Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

(Economic Ekposure/ Ekposure Eknomic)

DISUSUN OLEH :

Nama :Sri Agustina


Nim :922 18 036
Kelas :Smt 3 Manajemen Keuangan

UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Exposure ekonomi jauh lebih penting bagi kesehatan jangka panjang suatu usaha
bisnis disbanding perusahaan yang diakibatkan oleh exposure transaksi maupun exposure
akuntansi. Walaupun demikian, exposure ekonomi sering kali  dinilai subyektif karena
tergantung dari estimasi perubahan aliran arus kas dimasa mendatang dalam suatu kurun
waktu yang arbitrer. Dengan kata lain exposure ekonomi tidak berasal dari exposure
akuntansi namun berasal dari analisis operasi sehingga exposure ekonomi disebut juga
exposure operasi. Perencanaan mengenai exposure ekonomi merupakan tanggung jawab 
total manajemen karena mencakup interaksi strategi keuangan, pemasaran, pembelian dan
produksi.
Exposure ekonomi lebih kompleks disbanding exposure transaksi karena itu
pengukuran exposure ekonomi terhadap nilai perusahaan cukup signifikan. Perusahaan
yang tidak dapat mengantisipasi exposure tersebut akan mengakibatkan turunnya daya
saing dan penurunan nilai perusahaan. dalam exposure ini akan membahas mengenai
pengukuran exposure ekonomi, dampak dari exposure ekonomi dan exposure ekonomi
dalam konteks apresiasi dan depresiasi mata uang local serta bagaimana untuk
mengantisipasi exposure tersebut.

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Pengertian Exposure Ekonomi?
2) Bagaimana Exposure Ekonomi dalam Apresiasi dan Depresiasi Mata Uang Lokal?
3) Bagaimana Cara Mengukur Exposure Ekonomi?
4) Bagaimana Dampak Dalam Exposure Ekonomi dan Mengantisipasi Exposure
Ekonomi?

3. Tujuan
1) Untuk Mengetahui dan Mendeskripsikan Pengertian Exposure Ekonomi?
2) Untuk Mengetahui dan Mendeskripsikan Cara Mengukur Exposure Ekonomi?
3) Untuk Mengetahui dan Mendeskripsikan Dampak Exposure Ekonomi dan Untuk
Mengetahui dan Mendeskripsikan Cara Mengantisipasi Exposure Ekonomi?
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Exposure Ekonomi
            Menurut Madura (2011:390) mendeskripsikan bahwa tingkat di mana nilai
sekarang  (present value) dari arus kas masa depan suatu perusahaan akan dipengaruhi
oleh  fluktuasi kurs (nilai tukar) disebut dengan exposure ekonomi terhadap kurs. Namun,
pengaruh fluktuasi nilai tukar atas arus kas sebuah perusahaan tidak selalu disebabkan oleh
transaksi valuta.
            Machfoedz (2002) mengemukakan bahwa eksposur  ekonomi  adalah risiko 
perubahan  nilai  perusahaan  atau perubahan  aliran  kas  yang  disebabkan  karena
perubahan nilai tukar. Eksposur ekonomi yang meliputi  eksposur  transaksi  dan  eksposur
operasi, menjelaskan pengaruh perubahan nilai tukar  mata  uang  terhadap  nilai  ekonomis
perusahaan.  Walaupun  eksposur  transaksi termasuk eksposur akuntansi, tapi lebih pantas
sebagai  eksposur  arus  kas  dan  sebagai  bagian dari  eksposur  ekonomi. 
            Eksposur ekonomi tidak hanya mempengaruhi perusahaan multinasional saja.
Perusahaan domestik murni juga dapat dipengaruhi oleh eksposur ini. Kondisi ini bisa
terjadi jika perusahaan-perusahaan asing ikut beroperasi dalam pasar domestik, oleh sebab
itu perusahaan domestik harus  bersaing dengan perusahaan asing dalam merebut pasar,
adanya fluktuasi nilai tukar akan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan harga dan laba
rugi perusahaan (Anggraeni:2003).
            Untuk memperjelas ekposure ekonomi berikut contoh yang dikemukakan oleh
Hanafi (2003:277):
Misalkan ada perusahaan Indonesia yang mempunyai cabang di Amerika Serikat. Cabang
tersebut memproduksi barang yang akan dijual di pasar domestic AS. Proporsi input yang
signifikan dating dari Indonesia. Kemudian mata uang dolar mengalami depresiasi terhapat
Rupiah yang cukup signifikan. Perhatikan bahwa contoh berikut menunjukkan depresiasi.
Biasanya mata uang yang mengalami depresiasi menimbulkan masalah karena aliran kas
dengan nominasi mata uang tersebut, jika dikonversikan ke mata uang Negara kantor pusat
akan lebih kecil dibandingkan sebelum didepresiasi. Perubahan aliran kas karena
perubahan kurs disebabkan dua hal:
a. Perubahan daya saing. Perubahan kurs mengakibatkan perubahan daya saing. Dalam
contoh diatas, karena sebagian input didatangkan dari Indonesia, harga input dalam
rupiah akan menjadi lebih mahal. Hal ini akan mempengaruhi daya saing  produk
tersebut.
b. Perubahan karena konversi mata uang. Perubahan kurs juga mengakibatkan
perubahan aliran kas. Dalam contoh diatas, dengan depresiasi dolar, satu dolar AS
akan menghasilkan Rupiah yang lebih sedikit terjadi depresiasi dolar.

2. Exposure Ekonomi dalam Apresiasi Dan Depresiasi Mata Uang Lokal Exposure
ekonomi dalam Apresiasi Mata Uang Lokal
Dampak apresiasi mata uang local terhadap eksposure ekonomi terlihat pada kolom
kedua Tabel 2.1 penjualan perusahaan untuk pasar lokal diperkirakan akan turun akibat
apresiasi mata uang lokal. Ini disebabkan karena meningkatnya persaingan karena
konsumen dapat memperoleh produk pengganti dari luar negeri yang lebih murah.
Seberapa jauh menurunnya penjualan local akan tergantung ari derajat persaingan antara
produk asing dengan produk local di pasar domestic (Kuncoro.1996:281)
Aliran kas yang berasal dari ekspor yang dinilai dalam mata uang local
kemungkinan akan menurun akibat apresiasi mata uang local. Alasannya, importer asing
membutuhkan lebih banyak devisa untuk membeli produk ekspor.
Menurut Madura (2011:391) mengemukakan bahwa Secara keseluruhan, apresiasi
valuta local akan menyebabkan penurunan arus kas masuk maupun arus kas keluar. Jadi
sulit untuk membuat kesimpulan umum mengenai apakah arus kas netto akan meningkat
atau menurut jika valuta local mengalami apresiasi. Dampak dari valuta lokal atas arus kas
netto perusahaan tergantung pada apakan variable-variabel kas masuk dipengaruhi lebih
besar atau lebih kecil daripada variable-variabel kas keluar. Sebagai contoh jika erusahaan
bergerak dalam bisnis ekspor tetapi mendapatkan sebua produk input dari pasar local dan
meminjam dari institusi  keuangan lokal, maka variable-variabel kas masuknya akan
berkurang dengan besar yang lebih tinggi daripada variable-variabel arus kas keluarnya.
Dalam hal ini arus kas netto akan berkurang. Sebaliknya arus kas masuk dari perusahaan
yang mengkonsentrasikan penjualannya dalam pasar local dan mendapat persaingan yang
lemah  dari pesaing-[easing asing tidak akan berkurang banyak jika valuta lokal mengalami
apresiasi. Jika perusahaan semacam ini mendapatkan input dar luar negeri, arus kas
keluarnya akan berkurang. Secara keseluruhan, arus kas netto perusahaan ini akan
meningkat akibat apresiasi  valuta lkcal.
Ekspor yang dinilai dalam mata uang asing kemungkinan juga akan menurunkan
aliran kas masuk meskipun dengan alasan yang berbeda. Permintaan tas produk perusahaan
oleh importer asing tidak akan berubah, karena importir tersebut dapat menggunakan mata
uangnya sendiri dan tidak perlu mendapatkan mata uang lokal yang digunakan oleh
perusahaan. Namun ketika perusahaan menerima aliran kas masuk ia harus
mengkonversinya kedalam mata uang local. Bila mata uang lokal mengalami apresiasi,
aliran masuk ini akan berkurang nilainya. Deikian juga setiap bunga dan deviden yang
diterima  dari investasi asing akan berkurang nilainya bila dikonversikan kedalam mata
uang local yang mengalami apresiasi (Kuncoro.1996:282).
Berkaitan dengan kas keluar menurut Kuncoro (1996:282) bahwa biaya mengimpor
bahan baku yang dinilai dalam mata uang lokal tidak akan secara langsung terpengaruh
oleh setiap perusahaan kurs valas. Walaupun demikian, biaya bahan baku dalam mata uang
asing akan berkurang apabila mata uang lokal mengalami apresiasi. Ini diakibatkan karena
ditukarnya mata uang lokal yang menguat dengan dengan valaa untuk membayar bunga.

Tabel 2.1 Exposure Ekonomi Terhadap Fluktuasi  Nilai Tukar


Variabel-variabel yang Dampak Apresiasi Dampak Depresiasi
mempengaruhi Arus Kas Valuta Lokal atas Valuta Lokal atas
Masuk Valuta Lokal Variabel Variabel
Penjualan local (relative
terhadap para pesaing dalam Turun Naik
pasar local)

Ekspor yang didenominasi Turun Naik


dalam valuta local

Ekspor yang didenominasi Turun Naik


dalam valuta Asing

Bunga yang diterima dari Turun Naik


investasi  di luar negeri

Variabel-variabel yang Dampak Apresiasi Dampak Depresiasi


mempengaruhi Arus Kas Valuta Lokal atas Valuta Lokal atas
Keluar Valuta Lokal Variabel Variabel
Bahan  baku impor yang
didenominasi dalam valuta Tidak Berubah Tidak Berubah
local

Bahan baku yang


didenominasi dalam valuta Turun Naik
asing

Bunga yang terhutang dari Turun Naik


dana luar negeri yang dipinjam
Exposure Ekonomi dalam Depresiasi Mata Uang Lokal
Tabel kolom 3 diatas menunjukkan  bila mata uang lokal mengalami depresiasi,
maka variable-variabel akan terpengaruh dalam arah yang berlawanan dengan bila terjadi
apresiasi. Penjualan lokal akan meningkat akibat menurunnya persaingan dengan produk
asing. Ini disebabkan harga produk-produk asing dirasakan lebih menjadi tinggi dimata
konsumen local. Eksposure perusahaan yang dinilai dalam mata uang asing dirasak murah
bagi importir sehingga meningkatkan permintaan atas produk tersebut. Bahkan ekspor
yang dinilai dalam valas akan mengakibatkan aliran kas karena sejumlah aliran mata uang
asing ke dalam perusahaan akan menghasilkan nilai yang lebih  tinggi bila dikonversi
dalam mata uang local. Selain itu, bunga maupun deviden dari investasi asing sekarang
akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi dalam mata uang local (Kuncoro.1996:283)
Menurut Madura berkenaan dengan arus kas keluar, bahan baku impor
didenominasi dalam valuta local tidak akan secara langsung dipengaruhi oleh perubahan
nilai tukar. Namun, biaya bahan baku impor yang didenominasi dalam valuta asing akan
naik, karena kan lebih banyak dibutuhkan valuta asing yang diinginkan. Setiap Bungan
yang harus dibayarkan untuk pinjaman juga akan menjadi lebih tinggi.
Secara umum dapat disimulkan bahwa depresiasi mata uang local menyebabkan
kenaikan, baik dalam aliran kas masuk maupun aliran kas keluar. Karena itu sulit untuk
menggeneralisasi apakah aliran kas bersih akan meningkat atau menurun akibat depresiasi
mata uang lokal. Hasil akhir akan tergantung apakah variable yang mempengaruhi aliran
kas keluar. Perusahaan yang mengkhususkan pada bisnis ekspor dan memperoleh bahan
baku dan dana pinjaman secara lokal agaknya akan mendapat manfaat dari depresiasi mata
uang lokal. Sebaliknya, perusahaan yang menfokuskan pada pasar mendapatkan sebagian
besar bahan baku dari impor agaknya akan menderita akibat depresiasi mata uang lokal.

3. Mengukur Exposure Ekonomi


1) Sensitivitas Laba Terhadap Nilai Tukar
Madura (2011:393) menjelaskan bahwa salah satu pengukuran exposure ekonomi
sebuah MNC adalah dengan menggolongkan arus kas menjadi pos laba rugi yang berbeda
dan memperkirakan secara subjectif tiap pos laporan laba rugi berdasarkan kurs .
Selanjutnya skenario kurs yang lain bisa dipertimbangkan dan peramalan atas item-item
laporan laba rugi dapat direvisi. Denga mereview bagaimana laba dalam laporan laba rugi
berubah sebagai reaksi terhadap scenario-skenario nilai tukar yang berlainan, perusahaan
dapat menilai pengaruh dari pergerakan valuta atas laba dan arus kas. Jika biaya dan
perusahaan terkena dampak yang besarnya sama, perusahaan tersebut tidak perlu
mengkhawatirkan dampak dari pergerakan nilai tukar.

Tabel 3.1 Pendapatan dan Biaya Madison Inc


Bisnis dii AS (US$) Bisnis di Kanada
(C$)
Penjualan $ 304 C$ 4
Harga Pokok 50 200
Penjualan
Laba Kotor $ 254 C$ (196)
Biaya Operasi:
Tetap $ 30 -
Variabel $ 30,72 -
Total Biaya Operasi $60,72 -
Laba Sebelum bunga $ 193,28 C$ (196)
Beban Bunga $ 3,00 10
Laba Setelah Pajak $ 190,28 C$ (206)
Suatu perusahaan AS yang melakukan bisnis di Kanad. Penjualan produk Madison
di pasar local dinyatakan dalam dolar AS (US$), sedang penjualannya di Kanada
didenominasi dalam dolar Kanada (C$).
            Madison diasumsikan hendak menaksir seberapa jauh laporan laba ruginya akan
dipengaruhi oleh 3 kemungkinan kurs valas untuk dolar Kanada: (1) $ 0,75; (2) $ 0,80; dan
(3) $ 0,85. Agar lebih realistic, diasumsikan penjualan Madison di AS lebih tinggi apabila
dolar Kanada Menguat, Karen pesaing-pesaing Kanada yang berada dalam pasar AS akan
menurun daya saingnya. Agar lebih spesifik, berikut adalah proyeksi penjualan Madison
dalam pasar AS untuk setiap scenario nilai tukar.

Skenario Nilai Tukar C$ Perkiraan Penjualan Pasar AS


(Dalam $ Juta)
$ 0,75 $300
0,80 304
0,85 307
Tabel 3.2 Dampak dari Berbagai Skenario Nilai Tukar atas Laba

Skenario Nilai Tukar          C$ = $ 0,75                  C$ = $ 0,80                  C$ = 0.85


Penjualan:
1.      AS                $ 300                $ 304                 $ 307
2.      Kanada C$4 =        $ 3 C$4=       $ 3,2 C$4 =       $ 3,4
3.      Total               $ 303                $ 307,2                 $ 310,4
Harga Pokok Penjualan
4.      AS               $ 50               $ 50              $ 50
5.      Kanada  C$200 = $ 150 C$200 = $ 160 C$200 = $ 170
6.      Total               $ 200              $ 210               $ 220

              $ 103              $ 97,2              $ 90,4

7.      Laba Kotor
Laba Operasi
8.      AS: Tetap              $ 30              $ 30              $ 30
9.      AS: Variabel (10%              $ 30,3              $ 30,72              $ 31,04
dari total penjualan
10.  Total
11. EBIT             $ 60,3              $ 60,72               $ 61,04
            $ 42,7              $ 36,48               $ 29,36
Beban Bunga
12.  AS              $ 3              $ 3               $ 3
13.  Kanada C$10 = $ 7,5 C$10 =  $ 8 C$10 = $ 8,5
14.  Total             $ 10.5              $ 11             $ 11,5
15. EBT             $ 32,2              $ 25,48             $ 17,86
Dengan informasi diatas, Madison dapat menentukan bagaimana laporan laba
ruginya akan terpengaruh oleh masing-masing scenario kurs. Asumsi dampak kurs
terhadap penjualan AS diperlihatkan pada baris 1. Baris 2 menggambarkan bahwa jumlah
dolar AS ang diterima dalam dolar AS yang diterima dari penjualan di Kanada (setelah
mengkonvers ramalan C$4 juta dari penjualan di Kanada ke dalam dolar AS). Baris 3
menunjukkan perkiraan total penjualan yang diterima dalam dolar AS, yang ditentukan
dengan menggabungkan baris 1 dan baris 2. Baris 4 merupakan biaya penjualan barang di
AS. Baris 5 mengkonversikan estimasi biaya penjualan sebesar C$ 200 juta kedalam dolar
AS untuk masing-masing scenario kurs. Baris 6 mengukur perkiraan dolar AS yang
dibutuhkan untuk menutup total biaya penjualan barang, yang diperoleh dari
mengkombinasikan baris 4 dan 5. Baris 7 mengestimasikan laba kotor dalam dolar AS,
yang diperoleh dari baris 3 dikurangi baris 6. Baris 8 hingga 10 menunjukkan estimasi
biaya operasi, sehingga diperoleh EBIT. Baris 12 mengestimasi biaya bunga yang dibayar,
sementara baris 13 menunjukkan estimasi dolar  AS yang dibutuhkan untuk membayar
bunga di Kanada. Baris 14 mengkombinasikan baris 12 dan 13 untuk mengestimasi total
dolar AS yang dibutuhkan  untuk membayar semua bunga. Baris 15 menunjukkan
penerimaan sebelim pajak, yang diperoleh dari selisih antara baris 11 dan 14 (Kuncoro.
1996: 290).
Menurut Kuncoro Dampak kurs  terhadap penerimaan dan biaya Madison sekarang
dapat dilihat pada table 3 mengilustrasikan bhwa baik penjualan di AS dan nilai dolar dari
penjualan di Kanada akan meningkat akibat menguatnya dolar Kanada. Ini disebabkan
exposure biaya penjualan di Kanada (C$200 juta) jauh lebuh besar disbanding exposure
penjualan di Kanada (C$ 4 juta), sehingga terdapat dampak total yang negative terhadap
laba kotor dari menguatnya dolar Kanada. Total dolar AS yang dibutuhkan untuk
membayar bunga jauh lebih tinggi dari pada dolar Kanada menguat. Secara umum dapay
disimpulkan Madison akan dirugikan apabila dolar Kanada menguat . namun Madison
akan untuk jika apabila dolar Kanada melemah terhadap dola AS, karena menurunnya total
penerimaan dihilangkan oleh turunnya biaya penjualan dan biaya bunga.
Sedangkan Madura menyimpulkan secara umum dari kasus diatas adalah
perusahaan-perusahaan yang memiliki lebih banyak (lebih sedikit)  biaya dalam valas,
relative terhadap pendapatan yang diperoleh dalam valuta asing, akan dirugikan
(menguntungkan) oleh menguatnya valuta asing. Tetapi besarya dampak secara pasti hanya
dapat ditentukan dengan menggunakan prosedur yang telah dijeaskan. Contoh kita
didasarkan pada horizon waktu 1 periode. Jika perusahaan telah membuat proyeksi
penjualan, biaya dan nilai tukar untuk beberapa periode ke depan, perusahaan tersebut
dapat menilai exposure ekonomi secara terus menerus. Setiap saat, exposure ekonomi akan
dipengaruhi oleh perubahan dalam karakteristik operasi.

2) Sensitivitas Arus Kas Terhadap Nilai Tukar


 Madura (2011:396) mengemukakan bahwa Metode lain yang dapat digunakan untuk
menilai exposure ekonomi sebuah perusahaan terhadap fluktuasi valuta adalah dengan
meregresikan data-data arus kas dan nilai tukar historis.
  
PCFt = a0 + a1et  + ųt

Dimana,
PCFt      = persentase perubahan dalam arus kas yang telah disesuaikan dengan inflasi, yang
diukur dalam valuta asal perusahaan, selama periode t
e t            =  persentase perubahan nilai tukar selama periode t
 a1           = koefisien slope
a0          = konstanta
ųt             = Random eror term
Model  regresi ini bisa dikembangkan dengan melibatkan variable-variabel lain.
Sebagai contoh, jika pergerakan valuta lain perlu diperhitungkan dalam model, valuta
tersebut dapat dimasukkan kedalam model sebagai variable independen tambahan.
Sensitivitas dari pergerakan masing-masing valuta atas arus kas akan ditentukan oleh nilai
koefisien regres masing-masing. Jika arus kas sebuah perusahaan multinasional
dipengaruhi oleh banyak valuta, perusahaan multinasional tersebut dapat mengukur
sensitivitas dari PCF, terhadap indeks valuta (gabungan).
Sejumlah perusahaan multinasional mungkin lebih suka menggunakan nilai saham
mereka sebagai pengganti nilai perusahaan, jika kemudian menilai bagaimana harga saham
mereka berubah sebagai reaksi terhadap pergerakan valuta. Analisis regresi kemudian
dapat diaplikasikan untuk situasi ini, dengan mengganti PCF, dengan presentasi perubahan
dalam harga saham.
r = a0 + a1 + IHSG + a2 E +e
dimana :
r merupakan presentase perubahan harga saham perusahaan,
IHSG merupakan persentase Indeks Harga Saham Gabungan,
E merupakan persentase perubahan dari nilai setiap valas (Kuncoro. 1996: 292)
            Sejumlah peneliti menurut Madura (2011) termasuk Adler dan Dumas,
menyarankan pemakaian analisis regresi untuk tujuan ini. Dengan menggunakan
pergerakan harga saham sebagai variable independen, analisis regresi dapat menjelaskan
seberapa sensitivnya nilai perusahaan (harga saham) terhadap pergerakan nilai tukar.

4. Dampak Exosure Ekonomi


Menurut Kuncoro (dalam Stonehill,et al. 1982: 128) dampak exposure ekonomi
tergantung dari horizon waktu yang digunakan. Setiap perusahaan kurs yang tidak
diharapkan akan berdampak bagi aliran kas perusahaan dalam 4 tahap: Jangka Pendek,
Jangka menengah dengan kasus ekuilibrium, Jangka Menengah dengan kasus
ketidakseimbangan, dan jangka panjang.
a. Jangka Pendek
Menurut Yuliati & Prasetyo dampak exposure opersi adalah pada aliran kas yang
diharapkan dalam anggaran operasi satu tahunan. Keuntungan atau kerugian yang dialami
akan ditentukan oleh denominasi mata uang. Denominasi mata uang dalam
perjanjiantertulis umumnya tidak dapat diubah, demikian juga dengan perjanjian yang
tidak tertulis. Dalam jangka pendek perusahaan umumnya juga sulit menyesuaikan harga
jual atau harga  faktor-faktor produksi. Oleh karena itu, aliran kas yang terealisasi akan
berbeda dari yang dianggarkan . tetapi, seiring berjalannya waktu, harga-harga dan biaya-
biaya akan dapat  disesuaikan untuk mencerminkan kondisi persaingan baru yang
disebabkan oleh perubahan nilai tukar mata uang.
b. Jangka Menengah: Kasus Ekuilibrium
Dampak kedua adalah pada aliran kas janga menengah yang diharapkan, seperti yang
telah ditunjukkan dalam perencanaan dua sampai lima tahunan, dimana terdapat kondisi
keseimbangan diantara berbagai nilai tukar mata uang, laju inflasi dan tingkat bunga antar
Negara. Dibawah kondisi keseimbangan perushaan seharusnya dapat menyesuaikan harga
dan biaya faktor produksi untuk mempertahankan aliran kas yang diharapkan. Dalam
kondisi ini, denominasi mata uang dari aliran kas yang diharapkan tidaklah sepenting
Negara dimana aliran kas diperoleh . kebijakan moneter, fiscal dan neraca pembayaran
akan menentukan apakah kondisi keseimbangan akan tetap ada dan apakah perusahaan
mampu menyesuaikan harga dan biaya (Yuliati &Prasetyo. 2005: 172)
Kuncoro (1996) mendeskripsikan bahwa apabila ekuilibrium terjadi terus menerus, dan
perusahaan bebas menyesuaikan harga  dan biaya agar dapat mempertahankan posisi
kompetitifnya, exposure ekonomi mungkin sama dengan nol. Aliran kas dan pasar
perusahaan tidak berubah karena perubahan kurs valas telah diantisipasi. Walaupun
demikian, mungkin kondisi ekuilibrium terjadi namun perusahaan tidak ngin atau tidak
dapat menyesuaikan perasinya terhadap lingkungan yang baru. Dalam kasus seperti itu
perusahaan akan mengalami exposure ekonomi karena realisasi aliran kas akan berbeda
dengan yang diharapkan,. Akibatnya, nilai pasarnya mungkin juga berubah.
c. Jangka Menengah: Kasus Ketidakseimbangan
Dampak ke 3 adalah pada aliran kas jangka menengah, dengan asumsi terjadi
ketidakseimbangan. Dalam kasus ini perusahaan tidak dapat menyesuaikan harga dan
biayanya akibat perubahan kurs valas. Realisasinya aliran kas perusahaan akan berbeda
dengan aliran yang diharapkan. Karena tidak diantisipasi maka nilai pasar perusahaan bisa
saja berubah (Kuncoro. 1996: 286).
d. Jangka Panjang
Dampak terakhir adalah pada aliran kas jangka panjang, yaitu periode diatas 5 tahun.
Aliran kas perusahaan akan dipengaruhi oleh reaksi pesaing yang ada maupun potensial
terhadap perubahan kurs dalam kondisi ketidakseimbangan. Memang harus diakui, semua
perusahaan, tidak peduli orientasi pasarnya domestic maupun multinasional, akan terkena
exposure ekonomi dalam jangka panjang apabila pasar vals tidak berbeda dalam kondisi
keseimbangan secara terus menerus (Kuncoro. 1996: 286).

5. Mengantisipasi Exposure Ekonomi


Sebelum membahas mengenai strategi untuk mengantisipasi exposure ekonomi.
Berikut adalah faktir yang mepengaruhi exposure ekonomi menurut Setiadi:
a. Penjualan produk perusahaan, di dalam atau di luar negeri
b. Pesaing utama perusahaan, baik di dalam maupun di luar negeri
c. Elastisitas permintaan barang terhadap harga
d. Lokasi produksi
e. Impor bahan baku
f. Enetapan harga input dan output
Menurut Kuncoro (1996) tujuan manajemen exposure ekonomi adalah mengantisipasi
dan mempengaruhi dampak kurs valas yang tidak diharapkan terhadap a;iran kas
perusahaan di masa yang akan dating. Untuk itu manajer harus tidak hanya mengenali
kondisi ketidakseimbangan namun juga harus mempersiapkan perusahaan untuk bereaksi
dengan cara yang paling tepat. Tugas ini dapat dilakukan dengan baik apabila perusahaan
nelakukan diversifikasi Internasional baik operasi maupun dasar pembiayaan serta strategi
pemasaran.
1) Diversifikasi Operasi
Diversifikasi operasi menurut Kuncoro (1996) meliputi diversifikasi penjualan,
lokasi produksi dan sumber bahan baku. Cara yang umumnya ditempuh adalah:
a. Melakukan bauran input. Para produse mobil Jepang mengantisipasi menguatnya
yen dengan melakukan outsourcing, yaitu mendapatkan input dari luar Jepang
terutama korea Selatan dan Taiwan, Negara dimana mata Uangnya berkaitan erat
dengan dolar AS.
b. Menggeser produksi diantara pabrik yang ada. TNC dengan system globalnya dapat
mengalokasikan produksi bagi beberapa pabriknya sejalan dengan berubahnya
biaya produksi dalam dolar, meningkatkan produksi di Negara yang mata uangnya
mengalami depresiasi/devaluasi dan menurunkan produksi di Negara yang mata
uangnya mengalami apresiasi/revaluasi.
c. Mendirikan pabrik baru di luar negeri.  Menguatnya yen telah menyebabkan banyak
perusahaan Jepang melakukan relokasi pabriknya  ke luar negeri, seperti ke
Taiwan, Korea Selatan, Singapura bahkan ke AS.
d. Meningkatkan produktivitas dengan menutup pabrik yang tidak efisien,
meningkatkan otomatisasi, dan meningkatkan kualitas produk. Cara ini banyak
dilakukan oleh perusahaan AS karena tekanan persaingan dari perusahaan asing.
e. Perencanaan terhadap perubahan kurs. Kemampuan untuk memprakirakan fluktuasi
kurs membawa implikasi yang fundamental bagi manajemen risiko valas,.
Bermacam strategi bersaing dapat digunakan seperti outsourcing, system
manufaktur yang stabil, jaringan produksi global, dan memperpendek siklus
produk.
Diversifikasi dasar pembiayaan berarti mendapatkan dana di satu atau lebih pasar
modal dan mata uang. Bila suatu perusahaan mendinersifikasikan sumber pembiayaannya,
maka ia akan memposisikan untuk mengambil manfaat dari penyimpangan temporer dari
dampak Fisher Internasional.
2) Strategi Pemasaran
Desain strategi pemasaran dalam kondisi mata uang local yang fluktuatif
merupakan peluang yang patut diperhitungkan untuk memperoleh keunggulan kompetitif.
Strategi pemasaran menurut Kuncoro yang lazim digunakan adalah:
Seleksi dan segmentasi pasar
Menurut Hanafi (2003) seleksi pasar menentukan pasar mana yang akan dimasuki
dengan strategi yang yang bagaimana. Negara dengan mata uang yang menguat merupakan
target yang cukup menarik dimasuki karena harga menjadi relative lebuh mahal
dibandingkan produk impor. Sebagai contoh, jika mata uang yen menguat terhadap mata
uang Rupiah, maka produk Indonesia mempunyai kesempatan yang bagus untuk
menembus pasar Jepang. Pada waktu dolar AS menguat terhadap yen dan mark Jerman
pada awal tahun 1980-an, perusahaan mobil Jepang dan Jerman memperoleh kesempatan
yang baik untuk melakukan penetrasi pasar di AS.
Manajer dapat melakukan segmentasi pasar untuk mengurangi sensitvitas pasar
terhadap perubahan harga. Perubahan kurs terutama akan menyebabkan daya saing harga
akan berubah. Pada waktu dolar menguat terhadap Yen Jepang, harga mobil Jepang bisa
ditekan lebih murah karena input mobil tersebut didenominasi yen, yang nilainya melemah
terhadap dolar AS.
Strategi Bauran Pasar
menurut Hanafi (2003) strategi bauran basar dapat dilihat dari:
a. Produk. Untuk menghindari sensitivitas pasar terhadap harga, perusahaan dapat
mengembangkan lini produk yang lebih beragam, tidak hanya tergantung pada yang
menggunakan harga sebagai alat persaingan. Lini produk yang semakin berkembang
biasnya mengikuti target pasar yang semakin berkembang. Dengan demikian
perusahaan harus menentukan lebih dulu pasar yang akan dijadikan sebagai target,
kemudian merancang produk untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut.
b. Harga. Jika kurs berubah  ada dua tujuan yang tidak selalu konsisten yaitu pangsa
pasar dan marjin keuntungan. Jika mata uang mengalami devaluasi/depresiasi,
produk yang dihasilkan oleh perusahaan Negara tersebut akan relative menjadi
murah.Perusahaan mempunyai dua pilihan:
(1) Harga berubah. Jika mengalami depresiasi mata uang suatu Negara, biaya barang
impor akan naik dan kemungkinan harga barang impor akan ikut naik.
(2) Harga tetap. Jika harga tidak berubah, perusahaan mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan pangsa pasar. Tetapi strategi tersebut tidak akan meningkatkan marjin
keuntungan
b. Strategi sebaliknya dilakukan jika mata uang suatu Negara mengalami apresiasi.
Perusahaan asing, daam situasi tersebut bisa menurunkan harga  untuk menjaga
pangsa pasar. Tetapi biaya yang dihadapi adalah menurunnya marjin keuntungan,
bahkan bisa rugi khususnya dalam jangka pendek.  Dilain pihak perusahaan asing
bisa menaikkan  harga untuk mengimbangi kenaikan harga input yang didatangkan
dari luar. Strategi macam ini akan memepertahankan marjin keuntungan, tetapi
pangsa pasar bisa berkurang.
c. Promosi. Untuk menghadapi perubahan kurs promosi dilakukan konsisten dengan
strategi produk atau harga.
d. Distribusi. Strategi distribusi mengikuti strategi pasar dan produk.

3) Produksi
a. Komposisi input. Perusahaan dapat menggunakan input lebih banyak dari Negara
dengan mata uang yang mengalami depresiasi  dan mengurangi input dari Negara
dengan mata uang yang menguat. Jika mata uang domestic menguat relative terhadap
mata uang asing, komposisi nput dari luar negeri akan lebih diperbanyak.
b. Pemindahan fasilitas produksi. Jika perusahaan multinasional mempunyai beberapa
pabrik di beberapa Negara, tingkat produksi dapat diubah ubah. Tingkat produksi
akan ditingkatkan di pabrik di Negara dengan mata uang  yang melemah. Sebaliknya
jika mata uang suatu Negara menguat, tingkat produksi di pabrik di Negara tersebut
akan di perkecil.
c. Lokasi Pabrik. Perusahaan multinasional dapat memindahkan lokasi pabriknya ke
Negara ketiga, biasaya Negara dengan tenaga kerja yang lebih murah. Dengan cara
itu, disamping biaya produksi bisa ditekan, penghematan biaya produksi bisa dipakai
untuk mengkompensasi apresiasi nilai mata uang dalam negeri.
d. Meningkatkan produktivitas. Dengan meningkatkan produktivitas,  kebutuhan
relokasi pabrik menjadi lebih berkurang karena perusahaan multinasional bisa
mengkompensasi exposure mata uang asing dengan kenaikan produktivitas.

d) Kebijakan Keuangan
a. Hedging Alamiah.
Melalui hedging alamiah, perusahaan multinasional berusaha menyeimbangkan
denominasi aliran kas masuk dengan denominasi aliran kas keluar. Misal perusahaan
multinasional Indonesia mengekspor barang ke Filifina. Perusahaan tersebut dengan
demikian memperoleh aliran kas masuk dengan denominasi peso Filifina, sementara
input dibayar dengan Rupiah. Misalkan terjadi depresiasi peso Filifina yang cukup
signifikan, maka aliran kas masuk akan menjadi lebih sedikit jika kas tersebut
dikonversikan ke Rupiah, sedangkan aliran kas keluar dalam rupiah tidak berubah.
Dengan demikian perusahaan tersebut mengalami aliran kas masuk bersih yang
lebih sedikit. Utnuk menghindari situasi semacam itu, perusahaan multinasional bisa
membperbanyak aliran kas keluar dengan denominasi peso Filifina untuk
menyeimbangkan aliran kas masuknya. Perusahaan multinasional tersebut dapat
pempebanyak input dari Filifina sehingga aliran kas keluar dibayar dengan peso
Filifina.
b. Back to Back Loan.
Cara ini selain untuk manajemen exposure operasi juga dapat digunakan untuk
mengatasi batasan airan modal. Cara tersebut dapat digambarkan sebagai beriku:
misalkan ada dua perusahaan multinasional: (1)perusahaan AS dengan cabang di
Prancis, (2) perusahaan Prancis dengan cabang di AS. Jika prancis membutuhkan dana
(dalam franc), dan AS membutuhkan dana (dalam dolar), masing-masing pusat tidak
perlu memasok dana secara langsung,. Jika memasok dana secara langsung akan terjadi
exposure valuta asing. Pusat AS memberikan dana dalam olar, kemudian dikonversi ke
Franc Prancis dan diberikan ke cabang Prancis.
Melalui Back to Back loan, perusahaan prancis memberikan pinjaman dalam
bentuk Franc ke cabang Prancis dari perusahaan multinasional AS. Sedangkan
perusahaan AS memberikan pinjaman dalam bentu dolar AS ke cababg AS perusahaan
multinasional Prancis.
c. Swap Mata Uang asing
Swap mata uang dilakukan dengan menukarkan  aliran kas dengan denominasi yang
berbeda. Misalkan perusahaan multinasional Indonesia mengekspor barang ke AS dan
meminjam dana dalam Rupiah ke bank Indonesia. Untuk menyembangkan aliran kas
masuk dengan kas keluar atu mengurangi exposure valuta asing, akan lebik baik  bagi
perusahaan multinasional tersebut untuk menukarkan lairan kas masuk ke dalam rupiah.
Misalkan perusahaan tersebut menemukan perusahaan multinasional AS yang
mengekspor  barang ke Indonesia. Aliran masuk perusahaan tersebut mempunyao
denoinasi rupiah, dan perusahaan tersebut akan lebih baik jika mempunyai aliran kas
keluar dengan denominasi dolas AS. Perusahaan multinasional Indonesia dapat
melakukan swap aliran kas dolar menjadi aliran kas rupiah dengan perusahaan
multinasional AS. Perusahaan multinasional AS mempunyai aliran kas masuk dalam
dolar setelah perjanjian swap tersebut.
d. Leading dan Legging
Leading berarti mempercepat aliran pembayaran, sedangkan Legging berarti
memperlambat pembayaran. Jika mata uang suatu Negara diperkirakan mengalami
depresiasi yang signifikan, maka aliran kas masuk dengan denominasi mata uang
tersebut lebih baik dipercepat. Jika aliran kas masuk tersebut dibayar pada waktu mata
uang terdepresiasi, maka nilai aliran kas masuk tersebut akan berkurang.sedangkan
aliran kas keluar dengan denominasi mata uang tersebut akan lebih baik jika
diperlambat.
KEsIMPULAN

            Eksposur  ekonomi  adalah risiko  perubahan  nilai  perusahaan  atau perubahan 


aliran  kas  yang  disebabkan  karena perubahan nilai tukar. Untuk mengukur exposure
ekonomi dapat menggunakan dua cara yaitu sensitivitas laba terhadap nilai tukar  dan
sensitivitas arus kas terhadap nilai tukar. Juga dalam xposure ekonoi terdapat dampak yang
terjadi yaitu dampak jangka pendek, jangka menengah (Ekuilibrium dan
ketidakseimbangan) dan jangka penjang. Kemudia ekposure ekonomi dapat di antisipasi
dengan cara berikut:
1.  Diversifikasi Operasi
2.  Strategi Pemasaran yang meliputi: Seleksi dan segmentasi Pasar dan strategi Bauran
Pasar
3.  Produksi yang meliputi:
a.  Komposisi input
b.  Pemindahan fasilitas produksi
c.  Lokasi pabrik
d. Meningkatkan produktivitas
4.  Kebijakan keuangan, melalui:
a.  Hedging alamiah
b.  Back to back loan
c.  Swap
d.  Leading dan legging
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. 2003. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFE.


Kuncoro, Mudrajad. 1996. Manajemen Keuangan Internasional: Pengantar Ekonomi dan
Bisnis Global. Yogyakarta: BPFE.
Madura, Jeff. 2011. Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta: Salemba Empat.
Machfoedz, Mas’ud. 2002. PENGARUH RISIKO NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP
RETURN SAHAM : STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEJ. Vol. 17, No. 4, 2002, 347 – 360.
Website: www.jurnal.ugm.ac.id/jieb/article/download/6815/5351.
Setiadi, Muhammad Ilham. Analisis Pengaruh Exposure Ekonomi dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya Pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi Yang Go Publik di
Bursa Efek Jakarta. UIN.
Website: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/14079/1/MUH
AMMAD%20ILHAM%20SETIADI-FEB.pdf
Yuliati, Sri Handaru & Prasetyo, Handoyo. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
Internasional. Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai