DISUSUN OLEH :
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Pengertian Exposure Ekonomi?
2) Bagaimana Exposure Ekonomi dalam Apresiasi dan Depresiasi Mata Uang Lokal?
3) Bagaimana Cara Mengukur Exposure Ekonomi?
4) Bagaimana Dampak Dalam Exposure Ekonomi dan Mengantisipasi Exposure
Ekonomi?
3. Tujuan
1) Untuk Mengetahui dan Mendeskripsikan Pengertian Exposure Ekonomi?
2) Untuk Mengetahui dan Mendeskripsikan Cara Mengukur Exposure Ekonomi?
3) Untuk Mengetahui dan Mendeskripsikan Dampak Exposure Ekonomi dan Untuk
Mengetahui dan Mendeskripsikan Cara Mengantisipasi Exposure Ekonomi?
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Exposure Ekonomi
Menurut Madura (2011:390) mendeskripsikan bahwa tingkat di mana nilai
sekarang (present value) dari arus kas masa depan suatu perusahaan akan dipengaruhi
oleh fluktuasi kurs (nilai tukar) disebut dengan exposure ekonomi terhadap kurs. Namun,
pengaruh fluktuasi nilai tukar atas arus kas sebuah perusahaan tidak selalu disebabkan oleh
transaksi valuta.
Machfoedz (2002) mengemukakan bahwa eksposur ekonomi adalah risiko
perubahan nilai perusahaan atau perubahan aliran kas yang disebabkan karena
perubahan nilai tukar. Eksposur ekonomi yang meliputi eksposur transaksi dan eksposur
operasi, menjelaskan pengaruh perubahan nilai tukar mata uang terhadap nilai ekonomis
perusahaan. Walaupun eksposur transaksi termasuk eksposur akuntansi, tapi lebih pantas
sebagai eksposur arus kas dan sebagai bagian dari eksposur ekonomi.
Eksposur ekonomi tidak hanya mempengaruhi perusahaan multinasional saja.
Perusahaan domestik murni juga dapat dipengaruhi oleh eksposur ini. Kondisi ini bisa
terjadi jika perusahaan-perusahaan asing ikut beroperasi dalam pasar domestik, oleh sebab
itu perusahaan domestik harus bersaing dengan perusahaan asing dalam merebut pasar,
adanya fluktuasi nilai tukar akan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan harga dan laba
rugi perusahaan (Anggraeni:2003).
Untuk memperjelas ekposure ekonomi berikut contoh yang dikemukakan oleh
Hanafi (2003:277):
Misalkan ada perusahaan Indonesia yang mempunyai cabang di Amerika Serikat. Cabang
tersebut memproduksi barang yang akan dijual di pasar domestic AS. Proporsi input yang
signifikan dating dari Indonesia. Kemudian mata uang dolar mengalami depresiasi terhapat
Rupiah yang cukup signifikan. Perhatikan bahwa contoh berikut menunjukkan depresiasi.
Biasanya mata uang yang mengalami depresiasi menimbulkan masalah karena aliran kas
dengan nominasi mata uang tersebut, jika dikonversikan ke mata uang Negara kantor pusat
akan lebih kecil dibandingkan sebelum didepresiasi. Perubahan aliran kas karena
perubahan kurs disebabkan dua hal:
a. Perubahan daya saing. Perubahan kurs mengakibatkan perubahan daya saing. Dalam
contoh diatas, karena sebagian input didatangkan dari Indonesia, harga input dalam
rupiah akan menjadi lebih mahal. Hal ini akan mempengaruhi daya saing produk
tersebut.
b. Perubahan karena konversi mata uang. Perubahan kurs juga mengakibatkan
perubahan aliran kas. Dalam contoh diatas, dengan depresiasi dolar, satu dolar AS
akan menghasilkan Rupiah yang lebih sedikit terjadi depresiasi dolar.
2. Exposure Ekonomi dalam Apresiasi Dan Depresiasi Mata Uang Lokal Exposure
ekonomi dalam Apresiasi Mata Uang Lokal
Dampak apresiasi mata uang local terhadap eksposure ekonomi terlihat pada kolom
kedua Tabel 2.1 penjualan perusahaan untuk pasar lokal diperkirakan akan turun akibat
apresiasi mata uang lokal. Ini disebabkan karena meningkatnya persaingan karena
konsumen dapat memperoleh produk pengganti dari luar negeri yang lebih murah.
Seberapa jauh menurunnya penjualan local akan tergantung ari derajat persaingan antara
produk asing dengan produk local di pasar domestic (Kuncoro.1996:281)
Aliran kas yang berasal dari ekspor yang dinilai dalam mata uang local
kemungkinan akan menurun akibat apresiasi mata uang local. Alasannya, importer asing
membutuhkan lebih banyak devisa untuk membeli produk ekspor.
Menurut Madura (2011:391) mengemukakan bahwa Secara keseluruhan, apresiasi
valuta local akan menyebabkan penurunan arus kas masuk maupun arus kas keluar. Jadi
sulit untuk membuat kesimpulan umum mengenai apakah arus kas netto akan meningkat
atau menurut jika valuta local mengalami apresiasi. Dampak dari valuta lokal atas arus kas
netto perusahaan tergantung pada apakan variable-variabel kas masuk dipengaruhi lebih
besar atau lebih kecil daripada variable-variabel kas keluar. Sebagai contoh jika erusahaan
bergerak dalam bisnis ekspor tetapi mendapatkan sebua produk input dari pasar local dan
meminjam dari institusi keuangan lokal, maka variable-variabel kas masuknya akan
berkurang dengan besar yang lebih tinggi daripada variable-variabel arus kas keluarnya.
Dalam hal ini arus kas netto akan berkurang. Sebaliknya arus kas masuk dari perusahaan
yang mengkonsentrasikan penjualannya dalam pasar local dan mendapat persaingan yang
lemah dari pesaing-[easing asing tidak akan berkurang banyak jika valuta lokal mengalami
apresiasi. Jika perusahaan semacam ini mendapatkan input dar luar negeri, arus kas
keluarnya akan berkurang. Secara keseluruhan, arus kas netto perusahaan ini akan
meningkat akibat apresiasi valuta lkcal.
Ekspor yang dinilai dalam mata uang asing kemungkinan juga akan menurunkan
aliran kas masuk meskipun dengan alasan yang berbeda. Permintaan tas produk perusahaan
oleh importer asing tidak akan berubah, karena importir tersebut dapat menggunakan mata
uangnya sendiri dan tidak perlu mendapatkan mata uang lokal yang digunakan oleh
perusahaan. Namun ketika perusahaan menerima aliran kas masuk ia harus
mengkonversinya kedalam mata uang local. Bila mata uang lokal mengalami apresiasi,
aliran masuk ini akan berkurang nilainya. Deikian juga setiap bunga dan deviden yang
diterima dari investasi asing akan berkurang nilainya bila dikonversikan kedalam mata
uang local yang mengalami apresiasi (Kuncoro.1996:282).
Berkaitan dengan kas keluar menurut Kuncoro (1996:282) bahwa biaya mengimpor
bahan baku yang dinilai dalam mata uang lokal tidak akan secara langsung terpengaruh
oleh setiap perusahaan kurs valas. Walaupun demikian, biaya bahan baku dalam mata uang
asing akan berkurang apabila mata uang lokal mengalami apresiasi. Ini diakibatkan karena
ditukarnya mata uang lokal yang menguat dengan dengan valaa untuk membayar bunga.
7. Laba Kotor
Laba Operasi
8. AS: Tetap $ 30 $ 30 $ 30
9. AS: Variabel (10% $ 30,3 $ 30,72 $ 31,04
dari total penjualan
10. Total
11. EBIT $ 60,3 $ 60,72 $ 61,04
$ 42,7 $ 36,48 $ 29,36
Beban Bunga
12. AS $ 3 $ 3 $ 3
13. Kanada C$10 = $ 7,5 C$10 = $ 8 C$10 = $ 8,5
14. Total $ 10.5 $ 11 $ 11,5
15. EBT $ 32,2 $ 25,48 $ 17,86
Dengan informasi diatas, Madison dapat menentukan bagaimana laporan laba
ruginya akan terpengaruh oleh masing-masing scenario kurs. Asumsi dampak kurs
terhadap penjualan AS diperlihatkan pada baris 1. Baris 2 menggambarkan bahwa jumlah
dolar AS ang diterima dalam dolar AS yang diterima dari penjualan di Kanada (setelah
mengkonvers ramalan C$4 juta dari penjualan di Kanada ke dalam dolar AS). Baris 3
menunjukkan perkiraan total penjualan yang diterima dalam dolar AS, yang ditentukan
dengan menggabungkan baris 1 dan baris 2. Baris 4 merupakan biaya penjualan barang di
AS. Baris 5 mengkonversikan estimasi biaya penjualan sebesar C$ 200 juta kedalam dolar
AS untuk masing-masing scenario kurs. Baris 6 mengukur perkiraan dolar AS yang
dibutuhkan untuk menutup total biaya penjualan barang, yang diperoleh dari
mengkombinasikan baris 4 dan 5. Baris 7 mengestimasikan laba kotor dalam dolar AS,
yang diperoleh dari baris 3 dikurangi baris 6. Baris 8 hingga 10 menunjukkan estimasi
biaya operasi, sehingga diperoleh EBIT. Baris 12 mengestimasi biaya bunga yang dibayar,
sementara baris 13 menunjukkan estimasi dolar AS yang dibutuhkan untuk membayar
bunga di Kanada. Baris 14 mengkombinasikan baris 12 dan 13 untuk mengestimasi total
dolar AS yang dibutuhkan untuk membayar semua bunga. Baris 15 menunjukkan
penerimaan sebelim pajak, yang diperoleh dari selisih antara baris 11 dan 14 (Kuncoro.
1996: 290).
Menurut Kuncoro Dampak kurs terhadap penerimaan dan biaya Madison sekarang
dapat dilihat pada table 3 mengilustrasikan bhwa baik penjualan di AS dan nilai dolar dari
penjualan di Kanada akan meningkat akibat menguatnya dolar Kanada. Ini disebabkan
exposure biaya penjualan di Kanada (C$200 juta) jauh lebuh besar disbanding exposure
penjualan di Kanada (C$ 4 juta), sehingga terdapat dampak total yang negative terhadap
laba kotor dari menguatnya dolar Kanada. Total dolar AS yang dibutuhkan untuk
membayar bunga jauh lebih tinggi dari pada dolar Kanada menguat. Secara umum dapay
disimpulkan Madison akan dirugikan apabila dolar Kanada menguat . namun Madison
akan untuk jika apabila dolar Kanada melemah terhadap dola AS, karena menurunnya total
penerimaan dihilangkan oleh turunnya biaya penjualan dan biaya bunga.
Sedangkan Madura menyimpulkan secara umum dari kasus diatas adalah
perusahaan-perusahaan yang memiliki lebih banyak (lebih sedikit) biaya dalam valas,
relative terhadap pendapatan yang diperoleh dalam valuta asing, akan dirugikan
(menguntungkan) oleh menguatnya valuta asing. Tetapi besarya dampak secara pasti hanya
dapat ditentukan dengan menggunakan prosedur yang telah dijeaskan. Contoh kita
didasarkan pada horizon waktu 1 periode. Jika perusahaan telah membuat proyeksi
penjualan, biaya dan nilai tukar untuk beberapa periode ke depan, perusahaan tersebut
dapat menilai exposure ekonomi secara terus menerus. Setiap saat, exposure ekonomi akan
dipengaruhi oleh perubahan dalam karakteristik operasi.
Dimana,
PCFt = persentase perubahan dalam arus kas yang telah disesuaikan dengan inflasi, yang
diukur dalam valuta asal perusahaan, selama periode t
e t = persentase perubahan nilai tukar selama periode t
a1 = koefisien slope
a0 = konstanta
ųt = Random eror term
Model regresi ini bisa dikembangkan dengan melibatkan variable-variabel lain.
Sebagai contoh, jika pergerakan valuta lain perlu diperhitungkan dalam model, valuta
tersebut dapat dimasukkan kedalam model sebagai variable independen tambahan.
Sensitivitas dari pergerakan masing-masing valuta atas arus kas akan ditentukan oleh nilai
koefisien regres masing-masing. Jika arus kas sebuah perusahaan multinasional
dipengaruhi oleh banyak valuta, perusahaan multinasional tersebut dapat mengukur
sensitivitas dari PCF, terhadap indeks valuta (gabungan).
Sejumlah perusahaan multinasional mungkin lebih suka menggunakan nilai saham
mereka sebagai pengganti nilai perusahaan, jika kemudian menilai bagaimana harga saham
mereka berubah sebagai reaksi terhadap pergerakan valuta. Analisis regresi kemudian
dapat diaplikasikan untuk situasi ini, dengan mengganti PCF, dengan presentasi perubahan
dalam harga saham.
r = a0 + a1 + IHSG + a2 E +e
dimana :
r merupakan presentase perubahan harga saham perusahaan,
IHSG merupakan persentase Indeks Harga Saham Gabungan,
E merupakan persentase perubahan dari nilai setiap valas (Kuncoro. 1996: 292)
Sejumlah peneliti menurut Madura (2011) termasuk Adler dan Dumas,
menyarankan pemakaian analisis regresi untuk tujuan ini. Dengan menggunakan
pergerakan harga saham sebagai variable independen, analisis regresi dapat menjelaskan
seberapa sensitivnya nilai perusahaan (harga saham) terhadap pergerakan nilai tukar.
3) Produksi
a. Komposisi input. Perusahaan dapat menggunakan input lebih banyak dari Negara
dengan mata uang yang mengalami depresiasi dan mengurangi input dari Negara
dengan mata uang yang menguat. Jika mata uang domestic menguat relative terhadap
mata uang asing, komposisi nput dari luar negeri akan lebih diperbanyak.
b. Pemindahan fasilitas produksi. Jika perusahaan multinasional mempunyai beberapa
pabrik di beberapa Negara, tingkat produksi dapat diubah ubah. Tingkat produksi
akan ditingkatkan di pabrik di Negara dengan mata uang yang melemah. Sebaliknya
jika mata uang suatu Negara menguat, tingkat produksi di pabrik di Negara tersebut
akan di perkecil.
c. Lokasi Pabrik. Perusahaan multinasional dapat memindahkan lokasi pabriknya ke
Negara ketiga, biasaya Negara dengan tenaga kerja yang lebih murah. Dengan cara
itu, disamping biaya produksi bisa ditekan, penghematan biaya produksi bisa dipakai
untuk mengkompensasi apresiasi nilai mata uang dalam negeri.
d. Meningkatkan produktivitas. Dengan meningkatkan produktivitas, kebutuhan
relokasi pabrik menjadi lebih berkurang karena perusahaan multinasional bisa
mengkompensasi exposure mata uang asing dengan kenaikan produktivitas.
d) Kebijakan Keuangan
a. Hedging Alamiah.
Melalui hedging alamiah, perusahaan multinasional berusaha menyeimbangkan
denominasi aliran kas masuk dengan denominasi aliran kas keluar. Misal perusahaan
multinasional Indonesia mengekspor barang ke Filifina. Perusahaan tersebut dengan
demikian memperoleh aliran kas masuk dengan denominasi peso Filifina, sementara
input dibayar dengan Rupiah. Misalkan terjadi depresiasi peso Filifina yang cukup
signifikan, maka aliran kas masuk akan menjadi lebih sedikit jika kas tersebut
dikonversikan ke Rupiah, sedangkan aliran kas keluar dalam rupiah tidak berubah.
Dengan demikian perusahaan tersebut mengalami aliran kas masuk bersih yang
lebih sedikit. Utnuk menghindari situasi semacam itu, perusahaan multinasional bisa
membperbanyak aliran kas keluar dengan denominasi peso Filifina untuk
menyeimbangkan aliran kas masuknya. Perusahaan multinasional tersebut dapat
pempebanyak input dari Filifina sehingga aliran kas keluar dibayar dengan peso
Filifina.
b. Back to Back Loan.
Cara ini selain untuk manajemen exposure operasi juga dapat digunakan untuk
mengatasi batasan airan modal. Cara tersebut dapat digambarkan sebagai beriku:
misalkan ada dua perusahaan multinasional: (1)perusahaan AS dengan cabang di
Prancis, (2) perusahaan Prancis dengan cabang di AS. Jika prancis membutuhkan dana
(dalam franc), dan AS membutuhkan dana (dalam dolar), masing-masing pusat tidak
perlu memasok dana secara langsung,. Jika memasok dana secara langsung akan terjadi
exposure valuta asing. Pusat AS memberikan dana dalam olar, kemudian dikonversi ke
Franc Prancis dan diberikan ke cabang Prancis.
Melalui Back to Back loan, perusahaan prancis memberikan pinjaman dalam
bentuk Franc ke cabang Prancis dari perusahaan multinasional AS. Sedangkan
perusahaan AS memberikan pinjaman dalam bentu dolar AS ke cababg AS perusahaan
multinasional Prancis.
c. Swap Mata Uang asing
Swap mata uang dilakukan dengan menukarkan aliran kas dengan denominasi yang
berbeda. Misalkan perusahaan multinasional Indonesia mengekspor barang ke AS dan
meminjam dana dalam Rupiah ke bank Indonesia. Untuk menyembangkan aliran kas
masuk dengan kas keluar atu mengurangi exposure valuta asing, akan lebik baik bagi
perusahaan multinasional tersebut untuk menukarkan lairan kas masuk ke dalam rupiah.
Misalkan perusahaan tersebut menemukan perusahaan multinasional AS yang
mengekspor barang ke Indonesia. Aliran masuk perusahaan tersebut mempunyao
denoinasi rupiah, dan perusahaan tersebut akan lebih baik jika mempunyai aliran kas
keluar dengan denominasi dolas AS. Perusahaan multinasional Indonesia dapat
melakukan swap aliran kas dolar menjadi aliran kas rupiah dengan perusahaan
multinasional AS. Perusahaan multinasional AS mempunyai aliran kas masuk dalam
dolar setelah perjanjian swap tersebut.
d. Leading dan Legging
Leading berarti mempercepat aliran pembayaran, sedangkan Legging berarti
memperlambat pembayaran. Jika mata uang suatu Negara diperkirakan mengalami
depresiasi yang signifikan, maka aliran kas masuk dengan denominasi mata uang
tersebut lebih baik dipercepat. Jika aliran kas masuk tersebut dibayar pada waktu mata
uang terdepresiasi, maka nilai aliran kas masuk tersebut akan berkurang.sedangkan
aliran kas keluar dengan denominasi mata uang tersebut akan lebih baik jika
diperlambat.
KEsIMPULAN