarti terhadap

perbuatannya atau tindakannya pelaku atau Terdakwa baru

dipidana jika mengakibatkan luka pada orang.

2
S.R.Sianturi, 1985, Hukum Pidana Militer Di Indonesia, Jakarta, Alumni AHAEM-
PATEHAEM, hlm. 341.
3
Ibid.
12

b) Diartikan sebagai luka adalah adanya kelainan atau

perubahan pada kulit, yang pada umumnya menimbulkan rasa

sakit atau rasa tidak enak pada diri orang lain.

c) Luka-luka disini termasuk juga luka memar yaitu luka yang

terjadi pada bagian dalam, walaupun di luar tidak terlihat

adanya luka. Misalnya luka pada bagian daging, luka pada isi

kepala atau otak, luka pada isi tulang atau sumsum, dan luka

pada isi rongga badan lainnya.4

2.1. Jenis-Jenis Tindak Pidana Insubordinasi Menurut KUHP

Tindak Pidana insubordinasi jauh lebih dahulu diatur oleh KUHP

dibandingkan dengan KUHPM, tetapi yang diatur dalam KUHP hanyalah

sebatas perbuatan tindak pidana yang dilakukan di atas kapal.

Tindak pidana insubordinasi dalam KUHP yang Penulis temukan

termuat dalam Pasal 459, Pasal 460 dan Pasal 461 KUHP.

1) Menurut Pasal 459 KUHP

Tindak pidana ini dinamakan tindak pidana insubordinasi

dikarenakan seorang penumpang atau seorang kelasi dari suatu kapal

negara Republik Indonesia mengancam atau menyerang nahkodahnya

dengan kekerasan atau menahannya dengan maksud tertentu.

2) Menurut Pasal 460 KUHP


4
Sugiman, wawancara pada tanggal 23 Desember 2016 di Kantor Oditurat Militer II-
11 Yogyakarta.
13

Insubordinasi ini dikatakan sebagai Muiterij atau dikatakan

sebagai suatu “Pemberontakan” yang dilakukan yang pelakunya

setidaknya dua orang atau lebih yang membuat nahkoda atau petugas

kapal luka-luka atau bahkan sampai meninggal dunia.

3) Menurut Pasal 461 KUHP

Pelaku dari tindak pidananya adalah kelasi atau bisa dikatakan

anak-anak kapal yang menghasut supaya melakukan

pemberontakan, atau menghasut melakukan pemogokan-pemogokan

aktifitas yang ada pada kapal.

2.2. Jenis-Jenis Tindak Pidana Insubordinasi Menurut KUHPM

1) Menurut Pasal 105 KUHPM

a) Militer dengan sengaja melalui tindakan nyata mengancam

dengan kekerasan terhadap atasan

Tindakan nyata yang dilakukannya yaitu dengan dilihat

keadaan saat pengancaman itu terjadi atau dilakukan. Dapat dilihat

juga tujuan apa ancaman tersebut dilakukan. Bawahan prajurit TNI

ini mengetahui betul karena perbuatannya itu merupakan ancaman

yang keras terhadap atasannya. Tindakan nyata tersebut bisa

dalam bentuk perbuatan dapat juga dengan mimik maupun isyarat.5

Dapat ditarik pemahaman bahwa pengertian dari tindakan nyata

dengan suatu perbuatan itu dasarnya adalah sama, artinya apa


5
S.R.Sianturi, Op.Cit., hlm.51.
14

yang diperbuat oleh seseorang tersebut merupakan bagian

dari tindakan nyata, tetapi kekerasan beda artinya dengan

perbuatan jahat. Kekerasan adalah sesuatu yang menggunakan

tenaga terhadap orang atau barang yang dapat menimbulkan

kerugian bagi yang terancam, sedangkan dalam perbuatan jahat

tidak perlu adanya suatu tenaga. Ancaman langsung adalah

dengan mengepalkan tangan dengan maksud untuk suatu saat

akan meninju atasan. Ancaman tidak langsung misalkan

mengarahkan senjata api yang sudah terisi kepada atasannya

tersebut.

b) Dilakukan tindak pidana didalam dinas

Dalam dinas maksudnya yaitu saat prajurit TNI tersebut

melakukan insubordinasi pada saat waktu dinas, atau disaat waktu

dinas tersebut belum berakhir di kesatuan dimana tempat ia

berdinas.

2) Menurut Pasal 106 KUHPM

Ada beberapa hal penting yang harus dicatat didalam Pasal ini,

mengenai jenis tindak pidana insubordinasinya, yaitu:

a) Militer dengan sengaja karena tindakan nyata menyerang

seorang atasan, melawan dengan kekerasan dan ancaman

kekerasan.

b) Merampas kemerdekaannya untuk bertindak atau

memaksannya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan


15

untuk melaksanakan dan atau mengabaikan suatu pekerjaan

dinas.

Penjelasan tentang jenis-jenis tindak pidana insubordinasi

menurut Pasal 106 telah Penulis jabarkan di sub bab ini

mengenai unsur tindak pidana insubordinasi.

3) Menurut Pasal 107 KUHPM

Insubordinasi ini dilakukan dengan tindakan nyata dan yang

direncanakan terlebih dahulu. Jelas disini bahwa orang yang

bersangkutan menghendaki suatu waktu merencanakan suatu

perbuatannya dikemudian hari dan mengetahui akibat yang akan

terjadi dari perbuatannya itu.

Menurut Simons, bahwa:

Perencanaan terlebih dahulu itu ada, apabila untuk menentukan

keputusannya dalam melakukan perbuatan itu telah dipertimbangkan

secara tenang oleh petindak dalam tenggang waktu sebelumnya, dan

telah diperhitungkan hakekat dan akibat dari perbuatan itu. Tentang

pendek dan panjangnya jangka waktu menentukan pengambilan

keputusan bukan termasuk dalam suatu hitungan dalam perencanaan

terlebih dahulu.6

4) Menurut Pasal 108 KUHPM

6
Simons dalam Ibid., hlm. 347.
16

Insubordinasi yang dilakukan dengan dua orang atau lebih

secara bersatu. Pelaku terhadap kejahatan ini harus dua orang atau

lebih secara bersatu. Bentuk pertanggungjawaban pidana masing-

masing pelaku peserta adalah sama termasuk dalam hal akibat-akibat

dari kejahatannya tersebut apabila untuk hal itu mereka telah bekerja

sama.

Secara bersatu adalah yang mempersatukan para petindak. Hal ini

dapat dilihat dari unsur kejiwaannya masing-masing, contohnya si A

menempeleng atasannya dan B tidak menempeleng tetapi

memegang Atasannya itu agar tidak melawan.7

5) Menurut Pasal 109 KUHPM

Insubordinsi yang dilakukan adalah pada saat keadaan perang

yang mana disaat negara sedang dalam keadaan genting yang

dilakukan dengan perbuatan tindakan nyata.

Perbuatan tindakan nyata ini artinya adalah sebagaimana

diterangkan sebelumnya, insubordinasi dalam keadaan perang

merupakan tindak pidana yang dirasakan paling berat yang dilakukan

oleh seorang prajurit TNI, dan ancaman yang diberikan tidak main-

main dengan sanksi yang berat pula.

7
Ibid., hlm. 348.
17

2.3. Contoh Kasus Insubordinasi Putusan Mahkamah Agung

Mengenai Tindak Pidana Insubordinasi

Terlampir

2.4. Ancaman Hukuman Pidana Bagi Pelaku Insubordinasi dalam

KUHPM

1) Diancam Pasal 105 KUHPM

Ayat (1) : Dengan Hukuman Penjara paling lama 2 (dua) tahun 8 bulan

Ayat (2) : Dengan Hukuman Penjara paling lama 6 (enam) tahun.

2) Diancam Pasal 106 KUHPM

Ayat (1) : Dengan Hukuman Penjara paling lama 9 (sembilan) tahun.

Ayat (2) : Dengan Hukuman Penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Ayat (3) : Dengan Hukuman Penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.

3) Diancam Pasal 107 KUHPM

Ayat (1) : Dengan Hukuman Penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Ayat (2) : Dengan Hukuman Penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.

Ayat (3) : Dengan Hukuman Penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.

4) Diancam Pasal 108 KUHPM

Ayat (1) : Dengan Hukuman Penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.
18

Ayat (2) :-Dengan Hukuman Penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.

–Dengan Hukuman Penjara seumur hidup atau penjara

sementara 20 (duapuluh) tahun.

5) Diancam Pasal 109 KUHPM

Dengan Hukuman mati, hukuman penjara seumur hidup atau hukuman

penjara sementara paling lama 20 (duapuluh) tahun.8

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Tindak pidana Insubordinasi adalah ketidakpatuhan kepada atasan

atau peraturan perintah atau penolakan perintah, dapat pula diartikan

dengan perbuatan yang bertentangan dengan pengabdian.

8
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer.
19

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer, Tindak Pidana

Insubordinasi diatur dalam Pasal 106, 107, 108, dan 109. Dalam

KUHPM, Tindak pidana insubordinasi ini diatur berkaitan dengan

perbuatan seorang bawahan dalam hal ini seorang tentara yang

memiliki pangkat lebih rendah terhadap atasan yang pangkatnya lebih

tinggi darinya. Pembagian kategori tindak pidana insubordinasi dapat

dijelaskan dalam bagan sebagai berikut:

Insubordinasi
(Pasal 105)

Insubordinasi dengan tindakan nyata (INDAKTA)


(Pasal 106)

INDAKTA yang INDAKTA oleh 2 orang INDAKTA dalam waktu


direncanakan atau lebih – Muiterij perang / muiterij dikapal
(Pasal 107) (Pasal 108) (Pasal 109)
Dalam Pasal 105 KUHPM, sanksi Pidana Penjara paling lama dua

tahun delapan bulan. Pasal 106 KUHPM, sanksi pidana penjara paling

lama sembilan tahun. Pasal 107 KUHPM, sanksi pidana penjara paling

lama sepuluh tahun. Pasal 108 KUHPM, sanksi pidana penjara paling

lama dua belas tahun. Pasal 109 KUHPM, sanksi pidana mati, pidana

penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama dua puluh tahun.

Pada pasal-pasal tersebut juga berlaku pemberatan-pemberatan hukuman

yang ditentukan didalam KUHPM.


20

Ruang lingkup tindak pidana insubordinasi yaitu, dengan tindakan nyata

menyerang, melawan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,

merampas kemerdekaan bertindak, dan memaksa untuk melaksanakan

atau mengabaikan suatu pekerjaan dinas.

3.2. Saran

Alangkah baiknya, sebagai TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang

memiliki peran, fungsi serta tugas untuk mempertahankan kedaulatan dan

keamanan negara, selalu disertai dengan nilai-nilai ketaqwaan,

menjunjung tinggi moralitas, dan bertanggung jawab penuh dengan tugas-

tugas yang diemban. Agar tidak terjadi tindakan-tindakan pidana yang

dilakukan oleh oknum TNI, hal tersebut dapat membawa pandangan

negatif masyarakat sipil terhadap kinerja TNI apabila banyak melakukan

pelanggaran dalam menjalankan tugasnya.


21

DAFTAR PUSTAKA

Herdjito. 2014. “Disparitas Penjatuhan Pidana Dalam Perkara Tindak Pidana

Desersi” (Penelitian, Puslitbang Hukum dan Peradilan Badan Litbang

Diklat KUMDIL Mahkamah Agung).

Maramis, Frans. 2013. Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia. Jakarta.

Raja Grafindo Persada.

Prasetyo, Teguh. 2011. Hukum Pidana Materiil. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Sianturi, S.R. 1985. Hukum Pidana Militer Di Indonesia. Jakarta. Alumni

AHAEM-PATEHAEM.

Kantor Oditurat Militer II-11 Yogyakarta.

Wijaya, Shinta. Dalam Lingga Mahardika. Upaya Mengurangi Tingkat

Pelanggaran Anggota Di Satuan Melalui Reward Dan Punishmen.

25 Desember 2017. https://linggaakmil98.blogspot.co.id/2010/06/u-

paya-mengurangi-tingkat-pelanggaran.html?m=1.

Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer.

Mayasari, Natalia. 2008. Penerapan alat bukti pada proses penyelesaian tindak

pidana insubordinasi yang dilakukan oleh anggota tni dalam

lingkungan peradilan militer (studi kasus di pengadilan militer ii-11

yogyakarta). Skripsi. Surakarta: Fakultas Hukum, Universitas Sebelas

Maret.
22

LINK

http://www.dkp.go.id

kkp.go.id

www.hukumonline.com

www.academi.com

Anda mungkin juga menyukai