BUTTOM UP
TUGAS ANALISA INVESTASI
DOSEN PENGAMPU:
Dean Subhan Saleh, SE, MM
Ali Jamaludin, M.Si
ANGGOTA:
1. TSANI NURAENI 030119111
2. NINA ANDINI 030119131
3. SOVIYALIS 030119105
4. MARIA ULFAH 030119154
5. SINTIA YULIANTI 030119094
ANALISIS FUNDAMENTAL
Analisis fundamental (fundamental analysis) adalah salah satu metode
pengukuran yang digunakan para investor untuk mengetahui keamanan suatu nilai
saham. Metode ini dilakukan dengan memeriksa faktor keuangan dan kondisi
ekonomi perusahaan terkait. Indikator yang digunakan dalam analisis fundamental
adalah Return to Equity (ROE), Price to Earning Ratio (P/E), dan lainnya.
Selain faktor ekonomi dan keuangan, poin penting lainnya dalam analisis
fundamental adalah memeriksa manajemen efektivitas perusahaan dan persaingan
industri. Hal ini dinilai sebagai indikator signifikan yang juga mempengaruhi nilai
keamanan sebuah saham perusahaan.
Top Down
Analisis top down melakukan analisis dari sesuatu yang umum (ekonomi
makro) ke sesuatu yang khusus (perusahaan). Investor memulai dari analisis
kondisi ekonomi suatu negara, lalu berlanjut ke sektor-sektor yang potensial dan
berakhir pada perusahaan yang akan dipilih nantinya.
Secara umum, analisis top down terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Analisis Makro
Analisis mikro digunakan untuk mengetahui keadaan ekonomi negara
seperti tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, investasi dan lain-lain. Ketika
ekonomi sebuah perusahaan dalam kondisi baik, itu juga akan berpengaruh
pada keuntungan yang diperoleh perusahaan. Beberapa kondisi makro yang
menjadi dasar analisis fundamental adalah inflasi, perpajakan, kebijakan fiskal
dan moneter, produk domestik bruto dan lain sebagainya . Analisis kondisi
ekonomi makro dari sebuah negara, indikator ekonomi dan pengaruh ekonomi
global terhadap negara tersebut. Contohnya adalah harga batu bara global
berpengaruh terhadap ekonomi indonesia karena Indonesia adalah salah satu
negara produsen batu bara terbesar di dunia.
Harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat naik ke level
US$ 195,30/ton pada 25 Oktober 2021. Hal ini disebabkan oleh tingginya
permintaan batu bara global terutama dari Cina seiring pembukaan aktivitas
ekonomi. Produksi batu bara Cina sedang terhambat sehingga mereka harus
meningkatkan jumlah impor batu bara.
Ketegangan antara Cina dan Australia menyebabkan Cina memutuskan
untuk menghentikan impor batu bara dari negeri kanguru tersebut sejak tahun
lalu. Kebijakan ini memberikan keuntungan kepada Indonesia. Cina akhirnya
membeli batu bara termal senilai US$ 1,5 miliar dari Indonesia pada tahun
2021.
2. Analisis Sektor dan Industri
Analisis sektoral atau analisis industri dipakai para investor untuk
mengetahui kondisi dari tiap industri yang memiliki peluang cemerlang di
masa mendatang. Setiap investor pasti menginginkan nilai keuntungan
investasi yang bertambah di masa mendatang. Misalnya di saat pandemi saat
ini, banyak perusahaan yang memiliki prospek bagus seperti kesehatan,
perbankan dan e-commerce. Sebaliknya, bisnis wisata, perhotelan, dan retail
malah mengalami penurunan dalam penjualan.
Analisis sektor mencoba menjabarkan sektor apa yang diuntungkan oleh
kondisi ekonomi makro. Sektor batu bara adalah jenis sektor yang harga
sahamnya dipengaruhi oleh harga komoditasnya. Oleh karena itu, kenaikan
harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) menjadi angin segar
bagi emiten batu bara.
Kenaikan harga batu bara acuan ini akan meningkatkan harapan investor
sehingga investor cenderung melakukan pembelian saham batu bara.
Pembelian secara massal ini akan mengerek harga saham batu bara.
3. Analisis Emiten
Analisis emiten berfungsi untuk menganalisis emiten yang mendapatkan
dampak positif dari kenaikan harga. Berhubung harga batu bara yang naik
adalah harga global maka emiten yang diuntungkan adalah emiten yang
pemasukannya didominasi oleh ekspor.
Emiten tersebut di antaranya adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT
Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). ADRO berhasil menjual 25,78 juta
ton batu bara pada semester I 2021. Ekspor batu bara ADRO mencapai 72% ke
berbagai negara seperti India dan Cina serta berbagai negara asia timur lainnya.
Sementara ITMG pada semester I 2021 mencatatkan penjualan batu bara
sebanyak 9 juta ton. Pasar ekspor didominasi Cina dengan penjualan 2,7 juta
ton. Lalu disusul oleh Jepang (1,4 juta ton), Filipina (700 ribu ton) dan
Thailand (700 ribu ton).
Kedua emiten ini terbukti mendapatkan sentimen positif dari kenaikan
harga batu bara acuan. Per 25 Oktober 2021, harga saham ADRO dan ITMG
masing-masing naik sebesar 16,33% dan 34,69% dalam sebulan terakhir.
1. Jika hasil analisis salah, maka ada potensi kerugian terutama jika alokasi
aset sektor yang dipilih cukup besar dibandingkan dengan keseluruhan
portofolio.
2. Banyaknya aspek yang perlu dianalisis menyebabkan ada kemungkinan
sektor dan emiten yang potensial tidak sempat dianalisis sehingga
kesempatan mendapatkan keuntungan menjadi hilang.
Pendekatan bottom-up
Sementara analisis kualitatif berfokus kepada hal-hal yang tidak bisa dihitung
seperti manajemen perusahaan, model bisnis, dan brand image perusahaan.
Investor bisa mengakses informasi kualitatif tersebut melalui berbagai kanal berita
seperti Kontan, CNBC Indonesia dan Bisnis Indonesia.
Setelah kita membahas kedua pendekatan ini, berikut adalah tabel yang
merangkum perbandingan di antara keduanya:
Tabel 3: Perbandingan antara pendekatan top-up dan bottom-down
Sebaliknya, manajer investasi juga dapat memulai proses pemilihan saham dengan
pendekatan bottom-up jika ia memang sudah memiliki sekumpulan saham yang ia
nilai berpotensi. Dalam hal ini pendekatan bottom-up memungkinkannya untuk
mencari manakah emiten yang paling atraktif - memiliki potensi terbesar untuk
meraih pertumbuhan laba yang tinggi dalam beberapa tahun ke depan. Begitu
emiten pilihan ditemukan, barulah manajer investasi mengaplikasikan
pendekatan top-down untuk menentukan apakah emiten tersebut benar-benar
diuntungkan dengan kondisi makroekonomi tertentu.