Anda di halaman 1dari 20

A.

Analisis Ekonomi
 Pengertian analisis ekonomi
Analisis ekonomi adalah proses pemeriksaan statistik dan indikator pasar untuk
menentukan kemungkinan rencana untuk alokasi sumber daya. Analisis dapat diarahkan
untuk mengembangkan rencana ekonomi tertentu atau kebijakan, atau dapat digunakan
untuk benar-benar memahami status ekonomi. Dalam rangka untuk melakukan analisis
ekonomi dasar, adalah penting untuk memahami hubungan antara sumber daya dan
kebutuhan, sejarah baru-baru ini ekonomi yang bersangkutan, dan tujuan atau prakiraan
dalam waktu dekat.

 Penilaian Ekonomi
Ukuran dasar perekonomian adalah Produk Domestik Bruto (PDB), yang
didefinisikan
sebagai nilai pasar barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh suatu perekonomian untuk
beberapa periode waktu (biasanya satu tahun). Ini terdiri dari jumlah pengeluaran
konsumsi, pengeluaran investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto. Konsumsi
sekarang terdiri dari 70 persen atau lebih dari PDB.
Angka-angka PDB disusun setiap triwulan dan dirilis beberapa minggu setelah
akhir triwulan. Angka-angka ini merupakan ukuran dasar kesehatan ekonomi dan
kekuatan
ekonomi. PDRB dapat diukur dengan basis nominal dan riil (disesuaikan dengan inflasi).
GDP riil adalah ukuran tunggal terbaik dari keseluruhan kegiatan ekonomi

 Kondisi Ekonomi dan Pasar Modal


Analisis ekonomi adalah salah satu dari tiga analisis yang perlu dilakukan
investor dalam penentuan keputusan investasinya. Analisis ekonomi perlu dilakukan
karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada
lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal. Pasar modal mencerminkan
apa yang terjadi pada perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran
kas yang diharapkan serta tingkat return yang diisyaratkan atas investasi tersebut dan
kedua faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi makro.
Dengan demikian, jika kita ingin mengestimasi aliran kas, bunga ataupun premi risiko
dari suatu sekuritas, maka kita harus mempertimbangkan analisis ekonomi makro.
Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait dengan perubahan yang terjadi
pada berbagai variabel ekonomi makro. Harga obligasi akan sangat tergantung dari
tingkat bunga yang berlaku dan tingkat bunga ini akan dipengaruhi oleh perubahan
ekonomi makro ataupun kebijakan ekonomi makro yang ditentukan pemerintah.
Sedangkan disisi lainnya, harga saham merupakan cerminan dari ekspetasi investor
terhadap faktor-faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang diisyaratkan oleh
investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kinerja ekonomi
makro.
Siegel (1991) dalam Tandelilin (2001) menyimpulkan adanya hubungan yang
kuat antara harga saham dan kinerja ekonomi makro dan menemukan bahwa perubahan
pada harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi.
Ada dua alasan yang mendasarinya, yaitu:
1.   harga saham yang terbentuk merupakan cerminan ekspetasi investor terhadap
earning, dividen, maupun tingkat bunga yang akan terjadi. Hasil estimasi investor
terhadap ketiga variabel tersebut akan menentukan berapa harga saham yang sesuai.
Dengan demikian, harga saham yang sudah terbentuk itu akan merefleksikan
ekspetasi investor atas kondisi ekonomi di masa datang, bukannya kondisi ekonomi
saat ini.
2.   kinerja pasar modal akan bereaksi terhadap perubahan-perubahan ekonomi makro
seperti perubahan tingkat bunga, inflasi ataupun jumlah uang beredar. Ketika investor
menentukan harga saham yang tepat sebagai refleksi perubahan variabel ekonomi
makro yang akan terjadi, maka masuk akal jika dikatakan harga saham terjadi
sebelum perubahan ekonomi makro benar-benar terjadi.

 Variabel Ekonomi Makro


Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi operasi
perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi
ekonomi makro di masa datang, akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan
investasi yang menguntungkan. Untuk itu, seorang investor harus memperhatikan
beberapa indikator ekonomi makro yang bisa membantu mereka dalam memahami dan
meramalkan kondisi ekonomi makro. Beberapa variabel makro yang perlu diperhatikan
investor :
a. Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu negara. Pertumbuhan
PDB yang cepat mengindikasikan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika
pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat,
dan ini merupakan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan
penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan perusahaan, maka kesempatan
perusahaan memperoleh keuntungan juga akan semakin meningkat.
b. Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran ditunjukkan oleh persentase dari total jumlah tenaga kerja
yang masih belum bekerja (meliputi pula pengangguran tak kentara maupun
pengangguran kentara). Tingkat pengangguran ini mencerminkan sejauhmana
kapasitas operasi ekonomi suatu negara bisa dijalankan. Semakin besar tingkat
pengangguran di suatu negara, berarti semakin besar kapasitas operasi ekonomi yang
belum dimanfaatkan secara penuh. Jika hal ini terjadi maka tenaga kerja sebagai salah
satu faktor produksi utama tidak termanfaatkan secara penuh.
c. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara
keseluruhan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi
yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan
atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga
cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan
penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Di samping itu, inflasi yang
tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari
investasinya. Sebaliknya jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan,
maka hal ini akan merupakan sinyal yang positif bagi investor sering dengan turunnya
risiko daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil.
d. Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present
value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada
tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya
modal yang harus ditanggung perusahaan. Di samping itu tingkat bunga yang tinggi
juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan
meningkat.

Faktor-faktor ekonomi makro secara empiris telah terbukti mempunyai pengaruh


terhadap perkembangan investasi di beberapa negara. Tandelilin (1998) merangkum
beberapa faktor ekonomi makro yang berpengaruh terhadap investasi di suatu negara
sebagai tingkat pertumbuhan PDB, laju pertumbuhan inflasi, tingkat suku bunga dan nilai
tukar mata uang (exchange rate).

 Meramal Perubahan Pasar Modal


Investor berkepentingan untuk melakukan peramalan terhadap perubahan yang akan
terjadi di pasar modal. Untuk menghasilkan keputusan investasi yang tepat dan
menguntungkan, belumlah cukup bagi investor jika hanya sekedar mengetahui apa yang
sedang terjadi di pasar modal saat ini dan mengapa hal itu bisa terjadi. Investor juga perlu
tahu apa yang akan terjadi pada pasar modal di masa yang akan datang. Untuk itulah
investor perlu melakukan peramalan terhadap perubahan pasar modal, dan dalam
melakukan proses peramalan tersebut investor perlu menganalisis perubahan ekonomi
makro yang sedang dan akan terjadi.
              
Dalam melakukan peramalan perubahan pasar modal adalah bahwa sulit bagi kita
untuk selalu berhasil dalam meramal perubahan pasar modal secara konsisten. Ada dua
alasannya yakni:
1. adanya konsep pasar modal yang efisien berarti bahwa tidak mungkin bagi kita untuk
meramalkan perubahan pasar modal dan mengambil keuntungan dari perubahan tersebut.
Artinya jika pasar efisien berarti mustahil bagi investor untuk meramal perubahan pasar
dan mencari keuntungan abnormal dari perubahan tersebut
2. Peramalan perubahan pasar modal yang akan terjadi di masa datang biasanya didasari
atas data-data perubahan masa lalu yang tersedia. Secara implisit, tindakan ini
mengandung kelemahan karena kita meramalkan masa depan dengan data masa lalu,
sehingga hasilnya tidak akan selalu tepat dengan perubahan yang akan terjadi. Untuk
meramalkan perubahan pasar modal, ada dua hal yang dapat dijadikan dasar peramlan,
yaitu penggunaan data-data perubahan siklis ekonomi dan pengunaan data-data
perubahan beberapa variabel ekonomi makro.
 Perubahan Siklis Ekonomi
Perubahan harga saham akan merefleksikan perubahan siklis ekonomi
yang akan terjadi. Meskipun demikian, tetap akan sulit bagi investor untuk
menentukan kapan dia harus bereaksi terhadap kemungkinan perubahan pasar
yang akan terjadi. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah menyadari
sepenuhnya bahwa meramalkan perubahan dengan tepat adalah pekerjaan yang
mustahil dan investor harus mencoba belajar dari pola perubahan-perubahan yang
pernah terjadi sebagai salah satu dasar penentuan keputusan membeli atau
menjual saham sesuai dengan harapan tentang perubahan siklis ekonomi yang
akan terjadi.
Ketika ekonomi memasuki siklis yang cenderung menurun menuju titik
terendah (resesi), maka harga saham biasanya akan turun. Semakin kuat resesi,
semakin drastis penurunan harga saham. Pada situasi demikian, investor harus
melakukan peramalan tentang kapan saatnya siklis ekonomi menemui titik
baliknya dan mulai memasuki siklis yang membaik. Jika siklis ekonomi
diramalkan membaik, maka harga saham menjelang titik balik siklis ekonomi
(sebelum mencapai titik terendah) akan membaik mendahului membaiknya siklis
ekonomi.
Jika siklis ekonomi terus mendekati titik puncak, maka kecenderungan
harga saham cenderung stabil sehingga return saham yang abnormal sulit dicapai
investor. Dalam hal ini investor harus bisa meramalkan kapan siklis ekonomi akan
mencapai titik baliknya (baik titik puncak maupun titik terendah), sehingga
investor bisa membuat keputusan tentang harga saham yang tepat, serta tindakan
apa yang sebaiknya dilakukan investor tentang saham tersebut.
 Perubahan Variabel-Variabel Ekonomi Makro

Pengamatan terhadap perubahan beberapa variabel/indikator ekonomi


makro seperti PDB, inflasi, tingkat bunga maupun nilai tukar mata uang,
dipercaya bisa membantu investor dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada
perubahan pasar modal. Misalnya, variabel tingkat bunga bisa dipakai dalam
meramalkan harga saham atau obligasi yang akan terjadi. Jika investor
meramalkan tingkat suku bunga akan meningkat, maka tentunya investor akan
bisa memperkirakan bahwa harga obligasi maupun harga saham akan cenderung
menurun. Kemampuan untuk meramalkan perubahan variabel-variabel ekonomi
makro tentunya akan sangat membantu investor dalam membuat keputusan
investasi yang tepat dan menguntungkan.

 Pengaruh Analisis Ekonomi terhadap Investasi


Bagi investor, naik turunnya PDB secara langsung mempengaruhi perusahaan.
Mekanisme ini relatif mudah — jika pertumbuhan dalam PDB melambat, seperti
yang terjadi pada akhir tahun 2000, pendapatan perusahaan akan melambat, dan laba
akan
melambat. Pasar saham bereaksi negatif terhadap prospek aktivitas ekonomi yang
berkurang.

B. Analisis Industri
 Pengertian Industri

Pada dasarnya pengelompokkan industri tidaklah sesederhana seperti yang


dibayangkan. Analisis dan investor memerlukan metode yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan industri dengan tepat. Salah satu sistem klasifikasi industri yang telah
dikenal dan digunakan secara luas adalah sistem Standard Industrial Classification (SIC)
yang didasarkan pada data sensus dan pengklasifikasian perusahaan berdasarkan produk
dasar yang dihasilkan. Standard Industrial Classification (SIC) mempunyai 11 divisi dan
masing-masing divisi diberi tanda A sampai K, misalnya A (Pertanian dan perikanan), B
(pertambangan), dan lain-lain.

Kelompok industri utama pada masing-masing divisi dalam SIC akan dibagi lagi
menjadi tiga, empat sampai lima digit SIC. Semakin banyak kode digit SIC, semakin
spesifik pengelompokkan industri tersebut. Disamping standar klasifikasi SIC, ada
beberapa sistem klarifisikasi lainnya yang digunakan untuk mengelompokkan industri,
diantaranya adalah indeks industri yang dikeluarkan oleh Standard & Poor Corporation
yang mengelompokkan perusahaan ke dalam 90 industri. Pengelompokan industri untuk
kasus di Indonesia juga dilakukan dengan berdasarkan suatu standar klasifikasi industri
tertentu.

Salah satu standar yang banyak dipakai untuk mengelompokkan industri bagi
perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam BEJ adalah Jakarta Stock Exchange
Sectoral Industry Classification (JASICA). Klasifikasi JASICA terdiri dari 9 divisi dan
dikelompokkan lagi menjadi kelompok industri utama dan diberi kode dua digit.

 Pentingnya Analisis Industri


Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena
analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-
peluang investasi dalam industri yang mempunyai karasteristik risiko dan return yang
menguntungkan bagi investor.
Beberapa penelitian yang terkait dengan analisis industri, telah didokumentasikan
oleh Reilly dan Brown (1997) dan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan seperti berikut
ini:
1. Studi mengenai kinerja tahunan industri, menunjukkan bahwa industri yang berbeda
mempunyai tingkat return yang berbeda pula.
2. Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya.
3. Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat cukup
beragam.
4. Tingkat risiko berbagai industri juga beragam.
5. Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu.
Dapat disimpulkan bahwa analisis industri penting dilakukan untuk
meminimalkan risiko ataupun mengidentifikasi industri yang mempunyai prospek yang
menguntungkan. Selanjutnya analisis industri juga perlu diikuti oleh analisis perusahaan,
sehingga investor dapat menentukan saham-saham dari perusahaan mana saja dalam
suatu kelompok industri yang mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik.

 Estimasi Tingkat Keuntungan Industri


Dalam melakukan analisis industri, investor juga perlu menilai suatu industri dan
menentukan return yang diharapkan dari suatu industri yang akan dianalisis. Dengan
menilai dan menentukan return yang diharapkan dari suatu industri, investor akan dapat
menentukan peluang investasi pada industri-industri yang punya prospek terbaik. Untuk
menilai suatu industri, ada dua langkah yang perlu dilakukan, yaitu:
1.      mengestimasi Earning Per Share  (EPS) yang diharapkan dari suatu industri
2.      mengestimasi Price Earning Ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut juga sebagai
ecpected earning multiplier industri.
Selanjutnya, jika hasil kedua estimasi tersebut dikalikan, maka akan diperoleh
nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri (expected ending value of industry).
Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan dari suatu industrim selanjutnya
akan dapat ditentukan tingkat return yang diharapkan dari suatu industri. Caranya adalah
dengan membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri ditambah dengan dividen
yang diharapkan dari industri, dengan nilai awal industri tersebut pada periode
sebelumnya. Selanjutnya, dengan membandingkan tingkat return yang diharapkan dari
industri terhadap tingkat return yang disyaratkan oleh investor, investor akan dapat
menentukan industri mana saja yang layak dijadikan pilihan investasinya. Dalam
penentuan keputusan investasi industri tersebut, pilihan investor sebaiknya pada industri-
industri yang mampu memberikan return dharapkan yang lebih besar dibanding tingkat
return yang disyaratkan investor.

 Estimasi Earning Per Share Industri


Untuk mengestimasi EPS kita perlu mengestimasi penjualan per lembar saham
dari suatu industri terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk
mengestimasikan tingkat penjualan suatu industri, yaitu dengan daur hidup industri
(industri life cycle), analisis input-output, serta hubungan antara industri dengan ekonomi
secara keseluruhan. Ketiga teknik tersebut sifatnya saling melengkapi, sehingga investor
dapat mengkombinasikan ketiga teknik tersebut untuk mendapatkan gambaran lengkap
mengenai posisi dan prospek industri dalam beberapa skenario.
1.      Prakiraan penjualan dan daur hidup industri
Tahap perkembangan industri dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya
penjualan dari suatu industri. Tahap perkembangan industri umumnya dibagi
menjadi lima yaitu tahap permulaan, pertumbuhan yang cepat, tahap kedewasaan
(mature), stabil dan penurunan.
a.   Tahap permulaan: masa-masa awal perkembangan sebuah industri,
pertumbuhan penjualan sangat kecil, dan profit yang dihasilkan kemungkinan
akan menunjukkan angka negatif karena perusahaan harus mengeluarkan dana
yang cukup besar untuk menutupi biaya promosi dan pengembangan produk di
awal-awal pertumbuhan industri.
b.   Tahap pertumbuhan: penjualan tumbuh sangat cepat, permintaan meningkat,
persaingan belum begitu ketat, profit tumbuh dengan tinggi. Pertumbuhan
industri pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan.
c.  Tahap kedewasaan: pertumbuhan penjualan mulai menurun, banyak pesaing
mulai masuk dan permintaan relatif stabil. Oleh karena itu, profit akan
mengalami penurunan dan menuju tingkat keuntungan yang normal.
Pertumbuhan industri pada tahap ini sedikit lebih besar dari pertumbuhan secara
keseluruhan.
d.   Tahap stabil: tahap yang paling panjang dalam daur hidup industri. Pada tahap
ini investor mengestimasi pertumbuhan penjualan secara mudah karena
penjualan berkorelasi tinggi dengan kondisi ekonomi. Namun besarnya
pertumbuhan penjualan masing-masing perusahaan secara individual dalam
suatu industri akan berbeda-beda satu dengan yang lain, tergantung dari
kemampuan manajerial dari masing-masing perusahaan.
e.  Tahap penurunan: tingkat penjualan dan profit industri semakin menurun,
perusahaan ada yang mulai keluar dari industri dan investor mulai berpikir
untuk mencari alternatif industri lain yang lebih menguntungkan. Pertumbuhan
industri pada tahap ini akan jauh di bawah pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.

Dengan mengetahui tahap daur hidup suatu industri, secara umum kita dapat
mengestimasi tingkat pertumbuhan penjualan suatu industri.
2. Prakiraan penjualan dan analisis input-output
Analisis input-output adalah suatu cara alternatif untuk mengetahui gambaran prospek
penjualan suatu industri di masa yang akan datang, dengan cara mengidentifikasi
pemasok (supplier) dan konsumen dari sautu industri. Dengan melakukan analisis
input-output, kita dapat mengestimasi permintaan konsumen di masa datang, serta
kemampuan pemasok untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan dalam
suatu industri. Informasi tersebut nantinya dapat digunakan untuk memperkirakan
tingkat penjualan dan keuntungan suatu industri di masa depan.

3. Prakiraan penjualan dan hubungan industri dan ekonomi


Teknik ini dilakukan dengan cara membandingkan tingkat penjualan industri dengan
kondisi perekonomian secara keseluruhan yang berhubungan dengan barang dan jasa
yang diproduksi oleh industri tersebut. Teknik ini didasari oleh asumsi bahwa kondisi
perekonomian dimana suatu industri beroperasi akan terkait dengan penjualan dan
keuntungan suatu industri.

 Persaingan dan Return Industri yang diharapkan


Faktor penting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh suatu
industri adalah intensitas persaiangan dalam industri tersebut. Michael Porter berpendapat
mengenai strategi kompetitif, yaitu suatu strategi yang berguna untuk mencapai posisi
kompetitif dalam industri.
Intensitas persaingan dalam sautu industri akan menentukan kemampuan industri
untuk tetap memperoleh tingkat return di atas rata-rata. Intensitas persaingan merupakan
gambaran lima faktor utama persaingan. Lima kekuatan persaingan akan menentukan
profitabilitas industri karena lima faktor tersbeut mempunyai pengaruh terhadap
komponen ROI dalam suatu industri.
Lima faktor yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri adalah :
a.       Persaingan antara perusahaan yang ada dalam industri
Persaingan dipengaruhi oleh pertumbuhan industri dan biaya tetap, serta
hambatan untuk keluar dari industri tersebut. Pertumbuhan yang lambat akan
membuat perusahaan semakin ketat bersaing memperebutkan pangsa pasar yang
relatif kecil. Tingginya biaya tetap juga akan mendorong peningkatan persaingan,
karena dengan tingginya biaya tetap akan mengharuskan perusahaan untuk
memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal itu akan membuat penawaran di pasar
akan semakin meningkat yang kemudian akan menyebabkan harga barang semakin
menurun, sehingga persaingan akan semakin ketat.
b.      Ancaman pemain baru
Meskipun sebuah industri mempunyai jumlah pesaing yang sedikit, investor
perlu mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang potensial menjadi pemain baru
dalam industri. Besarnya ancaman pemain baru ini akan dipengaruhi oleh adanya
hambatan-hambatan masuk (barrier to entry) dalam suatu industri, seperti tingginya
biaya investasi, peraturan pemerintah dan harga barang yang relatif kecil
dibandingkan dengan biaya produksi. Jika hambatan masuk suatu industri relatif
tinggi maka kemungkinan adanya pemain baru yang masuk dalam industri tersebut
akan semakin kecil.
c.       Ancaman adanya produk subtitusi
Produk substitusi akan membatasi profit potensial suatu industri karena
barang subtitusi akan memunculkan alternatif bagi produk perusahaan. Dalam kondisi
seperti ini, kemampuan perusahaan untuk memnentukan harga produk akan semakin
berkurang, karena dibatasi adanya produk subtitusi. Artinya, jika harga produk
perusahaan terlalu tinggi, konsumen bisa saja berpindah ke produk subtitusi yang
ditawarkan di pasar.
d.      Bargaining power pembeli
Daya tawar pembeli di pasar yang kuat bisa mempengaruhi profitablitas
industri. Hal ini terjadi jika konsumen dapat menawar harga atau meminta kualitas
yang lebih tinggi dengan kemungkinan pilihan dari produk yang akan diberikan oleh
pesaing lain.
Bila jumlah konsumen lebih banyak dari jumlah industrinya maka bargaining
power konsumen akan rendah. Sebaliknya jika jumlah industri lebih banyak dari
konsumennya, maka bargaining power konsumen akan besar.
e.       Bargaining power pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi return industri di masa yang akan datang
karena mereka mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dan kualitas dari
produknya. Jika jumlah pemasok lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
industrinya, maka pemasok memiliki bargaining power yang besar. Sebaliknya, jika
pemasok lebih banyak dari industrinya maka bargaining power pemasok akan
berkurang.
Analisis lima faktor yang menentukan persaingan industri dapat digunakan
untuk menilai profit potensial dari suatu industri untuk jangka panjang. Disamping itu
investor juga bisa mengamati perubahan lingkungan yang terjadi setiap saat, karena
bisa jadi struktur industri akan berubah akibat adanya perubahan lingkungan tersebut.

 Estimasi Earning Multiplier Suatu Industri


Teknik untuk melakukan estimasi earning multiplier industri ada dua, yaitu
analisis makro dan analisis mikro. Dalam analisis makro, investor mempelajari hubungan
antara earning multiplier untuk industri dengan earning multiplier  pasar. Sedangkan
dalam analisis mikro, estimasi earning multiplier industri dilakukan dengan cara
mengamati variabel-variabel yang mempenagruhi earning multiplier  industri, seperti
dividend-payout ratio (DPR), tingkat return yang diisyaratkan dalam industri (k), dan
tingkat pertumbuhan earning dan dividen industri yang diharapkan (g).
Analisis makro mengasumsikan adanya hubungan antara perubahan dalam k dan
g untuk industri tertentu dengan pasar keseluruhan. Asumsi ini sama halnya dengan
hubungan antara perubahan dalam P/E rasio industri dengan P/E pasar secara
keseluruhan. Sebelum menggunakan analisis makro untuk mengestimasi earning
multiplier  untuk industri, diperlukan suatu usaha mengevaluasi terlebih dahulu kualitas
hubungan antara rasio P/E industri yang akan dianalisis dengan P/E pasar. Disamping itu
perlu dilengkapi dengan pasar mikro.
Estimasi earning multiplier   industri dengan analisis mikro yang dilakukan
dengan cara mengestimasi tiga variabel yang menentukan earning multiplier  industri
(dividend-payout ratio, tingkat return yang diisyaratkan dan tingkat pertumbuhan earning
dan dividen yang diharapkan) dan membandingkan ketiga variabel tersebut dengan P/E
pasar.
Dari hasil analisis tersebut, selanjutnya dapat diketahui apakah earning multiplier
industri akan berada di atas, di bawah ataupun sama dengan earning multiplier pasar.

C. Analisis Perusahaan
 Siklus Bisnis
Siklus bisnis mencerminkan pergerakan aktivitas ekonomi secara keseluruhan, yang
terdiri dari banyak bagian yang beragam. Keragaman bagian memastikan bahwa
siklus bisnis hampir unik, tanpa dua bagian yang identik. Namun, siklus memang
memiliki kerangka kerja yang sama, dengan permulaan (mereka mulai dari palung),
puncak, dan akhir (palung baru). Dengan demikian, kegiatan ekonomi dimulai dalam
kondisi tertekan, membangun dalam fase ekspansi, dan berakhir dengan penurunan,
hanya untuk memulai lagi (mungkin karena stimulus pemerintah).

 EPS dan Informasi Laporan Keuangan

Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi laporan


keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang paling
mudah dan paling murah didapatkan dibanding alternatif informasi lainnya. Di samping
itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup menggambarkan kepada kita
sejauh mana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa saja yang telah
dicapainya. Dengan menggunakan laporan keuangan, investor juga akan bisa menghitung
berapa besarnya pertumbuhan earning yang telah dicapai perusahaan terhadap jumlah
saham perusahaan. Perbandingan antara jumlah earning dengan jumlah lembar saham
perusahaan akan diperoleh komponen earning per share.

Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling
mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa
depan sehingga sebagai dasar untuk memahami EPS, maka diperlukan pemahaman
mengenai laporan keuangan perusahaan.

Laporan keuangan sangat berguna bagi investor untuk menentukan keputusan


investasi yang terbaik dan menguntungkan dimana investor bisa mengetahui
perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan dibanding harga pasar saham
perusahaan bersangkutan, dan atas dasar perbandingan tersebut investor akan bisa
membuat keputusan apakaha membeli atau menjual saham bersangkutan.
Jenis-jenis laporan keuangan berdasarkan informasi yang dikandungnya bisa
dibagi dalam tiga laporan utama, yaitu:
1.      Neraca
           Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan kondisi finansial
perusahaan pada suatu waktu tertentu. Neraca disebut juga sebagai gambaran kondisi
keuangan perusahaan yang bersifat “snapshot” atau gambaran sesaat seperti layaknya
sebuah foto, karena neraca hanya memberikan informasi posisi keuangan perusahaan
pada saat tertentu saja. Padahal, dalam kenyataannya mungkin saja sehari setelah
neraca disusun, kondisi keuangan perusahaan sudah mengalami perubahan. Dengan
kata lain, neraca memberikan gambaran aktiva dan kewajiban perusahaan hanya pada
saat tertentu saja, ketika laporan tersebut disusun.
         Neraca merupakan laporan tentang aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemegang
saham perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Penyusunan pos-pos yang terdapat
dalam neraca disusun berdasarkan urutan likuiditas (untuk aktiva) dan jangka waktu
jatuh temponya (untuk pasiva)
         Laporan posisi keuangan disebut juga sebagai neraca karena antara sisi aktiva
dan sisi pasiva (kewajiban + ekuitas) masing-masing harus sama jumlahnya sehingga
menjadi seimbang.
2.      Laporan Rugi Laba
           Laporan rugi laba adalah ringkasan profitabilitas perusahaan selama peridoe
waktu tertentu, misalnya satu tahun. Laporan ini menunjukkan penghasilan yang
diperoleh selama satu periode, biaya yang dikeluarkan dalam satu periode, dan
elemen-elemen lain pembentuk laba. Laporan ini pada dasarnya mencerminkan
perbedaan antara penghasilan dan biaya perusahaan selama periode tertentu sehingga
menghasilkan keuntungan (ataupun kerugian) bersih perusahaan.
         Dalam analisis laporan rugi laba komprehensif perlu dilakukan pembedaan
unsur-unsur biaya yang tercantum dalam laporan rugi laba komprehensif, menjadi:
1. Biaya produksi
Biaya ini berkaitan dengan biaya-biaya yang langsung terkait dengan aktivitas
produksi barang-barang dan jasa yang akan dijual perusahaan.
2. Biaya administrasi dan umum
Biaya ini berkaitan dengan biaya overhead, biaya gaji, pengiklanan, dan biaya
lainnya yang tidak terkait langsung dengan biaya produksi barang dan jasa.
3. Biaya bunga
Biaya ini terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sebagai
konsekuensi penggunaan hutang.
4. Biaya pajak penghasilan
Biaya ini berkaitan dengan kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah
pajak kepada pemerintah.
3. Laporan Arus Kas
Laporan aliran kas merupakan laporan yang memuat aliran kas yang berasal dari
tiga sumber yaitu:
a. aktivitas operasi perusahaan
b. aktivitas investasi
c. aktivitas pendanaan yang dilakukan perusahaan.

Laporan arus kas yang berasal dari operasi perusahaan menunjukkan kemapuan
perusahaan dalam menghasilkan arus kas untuk melunasi utang, pembiayaan operasi
perusahaan, perusahaan dividen, dan melakukan investasi baru. Aktivitas investasi dalam
laporan arus kas menunjukkan pengeluaran dan penerimaan kas perusahaan yang
berkaitan dengan investasi yang dilakukan perusahaan untuk mengahsilkan keuntungan
di masa depan. Sedangkan, aktivitas pendanaan dalam laporan arus kas menunjukkan
prediksi klaim terhadap arus kas di masa depan oleh para pemilik modal perusahaan.
         Ada dua perbedaan laporan arus kas dengan laporan rugi laba dan neraca perusahaan,
yaitu:
a. neraca dan laporan rugi laba disusun atas dasar metode aktual akuntansi, sedangkan
laporan arus kas hanya mencatat transaksi yang menyebabkan aliran kas secara nyata.
b. Laporan rugi laba memasukkan pos depresiasi untuk “menghaluskan” pengeluaran
modal yang terlalu besar dalam laporan rugi laba, sedangkan laporan arus kas hanya
akan mencatat transaksi pengeluaran modal perusahaan pada saat transaksi itu terjadi.
 Kelemahan Pelaporan EPS dalam Laporan Keuangan
Seperti yang telah dibahas di atas, penggunaan laporan keuangan dalam analisis
perusahaan dapat memberikan informasi bagi investor tentang kondisi perusahaan,
termasuk pertumbuhan dan prospek perusahaan di masa datang. Informasi seperti ini
diperlukan investor dalam memprediksi pertumbuhan perusahaan di masa datang, dan
kemudian diperlukan dalam membuat keputusan investasi yang tepat. Hasil analisis
laporan keuangan akan membantu investor dalam menentukan layak atau tidaknya suatu
saham yang diterbitkan perusahaan untuk dijadikan alternatif investasi.
            Beberapa kelemahan pelaporan EPS dalam laporan keuangan:
1.   Permasalahan pelaporan earning yang akan menimbulkan konflik kepentingan antara
investor di satu sisi sebagai pengguna laporan keuangan dan manajemen di sisi
lainnya sebagai penyaji laporan keuangan.
2.   Lemahnya kemampuan laporan keuangan untuk menggambarkan kondisi perusahaan
yang paling terkini. Seperti yang kita ketahui bahwa laporan keuangan disusun pada
akhir periode (biasanya 1 tahun) untuk menggambarkan apa yang telah terjadi pada
perusahaan pada periode tertentu. Akan tetapi, gambaran tersebut dalam 
kenyataannya masih merupakan gambaran sesaat (foto) kondisi perusahaan apda saat
laporan keuangan tersebut dibuat. Kelemahan seperti ini dikenal juga dengan istilah
snapshot.
 Analisis Rasio Profitabilitas Perusahaan
                        Analisis Rasio Profitabilitas terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Return on Equity (ROE), yang menggambarkan sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. (laba bersih
setelah bunga dan pajak dibagi jumlah modal sendiri)
2.      Return on Asset (ROA), yang menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-
aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. (EBIT dibagi jumlah aset)
 Earning Per Share (EPS)
Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan
yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu
perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun
beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam
laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa kita hitung berdasarkan
informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan.
      Rumus menghitung EPS:
EPS = laba bersih setelah bunga dan pajak
jumlah saham yang beredar
Di samping rumus di atas, kita juga bisa menghitung EPS perusahaan dengan
menggunakan rumus berikut ini:
EPS= ROE x nilai buku per lembar saham
EPS= Laba bersih setelah bunga dan pajak x Jumlah modal sendiri
             Jumlah modal sendiri x Jumlah saham beredar

 Price Earning Rate (PER)


Informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor
untuk memeroleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, PER menunjukkan
besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Di samping itu, PER juga
merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan.
Rumus menghitung PER:
PER = D1 / E1      
k–g
Dalam hal ini:
D1/E1 = tingkat dividend payout ratio yang diharapkan
k = tingkat return yang diisyaratkan (tingkat return bebas risiko + premi risiko)
g = tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan (ROE x tingkat  laba ditahan)
Dari rumus di atas, terlihat tiga komponen utama untuk menghitung PER dari
suatu perusahaan, yaitu dividend payout ratio (DPR) yang diharapkan, tingkat return
yang diisyaratkan (k), dan tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan (g). Komponen
pertama yaitu DPR, menunjukkan besarnya dividen yang akan dibayarkan perusahaan
dari total earning yang diperoleh perusahaan. Dengan kata lain, DPR merupakan
perbandingan antara dividen yang dibayarkan perusahaan terhadap earning yang
diperoleh perusahaan.

Komponen kedua dari persamaan PER adalah tingkat return yang diisyaratkan
(k), yang menunjukkan tingkat return yang diisyaratkan inestor atas suatu saham sebagai
kompensasi atas atas risiko yang harus ditanggung investor. Rumus untuk menghitung
tingkat bunga yang diisyaratkan:
k = RF + RP
k = tingkat return bebas risiko + premi risiko
Komponen ketiga, yaitu tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan (g),
merupakan fungsi dari besarnya ROE dan tingakt laba ditahan perusahaan. Dengan kata
lain, secara matematis, rumus untuk menghitung g suatu perusahaan bisa dihitung dengan
rumus berikut ini:
g = ROE x tingkat laba ditahan
g = Laba bersih setelah bunga dan pajak x (1-DPR)
Jumlah modal sendiri
 Estimasi Nilai Intrinsik Saham
Analisis perusahaan akan terkait dengan penentuan saham perusahaan manakah
dalam industri terpilih yang mampu menawarkan keuntungan bagi investor. Dengan kata
lain, saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya
sehingga layak dibeli serta saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih tinggi dari
nilai intrinsiknya, sehingga menguntungkan untuk dijual.
Semua pertanyaan tersebut akan bisa dijawab jika kita sudah berhasil
mengestimasi nilai intrinsik saham perusahaan yang dianalisis dengan harga pasarnya
sebagai dasar keputusan untuk menentukan apakah saham tersebut undervalued atau
overvalued.
Estimasi nilai intrinsik saham dalam analisis perusahaan bisa dilakukan dengan
memanfaatkan dua komponen informasi penting dalam analisis perusahaan, yaitu EPS
dan PER dimana dapat dihitung dengan rumus:
Po  = Estimasi EPS x PER
= E1 x PER   
Jika nilai intrinsik saham sudah berhasil diestimasi, langkah selanjutnya adalah
membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasarnya. Jika nilai intrinsik suatu
saham lebih tinggi dibanding harga pasarnya, maka saham tersebut tergolong sebagai
saham yang undervalued, dan sebaiknya dibeli, begitu pula sebaliknya.

 Analisis Perusahaan Menggunakan Ringkasan Laporan Keuangan


Menurut PSAK No. 1 tahun 2002, laporan keuangan yang lengkap terdiri dari lima
komponen, yaitu:
1. Neraca, memberikan potret mengenai kondisi finansial perusahaan dengan
menunjukkan aset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham pada suatu tanggal
tertentu misalnya pada akhir tahun
2. Laporan rugi laba, meringkas kinerja operasi selama satu periode akuntansi misalnya
satu tahun dengan menunjukkan pendapatan dan biaya.
3. Laporan perubahan ekuitas, menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva
bersih atau kekayaan selama satu periode akuntansi.
4. Laporan arus kas, melaporkan bagaimana kas diperoleh dan di mana saja kas
digunakan selama satu periode akuntansi.
5. Catatan atas laporan keuangan, menjelaskan atau merinci jumlah yang tertera dalam
keempat komponen sebelumnya.
Informasi secara lengkap laporan keuangan perusahaan diperoleh pada laporan
tahunan yang dipublikasikan perusahaan. Laporan tahunan dapat diperoleh di perusahaan
yang bersangkutan atau di bursa efek yang mencatat saham perusahaan tersebut. Sumber
lain umumnya menyajikan laporan keuangan perusahaan dengan format ringkasan,
misalnya Indonesian Capital Market Directory (IMCD) yang dikeluarkan oleh Institute for
Economics and Financial Research (ECFIN).

Anda mungkin juga menyukai