Anda di halaman 1dari 41

SOSIALISASI

UNDANG-UNDANG
NOMOR 17 TAHUN 2012
TENTANG
PERKOPERASIAN
Oleh :
Drs. Setyo Heriyanto, MM

Deputi Bidang Kelembagaan


Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
1
I. KRONOLOGIS PEMBAHASAN UU NO 17 TAHUN 2012
TENTANG PERKOPERASIAN

Tahun 2000, Kementerian Pada tgl 1 September 2010,


Koperasi dan UKM menyusun berdasarkan surat Presiden Rapat Panitia Kerja dilakukan
Naskah Akademis (NA) nomor : R-69/Pres/09/2010 sebanyak 11 kali mulai tanggal 5
tentang Undang Undang tanggal 1 September 2010 Maret 2012, 7 Maret 2012, 21
Koperasi, perihal Rancangan Undang- Maret 2012, 4 April 2012, 9 April
Undang tentang Koperasi, 2012, 30 Mei 2012, 7 Juni 2012,
Pada 21 Desember 2000, Pemerintah menyampaikan 25 Juni 2012, 4 Juli 2012, 13
berdasarkan Surat Sekretaris Naskah RUU Koperasi kepada September 2012, dan 9 Oktober
Kabinet (Seskab) No.: Ketua Dewan Perwakilan 2012.
B.1034/Seskab /12/2000 Rakyat. Naskah RUU tersebut
tanggal 21 Desember 2000, terdiri atas 15 BAB dan 124 Rapat Tim Perumus dan Tim
Presiden memberikan Pasal. Sinkronisasi dilakukan sebanyak 1
persetujuan ijin prakarsa untuk kali yaitu pada tanggal 1- 3
menyusun RUU Perubahan Rapat kerja dilakukan sebanyak Oktober 2012.
atas Undang-Undang tentang 6 kali mulai 13 Desember 2010,
Perkoperasian. 30 Juni 2011, 29 September Rapat Paripurna tanggal 18
2011, 20 Oktober 2011, 26 Oktober 2012, DPR RI menyetujui
Penyusunan RUU tersebut Januari 2012, dan 21 Februari RUU tentang Perkoperasian.
melibatkan para pakar koperasi, 2012.
pakar ekonomi, pakar hukum, Disahkan sebagai UU Nomor 17
akademisi, praktisi Pada Rapat Kerja (Raker) DPR Tahun 2012 tentang
perkoperasian, gerakan tanggal 13 Desember 2010, Perkoperasian dan diundangkan
koperasi, dan lembaga/instansi RUU Koperasi disetujui untuk dalam Berita Negara pada tanggal
terkait. dibahas di DPR. 30 Oktober 2012
2
II. CAKUPAN UU NO.17/2012 TENTANG PERKOPERASIAN

3
III. BAB DALAM UNDANG –UNDANG NOMOR 17 TAHUN
2012 TENTANG PERKOPERASIAN

Bab I Ketentuan Umum


Bab II Landasan, Asas dan Tujuan
Bab III Nilai dan Prinsip
Bab IV Pendirian, Anggaran Dasar, Perubahan Anggaran Dasar, dan Pengumuman
Bab V Keanggotaan
Bab VI Perangkat Organisasi
Bab VII Modal
Bab VIII Selisih Hasil Usaha dan Dana Cadangan
Bab IX Jenis, Tingkatan, dan Usaha
Bab X Koperasi Simpan Pinjam
Bab XI Pengawasan dan Pemeriksaan
Bab XII Penggabungan dan Peleburan
Bab XIII Pembubaran, Penyelesaian, dan Hapusnya Status Badan Hukum
Bab XIV Pemberdayaan
Bab XV Sanksi Administratif
Bab XVI Ketentuan Peralihan
Bab XVII Ketentuan Penutup 4
IV. SUBSTANSI PENTING DALAM UNDANG –UNDANG
NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN
1. Judul RUU tentang Koperasi disepakati berubah menjadi RUU tentang
Perkoperasian;
2. Diakomodasikannya Nilai dan Prinsip Koperasi sesuai dengan nilai-nilai luhur
Bangsa Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan hasil kongres International Cooperative Alliance (ICA);
(Pasal 5-6)
3. Pendirian Koperasi harus melalui akta autentik; (Pasal 9) yang dibuat oleh Notaris
Pejabat Pembuat Akta Koperasi (NPAK).
4. Penggunaan nama koperasi diatur.
5. Kemudahan rakyat dalam membentuk koperasi, dimana secara tegas diatur, setiap
permohonan pendirian koperasi harus sudah mendapat persetujuan selambat –
lambatnya 30 (tiga puluh) hari.
6. Dalam pengelolaan menganut sistem two layer:
-pengawas
-pengurus + pengelola (jika diperlukan)
5
Lanjutan…

7. Jenis Koperasi :
1) Koperasi Produksi
2) Koperasi Konsumen
3) Koperasi Jasa
4) Koperasi Simpan Pinjam
8. Pengurus bisa dari non anggota
9. RAT selambat-lambatnya 5 (lima) bulan, dengan undangan sudah diedarkan 14
(empat belas) hari
10. Bahan RAT secara lengkap terperinci
11.Bagi koperasi yang memiliki anggota lebih dari 500 orang, RAT bisa dilakukan
dengan sistem delegasi.
12.Pengawas sebagai unsur alat perlengkapan organisasi koperasi ditingkatkan
peranan dan kewenangannya
6
Lanjutan…
13. Modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi sebagai modal
awal; (Pasal 66) dengan pengaturan sebagai berikut :
a. Setoran Pokok
Harus dibuat dengan nilai yang serendah rendahnya, agar tidak ada hambatan setiap orang
untuk masuk sebagai anggota koperasi.
b. Sertifikat Modal Koperasi (SMK)
nilai nominal per lembar SMK tidak boleh melebihi nilai nominal Setoran Pokok. SMK diharapkan
menjadi instrumen penghimpunan modal / equity koperasi yang dapat secara dinamis
menangkap setiap peluang usaha bagi koperasi.
c. Modal penyertaan
koperasi diperbolehkan menerima modal penyertaan dari anggota, non anggota, pemerintah
dan pemerintah daerah.
14. Istilah sisa hasil usaha diubah menjadi Selisih Hasil Usaha yang meliputi Surplus Hasil Usaha
dan Defisit Hasil Usaha;
15. Koperasi Simpan Pinjam hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan pinjaman
kepada anggota; (Pasal 89) untuk non anggota diberikan waktu 3 (tiga) bulan harus sudah
menjadi anggota. 7
Lanjutan…

16. Koperasi Simpan Pinjam harus mempunyai izin usaha, tidak boleh memberikan pinjaman
kepada koperasi lain, harus melalui sekundernya.
17. Unit Simpan Pinjam Koperasi dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun, wajib berubah /
memisahkan menjadi Koperasi Simpan Pinjam yang merupakan badan hukum koperasi
tersendiri; (Pasal 122)
18. Untuk meningkatkan dan memantapkan pelayanan Koperasi sesuai kharakteristik
masyarakat muslim secara tegas disebutkan bahwa koperasi diberi kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip ekonomi syariah; (Pasal 87)
19. Untuk menjamin simpanan anggota Koperasi Simpan Pinjam, Pemerintah diamanatkan
untuk membentuk dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan anggota Koperasi Simpan
Pinjam (LPS-KSP) melalui Peraturan Pemerintah; (Pasal 95 ayat (2).
20. Pengawasan dan Pemeriksaan terhadap Koperasi akan lebih diintensifkan, dalam kaitan ini
khususnya untuk pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam Pemerintah juga
diamanatkan untuk membentuk Lembaga Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam (LP-KSP)
yang bertanggung jawab kepada Menteri dan dibentuk melalui Peraturan Pemerintah;
(Pasal 100) 8
Lanjutan…

21. Dalam pemberdayaan koperasi, pemerintah dan pemerintah daerah memberikan


bimbingan kemudahan diantaranya; adalah memberikan insentif pajak dan fiscal.

22.Lembaga gerakan Koperasi didorong untuk menjadi lembaga yang mandiri dengan
menghimpun iuran dari anggota serta membentuk Dana Pengembangan Dewan
Koperasi Indonesia. (Pasal 115).

23.Dalam rangka penyesuaian terhadap Undang – Undang nomor 17 tahun 2012


tentang Perkoperasian diberi waktu 3 (tiga) tahun.

24.Pedoman pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang


Perkoperasian dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan menteri selambat
lambatnya 2 (dua) tahun.

9
V. TINDAK LANJUT PERATURAN PELAKSANAAN UU TENTANG
PERKOPERASIAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN

A. Peraturan Pemerintah

1. Ketentuan mengenai tata cara pemakaian nama Koperasi (Pasal 17 ayat (4))
2. Ketentuan mengenai tata cara pengembangan jenis Koperasi (Pasal 85)
3. Ketentuan mengenai Koperasi berdasarkan prinsip ekonomi syariah (Pasal 87 ayat (4))
4. Ketentuan mengenai Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 94 ayat
(5))
5. Ketentuan mengenai Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 95)
6. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pembubaran, penyelesaian, dan hapusnya
status badan hukum Koperasi (Pasal 111)
7. Ketentuan mengenai peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta persyaratan dan tata
cara pemberian perlindungan kepada Koperasi (Pasal 113 ayat (2))
8. Ketentuan mengenai jenis, tata cara, dan mekanisme pengenaan sanksi administratif (Pasal
120 ayat (3))
9. Ketentuan mengenai Modal Koperasi (Pasal 77)
10.Ketentuan mengenai Lembaga Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam (Pasal 100 ayat (3))
10
V. TINDAK LANJUT PERATURAN PELAKSANAAN UU TENTANG
PERKOPERASIAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN

B. Peraturan Menteri

(1)Ketentuan mengenai tata cara dan persyaratan permohonan pengesahan Koperasi sebagai
badan hukum (Pasal 10 ayat (5))
(2)Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang
Pembantu, dan Kantor Kas (Pasal 90 ayat (3))
(3)Ketentuan mengenai pengawasan dan pemeriksaan Koperasi (Pasal 99)
(4)Ketentuan mengenai penggabungan atau peleburan Koperasi (Pasal 101 ayat (6))
(5)Ketentuan mengenai Tata Cara Perubahan Unit Simpan Pinjam menjadi KSP (Pasal 122 ayat
(4))
(6)Ketentuan mengenai persyaratan standart kompenti pengawas dan pengurus koperasi
simpan pinjam (pasal 92 ayat (2)).

11
VI. IMPLIKASI BAGI KOPERASI

A. Bagi Koperasi Baru


Dalam pembentukan koperasi akte pendirian dan anggaran dasar langsung
menyesuaikan dengan UU no. 17 / 2012

B. Bagi koperasi Yang Telah Lama


1. Yang tidak ada unit simpan pinjam mengadakan perubahan anggaran dasar
mengikuti UU 17/2012
2. Bagi koperasi simpan pinjam mengadakan perubahan anggaran dasar mengikuti
UU 17/2012
3. Bagi koperasi yang mempunyai unit simpan pinjam :
a. Jika usahanya hanya simpan pinjam saja langsung perubahan anggaran dasar
menjadi Koperasi Simpan Pinjam.
b. Bagi koperasi yang usaha sektor riil dan unit usaha simpan pinjam akan terus
dipertahankan maka, unit simpan pinjam melakukan pemisahan menjadi
koperasi simpan pinjam.

12
Pedoman Teknis Pemisahan USP Menjadi KSP

I. Latar Belakang
1. Sesuai amanat UU no. 17 / 2012 tentang Perkoperasian pada bab XVI pasal 122
yang berbunyi :

Ayat (1) :

Koperasi yang mempunyai Unit Simpan pinjam mengubah Unit Simpan Pinjam
menjadi Koperasi Simpan Pinjam dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun sejak
Undang – Undang ini disahkan.

13
2. PERPUTARAN UANG

Riil Keuangan

UANG Pinjaman

UANG Angsuran

14
3. Kedudukan Koperasi

Koperasi
INSTUTISIONALISASI

- PNPM - UPPKS
- LUEP - KUBE
- BMT - LEPMM
- PKBM - MEP
- KELOMPOK PRANATA SOSIAL
- ARISAN
-KARANG TARUNA
- DLL

15
4. Koperasi Sebagai Badan Hukum
Koperasi

AD

Sebagai anggota
ART
Mengikatkan diri

Persus - persus

Tata tertib
16
5. Jenis USaha

Sektor Riil

Usaha

Keuangan

17
6. KEGIATAN USAHA
B, P, P, P,
P

18
7. ALUR PENEMPATAN MODAL USP

Neraca Induk

Neraca USP - KOP

Simpanan
Simpanan

MODAL
USP

Anggota
19
8. POLA PELAYANAN

Konvensional

Pola
Pelayanan

Syariah

20
9. MEMPERTEGAS FUNGSI REGULATOR
Tugas Tugas Mandatory Kementerian Koperasi dan
UKM :

•Mengatur
•Mengawasi
•Memeriksa
•Menilai kesehatan
•Sanksi

21
10. PERBEDAAN ANTARA BADAN HUKUM DAN

IJIN USAHA

Izin Usaha Legalitas Usaha

Badan Hukum Legalitas Lembaga

22
11. Perbedaan Badan Hukum dan Ijin Usaha
Badan Hukum Usaha Instansi YMIU

Penerbangan Kementerian Perhubungan


PT Pelayaran Kementerian Perhubungan
Perdagangan Kementerian Perdagangan
Pegelolaan Hutan Kementerian Kehutanan dan Perkebunan
Perhotelan Kementerian Pariwisata
Perkebunan Kementerian Kehutanan dan Perkebunan
Perbankan Bank Indonesia

Koperasi Penerbangan Kementerian Perhubungan


Pelayaran Kementerian Perhubungan
Perdagangan Kementerian Perdagangan
Pegelolaan Hutan Kementerian Kehutanan dan Perkebunan
Perhotelan Kementerian Pariwisata
Perkebunan Kementerian Kehutanan dan Perkebunan
Perbankan Bank Indonesia

Istimewa Simpan Pinjam Kementerian Negara Koperasi dan UKM

Jadi harus lebih


Lembaga Usaha Full Comittmen Untuk
membina SP
23
12. PERBEDAAN RUANG LINGKUP URUSAN
KELEMBAGAAN DAN USAHA
NO KELEMBAGAAN NO USAHA

       

1 Legalisasi Usaha : Izin Usaha


1 Legalisasi Lembaga : Badan Hukum
     

2 Terkait disini adalah : 2 Terkait disini adalah :


     
  a Rapat Pembentukan   a Business Plan
  b Akta   b Modal Usaha

  c Pengesahan Badan Hukum, Perubahan Badan Hukum   c Struktur Organiasasi Usaha


  d Struktur Organisasi Kepengurusan   d Manager
  e Struktur Organisasi Pengawas   e Karyawan
  f Modal Pendirian   f Job Description Pengelola
  g Uraian Tugas Pengurus dan Pengawas   g Sistem dan Prosedur
  h Keanggotaan   h Pengendalian Internal
  i Administrasi Organisasi   i Persus - persus dibidang Usaha
  j Izin Pembentukan Kantor Cabang   j Audit External
  k Pembubaran   k Pencabutan Izin Usaha
  l Anggaran Rumah Tangga   l Jenis - jenis Simpanan / Tabungan
  m Pengembangan dan Pembagian   m Jenis - jenis Pembiayaan
  n Rating / pemeringkatan   n Izin Usaha Kantor Cabang
  o Job Description Pengurus, Pengawas dan Dewan Pengawas Syariah   o Penilaian Kesehatan
    p Jaringan / Kemitraan
           
II. LANGKAH – LANGKAH PEMISAHAN KELEMBAGAAN

A. Persiapan Organisasi / Panitia Kerja.

Diawali dengan pembentukan tim, jika diperlukan dapat melibatkan unsur


pengarah :

1. Bagi primer / sekunder Kabupaten/Kota dari Dinas Koperasi dan UKM


Kabupaten/Kota.
2. Bagi primer / sekunder Propinsi /DI dari Dinas Koperasi dan UKM
Propinsi/DI.
3. Bagi primer / sekunder Nasional dari Kementerian Koperasi dan UKM .

B. Persiapan Kelembagaan.
1. Kepengurusan calon koperasi baru
2. Pengawasan calon koperasi baru
3. Karyawan calon koperasi baru
4. Sarana dan prasarana kerja
5. Anggota 25
Lanjutan …

C. Persiapan AD/ART/Persus – Persus KSP Baru.

D. Mempersiapkan Dokumen – Dokumen Berita Acara Pengesahan


Pemisahan.

E. Persiapkan Formulir – Formulir Pelayanan KSP Baru.

F. Finalisasi Persiapan Kelembagaan


1. Kepengurusan calon koperasi baru
2. Pengawasan calon koperasi baru
3. Karyawan calon koperasi baru
4. Sarana dan prasarana kerja
5. Anggota

26
III. Langkah – Langkah Pemisahan Aset

A. Identifikasi Pos – Pos Dalam Neraca

1. Persiapkan Neraca Koperasi Induk (Audited)


2. Persiapkan neraca unit SP Koperasi otonom yang siap dipisahkan
3. Lihat pasiva rekontruksikan ulang, pastikan dari simpanan –
simpanan / tabungan / hutang modal penyertaan : bersih tidak ada yang
dipinjam atau digunakan di sektor riil (usaha koperasi induk)
4. Lihat aktiva rekonstruksi ulang pastikan tidak ada kas, Bank
titipan dari unit sektor riil.
5. Pastikan tidak ada pinjaman – pinjaman yang bersifat piutang
dagang, persekot pembelian, dan sejenis pada pos pinjaman.
6. Pastikan tidak ada penyertaan pada koperasi sekunder, investasi
– investasi disektor riil, surat berharga, dan sejenis pada kelompok pos
aktiva.
7. Pastikan tidak ada : tanah/bangunan kantor, kendaraaan kantor,
perabotan kantor dan sejenis yang dipakai oleh aktivitas usaha koperasi
induknya.
8. Exercisekan konstruksi neraca KSP baru.
9. Temukan angka selisih pasiva dan aktiva
10. Perhatikan selisih pasiva tersebut. 27
Lanjutan …

IV. Pemenuhan Equity KSP Baru


1. Split off dari simpanan pokok dan simpanan wajib pada saat koperasi
induknya melakukan konversi permodalan.
2. Anggota – anggota yang ikut menjadi anggota koperasi simpan pinjam,
menyetor : Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi
(SMK) sejumlah selisih tersebut diatas.
3. Sampai sini persiapan pemisahan sudah 90%, tinggal dilegalkan
dalam RAT koperasi induk .

V. Exekusi
1. Persiapkan rapat anggota
2. Persiapkan draft keputusan – keputusan
3. Persiapkan acara rapat pembentukan KSP baru (lengkap)
4. Persiapkan berita acara pemisahan
5. Buat akte pemberian KSP Baru
6. Mengajukan pengesahan ke Dinas Koperasi Kabupaten/Kota/Propinsi/DI
atau Kementerian Koperasi dan UKM. 28
Langkah – Langkah Penyesuaian Koperasi Terhadap
Undang - Undang 17/2012

I. Latar Belakang
1. Sesuai amanat UU no. 17 / 2012 tentang Perkoperasian pada bab XVI pasal 121
yang berbunyi :

Huruf a :
Koperasi yang telah didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan diakui sebagai koperasi berdasarkan Undang – Undang ini;

Huruf b :
Koperasi sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib melakukan penyesuaian
anggaran dasarnya paling lambat 3 (tiga) tahun sejak berlakunya Undang – Undang
ini;

29
Lanjutan …

II. Persiapan Penguatan Kelembagaaan


A. AD -> Jenis Koperasi
B. ART
C. Persus – Persus
D. Revitalisasi keanggotaan
E. Pengawas
F. Pengurus -> Apa perlu luar
G. Usaha Focusing, mengkait kepada usaha atau kepentingan anggota
H. Database Usaha anggota
I. Melepas USP Kop -> atau berubah menjadi KSP

30
Lanjutan …

III. Penyesuaian Struktur Modal / Keuangan


1. Konversi Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib menjadi Setoran
Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi.

2. Identifikasi total kewajiban -> konstruksikan sebagai Liabilities


a. Simpanan – simpanan
b. Tabungan – tabungan
c. Hutang jangka pendek lainnya
d. Hutang jangka panjang
e. Hutang lainnya
f. Modal penyertaan

31
Lanjutan …

IV. Contoh Konversi Simpanan Pokok dan Simpanan


Wajib Menjadi Setoran Pokok adan Sertifikat Modal
koperasi Sesuai Undang – Undang 17 Tahun
2012 Tentang Perkoperasian.

32
Lanjutan …
Lama Baru

1. Simpanan pokok Rp. 1.000.000.000,- asumsi 1. Setoran pokok @ Rp. 10.000,- maka total setoran
anggota 10.000, maka simpanan pokok per anggota pokok sebesar Rp. 1 0.000 x 10.000 = Rp. 100.000.000
@ Rp. 100.000,- Diupayakan nilai setoran pokok besarnya seminimal
mungkin untuk membuka peluang masyarakat untuk
menjadi anggota koperasi

2. Simpanan wajib Rp. 10.000.000.000,- 2. Sertifikat modal koperasi = Total Simpanan Wajib + sisa
simpanan pokok yang telah dikonversi menjadi setoran
pokok yaitu : Rp. 10.000.000.000 + Rp. 900.000.000 =
Rp. 10.900.000.000,-
terdiri dari …… 1.090.000 Lembar SMK
3. Cadangan Rp. 7.000.000.000,- 3. Cadangan Rp. 7.000.000.000,- (tidak boleh dikonversi)

Contoh :

Si Badu :
Status anggota penuh
Simpanan pokok = Rp. 100.000,- Setoran pokok = Rp. 10.000,-
Simpanan wajib = Rp. 100.000.000,- Sertifikat modal koperasi =
Rp. 100.090.000,-

Kepemilikan SMK si Badu :


Rp. 100.090.000 / 10.000 = 1.009 lembar
33
Efektivitas Sertifikat Modal Koperasi Dalam
Mengantisipasi Peluang Usaha

Koperasi di Kecamatan Pameng Peuk

Anggota : 3.000 orang


Simpanan Pokok : @ Rp. 10.000,- Total Simpanan Pokok : Rp. 30.000.000,-
Simpanan Wajib : Total Simpanan Wajib : Rp. 120.000.000,-

Total : Rp. 150.000.000,-

Setoran Pokok : Rp. 30.000.000,-


Sertifikat Modal koperasi : : (12.000 lembar) Rp. 120.000.000,-

Total : Rp. 150.000.000,-

Sertifikat Modal Koperasi Baru : (1.000.000 lembar) Rp. 10.000.000.000,-

SPBU

Rp. 10 M
34
1. KOPERASI KONSUMSI

MANAJER

BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PENGADAAN GUDANG PEMASARAN

35
2. KOPERASI PRODUKSI

MANAJER

BAGIAN BAGIAN BAGIAN


BAHAN BAKU PENGOLAHAN PEMASARAN

36
3. KOPERASI JASA

MANAJER

BAGIAN BAGIAN BAGIAN

DISESUAIKAN DENGAN JENIS JASA

37
STRUKTUR ORGANISASI USAHA

4. KOPERASI SIMPAN PINJAM

MANAJER

BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PENGHIMPUNAN PENGELOLAAN PENYALURAN
DANA DANA DANA/PINJAMAN

38
SEBAGAI BADAN HUKUM DAN BADAN USAHA
KOPERASI TIDAK DAPAT HIDUP SENDIRI
40
41

Anda mungkin juga menyukai