Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada
fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan pada
rasio finansial dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak
langsung memengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar
berpendapat teknik analisis fundamental lebih cocok untuk membuat
keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli untuk
jangka panjang. Analisis fundamental dibagi dalam tiga tahapan analisis
yaitu analisis ekonomi, analisis industri, dan analisis perusahaan.
Analisis fundamental memberi pengaruh kepada trend perubahan
harga (arah dari harga suatu mata uang secara keseluruhan) yang lebih
banyak dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah
(otoritas moneter) ataupun data-data yang dirilis oleh berbagai sumber
maupun berita-berita tertentu yang belum pasti kebenarannya (market
sentiment dan market rumors).
Salah satu teknik dalam berinvestasi saham adalah analisa
fundamental. Teknik ini melihat kondisi dan nilai suatu perusahaan
berdasarkan kinerja dan proyeksi perusahaan. Secara umum pendekatan
analisis fundamental terbagi dua macam yaitu top down dan bottom up.
Top down, obyek yang dianalisa adalah kondisi makro ekonomi, sektor
industrinya dan terakhir perusahaan. Sedangkan bottom up adalah
kebalikannya mulai dari perusahaan, sektornya dan kondisi makro
ekonomi. Keadaan makro ekonomi sebuah negara sangat mempengaruhi
kondisi sebuah perusahaan. Banyak yang percaya, pertumbuhan nilai
perusahaan sangat dipengaruhi kondisi makro. Karena itu analisa keadaan
makro ekonomi sebuah negara sangat penting.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,


maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa fungsi analisis fundamental?
2. Bagaimana cara menganalisis perusahaan dengan menggunkan metode
analisis fundamental ?
C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mengetahui lebih jelas mengenai
metode analisis fundamental dalam perusahaan, serta hal-hal lain yang
berhubungan dengan analisis fundamental tersebut.
D. Manfaat
Manfaat dari pembahasan ini agar pembaca dapat lebih mengetahui,
mengenal dan memahami cara menganalisis dengan menggunakan metode
analisis fundamental dalam perusahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Fundamental
Analisis Fundamental adalah teknik analisa yang umumnya
digunakan oleh investor untuk membantu keputusan jual beli saham.
Umumnya pengguna Analisis Fundamental adalah investor, terutama
investor saham jangka panjang. Analisis Fundamental tidak terbatas untuk
saham, bisa juga digunakan untuk forex, emas. Caranya saja yang berbeda.
Investor yang murni menggunakan aspek fundamental di dalam
menentukan keputusan investasinya disebut dengan Fundamentalist.
Analisis Fundamenal membutuhkan data untuk bisa dianalisis. Data bisa
didapatkan dari berbagai berita, data ekonomi, dan laporan keuangan yang
dirilis oleh emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berita perusahaan bisa didapatkan dari koran, media elektronik
Data ekonomi bisa didapatkan dari rilis Badan Pusat Statistik atau Bank
Indonesia. Data laporan keuangan perusahaan dirilis oleh emiten setiap 3
bulan sekali (kuartalan). Bisa didapatkan di website perusahaan masing-
masing atau di website Bursa Efek Indonesia. Analisis Fundamental dapat
melakukan analisis top-down mulai dari kondisi ekonomi negara secara
makro sampai kondisi perusahaan secara mikro. Analisis Makro untuk
mengetahui kondisi ekonomi negara secara keseluruhan. Kita perlu
melihat apakah ekonomi masih bertumbuh, inflasi tidak mengancam
pertumbuhan, dan sebagainya. Ekonomi negara yang bertumbuh akan
mendorong pertumbuhan perusahaan-perusahaan.

3
Analisis Fundamental memiliki beberapa kegunaan di dalam investasi
saham, antara lain:
1. Mendeteksi saat yang tepat untuk masuk atau keluar dari pasar saham
dengan mengetahui bagaimana kondisi ekonomi negara, kita dapat
mengetahui kapan kita harus berinvestasi.
2. Membantu memilih saham yang baik untuk investasi dengan analisis
industri dan keuangan perusahaan kita dapat terhindar dari memiliki
perusahaan yang fundamentalnya kurang jelas
3. Mengetahui harga wajar suatu saham analisis Fundamental dapat digunakan
untuk mengetahui valuasi saham, yaitu berapa nominal rupiah saham itu
layak dihargai. Ada banyak metode yang bisa digunakan untuk menghitung
valuasi saham, misalnya:
 Metode PER (Price Earning Ratio)
 Metode PBV (Price to Book Value Ratio)
 Metode DDM (Discounted Dividend Model)
 Metode Discounted Cash Flow (DCF)
 Metode Free Cash Flow (FCF)
Analisis fundamental dibagi dalam tiga tahapan analisis yaitu analisis
ekonomi, analisis industri, dan analisis rasio-rasio perusahaan.
1. Analisis ekonomi
Analisis ekonomi adalah salah satu dari tiga analisis yang perlu
dilakukan investor dalam penentuan keputusan investasinya. Analisis
ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya hubungan yang
kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja
suatu pasar modal. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada
perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang
diharapkan serta tingkat return yang diisyaratkan atas investasi tersebut
dan kedua faktor tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan
ekonomi makro. Dengan demikian, jika kita ingin mengestimasi aliran kas,
bunga ataupun premi risiko dari suatu sekuritas, maka kita harus
mempertimbangkan analisis ekonomi makro.

4
Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait dengan perubahan yang
terjadi pada berbagai variabel ekonomi makro. Harga obligasi akan sangat
tergantung dari tingkat bunga yang berlaku dan tingkat bunga ini akan
dipengaruhi oleh perubahan ekonomi makro ataupun kebijakan ekonomi makro
yang ditentukan pemerintah. Sedangkan disisi lainnya, harga saham merupakan
cerminan dari ekspetasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas, dan
tingkat return yang diisyaratkan oleh investor, yang mana ketiga faktor tersebut
juga sangat dipengaruhi oleh kinerja ekonomi makro.
Siegel (1991) menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara harga
saham dan kinerja ekonomi makro dan menemukan bahwa perubahan pada harga
saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi. Ada dua alasan yang
mendasarinya, (1) harga saham yang terbentuk merupakan cerminan ekspetasi
investor terhadap earning, dividen, maupun tingkat bunga yang akan terjadi.
Hasil estimasi investor terhadap ketiga variabel tersebut akan menentukan berapa
harga saham yang sesuai. Dengan demikian, harga saham yang sudah terbentuk
itu akan merefleksikan ekspetasi investor atas kondisi ekonomi di masa datang,
bukannya kondisi ekonomi saat ini; (2) kinerja pasar modal akan bereaksi
terhadap perubahan-perubahan ekonomi makro seperti perubahan tingkat bunga,
inflasi ataupun jumlah uang beredar. Ketika investor menentukan harga saham
yang tepat sebagai refleksi perubahan variabel ekonomi makro yang akan terjadi,
maka masuk akal jika dikatakan harga saham terjadi sebelum perubahan ekonomi
makro benar-benar terjadi.
Lingkungan ekonomi makro adalah lingkungan yang mempengaruhi
operasi perusahaan sehari-hari. Kemampuan investor dalam memahami dan
meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang, akan sangat berguna dalam
pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu, seorang investor
harus memperhatikan beberapa indikator ekonomi makro yang bisa membantu
mereka dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro.

5
2. Analisis industri
Analisis industri merupakan salah satu bagian dari analisis
fundamental. Analisis industri biasanya dilakukan setelah kita melakukan
analisis ekonomi. Dalam analisis industri, investor mencoba
memperbandingkan kinerja dari berbagai industri, untuk bisa mengetahui
jenis industri apa saja yang memberikan prospek paling menjanjikan
ataupun sebaliknya. Setalah melakukan analisis industri, investor nantinya
akan menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk
mempertimbangkan saham-saham dari kelompok industri mana sajakah
yang akan dimasukkan dalam portofolio yang akan dibentuknya.
Kelompok industri utama pada masing-masing divisi dalam SIC
akan dibagi lagi menjadi tiga, empat sampai lima digit SIC. Semakin
banyak kode digit SIC, semakin spesifik pengelompokkan industri
tersebut. Disamping standar klasifikasi SIC, ada beberapa sistem
klarifisikasi lainnya yang digunakan untuk mengelompokkan industri,
diantaranya adalah indeks industri yang dikeluarkan oleh Standard & Poor
Corporation yang mengelompokkan perusahaan ke dalam 90
industri.Pengelompokan industri untuk kasus di Indonesia juga dilakukan
dengan berdasarkan suatu standar klasifikasi industri tertentu.
Salah satu standar yang banyak dipakai untuk mengkelompokkan
industri bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam BEJ adalah
Jakarta Stock Exchange Sectoral Industry Classification (JASICA).
Klasifikasi JASICA terdiri dari 9 divisi dan dikelompokkan lagi menjadi
kelompok industri utama dan diberi kode dua digit. Analisis industri
merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena analisis
tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi
peluang-peluang investasi dalam industri yang mempunyai karasteristik
risiko dan return yang menguntungkan bagi investor.

6
Beberapa penelitian yang terkait dengan analisis industri, telah
didokumentasikan oleh Reilly dan Brown (1997) dan menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan seperti berikut ini :
a. Studi mengenai kinerja tahunan industri, menunjukkan bahwa
industri yang berbeda mempunyai tingkat return yang berbeda
pula.
b. Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya.
c. Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama,
terlihat cukup beragam.
d. Tingkat risiko berbagai industri juga beragam.
e. Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu.
Dalam melakukan analisis industri, investor juga perlu menilai
suatu industri dan menentukan return yang diharapkan dari suatu industri
yang akan dianalisis. Dengan menilai dan menentukan return yang
diharapkan dari suatu industri, investor akan dapat menentukan peluang
investasi pada industri-industri yang punya prospek terbaik. Untuk menilai
suatu industri, ada dua langkah yang perlu dilakukan, yaitu : (1)
mengestimasi Earning Per Share (EPS) yang diharapkan dari suatu
industri, dan (2) mengestimasi Price Earning Ratio (P/E) yang diharapkan
atau disebut juga sebagai ecpected earning multiplier industri. Selanjutnya,
jika hasil kedua estimasi tersebut dikalikan, maka akan diperoleh nilai
akhir yang diharapkan dari suatu industri (expected ending value of
industry).
Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan dari suatu
industrim selanjutnya akan dapat ditentukan tingkat return yang
diharapkan dari suatu industri. Caranya adalah dengan membagi nilai akhir
yang diharapkan dari suatu industri ditambah dengan dividen yang
diharapkan dari industri, dengan nilai awal industri tersebut pada periode
sebelumnya. Selanjutnya, dengan membandingkan tingkat return yang
diharapkan dari industri terhadap tingkat return yang disyaratkan oleh
investor, investor akan dapat menentukan industri mana saja yang layak

7
dijadikan pilihan investasinya. Dalam penentuan keputusan investasi
industri tersebut, pilihan investor sebaiknya pada industri-industri yang
mampu memberikan return dharapkan yang lebih besar dibanding tingkat
return yang disyaratkan investor.
Mengestimasi EPS kita perlu mengestimasi penjualan per lembar
saham dari suatu industri terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat
digunakan untuk mengestimasikan tingkat penjualan suatu industri, yaitu
dengan daur hidup industri (industri life cycle), analisis input-output, serta
hubungan antara industri dengan ekonomi secara keseluruhan. Ketiga
teknik tersebut sifatnya saling melengkapi, sehingga investor dapat
mengkombinasikan ketiga teknik tersebut untuk mendapatkan gambaran
lengkap mengenai posisi dan prospek industri dalam beberapa skenario.
Analisis input-output adalah suatu cara alternatif untuk mengetahui
gambaran prospek penjualan suatu industri di masa yang akan datang,
dengan cara mengidentifikasi pemasok (supplier) dan konsumen dari sautu
industri. Dengan melakukan analisis input-output, kita dapat mengestimasi
permintaan konsumen di masa datang, serta kemampuan pemasok untuk
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan dalam suatu industri.
Informasi tersebut nantinya dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat
penjualan dan keuntungan suatu industri di masa depan.
Faktor penting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa
diperoleh suatu industri adalah intensitas persaiangan dalam industri
tersebut. Michael Porter berpendapat mengenai strategi kompetitif, yaitu
suatu strategi yang berguna untuk mencapai posisi kompetitif dalam
industri. Intensitas persaingan dalam sautu industri akan menentukan
kemampuan industri untuk tetap memperoleh tingkat return di atas rata-
rata. Intensitas persaingan merupakan gambaran lima faktor utama
persaingan. Lima kekuatan persaingan akan menentukan profitabilitas
industri karena lima faktor tersbeut mempunyai pengaruh terhadap
komponen ROI dalam suatu industri.

8
Lima faktor yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu
industri adalah :
a. Persaingan antara perusahaan yang ada dalam industri. Persaingan
dipengaruhi oleh pertumbuhan industri dan biaya tetap, serta
hambatan untuk keluar dari industri tersebut. Pertumbuhan yang
lambat akan membuat perusahaan semakin ketat bersaing
memperebutkan pangsa pasar yang relatif kecil. Tingginya biaya
tetap juga akan mendorong peningkatan persaingan, karena dengan
tingginya biaya tetap akan mengharuskan perusahaan untuk
memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal itu akan membuat
penawaran di pasar akan semakin meningkat yang kemudian akan
menyebabkan harga barang semakin menurun, sehingga persaingan
akan semakin ketat.
b. Ancaman pemain baru. Meskipun sebuah industri mempunyai
jumlah pesaing yang sedikit, investor perlu mengidentifikasi
perusahaan-perusahaan yang potensial menjadi pemain baru dalam
industri. Besarnya ancaman pemain baru ini akan dipengaruhi oleh
adanya hambatan-hambatan masuk (barrier to entry) dalam suatu
industri, seperti tingginya biaya investasi, peraturan pemerintah
dan harga barang yang relatif kecil dibandingkan dengan biaya
produksi. Jika hambatan masuk suatu industri relatif tinggi maka
kemungkinan adanya pemain baru yang masuk dalam industri
tersebut akan semakin kecil.
c. Ancaman adanya produk subtitus. Produk substitusi akan
membatasi profit potensial suatu industri karena barang subtitusi
akan memunculkan alternatif bagi produk perusahaan. Dalam
kondisi seperti ini, kemampuan perusahaan untuk memnentukan
harga produk akan semakin berkurang, karena dibatasi adanya
produk subtitusi. Artinya, jika harga produk perusahaan terlalu
tinggi, konsumen bisa saja berpindah ke produk subtitusi yang
ditawarkan di pasar.

9
d. Bargaining power pembeli. Daya tawar pembeli di pasar yang kuat
bisa mempengaruhi profitablitas industri. Hal ini terjadi jika
konsumen dapat menawar harga atau meminta kualitas yang lebih
tinggi dengan kemungkinan pilihan dari produk yang akan
diberikan oleh pesaing lain. Bila jumlah konsumen lebih banyak
dari jumlah industrinya maka bargaining power konsumen akan
rendah. Sebaliknya jika jumlah industri lebih banyak dari
konsumennya maka bargaining power konsumen akan besar.
e. Bargaining power pemasok. Pemasok dapat mempengaruhi return
industri di masa yang akan datang karena mereka mempunyai
kekuatan untuk menentukan harga dan kualitas dari produknya.
Jika jumlah pemasok lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
industrinya, maka pemasok memiliki bargaining power yang besar.
Sebaliknya, jika pemasok lebih banyak dari industrinya maka
bargaining power pemasok akan berkurang.
Analisis lima faktor yang menentukan persaingan industri dapat
digunakan untuk menilai profit potensial dari suatu industri untuk jangka
panjang. Disamping itu investor juga bisa mengamati perubahan
lingkungan yang terjadi setiap saat, karena bisa jadi struktur industri akan
berubah akibat adanya perubahan lingkungan tersebut.
3. Analisis perusahaan
Adapun salah satu cara untuk menganalisis perusahaan adalah
dengan melihat rasio-rasio laporan keuangan. Rasio keuangan digunakan
untuk menganalisis laporan keuangan, memberikan dasar bagi penilaian
surat-surat berharga dan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Ukuran
kegunaan rasio keuangan ialah seberapa baik nasio keuangan tersebut
membantu pemakainya untuk menilai kondisi keuangan perusahaan dan
kaefektifan manajemen dafam memperoleh retum dari modal yang
diinvestasikannya. Di bawah ini akan diuraikan lebih laniut mengenai
rasio keuangan sebagai alat analisis bagi laporan keuangan, siapa saia

10
pengguna analisis rasio keuangan, pangelompokkan rasio keuangan, serta
bagaimana menginterpretasikan rasio-rasio keuangan.
Alat untuk menginterpretasikan laporan keuangan adalah rasio-
r:asio keuangan. Sedangkan data untuk menghitung rasio keuangan
diperoleh dan batane sfieef dan incpme statament. Rasio keuangan yang
diperoleh akan dianalis dan digunakan untuk membandingkan kinerja
suatu perusahaan dan status perusahaan tersebut dibandingkan dengan
perusahaan lain atau dengan perusahaan itu sendiri dalam suatu kurun
waktu tertentu.
Pada dasamya mereka yang tertarik akan analisis rasio keuangan
ini dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu:
1. Mereka yang termasuk dalam lingkungan perusahaan, yaitu pihak
manajemen perusahaan itu sendiri. Pihak manajemen harus peduli
dengan semua aspek dari kondisi keuangan perusahaan. Jadi mereka
berusaha untuk mengop€nasikan perusahaan dengan tepat sehingga
rasio keuangan akan dipertimbangkan baik dan menguntungkan baik
oleh pemilik meupun kreditor. Pihak .rnanajemen juga menggunakan
rasio keuangan untuk memonitor kinerja perusahaan dari waktu ke
waktu.
2. Mereka yang berada di luar lingkungan perusahaan, terdiri dari:
Kreditor Alasan kreditor tertarik dengan analisis rasio keuangan adalah
untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan dalam jangka pendek
dan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang beserta
bunganya. Selain itu kreditor juga sangat mempedulikan profitabilitas
perusahaan, untuk menjamin bahwa perusahaan dalam keedaan sehat
dan dapat berjalan dengan lancar serta sukses. Pemegang laham,
investor prospektif, dan spckulator Pemegang saharn, investor
prospektif, dan spekulator berkepentingan dengan tingkat resiko dan
retum perusahaan dalam kondisi sekarang dan juga di masa yang aken
datang.

11
Kasmir menyatakan bahwa dalam praktiknya analisis rasio keuangan suatu
perusahaan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1. Rasio Neraca (Balance Sheet Ratio), yaitu membandingkan angka-angka
yang hanya bersumber dari neraca.
2. Rasio Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratio), yaitu
membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba
rugi.
3. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber
(data campuran), baik yang ada di neraca maupun di laporan laba rugi.
pernyataan Kasmir yang tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
ada 2 (dua) unsur laporan keuangan (Financial Statement) dan 1 (satu)
unsur data campuran dari keduanya yang perlu untuk dianalisa lebih
lanjut, yaitu: laporan Laba Rugi (Income Statement), Neraca (Balance
Sheet) dan Antar Laporan (data campuran dari kedua laporan). Teknik
analisis laporan keuangan digunakan untuk menentukan dan mengukur
hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan sehingga dapat diketahui
perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila
diperbandingkan dengan laporan dari masing-masing pos tersebut bila
diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu
perusahaan tertentu atau diperbandingkan dengan alat pembanding
lainnya. (Sunyoto, 2013).
Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan Penilaian dari kinerja keuangan
(Financial Performance) pada suatu perusahaan dapat dilakukan dengan
cara menggunakan beberapa metode penghitungan rasio keuangan
terhadap Laporan Keuangan (Financial Statement) perusahaan, dimana
pada masing-masing rasio keuangan tersebut memiliki tujuan, kegunaan,
dan arti tertentu yang dapat diinterprestasikan oleh pihak manajemen
perusahaan yang dapat dipergunakan didalam melakukan pengambilan
keputusan dan menentukan serta menetapkan kebijakan perusahaan.

12
Weston menyatakan bahwa bentuk-bentuk Analisa Rasio
Keuangan (Financial Ratio Analysis) adalah sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio).
B. Analisis Teknikal
Analisa teknikal adalah suatu jenis analisa yang selalu berorientasi
kepada harga pembukaan, harga penutupan, harga tertinggi dan harga
terendah dari suatu instrumen investasi dan pada time frame tertentu.
Analisis ini mempelajari tentang perilaku pasar yang diterjemahkan ke
dalam grafik riwayat harga dengan tujuan untuk memprediksi harga di
masa yang akan datang. Harga yang tercermin di dalam grafik merupakan
harga kesepakatan transaksi antara supply dan demand.
Perubahan harga cenderung bergerak pada suatu arah tertentu
(trend), pola tertentu dimasa yang lampau akan terulang kembali pada
masa yang akan datang. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa
yang telah terjadi di pasar, dari pada apa yang seharusnya terjadi. Analisa
teknikal dapat digunakan pada berbagai macam instrumen investasi baik
itu di pasar modal seperti saham maupun pasar valuta asing atau foreign
exchange.
C. Follow the smart money
Analisa Teknikal mengikuti ‡ Follow the smart money: Analisa Teknikal
mengikuti trend yang sedang terjadi di pasar, analisa teknikal
mempercayai bahwa harga bergerak teknikal mempercayai bahwa harga
bergerak dalam trend tertentu dan trend ini akan bergerak terus hingga
terjadi perubahan permintaan dan penawaran

13
D. Contrarian
tanpa melihat dasar fundamental suatu perusahaan pengguna teknikal
analisis melakukan ‘trading’ pada saham yang dianggap bagus
secara teknikal
E. Resistance dan Support
Support Level ialah batasan suatu harga dimana analisa teknikal
mempercayai bahwa di level harga tersebut permintaan akan saham
atau komoditi tersebut akan dibeli (biasanya pemilihan support
dilakukan dengan menarik garis horizontal pada titik harga saham
terendah, lalu harga kembali naik) Resistance Level merupakan kebalikan
dari support yaitu batasan dimana Resistance Level merupakan kebalikan
dari support yaitu batasan dimana analisa teknikal mempercayai bahwa
jika harga mencapai level tersebut maka investor akan menjual
sahamnya ( garis horizontal dibuat saat saham mencapai harga tertinggi
lalu kemudian berbalik turun)

14
BAB III
PENUTUP
A. Penutup
Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada
fundamental ekonomi suatu perusahaan. Analisis fundamental dibagi
dalam tiga tahapan analisis yaitu analisis ekonomi, analisis industri, dan
analisis rasio-rasio perusahaan. Analisis ini penting dilakukan untuk
meminimalkan risiko ataupun mengidentifikasi industri yang mempunyai
prospek yang menguntungkan.
Teknik ini dilakukan dengan cara membandingkan tingkat
penjualan industri dengan kondisi perekonomian secara keseluruhan yang
berhubungan dengan barang dan jasa yang diproduksi oleh industri
tersebut. Teknik ini didasari oleh asumsi bahwa kondisi perekonomian
dimana suatu industri beroperasi akan terkait dengan penjualan dan
keuntungan suatu industri. Analisa teknikal adalah suatu jenis analisa yang
selalu berorientasi kepada harga pembukaan, harga penutupan, harga
tertinggi dan harga terendah dari suatu instrumen investasi dan pada time
frame tertentu.
Perubahan harga cenderung bergerak pada suatu arah tertentu
(trend), pola tertentu dimasa yang lampau akan terulang kembali pada
masa yang akan datang. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa
yang telah terjadi di pasar, dari pada apa yang seharusnya terjadi. Analisa
teknikal dapat digunakan pada berbagai macam instrumen investasi baik
itu di pasar modal seperti saham maupun pasar valuta asing atau foreign
exchange.

15
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ciputraentrepreneurship.com/investasi/

https://www.juruscuan.com/investasi/444-analisis-fundamental

Denny Erica. 2018. Analisa Rasio Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Perusahaan PT Kino Indonesia Tbk AMIK BSI Jakarta

Jones, Charles P. 2010. Investments Principles and Concept.

Siamat, Dahlan. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Intermedia.

Siamat, Dahlan. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Intermedia.

16

Anda mungkin juga menyukai