Anda di halaman 1dari 28

Analisa Investasi dan Teori Portofolio

Ringkasan Materi

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Ulfa Sari Annisa (C1C016122)


Pensialing (C1C016038)
Tiara Monika (C1C016071)

Dosen Pengampu: Nikmah, SE.M.Si.Ak.

Jurusan S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Bengkulu
2018
ANALISIS SEKURITAS
A. ANALISIS EKONOMI
Dalam melakukan analisis penilaian saham, investor bisa melakukan analisis
fundamental secara “top-down” untuk menilai prospek perusahaan.
Analisis secara “top-down” meliputi :
1. Analisis variabel-variabel ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja seluruh
perusahaan.
2. Analisis industri-industri pilihan yang berprospek paling baik.
3. Analisis perusahaan dan penentuan saham perusahaan mana yang terbaik.

Proses Penilaian Secara top-down

1. Kondisi, Ekonomi dan Pasar Modal


Analisis ekonomi adalah salah satu dari tiga analisis yang perlu dilakukan
investor dalam penentuan keputusan investasinya. Mengapa tahap ini penting? Hal
ini karena, yaitu :
 adanya kecenderungan hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada
lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal.
 adanya kecenderungan hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada
lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal.
 adanya kecenderungan hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada
lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal.

Siegel (1991), menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara harga saham
dan kinerja ekonomi makro, dan menemukan bahwa perubahan pada harga saham
selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi.
Mengapa perubahan harga saham mendahului perubahan ekonomi, mengapa
bukan sebaliknya? Ada dua alasan yang mendasarinya. Pertama, harga saham yang
terbentuk merupakan cerminan ekspektasi investor terhadap earning, dividen,
maupun tingkat bunga yang akan terjadi. Hasil estimasi investor terhadap ketiga
variabel tersebut akan menetukan berapa harga saham yang sesuai. Kedua, kinerja
pasar modal akan bereaksi terhadap perubahan-perubahan ekonomi makro seperti,
perubahan tingkat bunga, inflasi, ataupun jumlah uang beredar.

2. Variabel Makro Ekonomi


Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi
perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan
kondisi ekonomi makro di masa datang akan sangat berguna dalam pembuatan
keputusan investasi yang menguntungkan.

Beberapa variabel ekonomi makro yang perlu diperhatikan investor, yaitu :


a) Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB) adalah
ukuran produksi barang dan jasa total suatu negara. Pertumbuhan PDB yang
cepat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi.
b) Tingkat Pengangguran. Tingkat pengangguran ditunjukkan oleh persentase
dari total jumlah tenaga kerja yang masih belum bekerja (meliputi pula
pengangguran tak kentara maupun pengangguran kentara). Tingkat
pengangguran ini mencerminkan sejauh mana kapasitas operasi ekonomi suatu
negara bisa dijalankan.
c) Inflasi. Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-
produk secara keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan
dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi
ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas
penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan
yang akan menyebabkan terjadinya penurunan daya beli uang.
d) Tingkat Bunga. Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai
sekarang (present value) aliran kas perusahaan sehingga kesempatan-
kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi.

Matriks Hubungan Beberapa Faktor Makro Ekonomi Terhadap Profitabilitas


Perusahaan

INDIKATOR
PENGARUH PENJELASAN
EKONOMI
Meningkatnya PDB
Meningkatnya PDB mempunyai pengaruh
merupakan sinyal yang
positif terhadap daya beli konsumen
PDB baik (positif) untuk
sehingga dapat meningkatkan permintaan
investasi dan sebaliknya
terhadap produk perusahaan.
jika PDB menurun.
Inflasi meningkatkan pendapatan dan
Peningkatan inflasi secara biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya
relatif merupakan sinyal produksi lebih tinggi dari peningkatan
Inflasi
negatif bagi pemodal di harga yang dapat dinikmati oleh
psar modal. perusahaan maka profitabilitas
perusahaan akan turun.
Tingkat suku bunga yang meningkat akan
menyebabkan peningkatan suku bunga
Tingkat bunga yang yang disyaratkan atas investasi pada suatu
tinggi merupakan sinyal saham. Tingkat suku bunga yang
Tingkat Bunga negatif terhadap harga meningkat bisa juga menyebabkan
saham. investor menarik investasinya pada saham
dan memindahkannya pada investasi
berupa tabungan ataupun deposito.

Menguatnya kurs rupiah Menguatnya kurs rupiah terhadap mata


terhadap mata uang asing uang asing akan menurunkan biaya impor
Kurs Rupiah merupakan sinyal positif bahan untuk produksi, dan akan
bagi perekonomian yang menurunkan tingkat suku bunga yang
mengalami inflasi berlaku.

Anggaran yang defisit


Anggaran defisit akan mendorong
merupakan sinyal positif
konsumsi dan investasi pemerintah,
bagi ekonomi yang
sehingga dapat meningkatkan permintaan
sedang mengalami resesi,
Anggaran Defisit terhadap produk perusahaan. Akan tetapi,
tetapi merupakan sinyal
anggaran defisit di sisi lain justru akan
yang negatif bagi
meningkatkan jumlah uang beredar dan
ekonomi yang mengalami
akibatnya akan mendorong inflasi.
inflasi.

Menigkatnya investasi Meningkatnya investasi swasta akan


Investasi Swasta swasta adalah sinyal meningkatkan PDB sehingga dapat
positif bagi pemodal. meningkatkan pendapatan konsumen.

Defisit neraca Defisit neraca perdagangan dan


Neraca
perdagangan dan pembayaran harus dibiayai dengan
Perdagangan dan
pembayaran merupakan menarik modal asing. Untuk melakukan
Pembayaran
sinyal negatif bagi hal ini, suku bunga harus dinaikkan.
pemodal.

3. Meramalkan Perubahan Pasar Modal


Untuk membuat keputusan investasi yang tepat dan menguntungkan,
kemampuan untuk mengetahui perubahan apa yang sedang terjadi di pasar modal
belumlah cukup bagi investor.
Investor memerlukan kemampuan untuk ‘meramalkan’ apa yang mungkin
terjadi di kemudian hari pada pasar modal, dan apa kira-kira dampaknya bagi
keputusan investasi yang akan diambil. Maka, investor harus melakukan
kompleksitas proses prakiraan perubahan pasar modal secara konsisten.
Pertama, adanya konsep pasar modal yang efisien berarti bahwa tidak
mungkin bagi kita untuk meramalkan perubahan pasar modal dan mengambil
keuntungan dari perubahan tersebut. Kedua, peramalan perubahan pasar modal
yang akan terjadi di masa datang biasanya didasari atas data-data perubahan masa
lalu yang tersedia.

Dua hal yang bisa dijadikan dasar peramalan perubahan pasar modal, yaitu :
a) Perubahan Siklis Ekonomi
Siklis ekonomi yang cenderung menurun menuju titik terendah (atau
disebut resesi), maka harga saham biasanya akan turun. Semakin kuat resesi,
semakin drastis penurunan harga saham.
Tetapi jika siklis ekonomi diramalkan membaik, maka harga saham
menjelang titik balik siklis ekonomi (sebelum mencapai titik terendah) akan
membaik mendahului membaiknya siklis ekonomi.
Dengan siklis ekonomi yang terus membaik sampai mendekati titik
puncak, maka harga saham cenderung stabil sehingga return saham yang
abnormal sulit dicapai investor.
Oleh karenanya, investor harus bisa meramalkan kapan siklis ekonomi akan
mencapai titik baliknya (baik titik puncak maupun titik terendah), sehingga
investor bisa membuat keputusan tentang harga saham yang tepat, serta
tindakan apa yang sebaiknya dilakukan investor terhadap saham tersebut.

b) Perubahan Variabel-Variabel Ekonomi Makro


Pengamatan terhadap perubahan indikator ekonomi makro seperti
PDB, inflasi, tingkat bunga ataupun nilai tukar mata uang, dapat membantu
investor dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada perubahan pasar
modal. Kemampuan untuk meramalkan perubahan variabel-variabel ekonomi
makro tentunya akan sangat membantu investor dalam membuat keputusan
investasi yang tepat dan menguntungkan.

B. ANALISIS INDUSTRI
Analisis industri merupakan tahap kedua dalam analisis fundamental secara
top-down approach. Dalam analisis industri, investor mencoba memperbandingkan
kinerja dari berbagai industri, untuk bisa mengetahui jenis industri apa saja yang
memberikan prospek paling baik ataupun sebaliknya.
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis industri tersebut, investor akan
menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-
saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukkan dalam portofolio.

1. Pengertian Industri
Pengelompokan suatu industri dalam kenyatannya tidaklah sesederhana yang
dibayangkan, karena banyak perusahaan yang bergerak dalam lini bisnis yang
berbeda. Untuk menyiasati permasalahan tersebut, diperlukan suatu metode
pengklasifikasian industri.
Salah satu metode pengklasifikasian industri ke dalam berbagai divisi, atau
disebut sistem Standard Industrial Classification (SIC), yang didasarkan pada data
sensus dan pengklasifikasian perusahaan berdasarkan produk dasar yang
dihasilkan.
Standar yang dipakai untuk mengkelompokkan industri bagi perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah Jakarta Stock
Exchange Sectoral Industry Classfification (JASICA). Klasifikasi JASICA ini
terdiri dari 9 divisi, dan masing-masing divisi tersebut dibagi lagi menjadi
kelompok industri utama dan diberi kode dua digit.

Klasifikasi Industri di Indonesia


PERTANIAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI
1.1. Pertanian 5.1. Makanan dan minuman
1.2. Perkebunanan 5.2. Industri tembakau
1.3. Perternakan 5.3. Farmasi
1.4. Perikanan 5.4. Kosmetik dan barang keperluan rumah
1.5. Kehutanan tangga
1.6. Lain-lain yang belum terklasifikasi 5.5. Lain-lain yang belum terklasifikasi
PERTAMBANGAN
KONSTRUKSI, PROPERTI, DAN REAL
2.1. Pertambangan batu bara
ESTATE
2.2. Pertambangan minyak dan gas bumi
6.1. Konstruksi
2.3. Pertambangan logam dan mineral lainnya
6.2. Properti dan real estate
2.4. Penggalian batu atau tanah
6.3. Lain-lain yang belum terklasifikasi
2.5. Lain-lain yang belum terklasifikasi
INDUSTRI DASAR DAN KIMIA
3.1. Semen INFRSTRUKTUR, UTILITAS DAN
3.2. Keramik, gelas, porselen TRANSPORTASI
3.3. Produk logam dan sejenisnya 7.1. Energi
3.4. Kimia 7.2. Jalan tol, bandara, pelabuhan, dan
3.5. Plastik sejenisnya
3.6. Pakan ternak 7.3. Telekomunikasi
3.7. Industri kayu dan pengolahannya 7.4. Transportasi
3.8. Pulp dan kertas 7.5. Lain-lain yang belum terklasifikasi
3.9. Lain-lain yang belum terklasifikasi
ANEKA INDUSTRI
KEUANGAN
4.1. Mesin dan alat berat
8.1. Bank
4.2. Otomotif dan komponennya
8.2. Lembaga pembiayaan
4.3. Tekstil dan garmen
8.3. Perusahaan efek
4.4. Alas kaki
8.4. Asuransi
4.5. Kabel
8.5. Reksa dana
4.6. Elektronik
8.6. Lain-lain yang belum terklasifikasi
4.7. Lain-lain yang belum terklasifikasi
PERDAGANGAN DAN JASA
9.1. Perdagangan besar barang industri
9.2. Perdagangan besar barang konsumsi
9.3. Perdagangan eceran
9.4. Hotel dan restoran
9.5. Pariwisata dan hiburan
9.6. Periklanan dan media massa
9.7. Jasa komputer dan perangkatnya
9.8. Lain-lain yang belum terklasifikasi
Saham-saham tercatat di BEI juga sering dibedakan antara saham-saham
perusahaan swasta dan perusahaan BUMN.
Persentase nilai kapitalisasi saham BUMN terhadap seluruh saham tercatat
BEI, per 17 Juli 2009 :

2. Pentingnya Analisis Industri


Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor baik
untuk meminimalkan risiko maupun untuk mengidentifikasi industri yang
mempunyai prospek yang menguntungkan.
Analisis industri perlu diikuti analisis perusahaan agar investor dapat
menentukan saham perusahaan mana saja dalam suatu kelompok industri yang
mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik.

Beberapa hasil penelitian empiris dirangkum oleh Reilly dan Brown (1997),
menyimpulkan, yaitu :
 Industri yang berbeda mempunyai tingkat return yang berbeda pula, sehingga
analisis industri perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan kinerja antar
industri.
 Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya. Oleh
karena itu, analis dan investor juga perlu menambahkan dengan beberapa data
lain yang relevan untuk mengestimasi return industri di masa yang datang.
 Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat
cukup beragam.
 Tingkat risiko berbagai industri juga beragam, sehingga analis dan investor
perlu mempelajari dan mengestimasi faktor-faktor risiko yang relevan untuk
suatu industri tertentu seperti halnya estimasi return.
 Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu, sehingga analisis
risiko berdasarkan data historis dapat digunakan untuk mengestimasi risiko
industri di masa datang.

3. Estimasi Tingkat Keuntungan Industri


Untuk menilai return yang diharapkan dari suatu industri, bisa dilakukan
dengan langkah berikut, yaitu :
a) Estimasi earning per share (EPS) yang diharapkan dari suatu industri.
b) Estimasi Price Earning Ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut juga
sebagai expected earning multiplier industri.
c) Mengalikan kedua hasil estimasi tersebut sehingga diperoleh nilai akhir
yang diharapkan dari suatu industri (expected ending value of industry).
d) Menentukan return yang diharapkan dari suatu industri, dengan cara
menjumlahkan nilai yang diharapkan dari suatu industri dengan dividen
yang diharapkan dari suatu industri, kemudian dibagi dengan nilai awal
industri tersebut pada periode sebelumnya.

4. Estimasi Earning per Share Industri


Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasikan tingkat
penjualan suatu industri, yaitu :
 Daur hidup industri (industry life cycle).
 Analisis input-output.
 Hubungan antara industri dengan ekonomi secara keseluruhan.

 Prakiraan penjualan dan daur hidup industri. Tahap perkembangan


industri dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya penjualan dari suatu
industri.

Lima Tahap Perkembangan Industri

Maka, masing-masing tahap dan dampaknya terhadap pertumbuhan penjualan


dan keuntungan industri dijelaskan sebagai berikut, yaitu :
a) Tahap Permulaan (introduction)
Tahap permulaan merupakan masa-masa awal perkembangan sebuah
industri. Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan sangat kecil dan profit
yang dihasilkan kemungkinan akan menunjukkan angka negatif karena
perusahaan harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menutupi
biaya promosi dan pengembangan produk di awal-awal pertumbuhan
industri.

b) Tahap Pertumbuhan (growth)


Pada tahap pertumbuhan, penjualan tumbuh sangat cepat. Permintaan
semakin meningkat sedangkan persaingan belum begitu ketat sehingga
profit pada tahap pertumbuhan akan tumbuh tinggi. Pertumbuhan industri
pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan.
c) Tahap Kedewasaan (mature)
Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan mulai menurun, karena
banyaknya pesaing yang mulai masuk dan permintaan yang sudah relatif
stabil. Oleh karena itu, profit pada tahap mature akan mengalami
pertumbuhan yang mulai menurun dan menuju tingkat keuntungan yang
normal.Pertumbuhan industri pada tahap ini sedikit lebih besar dari
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
d) Tahap Stabil
Pertumbuhan industri akan cenderung sama dengan pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau segmen ekonomi di mana industri
tersebut berada. Meskipun penjualan terkait erat dengan kondisi ekonomi,
tetapi besarnya pertumbuhan penjualan masing-masing perusahaan secara
individual dalam suatu industri akan berbeda-beda satu dengan yang lain,
tergantung dari kemampuan manajerial dari masing-masing perusahaan.
e) Tahap Penurunan
Pada tahap penurunan, tingkat penjualan dan profit industri semakin
menurun. Pada tahap ini ada perusahaan yang mulai keluar dari industri
dan investor pun mulai berpikir untuk mencari alternatif industri lain yang
lebih menguntungkan. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan jauh di
bawah pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

 Prakiraan penjualan dan analisis input-output. Analisis input-output


adalah suatu cara alternatif untuk mengetahui gambaran prospek penjualan
suatu industri di masa yang akan datang dengan cara mengidentifikasi
pemasok (supplier) dan konsumen dari suatu industri. Dengan melakukan
analisis tersebut, kita dapat mengestimasi permintaan konsumen di masa
datang, serta kemampuan pemasok untuk menyediakan barang dan jasa yang
diperlukan dalam suatu industri. Informasi tersebut nantinya dapat digunakan
untuk memperkirakan tingkat penjualan dan keuntungan suatu industri di masa
depan.

 Prakiraan penjualan dan hubungan industri dan ekonomi. Teknik analisis


ini membandingkan tingkat penjualan industri dengan kondisi perekonomian
secara keseluruhan yang berhubungan dengan barang dan jasa yang diproduksi
oleh industri tersebut. Teknik ini didasari oleh asumsi bahwa kondisi
perekonomian di mana suatu industri beroperasi akan terkait dengan penjualan
dan keuntungan suatu industri.

5. Persaingan dan Return Industri yang Diharapkan


Tingkat return yang diharapkan dari suatu industri juga tergantung pada
intensitas persaingan yang ada dalam industri. n Intensitas persaingan dalam suatu
industri akan menentukan kemampuan industri untuk tetap memperoleh tingkat
return di atas rata-rata. Intensitas persaingan merupakan gambaran dari lima faktor
utama persaingan.
Lima Faktor Persaingan yang menentukan Profotabilitas Industri

 Persaingan antara perusahaan yang ada dalam industri. Persaingan dalam


suatu industri akan semakin meningkat jika terdapat banyak perusahaan yang
ukurannya relatif sama bersaing dalam industri tersebut. Persaingan juga akan
dipengaruhi oleh pertumbuhan industri dan biaya tetap, serta hambatan untuk
keluar dari industri. Tingginya biaya tetap akan mendorong peningkatan
persaingan karena dengan tingginya biaya tetap akan mengharuskan perusahaan
untuk memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal itu akan membuat penawaran
di pasar akan semakin meningkat yang kemudian akan menyebabkan harga
barang semakin menurun, sehingga persaingan akan semakin ketat.
 Ancaman pemain baru. Besarnya ancaman pemain baru ini akan dipengaruhi
oleh adanya hambatan-hambatan masuk (barriers to entry) dalam suatu industri,
seperti tingginya biaya investasi, peraturan pemerintah, dan harga barang yang
relatif kecil dibandingkan dengan biaya produksi. Jika hambatan masuk suatu
industri relatif tinggi maka kemungkinan adanya pemain baru yang masuk
dalam industri tersebut akan semakin kecil.
 Ancaman adanya produk subtitusi. Produk substitusi akan membatasi profit
potensial suatu industri karena barang subtitusi akan memunculkan alternatif
bagi produk perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, kemampuan perusahaan
untuk menentukan harga produk akan semakin berkurang, karena dibatasi
adanya produk substitusi. Artinya, jika harga produk perusahaan terlalu tinggi,
konsumen bisa saja berpindah ke produk substitusi yang ditawarkan di pasar.
 Bargaining power pembeli. Daya tawar pembeli di pasar yang kuat bisa
mempengaruhi profitabilitas industri. Hal ini terjadi jika konsumen dapat
menawar harga atau meminta kualitas yang lebih tinggi dengan kemungkinan
pilihan dari produk yang diberikan oleh pesaing lain. Bila jumlah konsumen
lebih banyak dari jumlah industrinya maka bargaining power konsumen akan
rendah. Sebaliknya jika jumlah industri lebih banyak dari konsumen maka
bargaining power konsumen akan besar.
 Bargaining power pemasok. Pemasok dapat mempengaruhi return industri di
masa yang datang karena mereka mempunyai kekuatan untuk menentukan harga
dan kualitas dari produknya. Jika jumlah pemasok lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah industrinya, maka pemasok memiliki bargaining power yang
besar. Begitu juga sebaliknya, jika pemasok lebih banyak dari industrinya maka
bargaining power pemasok akan berkurang.

6. Estimasi Earning Multiplier Industri


Teknik untuk melakukan estimasi earning multiplier industri ada dua cara
dapat dilakukan, yaitu :
a) Analisis Makro
Investor mempelajari hubungan antara earning multiplier industri dengan
earning multiplier pasar.
b) Analisis Mikro.
Estimasi earning multiplier industri dilakukan dengan cara mengamati
variabel-variabel yang mempengaruhi earning multiplier industri, seperti
dividend-payout ratio (DPR), tingkat return yang disyaratkan dalam industri
(k), dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen industri yang diharapkan
(g).

Analisis makro mengasumsikan adanya hubungan antara perubahan dalam k


dan g untuk industri tertentu dengan pasar keseluruhan. Asumsi ini sama halnya
dengan hubungan antara perubahan dalam P/E rasio industri dan P/E pasar secara
keseluruhan.
Hubungan antara industri dan pasar tidak sama untuk setiap industri, bahkan
untuk industri tertentu hubungan tidak signifikan. Oleh karena itu, sebelum
menggunakan analisis makro untuk mengestimasi earning multiplier untuk
industri, kita perlu mengevaluasi terlebih dahulu kualitas hubungan antara rasio
P/E industri yang akan dianalisis dengan P/E pasar.
Estimasi earning multiplier industri dengan analisis mikro dilakukan dengan
cara mengestimasi tiga variabel yang menentukan earning multiplier industri
(dividend-payout ratio, tingkat return yang disyaratkan dan tingkat pertumbuhan
earning dan dividen yang diharapkan) dan membandingkan ketiga variabel tersebut
dengan P/E pasar.
Dari hasil analisis tersebut, selanjutnya dapat diketahui apakah earning
multiplier industri akan berada di atas, di bawah, ataupun sama dengan earning
multiplier pasar.

C. ANALISIS PERUSAHAAN
Analisis perusahaan merupakan tahap ketiga dari analisis fundamental, setelah
analisis variabel ekonomi dan pasar, serta analisis industri.

Analisis perusahaan terkait dengan pertanyaan-pertanyaaan :


 Saham-saham perusahaan manakah dalam industri terpilih yang paling
menguntungkan bagi investor?
 Atau, saham-saham manakah yang undervalued, sehingga layak dibeli, dan
saham-saham manakah yang overvalued, sehingga menguntungkan untuk
dijual?
Analisis perusahaan diarahkan untuk mengetahui apakah saham suatu
perusahaan layak dijadikan pilihan investasi. Hasil analisis perusahaan harus bisa
memberikan gambaran tentang nilai perusahaan, karakteristik internal, kualitas dan
kinerja manajemen, serta prospek perusahaan di masa datang.
Dua komponen (earning per share, EPS dan price earning ratio, P/E)
diutamakan dalam analisis perusahaan karena tiga alasan, yaitu :
1) Kedua komponen tersebut bisa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik
saham.
2) Dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning.
3) Adanya hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga saham.

1. EPS dan Informasi Laporan Keuangan


Informasi laporan keuangan adalah salah satu jenis informasi keuangan yang
sangat berguna investor dan bisa diperoleh dengan relatif mudah dan murah.
Berdasarkan informasi laporan keuangan, investor juga bisa mengetahui besarnya
perbandingan earning perusahaan terhadap jumlah lembar saham atau disebut
dengan Earning Per Share (EPS). EPS bisa menggambarkan prospek earning
perusahaan di masa datang.
Laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang menggambarkan
seberapa besar kekayaan perusahaan, seberapa besar penghasilan yang diperoleh
perusahaan serta transaksi-transaksi ekonomi apa saja yang telah dilakukan
perusahaan yang bisa mempengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan.

Jenis-jenis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya bisa dikelompokkan


menjadi, yaitu :
a) Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan kondisi
finansial perusahaan pada suatu waktu tertentu. Neraca memberikan gambaran
aktiva, kewajiban, dan ekuitas perusahaan hanya pada saat laporan tersebut
disusun.
Penyusunan pos-pos yang terdapat dalam neraca disusun berdasarkan
urutan likuiditas (untuk aktiva) dan jangka waktu jatuh temponya (untuk
pasiva).
Laporan posisi keuangan disebut juga sebagai neraca karena antara sisi aktiva
dan sisi pasiva (kewajiban + ekuitas), masing-masing harus sama jumlahnya
atau dalam posisi seimbang.
b) Laporan Laba Rugi
Laporan rugi laba (income statement) adalah ringkasan profitabilitas
perusahaan selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun. Laporan rugi
laba ini menunjukkan penghasilan (revenues) yang diperoleh selama satu
periode, biaya (expenses) yang dikeluarkan dalam satu periode, dan elemen-
elemen lain pembentuk laba.
Unsur biaya yang tercantum dalam laporan laba rugi, yaitu :
 Biaya produksi. Berkaitan dengan biaya-biaya yang langsung terkait
dengan aktivitas produksi barang-barang dan jasa yang akan dijual
perusahaan.
 Biaya administrasi dan umum. Berkaitan dengan biaya overhead,
biaya gaji, pengiklanan, dan biaya lainnya yang tidak terkait langsung
dengan biaya produksi barang dan jasa.
 Biaya bunga. Terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan sebagai konsekuensi penggunaan hutang.
 Biaya pajak penghasilan. Berkaitan dengan kewajiban perusahaan
untuk membayar sejumlah pajak kepada pemerintah.
c) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang memuat aliran kas yang
berasal dari tiga sumber aktivitas: (1) operasi perusahaan, (2) investasi dan (3)
aktivitas finansial yang dilakukan perusahaan.
Ada dua perbedaan antara laporan arus kas dengan laporan rugi laba dan
neraca perusahaan, yaitu :
 Neraca dan laporan rugi laba disusun atas dasar metode akrual
akuntansi, sedangkan laporan arus kas hanya mencatat transaksi yang
menyebabkan aliran kas secara nyata.
 Laporan rugi laba memasukkan pos depresiasi untuk “menghaluskan”
pengeluaran modal yang terlalu besar dalam laporan rugi laba.

2. Kelemahan Pelaporan EPS dalam Laporan Keuangan


Penggunaan laporan keuangan secara akuntansi dalam analisis perusahaan
mengandung beberapa kelemahan, khususnya yang berkaitan dengan pelaporan
earning perusahaan.

Beberapa kelemahan tersebut adalah :


 Kemungkinan munculnya konflik kepentingan antara investor di satu sisi
sebagai pengguna laporan keuangan, dan manajemen di sisi lainnya sebagai
penyaji laporan keuangan.
 Ketidakmampuan laporan keuangan untuk menggambarkan kondisi
perusahaan yang paling terkini (terbaru).
3. Analisis Rasio Profitabilitas Perusahaan
Indikator penting untuk melihat prospek perusahaan di masa datang adalah
pertumbuhan profitabilitas perusahaan.
Dua rasio profitabilitas utama yang umumnya dipakai saat analisis ini adalah
ROE (Retun on Equity) dan ROA (Return On Assets).
 Return on Equity (ROE)
Menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba
yang bisa diperoleh pemegang saham. Dengan persamaan :
 Return on Asset (ROA)
Menggambarkan sejauhmana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan
bisa menghasilkan laba. Dengan persamaan :

Contoh :
Data laba bersih, EBIT, ekuitas, dan total aset PT Semen Gresik pada akhir
Tahun 2006 dan 2007 seperti disajikan pada tabel berikut ini. Berapakah ROE dan
ROA perusahaan tersebut untuk Tahun 2006 dan 2007?

ROE dan ROA PT Semen Gresik untuk Tahun 2006 dan 2007, adalah :

4. Earning per Share


Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Rumus untuk menghitung EPS adalah sebagai berikut :

Menghitung EPS perusahaan juga dapat dengan menggunakan rumus berikut ini,
yaitu :

Contoh :
Berdasarkan data PT Semen Gresik tahun 2006 dan 2007 sebelumnya, jika
jumlah saham yang beredar di Tahun 2006 dan 2007 sama sebanyak 5,93 miliar,
maka EPS dapat dihitung dengan :
EPS2006 = Rp1.295,52 / 5,93
= Rp218
EPS2007 = 1.775,41 / 5,93
= Rp299

EPS PT Semen Gresik tersebut juga dapat dihitung dengan :

EPS2006 = (Rp1.295,52 / Rp5.499,61) x (Rp5.499,61 / 5,93)


= Rp218
EPS2007 = (Rp1.775,41 / Rp6.627,26) x (Rp6.627,26 / 5,93)
= Rp299

5. Price Earning Ratio


Informasi PER (earning multiplier) mengindikasikan besarnya rupiah yang
harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan.
Rumus untuk menghitung PER adalah sebagai berikut:

dalam hal ini:


D1/E1 = tingkat dividend payout ratio yang diharapkan
k = tingkat return yang disyaratkan
g = tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan

PER memiliki beberapa komponen, yaitu :


 Dividend payout ratio (DPR) merupakan perbandingan antara dividen yang
dibayarkan perusahaan terhadap earning yang diperoleh perusahaan.
 Tingkat return yang disyaratkan (k) diperoleh dengan menjumlahkan
tingkat return bebas risiko (risk-free rate) dan premi risiko yang disyaratkan
investor.
k = RF + RP
= tingkat return bebas risiko + premi risiko
 Tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan (g), merupakan fungsi dari
besarnya ROE dan tingkat laba ditahan perusahaaan (retention rate).
g = ROE X tingkat laba ditahan

=
6. Estimasi Nilai Instrinsik Saham
Estimasi nilai intrinsik saham dalam analisis perusahaan bisa dilakukan
dengan memanfaatkan dua komponen informasi penting dalam analisis
perusahaan, yaitu EPS dan PER (earning multiplier).
Secara matematis, hubungan tersebut tergambar sebagai berikut :
P0 = Estimasi EPS X PER
= E1 X PER
Jika nilai intrinsik saham sudah berhasil diestimasi, langkah selanjutnya
adalah membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasarnya.

7. Analisis Perusahaan Menggunakan Ringkasan Laporan Keuangan


Informasi secara lengkap laporan keuangan perusahaan diperoleh pada
laporan tahunan yang dipublikasikan perusahaan.
Sumber-sumber lain umumnya menyajikan laporan keuangan perusahaan
dengan format ringkasan, misalnya Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
yang dikeluarkan oleh Institute for Economics and Financial Research (ECFIN).
Contoh :
Pada tahun 2002, PT Kedaung Indah Can Tbk mempunyai total aktiva
sebesar Rp203 milyar dan total kewajiban sebesar Rp76 milyar. Berapakah
ekuitas pemegang sahamnya?
Jawab: Mengikuti identitas akuntansi, ekuitas pemegang saham Kedaung
Indah Can adalah Rp203 milyar – Rp76 milyar = Rp127 milyar.

 Data Per Lembar Saham dan Rasio Kinerja


 Earning per Share (EPS) = Laba setelah pajak / Lembar saham beredar
atau EPS = ROE x BVPS
 Book Value per Share (BVPS) = Ekuitas pemegang saham / Lembar
sahan beredar
 Dividend per Share (DPS) = Dividen / Lembar saham beredar
 Price Earning Ratio (PER atau P/E) = Harga saham / EPS
 Price to Book Value (PBV atau P/B) = Harga saham / BVPS
 Dividend Payout = DPS / EPS
 Dividend Yield = DPS / Harga saham
 Net Profit Margin = Laba setelah pajak / Pendapatan.
 Return on Investment/ Return on Asset (ROI atau ROA) = Laba setelah
pajak / Total aktiva.
 Return on Equity (ROE) = Laba setelah pajak / Ekuitas pemegang
saham.

D. ANALISIS TEKNIKAL
Hal yang menjadi dasar perbedaan analisis teknikal dan analisis fundamental,
yaitu :
- Analisis teknikal mendasarkan diri pada polapola pergerakan harga saham dari
waktu ke waktu.
- Analisis fundamental secara “top-down” mendasarkan diri pada faktor-faktor
fundamental perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan industri.

1. Definisi Analisis Teknikal


Analisis teknikal adalah teknik untuk memprediksi arah pergerakan harga
saham dan indikator pasar saham lainnya berdasarkan pada data pasar historis
seperti informasi harga dan volume.
Analisis teknikal mencoba mengidentifikasi perubahan-perubahan trend pada
tahap awal dan menjaga investasi atau bentuk perdagangan hingga mencukupi
bukti yang menunjukkan bahwa trend tersebut berbalik. Dalam analisis teknikal,
bukti disajikan melalui berbagai indikator dan prinsip dasar antara lain pola-pola
(patterns), garis trend (trendline), rata-rata pergerakan, dan momentum harga.
Salah satu prinsip dasar yang muncul dalam definisi analisis terknikal adalah
bahwa sekali suatu trend baru muncul, maka diasumsikan bahwa hal tersebut akan
berlanjut hingga tersedia cukup indikasi terdapat sinyal yang merupakan
kebalikannya.

2. Asumsi yang Mendasari Analisis Teknikal


Para analis teknikal percaya bahwa mereka bisa mengetahui pola-pola
pergerakan harga saham di masa datang dengan berdasarkan pada observasi
pergerakan harga saham di masa lalu.
Levy (1966), mengemukakan beberapa asumsi yang mendasari analisis
teknikal, yaitu :
 Nilai pasar barang dan jasa, ditentukan oleh interaksi permintaan dan
penawaran.
 Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik
faktor rasional maupun faktor yang tidak rasional.
 Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keseluruhan
cenderung bergerak mengikuti suatu trend selama jangka waktu yang relatif
panjang.
 Trend perubahan harga dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan
hubungan permintaan dan penawaran. Hubungan-hubungan tersebut akan
bisa dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi.

Gambar. Penyesuaian Harga Saham Akibat Masuknya Informasi Baru


Pada gambar di atas, informasi yang baru masuk menyebabkan penurunan
harga saham, meskipun tidak berlangsung dengan cepat. Penurunan yang relatif
lambat tersebut lebih merupakan suatu trend penurunan harga, hingga mencapai
harga saham keseimbangan yang baru. Ketika trend ini mulai terbentuk, para analis
teknikal akan mulai memanfaatkan trend perubahan tersebuut untuk mencari
keuntungan.

3. Keuntungan dan Kritik Terhadap Analisis Teknikal


 Beberapa keuntungan dari analisis teknikal, yaitu :
a) Keuntungan penggunaan teknikal analisis terkait dengan asumsi yang
digunakannya.
b) Para analis teknikal percaya bahwa untuk mendapat abnormal return,
seorang investor harus mampu mendapatkan informasi secara lebih cepat
dibanding investor lainnya, dan menerjemahkan informasi tersebut ke
dalam tindakan membeli atau menjual saham sehingga investor bisa
memperoleh keuntungan.
 Beberapa kritikan dari analisis teknikal, yaitu :
a) Kritik penggunaan teknikal analisis juga terkait dengan asumsi yang
mendasarinya dan keefektifan pendekatan analisis teknikal dalam
memprediksi harga saham.
b) Kritikan yang paling tajam muncul dari para penganut hipotesis efisiensi
pasar, yang sama sekali tidak percaya bahwa harga saham di masa yang
akan datang akan dipengaruhioleh pergerakan harga saham masa lalu.
c) Kritikan berikutnya berkaitan dengan keefektifan penggunaan analisis
teknikal untuk jangka waktu yang panjang.

4. Teknik-Teknik Analisis Teknikal


Para analis teknikal, juga disebut sebagai ‘chartist’ karena dalam aktivitasnya
mereka merekam data atau membuat grafik (chart) pergerakan harga saham dan
volume perdagangan .
Beberapa teknik-teknik penggunaan grafik (charting) dalam analisis teknikal,
yaitu :
 The Dow Theory
The Dow Theory pertama kali dikemukakan oleh Charles H. Dow pada
tahun 1800-an, yang bertujuan untuk mengidentifikasi trend harga pasar
saham dalam jangka panjang dengan berdasar pada data-data historis harga
pasar saham di masa lalu.
Berdasarkan teori tersebut, pola pergerakan harga saham bisa dikelompokkan
menjadi :
a) Primary trend, pergerakan harga saham dalam jangka waktu yang lama
(beberapa tahun).
b) Secondary (intermediate) trend, yaitu pergerakan harga saham yang terjadi
selama pergerakan harga dalam primary trend. Pergerakan sekunder ini
muncul sebagai pergerakan yang bersifat sebagai penyimpangan dari
pergerakan primer dan biasanya terjadi dalam beberapa minggu atau
beberapa bulan.
c) Minor trend atau day-to-day move, merupakan fluktuasi harga saham
yanng terjadi setiap hari.

Gambar. Pergerakan Harga Saham Menurut The Dow Theory

Untuk menggambarkan pola pergerakan harga-harga saham dalam


primary trend, dalam The Dow Theory dikenal adanya dua istilah utama, yaitu:
 Pasar dalam kondisi bergairah (bull market), ketika pergerakan harga
saham cenderung naik.
 Pasar yang lesu (bear market), ketika pergerakan harga saham
cenderung turun.
 Rata-Rata Bergerak
Teknik rata-rata bergerak (moving average) dipakai untuk mendeteksi
dan menganalisis arah pergerakan harga saham dan besarnya tingkat
pergerakan harga saham.
Teknik ini dilakukan dengan menghitung nilai ratarata bergerak dari
data harga penutupan saham harian selama beberapa periode pengamatan,
sehingga menghasilkan sebuah garis trend. Selanjutnya, garis trend tersebut
akan dipakai untuk memperkirakan harga saham di masa depan.
Gambar. Garis Rata-Rata Bergerak 200-Harian

Teknik rata-rata bergerak juga bisa dipakai untuk membantu


mengambil keputusan investor ketika ingin membeli saham, jika :
 Garis rata-rata bergerak secara mendatar dan harga pasar saham
melampaui garis tersebut.
 Harga saham berada di bawah garis rata-rata bergerak yang sedang
menaik.
 Harga saham saat ini berada di atas garis rata-rata bergerak yang
cenderung menurun, namun kembali menaik sebelum mencapai garis
tersebut.
Teknik rata-rata bergerak juga bisa dipakai untuk membantu
mengambil keputusan investor ketika ingin menjual saham, jika :
 Harga saham saat ini berada di bawah garis ratarata bergerak yang
mendatar.
 Harga saham bergerak naik di atas garis rata-rata bergerak, namun
garis rata-rata bergerak tersebut justru sedang menurun.
 Harga saham yang cenderung mengalami kenaikan (berada di bawah
garis rata-rata bergerak), tetapi kembali menurun sebelum mencapai
garis rata-rata bergerak tersebut.
 Relative Strength
Relative strength dipakai untuk menggambarkan rasio antara harga
saham dengan indeks pasar atau industri tertentu.
Hasil perbandingan biasanya digambarkan dengan plot-plot yang
menunjukkan perbandingan harga relatif saham selama jangka waktu tertentu.
Dari gambar yang telah disusun, investor bisa melihat perbandingan kekuatan
saham-saham terhadap industrinya atau terhadap indeks pasar.

Gambar. Relative Strength Cisco System, Inc. Terhadap Indeks Pasar


5. Trading Rule dalam Analisis Teknikal
Dalam praktek, para analisis teknikal biasanya membuat suatu aturan
perdagangan (trading rules) yang bisa dipakai sebagai patokan dalam pengambilan
keputusan membeli atau menjual saham.

Gambar. Aturan Perdagangan (trading rule) sebagai Indikator


Membeli atau Menjual Saham dalam Analisis Teknikal

Gambar diatas menunjukkan beberapa trend pergerakan harga saham yang


terdiri dari trend penurunan (declining trend), trend peningkatan (raising trend),
dan trend mendatar (flat trend).
Trend pergerakan harga saham mencapai titik tertinggi pada saat mencapai
titik puncak (peak point). Dalam situasi seperti, para analis teknikal biasanya akan
menahan saham yang dimilikinya untuk dijual dikemudian hari. dan mencapai titik
yang paling rendah pada saat mencapai titik terendah (trough point), maka situasi
ini bagi para analis teknikal untuk menjual sahamnya.

6. Metode Pengeplotan Grafik


Penggunaan grafik pergerakan harga saham sangat terkait dengan pendapat
para analis teknikal yang percaya bahwa pada dasarnya pergerakan harga saham
akan membentuk suatu trend yang bisa dideteksi dan digambarkan.

 Grafik Batang (bar chart)


Grafik batang mencerminkan kisar perdagangan (trading range) pada
suatu periode tertentu yang dianalisis. Misalnya, bila interval data adalah
mingguan, batang akan mencerminkan pembukaan harga pada hari senin, dan
penutupan harga pada hari Jumat serta harga terendah dan tertinggi yang
terjadi dalam satu minggu tersebut. Bila interval data adalah harian, grafik
batang mencerminkan perdagangan selama satu hari, dan seterusnya.
Grafik batang memudahkan analis untuk secara visual dapat
mengamati informasi dari suatu kisar perdagangan pada suatu periode tertentu.
Bagian terpenting dari grafik batang adalah identifikasi harga pembuka dan
harga penutup. Harga pembuka memiliki arti penting karena mencerminkan
psikologi dari para pelaku pasar sebagai awal dari sesi perdagangan. Harga
penutup memiliki arti penting karena mencerminkan pedagang dan investor
yang bersedia mengambil posisi overnight.

Contoh Hipotesis Grafik Batang Pergerakan Harga Saham

Salah Satu Contoh Bar Chart

 Point-and-Figure Chart
Penggunaan grafik dengan angka dan gambar (Point-and-Figure
Chart) untuk menggambarkan harga saham lebih kompleks dibandingkan
dengan bar chart biasa, karena menggambarkan harga saham yang berubah
secara signifikan (volume perdagangan saham tidak dimasukkan dalam chart
jenis ini).
Point-and-Figure Chart (dalam ratusan rupiah)

Grafik poin dan gambar terdiri dari serangkaian O dan X yang dikenal
sebagai kotak-kotak. Poin O mencerminka penurunan harga saham dan poin X
mencerminkan peningkatan harga. Setiap kotak mencerminkan himpunan
pergerakan harga tertentu.
 Grafik Garis (Line Chart)
Grafik garis (Line Chart) hanya menggambarkan harga tutup. Garis
disusun dalam bentuk kontinu yang menghubungkan harga penutup antar
interval waktu secara berurutan.

Gambar. Grafik Garis

 Grafik Kandil (Candlestick Chart)


Grafik kandil mencerminkan fenomena jangka pendek, kemampuan
peramalan yang juga relatif pendek, yakni kurang dari 10 hari. Informasi yang
disajikan dalam penggrafikan kendil identik dengan grafik batang (bar chart).
Grafik batang mempertimbanngkan harga pembuka, penutup, tertinggi, dan
terendah.
Gambar. Karakteristik Dasar Grafik Kandil

Gambar A terjadi bila harga pembukaan identik dengan harga


penutupan. Real body tercermin dari garis tipis horizontal. Gambar B
mencerminkan tinggi dan rendah dari suatu harga dalam suatu hari sehingga
tidak terdapat bayangan (shadow). Terdapat kemungkinan bahwa harga
pembukaan dan penutupan relatif tinggi (Gambar C) atau relatif rendah
(Gambar D), atau kisar perdagangan yang relatif kecil (Gambar E).
7. Model Sikius Pasar dan Identifikasi Trend Dasar
Perbedaan trend terkait dengan perbedaan unit rentang waktu. Grafik harian
mencerminkan trend yang sangat pendek, yakni hanya beberapa hari, sedangkan
grafik multidekade mencakup data bulanan yang mencerminkan trend 5 hingga 10
tahun atau bahkan lebih dari 10 tahun.
Untuk tujuan praktis, terdapat empat bentuk trend, yaitu :
 Trend jangka pendek (short-term trend), yakni antara 3 hingga 6 minggu.
 Trend jangka menengah (intermediate-term trend), yakni antara 6 minggu
hingga 9 bulan.
 Trend primer (primary trend), yakni antara 9 bulan hingga 2 tahun.
 Trend sekular (secular trend), yakni antara 8 tahun hingga 12 tahun.

Model Siklus Pasar

Puncak dan palung (Peak and Trough) merupakan salah satu prinsip dasar
(building block) analisis teknikal bahwa harga tidak bergerak secara langsung naik
atau turun melainkan bergerak secara zigzag.

Transisi Trend dari Positif ke Negatif

Serangkaian peningkatan harga melalui puncak dan palung secara utuh,


kemudian diikuti dengan puncak yanng lebih rendah dari harga puncak sebelumnya
(poin A) dan reaksi berikutnya menunjukkan harga yang lebih rendah (poin B).
Bila serangkaian puncak dan palung tersebut tidak lagi terdorong ke atas, maka
terdapat suatu sinyal bahwa trend mengalami pengembalikan (reversal).
Transisi Trend dari Negatif ke Positif

Adanya serangkaian penurunan puncak dan palung yang kemudian berbalik


menjadi trend baru yang meningkat. Penurunan harga menuju titik terendah, yakni
poin C yang kemudian dapat ditelaah secara jelas dengan melihat kembali
pergerakan harga yang telah terjadi.

 Support and Resistance


Dalam mengidentifikasi sinyal-sinyal dalam pergerakan harga saham,
dikenal adanya dua istilah penting untuk menggambarkan pergerakan harga
saham, yaitu : support level dan resistance level.
 Support adalah volume pembelian (buying), aktual atau potensial, yang
cukup untuk menghentikan trend menurun dari suatu harga dalam
suatu periode yang cukup besar.
 Resistance adalah volume penjualan (selling), aktual atau potensial,
yang cukup untuk memenuhi semua penawaran sehingga
menghentikan harga yang lebih tinggi dalam waktu tertentu.

Dengan kata lain istilah support level berarti tingkat harga atau kisaran
harga, pada saat analis teknikal mengharapkan akan terjadinya peningkatan
yang signifikan atau permintaan saham di pasar. Dengan kata lain, support
level menggambarkan batas bawah kisaran harga (lower boundary) yang bisa
membuat para pembeli saham tertarik untuk segera melakukan pembelian
saham, sehingga permintaan saham meningkat, dan selanjutnya harga saham
akan bergerak naik.
Sedangkan resitance level berarti kisaran harga, dimana para analis
teknikal berharap akan terjadi peningkatan yang signifikan atas jumlah saham
yang ditawarkan di pasar. Dengan kata lain, resistance level menggambarkan
batas atas tingkat harga (upper boundary) yang bisa membuat para penjual
saham segera bertindak menjual saham dipasar, maka diharapkan harga akan
bergerak naik, dan tidak melewati batas atas harga.
Area Support dan Resistace yang Terjadi Pada Seputar Angka

Gambar diatas menjelaskan bagaimana support and resistance bekerja


secara teoritis. Poin A1 yang terjadi pada harga Rp.2.500 merupakan angka
yang cukup menarik. Dalam gambar tersebut juga terjadi perubahan harga
yang relatif besar. Bahkan penurunan tajam terjadi hingga mencapai poin B1.
Support pada B1 cukup berat, karena bentuk tersebut lebih rendah dari kisar
perdagangan secara temporer. Akhirnya, harga pada level dasar mulai bergerak
meningkat pada level B2. Bila sebelumnya support sebagai nilai terendah
(floor), dalam membentuk resistance sebagai batas teratas (ceiling) gambar
tersebut menunjukkan bahwa pada level ceiling B2, terjadi pembalikan dari
support. Selain itu, harga juga mencapai resistance pada poin A2. Dalam hal
ini telah terjadi perubahan harga, sehingga banyak pelaku pasar yang
menginginkan hasil impas (break even).

 Formasi Bahu-dan-Kepala (head-and-shuolders formation)


Kepala dan bahu merupakan salah satu dari berbagai pola harga yang
banyak digunakan dalam analisis teknikal. Pola-pola tersebut terjadi sebagai
pembalikan ke atas atau kebawah dan sebagai formasi kelanjutan atau
konsolidasi.
Formasi Bahu-dan-Kepala

Pada gambar diatas, sisi kiri dan kanan dari kepala (Head,H)
menunjukkan bahu kiri (shoulders, s) kepala (head,h) dan bahu kanan (s) atau
s-h-s.
REFERANSI
1. Buku
 Tandelilin, Eduardus. 2010. PORTOFOLIO dan INVESTASI Teori dan
Aplikasi, Edisi Pertama. Yogyakarta : Kanisius.

2. Internet

 https://febrineldiko.files.wordpress.com/2012/12/13-analisis-ekonomi1.ppt

 https://febrineldiko.files.wordpress.com/2012/12/14-analisis-industri.ppt

 https://deden08m.files.wordpress.com/2011/09/materi-11-analisis-industri.pdf

 https://febrineldiko.files.wordpress.com/.../portofolio-investasi-bab-15-
analisis-perusa...

 https://deden08m.files.wordpress.com/2011/09/materi-12-analisis-
perusahaan.pdf

 https://deden08m.files.wordpress.com/2011/09/materi-13-analisis-
teknikal.pdf

Anda mungkin juga menyukai