Ringkasan Materi
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Jurusan S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Bengkulu
2018
ANALISIS SEKURITAS
A. ANALISIS EKONOMI
Dalam melakukan analisis penilaian saham, investor bisa melakukan analisis
fundamental secara “top-down” untuk menilai prospek perusahaan.
Analisis secara “top-down” meliputi :
1. Analisis variabel-variabel ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja seluruh
perusahaan.
2. Analisis industri-industri pilihan yang berprospek paling baik.
3. Analisis perusahaan dan penentuan saham perusahaan mana yang terbaik.
Siegel (1991), menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara harga saham
dan kinerja ekonomi makro, dan menemukan bahwa perubahan pada harga saham
selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi.
Mengapa perubahan harga saham mendahului perubahan ekonomi, mengapa
bukan sebaliknya? Ada dua alasan yang mendasarinya. Pertama, harga saham yang
terbentuk merupakan cerminan ekspektasi investor terhadap earning, dividen,
maupun tingkat bunga yang akan terjadi. Hasil estimasi investor terhadap ketiga
variabel tersebut akan menetukan berapa harga saham yang sesuai. Kedua, kinerja
pasar modal akan bereaksi terhadap perubahan-perubahan ekonomi makro seperti,
perubahan tingkat bunga, inflasi, ataupun jumlah uang beredar.
INDIKATOR
PENGARUH PENJELASAN
EKONOMI
Meningkatnya PDB
Meningkatnya PDB mempunyai pengaruh
merupakan sinyal yang
positif terhadap daya beli konsumen
PDB baik (positif) untuk
sehingga dapat meningkatkan permintaan
investasi dan sebaliknya
terhadap produk perusahaan.
jika PDB menurun.
Inflasi meningkatkan pendapatan dan
Peningkatan inflasi secara biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya
relatif merupakan sinyal produksi lebih tinggi dari peningkatan
Inflasi
negatif bagi pemodal di harga yang dapat dinikmati oleh
psar modal. perusahaan maka profitabilitas
perusahaan akan turun.
Tingkat suku bunga yang meningkat akan
menyebabkan peningkatan suku bunga
Tingkat bunga yang yang disyaratkan atas investasi pada suatu
tinggi merupakan sinyal saham. Tingkat suku bunga yang
Tingkat Bunga negatif terhadap harga meningkat bisa juga menyebabkan
saham. investor menarik investasinya pada saham
dan memindahkannya pada investasi
berupa tabungan ataupun deposito.
Dua hal yang bisa dijadikan dasar peramalan perubahan pasar modal, yaitu :
a) Perubahan Siklis Ekonomi
Siklis ekonomi yang cenderung menurun menuju titik terendah (atau
disebut resesi), maka harga saham biasanya akan turun. Semakin kuat resesi,
semakin drastis penurunan harga saham.
Tetapi jika siklis ekonomi diramalkan membaik, maka harga saham
menjelang titik balik siklis ekonomi (sebelum mencapai titik terendah) akan
membaik mendahului membaiknya siklis ekonomi.
Dengan siklis ekonomi yang terus membaik sampai mendekati titik
puncak, maka harga saham cenderung stabil sehingga return saham yang
abnormal sulit dicapai investor.
Oleh karenanya, investor harus bisa meramalkan kapan siklis ekonomi akan
mencapai titik baliknya (baik titik puncak maupun titik terendah), sehingga
investor bisa membuat keputusan tentang harga saham yang tepat, serta
tindakan apa yang sebaiknya dilakukan investor terhadap saham tersebut.
B. ANALISIS INDUSTRI
Analisis industri merupakan tahap kedua dalam analisis fundamental secara
top-down approach. Dalam analisis industri, investor mencoba memperbandingkan
kinerja dari berbagai industri, untuk bisa mengetahui jenis industri apa saja yang
memberikan prospek paling baik ataupun sebaliknya.
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis industri tersebut, investor akan
menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-
saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukkan dalam portofolio.
1. Pengertian Industri
Pengelompokan suatu industri dalam kenyatannya tidaklah sesederhana yang
dibayangkan, karena banyak perusahaan yang bergerak dalam lini bisnis yang
berbeda. Untuk menyiasati permasalahan tersebut, diperlukan suatu metode
pengklasifikasian industri.
Salah satu metode pengklasifikasian industri ke dalam berbagai divisi, atau
disebut sistem Standard Industrial Classification (SIC), yang didasarkan pada data
sensus dan pengklasifikasian perusahaan berdasarkan produk dasar yang
dihasilkan.
Standar yang dipakai untuk mengkelompokkan industri bagi perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah Jakarta Stock
Exchange Sectoral Industry Classfification (JASICA). Klasifikasi JASICA ini
terdiri dari 9 divisi, dan masing-masing divisi tersebut dibagi lagi menjadi
kelompok industri utama dan diberi kode dua digit.
Beberapa hasil penelitian empiris dirangkum oleh Reilly dan Brown (1997),
menyimpulkan, yaitu :
Industri yang berbeda mempunyai tingkat return yang berbeda pula, sehingga
analisis industri perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan kinerja antar
industri.
Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya. Oleh
karena itu, analis dan investor juga perlu menambahkan dengan beberapa data
lain yang relevan untuk mengestimasi return industri di masa yang datang.
Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat
cukup beragam.
Tingkat risiko berbagai industri juga beragam, sehingga analis dan investor
perlu mempelajari dan mengestimasi faktor-faktor risiko yang relevan untuk
suatu industri tertentu seperti halnya estimasi return.
Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu, sehingga analisis
risiko berdasarkan data historis dapat digunakan untuk mengestimasi risiko
industri di masa datang.
C. ANALISIS PERUSAHAAN
Analisis perusahaan merupakan tahap ketiga dari analisis fundamental, setelah
analisis variabel ekonomi dan pasar, serta analisis industri.
Contoh :
Data laba bersih, EBIT, ekuitas, dan total aset PT Semen Gresik pada akhir
Tahun 2006 dan 2007 seperti disajikan pada tabel berikut ini. Berapakah ROE dan
ROA perusahaan tersebut untuk Tahun 2006 dan 2007?
ROE dan ROA PT Semen Gresik untuk Tahun 2006 dan 2007, adalah :
Menghitung EPS perusahaan juga dapat dengan menggunakan rumus berikut ini,
yaitu :
Contoh :
Berdasarkan data PT Semen Gresik tahun 2006 dan 2007 sebelumnya, jika
jumlah saham yang beredar di Tahun 2006 dan 2007 sama sebanyak 5,93 miliar,
maka EPS dapat dihitung dengan :
EPS2006 = Rp1.295,52 / 5,93
= Rp218
EPS2007 = 1.775,41 / 5,93
= Rp299
=
6. Estimasi Nilai Instrinsik Saham
Estimasi nilai intrinsik saham dalam analisis perusahaan bisa dilakukan
dengan memanfaatkan dua komponen informasi penting dalam analisis
perusahaan, yaitu EPS dan PER (earning multiplier).
Secara matematis, hubungan tersebut tergambar sebagai berikut :
P0 = Estimasi EPS X PER
= E1 X PER
Jika nilai intrinsik saham sudah berhasil diestimasi, langkah selanjutnya
adalah membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasarnya.
D. ANALISIS TEKNIKAL
Hal yang menjadi dasar perbedaan analisis teknikal dan analisis fundamental,
yaitu :
- Analisis teknikal mendasarkan diri pada polapola pergerakan harga saham dari
waktu ke waktu.
- Analisis fundamental secara “top-down” mendasarkan diri pada faktor-faktor
fundamental perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan industri.
Point-and-Figure Chart
Penggunaan grafik dengan angka dan gambar (Point-and-Figure
Chart) untuk menggambarkan harga saham lebih kompleks dibandingkan
dengan bar chart biasa, karena menggambarkan harga saham yang berubah
secara signifikan (volume perdagangan saham tidak dimasukkan dalam chart
jenis ini).
Point-and-Figure Chart (dalam ratusan rupiah)
Grafik poin dan gambar terdiri dari serangkaian O dan X yang dikenal
sebagai kotak-kotak. Poin O mencerminka penurunan harga saham dan poin X
mencerminkan peningkatan harga. Setiap kotak mencerminkan himpunan
pergerakan harga tertentu.
Grafik Garis (Line Chart)
Grafik garis (Line Chart) hanya menggambarkan harga tutup. Garis
disusun dalam bentuk kontinu yang menghubungkan harga penutup antar
interval waktu secara berurutan.
Puncak dan palung (Peak and Trough) merupakan salah satu prinsip dasar
(building block) analisis teknikal bahwa harga tidak bergerak secara langsung naik
atau turun melainkan bergerak secara zigzag.
Dengan kata lain istilah support level berarti tingkat harga atau kisaran
harga, pada saat analis teknikal mengharapkan akan terjadinya peningkatan
yang signifikan atau permintaan saham di pasar. Dengan kata lain, support
level menggambarkan batas bawah kisaran harga (lower boundary) yang bisa
membuat para pembeli saham tertarik untuk segera melakukan pembelian
saham, sehingga permintaan saham meningkat, dan selanjutnya harga saham
akan bergerak naik.
Sedangkan resitance level berarti kisaran harga, dimana para analis
teknikal berharap akan terjadi peningkatan yang signifikan atas jumlah saham
yang ditawarkan di pasar. Dengan kata lain, resistance level menggambarkan
batas atas tingkat harga (upper boundary) yang bisa membuat para penjual
saham segera bertindak menjual saham dipasar, maka diharapkan harga akan
bergerak naik, dan tidak melewati batas atas harga.
Area Support dan Resistace yang Terjadi Pada Seputar Angka
Pada gambar diatas, sisi kiri dan kanan dari kepala (Head,H)
menunjukkan bahu kiri (shoulders, s) kepala (head,h) dan bahu kanan (s) atau
s-h-s.
REFERANSI
1. Buku
Tandelilin, Eduardus. 2010. PORTOFOLIO dan INVESTASI Teori dan
Aplikasi, Edisi Pertama. Yogyakarta : Kanisius.
2. Internet
https://febrineldiko.files.wordpress.com/2012/12/13-analisis-ekonomi1.ppt
https://febrineldiko.files.wordpress.com/2012/12/14-analisis-industri.ppt
https://deden08m.files.wordpress.com/2011/09/materi-11-analisis-industri.pdf
https://febrineldiko.files.wordpress.com/.../portofolio-investasi-bab-15-
analisis-perusa...
https://deden08m.files.wordpress.com/2011/09/materi-12-analisis-
perusahaan.pdf
https://deden08m.files.wordpress.com/2011/09/materi-13-analisis-
teknikal.pdf