Anda di halaman 1dari 30

PROSES ANALISIS SEKURITAS

KELOMPOK : 2
SEMESTER / KELAS : 6 / Kelas E
DOSEN PENGAJAR : Drs. Nurmantias, M.M., CFMP
N A M A M A H A S I S WA / N P M : Nadiatul Fitri 1 8 1 0 111 0 9 0
Rafiansyah 1 8 1 0 1111 0 0
Muhammad Reva Andrian 1 8 1 0 1111 0 1

M A N A J E M E N I N V E TA S I &
P O RTO F O L I O
Analisis Sekuritas

 Sekuritas adalah sebuah dokumen yang


mengidentifikasi hak atau klaim atas asset
dan setiap aliran kas mendatang yang
diperoleh perusahaan. Sedang portofolio
merupakan sekumpulan dari sekuritas
 Dalam Analisis Sekuritas melibatkan
melibatkan proses estimasi aliran kas
mendatang serta risiko yang dihubungkan
dengan prospek aliran kas tersebut. Tugas
analis umumnya juga melibatkan, apakah
secara eksplisit atau implisit, estimasi harga
sekuritas. Dalam analisis sekuritas, ada dua
pendekatan yang populer digunakan
investor, yaitu analisis teknikal dan analisis
fundamental.
PERBEDAAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN
TEKNIKAL
• Analisa fundamental ialah analisa yang didasarkan dengan kondisi suatu perusahaan, kondisi
ekonomi dan industri terkait. Analisa fundamental pada umumnya menggunakan indikator-
indikator perusahaan yang tertera melalui laporan keuangan perusahaan seperti Price to
Earning Ratio (P/E), ROE (Return to Equity), dan lain-lainnya. Analisa fundamental kerap
digunakan oleh investor jangka panjang seperti Warren Buffet untuk menyaring saham yang
termasuk pada kategori baik.
• Analisa teknikal ialah analisa yang berdasarkan pada data-data mengenai harga historis yang
terjadi pada pasar saham. Dalam penerapan analisa teknikal, prediksi untuk membeli atau
menjual saham dilakukan dengan melihat grafik historis pergerakan saham. Pengguna analisa
teknikal umumnya disebut dengan trader yang melakukan investasi secara jangka pendek
seperti investasi secara harian. Salah satu pengguna analisa teknikal yang tersohor ialah
George Soros.
• Berbeda dengan analisis teknikal, dalam analisis fundamental investor tidak hanya berfokus
pada kinerja pergerakan saham, tetapi juga kinerja bisnis secara keseluruhan. Ruang lingkup
analisis teknikal hanya memperlihatkan sifat dan pola gerak harga, bandingkan dengan
analisis fundamental yang mencakup ilmu akunting, ekonomi mikro, makro, bidang sosial
politik, cuaca dll Namun analisis teknikal juga memanfaatkan lebih dari 150 indikator atau alat
analisis untuk seleksi yang terbaik diantara ribuan saham dalam waktu beberapa menit saja
ANALISIS
FUNDAMENTAL
Adalah suatu analisa yang mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan kondisi keuangan suatu perusahaan
dengan tujuan untuk mengetahui sifat-sifat dasar dan
karakteristik operasional dari perusahaan public.
Untuk melakukan analisa fundamental diperlukan
prosedur dan tata cara agar hasil analisa dapat lebih
cermat. prosedur itu disebut juga top-down approach
atau bottom up.
Analisis fundamental terdiri atas beberapa analisa yang harus
dilakukan sebelumnya, yaitu :
➢ Analisa Ekonomi
➢ Analisa Industri
➢ Analisa Perusahaan
Top-Down Approach
Analisa top-down adalah analisa yang digunakan dengan pendekatan faktor luas atau
global menuju faktor yang lebih spesifik (mengerucut kebawah). Pendekatan ini
memiliki prinsip ketika semua berjalan dengan baik, maka hasilnya pun akan ikut baik
atau naik. Menurut Fundsupermart, hal-hal yang perlu diperhatikan di pendekatan atas ke
bawah ini adalah kondisi makro dunia, kondisi makro di dalam negeri, persentase
pertumbuhan sektor industri, dan yang terakhir adalah nilai fundamental perusahaan
emiten.
Bottom-up Approach
Pemilihan saham dengan pendekatan bottom-up mengesampingkan analisa ekonomi dan
siklus pasar. Pendekatan bottom-up berfokus pada analisa atas masing-masing saham.
Dengan pendekatan ini, manajer investasi tidak memfokuskan perhatiannya pada sektor
industri atau kondisi perekonomian secara keseluruhan, melainkan pada satu-persatu
emiten.
Pendekatan bottom-up bertumpu pada asumsi bahwa emiten dapat berkinerja baik meski
industri di mana emiten itu tidak. Kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat
dengan pendekatan ini mengharuskan manajer investasi untuk terlebih dahulu
melakukan kajian mendalam terhadap emiten, termasuk mengenai produk dan layanan
sang emiten, stabilitas finansialnya dan semua aspek yang dapat berdampak pada kinerja
emiten. Secara lebih rinci, manajer investasi akan menganalisa emiten dengan menelaah
daya saing emiten tersebut di pasar, tingkat utang dan kas yang dimilikinya, pola
pembagian dividen yang telah dilakukan selama ini dan bagaimana pergerakan laba serta
harga sahamnya selama ini.
Perbandingan Top-down dan
Bottom-up Approach
Analisis Ekonomi
Mengapa tahap ini penting?
1. Karena adanya kecenderungan hubungan yang
kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan
ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal.
2.Pasar modal mencerminkan apa yang
terjadi pada perekonomian makro.
3. Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan
terkait dengan perubahan yang terjadi pada
berbagai variabel ekonomi makro.
Contoh: harga obligasi dipengaruhi oleh tingkat
bunga yang berlaku.
CARA ANALISA PERUBAHAN DI PASAR
MODAL
1. Perubahan Siklus Ekonomi
❑Siklus ekonomi yang cenderung menurun menuju titik
terendah (atau disebut resesi), maka harga saham
biasanya akan turun. Semakin kuat resesi, semakin
drastis penurunan harga saham.
❑Siklus ekonomi diramalkan membaik, maka harga
saham menjelang titik balik siklis ekonomi (sebelum
mencapai titik terendah) akan membaik mendahului
membaiknya siklus ekonomi.
❑Siklus ekonomi yang terus membaik sampai
mendekati titik puncak, maka harga saham
cenderung stabil sehingga return saham yang
abnormal sulit dicapai investor.
CARA ANALISA PERUBAHAN DI PASAR
MODAL
2. Perubahan Variabel-Variabel Ekonomi
Makro.
Pengamatan terhadap perubahan
indikator ekonomi makro seperti PDB,
inflasi, tingkat bunga ataupun nilai tukar
mata uang, dapat membantu investor
dalam meramalkan apa yang akan terjadi
pada perubahan pasar modal.
Lanjutan

◻Beberapa variabel ekonomi makro yang perlu


diperhatikan investor antara lain:
1. PDB.
2. Inflasi.
3. Tingkat bunga.
4. Kurs rupiah.
5. Anggaran defisit.
6. Investasi swasta.
7. Neraca perdagangan dan pembayaran.
Analisis Industri
Analisis industri merupakan salah satu bagian dalam analisis fundamental.
Analisis industri biasanya dilakukan setelah kita melakukan analisis
ekonomi.
Untuk menilai suatu industri, ada dua langkah yang perlu dilakukan:
• Mengestimasi earning per share (EPS) yang diharapkan dari suatu
industri.
• Mengestimasi price earning ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut
juga sebagai expected earning multiplier industri.
Jika hasil kedua estimasi tersebut dikalikan, maka akan kita peroleh
nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri (expected ending value
of industry).
Tingkat return yang diharapkan dari suatu industri ditentukan dengan
membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri ditambah dividen
yang diharapkan dari industri, dengan nilai awal industri tersebut pada
periode sebelumnya.
Lanjutan

Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasikan


tingkat penjualan suatu industri:
1. Daur hidup industri (industry life cycle).
2. Analisis input-output.
3. Hubungan antara industri dengan ekonomi secara
keseluruhan.
Ketiga teknik saling melengkapi sehingga investor dapat
mengkombinasikan ketiga teknik tersebut untuk mendapatkan
gambaran lengkap mengenai posisi dan prospek industri dalam
berbagai skenario.
Lanjutan
Faktor penting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa
diperoleh suatu industri adalah intensitas persaingan dalam industri
tersebut. Intensitas persaingan dalam suatu industri akan
menentukan kemampuan industri untuk tetap memperoleh tingkat
return di atas rata-rata.

Berikut 5 faktor persaingan industry (Porter’s Five Forces Analysis).


 Ancaman dari pendatang baru
 Daya tawar pemasok
 Daya tawar pembeli
 Ancaman dari produk pengganti
 Tingkat persaingan dengan kompetitor
Analisis Perusahaan

● Analisis perusahaan diarahkan untuk mengetahui


apakah saham suatu perusahaan layak dijadikan
pilihan investasi.
● Hasil analisis perusahaan harus bisa memberikan
gambaran tentang nilai perusahaan, karakteristik
internal, kualitas dan kinerja manajemen, serta
prospek perusahaan di masa datang.
● Dua komponen (earning per share, EPS dan
price earning ratio, P/E) diutamakan dalam
analisis perusahaan karena tiga alasan:
1. Kedua komponen tersebut bisa dipakai untuk
mengestimasi nilai intrinsik saham.
2. Dividen yang dibayarkan perusahaan pada
dasarnya dibayarkan dari earning.
3. Adanya hubungan antara perubahan
earning
dengan perubahan harga saham.
EPS DAN INFORMASI
LAPORAN KEUANGAN
- Earning per share (EPS) diperoleh dengan menghitung
perbandingan antara jumlah earning (dalam hal ini laba
bersih yang siap dibagikan bagi pemegang saham) dengan
jumlah lembar saham perusahaan.
- Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi
yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa
menggambarkan prospek earning perusahaan di masa
depan.
- Informasi (termasuk EPS) yang dapat digunakan sebagai
dasar penilaian perusahaan adalah laporan keuangan
perusahaan.
KELEMAHAN PELAPORAN EPS
DALAM LAPORAN
KEUANGAN
● Permasalahan dalam pelaporan earning ini terkait dengan
kemungkinan munculnya konflik kepentingan antara investor di
satu sisi sebagai pengguna laporan keuangan, dan manajemen di
sisi lainnya sebagai penyaji laporan keuangan.

Cara mengurangi konflik ini, antara lain dengan:


● 1. 1. Peran prinsip-prinsip dan kode etik akuntansi
2. 2. penggunaan tenaga auditor eksternal yang netral.

Kelemahan laporan keuangan yang lainnya, adalah:



Karena
● laporan tersebut dibuat di akhir periode (pada umumnya
tahunan), maka hal itu hanya menggambarkan kondisi
perusahaan pada saat laporan dibuat, dan tidak mampu
menggambarkan kondisi perusahaan yang terkini.
ANALISIS RASIO PROFITABILITAS
PERUSAHAAN
● Di samping bisa dengan melihat laporan keuangan,
analisis perusahaan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis rasio keuangan.
● Dua rasio profitabilitas utama yang umumnya
dipakai saat analisis ini adalah ROE dan
ROA.
● Apakah dan bagaimanakah mengukur ROE dan
ROA?
1. Return on Equity (ROE): menggambarkan
sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang bisa diperoleh pemegang saham.
Lababersihsetelahbungadanpajak
ROE 
Jumlahmodalsendiri
2. Return on Asset (ROA): menggambarkan
sejauhmana kemampuan aset-aset yang dimiliki
perusahaan bisa menghasilkan laba.
EBIT
ROA 
Jumlahset
● Debt Equity Ratio (DER); menggambarkan persentase utang dan
ekuitas sebuah perusahaan.
● Rumus menghitungnya yaitu dengan laporan keuangan
perusahaan yang berkaitan, dan lakukan pembagian antara total
utang (total liabilities) dan jumlah ekuitas. Jika hasilnya di
bawah 1 atau 100%, itu utang perusahaan lebih kecil dari
ekuitasnya, keuangan mereka masih sangat bagus. Semakin
besar nilainya, maka makin besar juga
kewajibannya.Perhitungan rasio ini akan mempengaruhi
pertumbuhan laba. Karena tentu saja dalam utang, akan ada
beban bunga yang dibayar perusahaan.
STUDI KASUS PADA BANK BCA DAN BRI

Berikut ini adalah contoh analisis saham antara saham bank BCA ( BBCA )
dan saham bank BRI ( BBRI ) menggunakan analisis fundamental dengan
pendekatan bottom-up metode CAN SLIM (Current quarter earning &
Annual earning increase. Laba di kuartal terakhir & laba tahunan yang
meningkat)
Laba yang dimaksud bukanlah laba bersih tetapi adalah laba per lembar
saham (earning per share – EPS). Berikut ringkasan laporan keuangan bank
BCA dan BRI dalam 6 tahun terakhir (2007-2012).
STUDI KASUS PADA BANK BCA DAN BRI
1. EPS : earning per share (laba per lembar saham)
Dalam analisa fundamental saham, EPS merupakan faktor utama yang harus dilihat. Kita
menggunakan EPS yang terdilusi untuk menghilangkan bias oleh aktifitas yang mengakibatkan
jumlah saham beredar meningkat (seperti stock split, right issue, ESOP dan lainnya).
2007 2008 2009 2010 2011 2012
EPS ( diluted)
A A A A A Q3 A
33 45
BBCA 182 234 279 348 444
9 2
54 73
BBRI 196 243 298 467 623
9 2
Peningkatan EPS
BBCA 29% 19% 25% 28% 2%
BBRI 24% 23% 56% 34% 17%

A= Annualize (disetahunkan) ; Q3=3rd quater (hingga kuartal ke 3) Catatan:


 BBCA stock split tanggal 28 Januari 2008 dengan rasion 1:2. Konsekwensinya, EPS ditahun 2007
harus dibagi 2 (terdilusi) sehingga EPS BCA tahun 2007 yang sebelumnya 364 menjadi 182.
 BBRI stock split tanggal 11 Januari 2011 dengan rasio 1:2. Konsekwensinya, EPS ditahun 2010 dan
tahun sebelumnya harus dibagi 2 (terdilusi) sehingga EPS tahun 2009 yang sebelumnya 596 menjadi
298. Begitu juga eps tahun sebelumnya (2008 & 2007).
Dalam 6 tahun terakhir secara nilai rupiah bank BRI selalu mengalahkan bank BCA. Dari segi
peningkatan EPS, bank BRI juga mengalahkan bank BCA (kecuali di tahun 2008 BBRI sedikit lebih
rendah dibanding BBCA). Dalam kontek EPS, bank BRI mangalahkan bank BCA
STUDI KASUS PADA BANK BCA DAN BRI
2. Pendapatan (penjualan)
Selanjutnya dalam analisa fundamental saham, Pendapatan adalah faktor kedua yang harus
diperhatikan. Kita ingin mengetahui apakah laba yang diperoleh merupakan hasil dari penjualan
( produk dan atau jasa ) perusahaan. Bisa saja pendapatan diperoleh dari hasil penjualan aset
perusahaan. Berikut ringkasan pendapatan bunga bank BCA dan bank BRI (dalam trilyun rupiah)
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pendapatan
A A A A A Q3 A
19, 26,
BBCA 16,3 19,3 22,9 20,7 24,1
9 5
40, 54,
BBRI 23,2 28,1 35,3 44,6 48,2
7 3
Peningkatan pendapatan
BBCA 18% 19% -10% 16% 10%
BBRI 21% 26% 26% 8% 13%

Secara rupiah, pendapatan bank BRI selalu mengalahkan bank BCA. Dari segi
peningkatan pendapatan dari tahun ke tahun, bank BRI juga hampir selalu mengalahkan
bank BCA. Pendapatan bank BRI selalu meningkat, tidak pernah turun. Pendapatan
bank BCA sempat turun di tahun 2010. Dalam hal pendapatan, bank BRI juga
mengalahkan bank BCA
STUDI KASUS PADA BANK BCA DAN BRI
3. Laba operasi
Lalu dalam fundamental analisis saham juga kita perhatikan laba operasi. saham Berikut ringkasan
laba operasi bank BCA dan bank BRI (dalam trilyun rupiah)

2007 2008 2009 2010 2011 2012


Laba operasi
A A A A A Q3 A
10, 13,
BBCA 6,3 7,7 8,5 10,4 13,3
0 3
15, 20,
BBRI 7,6 8,3 8,6 14,4 17,6
6 8
Peningkatan laba operasi
BBCA 21% 11% 22% 28% 0%
BBRI 10% 3% 68% 22% 18%

Dari segi nilai rupiah, laba operasi bank BRI selalu mengalahkan bank BCA. Pendapat
kedua bank selalu meningkat dari tahun ke tahun, kecuali ditahun 2012 bank BCA
menunjukkan laba operasi yang stagnan. Dalam hal laba operasi bank BRI juga
mengalahkan bank BCA.
STUDI KASUS PADA BANK BCA DAN BRI
4. ROE – Return On Equity (laba dibandingkan modal)
Dalam analisa fundamental saham, ROE sama penting nya dengan EPS. Kita harus tahu apakah laba yang diperoleh
cukup signifikan dibanding modal perusahaan. Perusahaan bermodal 10 juta yang menghasilkan laba bersih 20 juta
setahun memiliki ROE 200% (dua ratus persen). Sedangkan perusahaan (misal bank kecil ) bermodal 5 trilyun
cuma memperoleh laba 50 milyar dalam setahun berarti hanya memiliki ROE 1 % (satu persen).ROE didapat
dengan membagi laba bersih dengan equity (ekuitas) atau modal.
Berikut ringkasannya (laba bersih dan equity dalam trilyun rupiah).
2007 2008 2009 2010 2011 2012
A A A A A Q3 A
BBCA
Laba
4,5 5,8 6,8 8,5 10,8 8,2 10,9
bersih
Equity 20,4 23,3 27,9 34,1 42,0 49,2 49,2
ROE 22% 25% 24% 25% 26% 22%
BBRI
Laba
11,5 15,3
bersih 4,8 6,0 7,3 3,5 18,0

Equity 27,3 36,7 49,8


19,4 22,4 9,6 9,6
ROE 25% 27% 27% 31% 31% 30%

Kedua bank memiliki ROE yang bagus, berhasil membukukan laba bersih dengan ROE
diatas 20%. Tapi, tetap saja bank BRI memiliki pencapaian yang lebih baik dari bank
BCA. Bank BRI masih mengalahkan bank BCA dari segi ROE.
STUDI KASUS PADA BANK BCA DAN BRI
5. DER – Dept to Equity Ratio (rasio hutang terhadap modal)
Yang juga tidak boleh dilupakan dalam analisa fundamental saham adalah kondisi hutang perusahaan. Perusahaan
yang terlalu banyak hutang akan mengeluarkan terlalu banyak biaya bunga. Ini membawa kondisi perusahaan
keambang kebangkrutan. Dalam industri bank, tabungan nasabah merupakan hutang bagi bank. Makin besar
hutangnya mengindikasikan makin banyak simpanan nasabah di bank tersebut. Berikut ringkasannya (hutang dan
equity dalam trilyun rupiah)
2007 2008 2009 2010 2011 2012
A A A A A Q3
BBCA            
Hutang 197,6 222,6 254,5 290,3 339,2 377,0
Equity 20,4 23,3 27,9 34,1 42,0 49,2
DER 9,66 9,56 9,14 8,51 8,07 7,66
BBRI            
Hutang 184,3 223,7 289,7 367,6 420,1 409,4
Equity 19,4 22,4 27,3 36,7 49,8 59,6
DER 9,48 10,01 10,63 10,02 8,43 6,87

Jumlah hutang bank BRI mulai lebih tinggi dari bank BCA sejak tahun 2008. Ini mengindikasikan dana
kelolaan nasabah di bank BRI makin banyak dibandingkan bank BCA. Dalam konteks ini (pengelolaan dana
nasabah) bank BRI mulai mengalahkan bank BCA.
Jadi, Secara keseluruhan fundamental analisis saham ( berdasarkan analisa huruf C & A dalam CAN
SLIM ), kinerja bank BCA versus bank BRI dimenangkan oleh bank BRI.
KESIMPULAN
◻Perbedaan utama fundamental dan teknikal adalah pada asumsi tentang
kecepatan informasi memengaruhi harga saham. Teknikalis percaya reaksi harga
saham terhadap informasi adalah lambat, sementara fundamentalis percaya
kalau penyesuaiannya berlangsung cepat. Teknikalis percaya pasar tidak efisien,
sedangkan fundamentalis percaya pasar efisien tetapi lemah. Perbedaan lain
adalah fundamentalis lebih menekankan pada seleksi saham dengan mencari
nilai intrinsik dan membandingkannya dengan harga di pasar.

◻Asumsi teknikalis adalah harga saham bergerak dalam pola tertentu dan relatif
berulang dari waktu ke waktu. Jika fundamentalis menggunakan laba dan
laporan keuangan untuk analisisnya, teknikalis menggunakan indikator harga dan
volume sebagai variabel utamanya. Analisis fundamental lebih tepat untuk
investor yang menggunakan strategi pasif atau buy and hold (membeli dan terus
memegangnya untuk jangka panjang). Sementara analisis teknikal dianjurkan
untuk investor dengan strategi aktif yaitu yang melakukan trading saham hampir
setiap hari.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai