Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ANALISIS FUNDAMENTAL
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :

Manajemen Investasi dan Portofolio

Yang dibimbing oleh Bapak Achmad Murdiono, S.Pd., S.E., M.M.

Kelompok 06:
19. Kusmatul Febri Dwi M. (200413623336)
20. Lia Mas’adatul A. (200413623323)
23. M. Iqbal Septianur (200413623287)
25. Muhamad Ilham Firmansyah (200413623359)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PRODI S1 MANAJEMEN

NOVEMBER 2022
Pengertian Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan sebuah metode dalam melakukan analisis informasi,
melakukan proyeksi dari informasi tersebut guna menghasilkan penilaian yang tepat bagi
perusahaan. Menurut Tandelilin (2010:338), “Analisis fundamental merupakan analisis
terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh
perusahaan-perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisis industri, dan pada akhirnya
dilakukan analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk
menilai apakah sekuritas yang dikeluarkannya menguntungkan atau merugikan bagi
investor”. Salah satu bentuk analisis fundamental adalah melakukan pendekatan Top-Down
Analysis. Melalui pendekatan ini, seorang investor mempercayai apabila kondisi suatu
perusahaan secara umum baik, segala komponen dari perusahaan itu bisa dianggap baik pula.
Dalam pendekatan ini biasanya digunakan tiga pendekatan diantaranya yaitu :
1) Mendalami dan mengerti kondisi lingkungan ekonomi yang berkaitan dengan
perusahaan yang akan dinilai
2) Menyelidiki potensi perkembangan pada industri yang berkaitan dengan perusahaan
3) Menyelidiki perusahaan yang akan dinilai, meliputi strategi kompetensi utama,
manajemen, aturan dan faktor relevan lainnya.
A. Analisis Makro
Ekonomi makro merupakan cabang ilmu ekonomi yang meneliti tentang kondisi
ekonomi suatu negara secara menyeluruh atau agregat. Pada umumnya, kebijakan
ekonomi makro disusun untuk jangka panjang dan pelaksanaan kebijakan tersebut
sebagian besar melalui Badan Usaha Milik negara (BUMN). Contoh kebijakan tersebut
antara lain tentang inflasi, pertumbuhan pendapatan nasional, ketenagakerjaan,
keseimbangan neraca pembayaran, dan lain-lain.
1. Kondisi Ekonomi Global
Perekonomian global merupakan suatu kumpulan dari fenomena umum yang
dampaknya sangat luas, terutama dampak yang sangat besar terhadap suatu bisnis
perusahaan. Semua kegiatan bisnis sangat terpengaruh oleh perubahan yang terjadi
dalam variabel ekonomi makro. Sensitivitas terhadap ekonomi makro sangat
ditentukan oleh tingkat ketergantungan ekonomi. Semakin besar ketergantungan
ekonomi, makin besar pula dampak yang ditimbulkan oleh perubahan ekonomi
makro. Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi yang terbuka tidak luput dari
keadaan ekonomi global.
Gejolak harga minyak dunia yang terjadi semenjak tahun 2007, turut membuat
perubahan situasi ekonomi global. Perubahan harga minyak ini mengganggu
kestabilan ekonomi beberapa negara, khususnya negara-negara yang padat dengan
industri yang membutuhkan bahan bakar fosil tersebut. Amerika sebagai konsumen
minyak bumi terbesar di dunia merasakan dampak negatif dari kenaikan harga minyak
ini. Ditambah dengan kasus subprime mortgage yang terjadi, yang merupakan dampak
dari kebijakan pemberian kredit yang salah, membuat Amerika terjebak dalam suatu
situasi krisis yang mengakibatkan timbulnya efek krisis global yang mulai terjadi
akhir tahun 2008 ini dan mulai berdampak pula ke Indonesia. Hal ini dikarenakan
selain karena tingkat ketergantungan Indonesia ke Amerika cukup tinggi,
negara-negara besar lainnya seperti bagian dari UNI Eropa, Jepang, dan Negara
industri baru seperti RRC juga terimbas akibat penurunan pertumbuhan ekonomi di
Amerika, karena Amerika adalah negara konsumtif yang merupakan pasar terbesar
ekspor negara-negara tersebut.
2. Kondisi Ekonomi Nasional
Kondisi ekonomi nasional, sangat dipengaruhi oleh kebijakan yang dilaksanakan
pemerintah, khususnya kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan fiskal mengatur
pendapatan pemerintah yang didapat dari pajak dan bukan pajak, begitu pula
pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membiayai ekonomi dan
meningkatkan growth ekonomi dari negaranya. Kebijakan moneter lebih kepada
pengaturan jumlah uang yang beredar di masyarakat yang merupakan respons dari
keadaan ekonomi yang saat itu terjadi, otoritas moneter di Indonesia saat ini
dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Untuk melihat berhasil atau tidaknya kebijakan
tersebut dapat diindikasikan ukuran ekonomi nasional sebagai berikut.
1) Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP). Menunjukkan
jumlah agregat barang dan jasa yang dihasilkan oleh ekonomi nasional pada satu
periode tertentu, PDB terbagi dua, yaitu PDB dan PDB nominal. Perbedaannya
terletak faktor inflasi. PDB nominal mengukur pertambahan barang dan jasa yang
dihasilkan ekonomi nasional dan efek dari kenaikan harga barang (efek inflasi).
Sementara PDB riil tidak mengikutsertakan efek inflasi.
2) Inflasi. Inflasi perlu diperhitungkan karena berkaitan erat dengan nilai waktu dari
uang. Secara sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga
barang-barang secara umum atau penurunan daya beli dari sebuah satuan mata
uang. Pada dasarnya, inflasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu inflasi
karena kenaikan biaya produksi dan inflasi karena hukum permintaan dan
penawaran. Adanya inflasi menyebabkan tingkat pengembalian yang diharapkan
dari suatu investasi atau yang biasa disebut Rate of return meningkat dan cost of
equity juga meningkat. Peningkatan ini dapat mengubah WACC yang
berpengaruh terhadap penghitungan nilai intrinsik perusahaan. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa inflasi berpengaruh terhadap penilaian perusahaan karena
inflasi dapat meningkatkan WACC perusahaan.
3) Tingkat bunga. Tingkat bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat
diperoleh investor, atau dengan sudut pandang lain, adalah biaya modal yang
harus dikompensasi atas suatu investasi. Penurunan suku bunga akan mendorong
orang untuk melakukan investasi dan konsumsi. Suku bunga bank sentral menjadi
alat yang populer digunakan dalam mengatur perekonomian.
4) Nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah juga merupakan indikator dari aktivitas
kebijakan ekonomi moneter. Bank Indonesia melakukan open market operation
dan reserve requirement untuk mengatur sektor moneter, khususnya inflasi dan
nilai tukar rupiah. Selain itu juga nilai tukar rupiah merupakan hasil antara supply
dan demand di pasar atas rupiah dan mata uang asing lainnya.
B. Analisis Industri
Analisis industri penting dilakukan untuk mengetahui keunggulan dan potensi
dari industri dimana perusahaan berada. Selain itu, kondisi antara satu industri dengan
industri yang lain juga berbeda-beda, sehingga masing-masing memiliki karakteristik
sendiri. Sebelum melakukan analisis industri atau sektor tertentu, perlu dilihat
perkembangan atau kinerja industri/sektor tersebut, sehingga dapat memberikan
gambaran arah perkembangan industri/sektor tersebut. Suatu industri yang mempunyai
kepekaan lebih tinggi dari pasar mengindikasikan bahwa industri tersebut mempunyai
risiko pasar yang tinggi (lebih tinggi dari rata-rata). Meskipun demikian, risiko tersebut
akan bergerak dalam dua arah. Dengan kata lain, kalau kondisi pasar membaik, maka
sektor/industri yang mempunyai kepekaan tinggi juga akan membaik lebih besar dari
pasar.
Cara kedua untuk melakukan analisis industri adalah dengan menganalisis
hubungan antara kemampuan operasi dan kondisi perekonomian makro. Kita harus
mengetahui apakah perusahaan ini termasuk dalam growth industry, defense industry
atau cyclical industry. Growth Industry merupakan industri yang mempunyai
pertumbuhan laba jauh lebih tinggi dari rata-rata industri. Defense Industry Adalah
industri yang tidak banyak terpengaruh oleh kondisi ekonomi, sedangkan Cyclical
Industry adalah industri yang sangat peka terhadap perubahan kondisi perekonomian.
Untuk menganalisis persaingan yang terjadi, Michael Porter telah
mengembangkan framework Porter's Five Forces. Berdasarkan teori ini, intensitas
persaingan ditentukan oleh lima faktor; ancaman dari pemain baru (threats of new
entrant), persaingan antarperusahaan (rivalry), daya tawar pemasok (supplier's power),
daya tawar konsumen (buyer's power) dan keberadaan barang pengganti (substitute
product).
Industri memiliki siklus kehidupan, yaitu tahap perkenalan (startup), tahap
pertumbuhan atau konsolidasi (consolidation), tahap kedewasaan (maturity) dan tahap
penurunan (relative decline) (Bodie, 2005). Karakteristik dari masing-masing tahap
dijabarkan sebagai berikut.
1) Tahap Perkenalan (Start up). Pada tahap ini terjadi perubahan teknologi besar
sehingga tercipta industri yang baru. Banyak perusahaan baru yang masuk sehingga
terjadi persaingan yang ketat. Perusahaan yang dapat bertahan hingga akhir tahap ini,
hanyalah perusahaan yang terbaik.
2) Tahap Pertumbuhan (Consolidation). Tahap ini ditandai dengan pertumbuhan
penjualan yang relatif tinggi, meskipun risiko tidak lagi setinggi tahap perkenalan.
Kondisi ini terjadi karena produk sudah diterima oleh pasar. Akan tetapi perusahaan
masih terus membutuhkan biaya untuk melakukan pertumbuhan, sehingga biasanya
dividen payout ratio rendah dan perusahaan memerlukan pembiayaan eksternal
tambahan untuk melakukan ekspansi yang dibutuhkan.
3) Tahap Kedewasaan (Maturity). Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan berada pada
posisi yang lebih rendah daripada tahap pertumbuhan. Kondisi ini dapat terjadi karena
produksi barang sudah mulai mencukupi permintaan konsumen, ada standarisasi
produk dan tingkat persaingan yang mulai menekan profit.
4) Tahap Penurunan (Relative Decline). Pada tahap ini, permintaan terhadap produk
mulai mengalami penurunan sehingga pertumbuhan penjualan menjadi negatif.
Kondisi ini terjadi karena produk mulai usang dan tidak lagi dapat memenuhi
keinginan konsumen. Untuk perusahaan migas biasanya penurunan produksi dari
ladang ladang minyak yang sudah tua, menjadi penyebab penurunan penjualan
perusahaan.
C. Analisis Perusahaan
Berikut penjelasan dari masing-masing alat dalam Analisis perusahaan merupakan
suatu proses evaluasi kondisi perekonomian dan risiko suatu perusahaan. Berdasarkan
hasil analisis ini nantinya akan terdapat beberapa keputusan strategis perusahaan yang
dibuat. Terdapat lima alat yang dapat digunakan dalam melakukan analisis perusahaan
terutama dengan menggunakan laporan keuangan, diantaranya yaitu analisis strategi
perusahaan, analisis perbandingan antar laporan keuangan perusahaan (Comparative
financial statement analysis), perbandingan antar bagian laporan keuangan
(Common-size financial statement analysis), analisis rasio, serta analisis cash flow dan
valuation.melakukan analisis strategi perusahaan :
1. Strategi
Strategi merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan.
Ketika berbicara mengenai strategi, terdapat dua hal yang terkait yaitu sustainable
competitive advantage dan above average performance. Sustained competitive
advantage atau keunggulan kompetitif berkelanjutan adalah suatu kondisi atau
keadaan yang menempatkan perusahaan dalam posisi bisnis yang menguntungkan
atau unggul dalam beberapa tahun. Sedangkan above average performance
merupakan return (keuntungan) yang diperoleh melebihi apa yang diharapkan investor
akan diperoleh dari investasi lain dengan resiko yang sama.
Perusahaan mengembangkan strategi sehingga dapat memiliki sumber
keunggulan bersaing yang lestari (sources of sustainable competitive advantage) yang
nantinya akan memungkinkan perusahaan memberikan value (benefit to price) yang
lebih tinggi kepada konsumen. Sources of sustainable competitive advantage memiliki
empat persyaratan utama yang disebut VRIN (valuable, rare, imperfectly imitable dan
non-substitutable.) Dimana dari keempat persyaratan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Bernilai (Valuable)
Sumberdaya atau kemampuan perusahaan dikatakan bernilai apabila
memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan peluang, atau menetralkan
ancaman dari lingkungan eksternal, sehingga perusahaan dapat menciptakan nilai
untuk pelanggan
2) Kelangkaan pasokan (Rare)
Ketika sesuatu menjadi langka, maka sumberdaya menjadi lebih bernilai. Ketika
perusahaan memiliki sumberdaya tertentu dan hanya sedikit perusahaan pesaing
yang memilikinya, dan sumberdaya tersebut penting untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan, maka sumber daya itu dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif.
3) Mahal untuk diimitasikan (Costly to Imitate)
Sumber Daya atau kemampuan perusahaan dikatakan terlalu mahal untuk
diimitasikan ketika pesaing harus mengeluarkan biaya yang besar untuk
mereplikasi kemampuan yang sama, atau perusahaan pesaing benar-benar tidak
mampu mereplikasi kemampuan perusahaan sama sekali.
4) Tidak tersedianya substitusi (Non-substitutable)
Sumber Daya atau kemampuan perusahaan tidak dapat tergantikan apabila tidak
ada sumberdaya lain yang mampu melakukan hal yang sama seperti yang
dilakukan sumberdaya tersebut.
Strategi juga dipisahkan menjadi dua kelompok utama yaitu corporate strategy
dan business strategy. Corporate strategy sederhananya terdapat dalam proses
pemilihan industri yang dilakukan oleh perusahaan. Sebelum melakukan operasinya,
perusahaan harus lebih dulu melihat potensi yang ada di dalam industri dan pasarnya.
Karakteristik industri akan menentukan business strategy. Pada business strategy ini
lebih cenderung ke arah memenangkan persaingan usaha.
2. Analisis Perbandingan antar Laporan Keuangan dalam Perusahaan
Menurut Harahap (1997), analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan
keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal
dan membandingan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi
keuangan atau data lainnya, baik dalam rupiah maupun dalam unit.
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan neraca (balance sheet), income
statement, atau statement of cash flow antar periode dari suatu perusahaan. Analisis
ini biasanya melihat adanya perubahan-perubahan dari setiap akun yang terdapat pada
laporan. Informasi utama yang dapat diambil berdasarkan analisis perbandingan ini
adalah trend. Analisis perbandingan ini tiap tahun memberikan informasi mengenai
aah perusahaan, kecepatan dan kondisi trend.
3. Analisis Perbandingan antar Bagian Laporan Keuangan dalam Perusahaan
Analisis ini disebut juga sebagai analisis vertikal, biasanya setelah melakukan
analisis ini dilakukan lagi analisis horizontal untuk mengetahui perubahan proporsi
dari setiap akun terhadap akun lain. Untuk aset dan kewajiban yang dinilai 100%
adalah total aset dan kewajiban, dan untuk laporan laba rugi, yang dinilai menjadi
100% adalah total sales, sehingga dapat dibandingkan biaya apa saja yang
berpengaruh paling besar terhadap sales dan pergerakannya setiap tahun.
4. Analisis Rasio `
Analisis rasio merupakan alat yang paling sering digunakan dalam melakukan analisis
perusahaan. perhitungan suatu rasio merupakan operasi arithmatic sederhana, namun
interpretasinya sangat kompleks. Agar memberikan arti yang tepat, sebuah rasio harus
dikaitkan dengan kondisi ekonomi. Analisis rasio dapat menunjukkan hubungan
penting dan dasar dari perbandingan kondisi dan trend tertentu yang sulit terlihat jika
hanya menganalisis komponen individual dari rasio tersebut (Wild, 2007). Trend
menggambarkan tingkat dan arah perubahan setiap waktu. Terdapat lima jenis rasio
yang umumnya digunakan dalam analisis rasio, yaitu rasio likuiditas, rasio
profitabilitas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio pasar. Kelima rasio tersebut
digunakan sesuai dengan tujuan analisis yang dilakukan terhadap perusahaan. Berikut
penjelasannya :
a. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah sebuah rasio yang mampu menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau membayar hutang jangka
pendeknya. Rasio ini dapat mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.
b. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
c. Rasio Leverage
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang
digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan
dengan menggunakan modal sendiri.
d. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula
dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas)
pemanfaatan sumber daya perusahaan.
e. Rasio Pasar
Rasio pasar adalah rasio yang mengukur kinerja keuangan perusahaan tercatat
terkait dengan nilai pasar sahamnya. Rasio ini biasanya digunakan dalam
valuasi saham untuk menilai seberapa menarik harga saham perusahaan saat
ini.
REFERENSI

Darminto, 2010. “Pengaruh Faktor Eksternal dan Berbagai Keputusan Keuangan Terhadap
Nilai Perusahaan”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol.8, No.1.
Kinar, Asmara, 2017. “Empat Kriteria Keunggulan Kompetitif Berkelanjutan”,
Kompasiana.com. Diakses 24 November 2022
Pakpahan, Rosma. 2010. Pengaruh Faktor-faktor Fundamental dan Kebijakan Dividen
terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi
(November) : 211-227
Suteja, S.E., M.Si., Dr. H. J., & Gunardi, S.E., M.Si., A. (2016). MANAJEMEN INVESTASI
DAN PORTOFOLIO. PT Refika Aditama.
Lusiana, F. W., & M CHABACHIB, M. C. (2011). Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio
Solvabilitas, Rasio Aktivitas, Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Price Earning Ratio
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Doctoral
dissertation, Universitas Diponegoro).

Anda mungkin juga menyukai