Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan –
Suramaya Suci Kewal
PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, KURS, DAN PERTUMBUHAN PDB TERHADAP
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
Suramaya Suci Kewal
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Palembang, Indonesia
suramayasuci@yahoo.com
Abstract: The Effect of Inflation, interest rate, exchange rate, and GDP growth
Toward Indonesia Composite Index. This research aims to investigate empirically the
effect of selected macroeconomic variables, i.e., inflation rate, Bank Indonesia
Certificate rate, the exchange rate on IDR, and GDP growth on Indonesia Composite
Index at The Indonesia Stock Exchanges (IDX). This paper examines the direct effect
of selected macroeconomic variabel on Indonesia Composite Index. The paper
employs a regression model analysis. The result indicates that only the exchange rate
on IDR significantly effects to Indonesia Composite Index. The inflation rate, Bank
Certificate rate, and GDP growth do not effect to Indonesia Composite Index. This
research only covers four selected macroeconomic variables. Therefore, further
research should examine other potential macroeconomic variables.
Keywords: macroeconomic variables, Indonesia Composite Index
Abstrak: Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara
empiris pengaruh variabel‐variabel makroekonomi, yaitu : tingkat inflasi, suku bunga
sertifikat Bank Indonesia, kurs, dan tingkat pertumbuhan GDP terhadap IHSG di
Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil
penelitian menemukan bahwa hanya kurs yang berpengaruh secara signifikan
terhadap IHSG, sedangkan tingkat inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB
tidak berpengaruh terhadap IHSG. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel
makroekonomi, sehingga penelitian selanjutnya perlu menemukan variabel
makroekonomi lain yang diduga berpengaruh terhadap IHSG.
Kata kunci : variabel makroekonomi, IHSG.
Pendahuluan investasinya. Indikator ekonomi makro yang
Lingkungan ekonomi makro merupakan seringkali dihubungkan dengan pasar modal
lingkungan yang mempengaruhi operasi adalah fluktuasi tingkat bunga, inflasi, kurs
perusahaan sehari‐hari. Kemampuan rupiah, dan pertumbuhan PDB.
investor dalam memahami dan meramalkan Secara teori, tingkat bunga dan harga
kondisi ekonomi makro di masa datang akan saham memiliki hubungan yang negatif
sangat berguna dalam pembuatan (Tandelilin, 2010). Tingkat bunga yang
keputusan investasi yang menguntungkan. terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai
Untuk itu, seorang investor harus sekarang (present value) aliran kas
mempertimbangkan beberapa indikator perusahaan, sehingga kesempatan‐
ekonomi makro yang bisa membantu kesempatan investasi yang ada tidak akan
investor dalam membuat keputusan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga
53
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012
54
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan –
Suramaya Suci Kewal
Sangkyun (1997) yang meneliti pengaruh harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan
antara variabel makro berupa harga maka profitabilitas perusahaan akan turun.
konsumen, GDP, tingkat inflasi dan tingkat Jika profit yang diperoleh perusahaan kecil,
bunga terhadap return saham menemukan hal ini akan mengakibatkan para investor
hasil bahwa hanya GDP yang berpengaruh enggan menanamkan dananya di
secara positif dan signifikan terhadap return perusahaan tersebut sehingga harga saham
saham, sedangkan variabel lain tidak menurun.
berpengaruh. Hooker (2004) juga Kurs rupiah terhadap US$ mengalami
mendukung hasil penelitian tersebut trend yang sedikit mengalami kenaikan
dimana return pasar dipengaruhi secara (rupiah sedikit mengalami depresiasi). Kurs
positif signifikan oleh pertumbuhan GDP. rupiah mengalami sedikit apresiasi pada
Penguatan IHSG disertai dengan adanya tahun 2009 yaitu sebesar 1,54 persen
peningkatan inflasi tahunan dari tahun 2000 (menguat dari akhir tahun 2000 sebesar
sampai tahun 2008, sedangkan pada tahun Rp9.595,00 dan di akhir tahun 2009 sebesar
2009 tingkat inflasi menurun sebesar 52,47 Rp9.447,00). Rupiah sempat mengalami
persen dari tahun sebelumnya, yaitu depresiasi pada tahun 2001 yaitu sebesar
sebesar 4,9 persen. Nilai inflasi pada tahun 8,93 persen dari tahun sebelumnya dan
2000 sebesar 3,8 persen menjadi 10,31 pada tahun 2008 yaitu sebesar 16,26 persen
persen di tahun 2008 atau mengalami dari tahun sebelumnya. Depresiasi yang
kenaikan sebesar 171,32 persen. Inflasi yang terjadi terbesar yaitu pada tahun 2008.
paling buruk terjadi pada tahun 2006 yaitu Sedangkan apresiasi terbesar terjadi pada
sebesar 12,50 persen. Kenaikan inflasi pada tahun 2003 yaitu sebesar 5,32 persen.
tahun 2006 berasal dari lonjakan harga Berbeda dengan inflasi yang berfluktuasi
minyak dunia yang mendorong tetapi tidak stabil, perkembangan kurs yang
dikeluarkannya kebijakan subsidi harga BBM terjadi juga berfluktuasi tetapi masih
dan akibat harga komoditi global yang fluktuasi yang terjadi masih cukup stabil.
tinggi. Trend inflasi yang berfluktuasi pada Hubungan antara saham dan kurs
tahun 2000 sampai tahun 2009 mempunyai hasil dan mekanisasi yang
menunjukkan adanya ketidakstabilan saling berlawanan. Secara teoretis
tingkat inflasi di Indonesia. Ketidakstabilan perbedaan arah hubungan antara kurs
inflasi disertai dengan peningkatan IHSG dan harga saham dapat dijelaskan
pada periode pengamatan. Pada beberapa dengan pendekatan tradisional dan model
periode pengamatan, kenaikan inflasi portofolio balance (Granger et. al, 1998).
disertai dengan adanya kenaikan IHSG, yaitu Pendekatan tradisional mengatakan bahwa
pada tahun 2004 sampai tahun 2006. Inflasi hubungan antara kurs dan harga saham
memiliki hubungan negatif dengan harga adalah positif, di mana perubahan nilai
saham. Inflasi meningkatkan pendapatan tukar mempengaruhi pendapatan dan biaya
dan biaya perusahaan. Jika peningkatan operasional perusahaan, yang pada akhirnya
biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan menyebabkan perubahan pada harga
55
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012
saham. Pendekatan “portofolio balance” 17,63 persen, 12,83 persen, dan 11,08
mengasumsikan saham sebagai bagian dari persen. Suku bunga SBI mengalami titik
kekayaan sehingga dapat mempengaruhi terendah pada tahun 2004 sebesar 7,29
perilaku nilai tukar melalui hukum demand persen.
for money yang sesuai dengan model Adanya trend penurunan suku bunga SBI
monetaris dari determinasi nilai tukar. disertai dengan peningkatan IHSG. Kontraksi
Pendekatan ini mengasumsikan terdapat moneter yang mendorong peningkatan suku
hubungan yang negatif antara harga saham bunga dapat menambah cost of capital bagi
dan nilai tukar, dengan arah kausalitas dari perusahaan. Selain itu, peningkatan suku
pasar saham ke pasar uang, sesuai dengan bunga membuat nilai imbal hasil dari
interaksi pasar keuangan yang sangat cepat. deposito dan obligasi menjadi lebih
Penelitian yang dilakukan oleh Gupta menarik, sehingga banyak investor pasar
et.al. (1997) menemukan bahwa nilai tukar modal yang mengalihkan portofolio
memiliki hubungan sebab akibat yang sahamnya. Meningkatnya aksi jual dan
rendah dengan harga saham. Wangbangpo minimnya permintaan akan menurunkan
dan Sharma (2002) menemukan bahwa nilai harga saham dan sebaliknya (Prastowo,
tukar memiliki hubungan positif dengan 2008:9).
harga saham di negara Indonesia, Malaysia Hooker (2004) juga menemukan bahwa
dan Filipina, sebaliknya berhubungan tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap
negatif di Singapura dan Thailand. Hasil return pasar. Hasil penelitian tersebut juga
penelitian Wangbangpo dan Sharma (2002) didukung oleh Chiarella dan Gao (2004).
didukung pula oleh penelitian yang Gjerde dan Sættem (1999) dalam
dilakukan oleh Kandir (2008) dimana nilai penelitiannya yang mengkaji hubungan
kurs mempengaruhi secara positif terhadap sebab akibat antara return saham dengan
return dari semua portofolio yang ada. variabel makroekonomi memperoleh hasil
Sebaliknya, Mok (1993) yang meneliti perubahan suku bunga riil berpengaruh
hubungan sebab akibat antara tingkat secara negatif dengan harga saham, di sisi
bunga, nilai tukar dan harga saham pada lain perubahan suku bunga riil juga
pasar saham terbuka dan tertutup di Hong mempengaruhi tingkat inflasi. Hasil yang
Kong menunjukkan hasil bahwa tidak ada diperoleh dari penelitian tersebut konsisten
hubungan yang signifikan antara tingkat dengan dengan hasil yang diperoleh di
bunga, nilai tukar dengan harga saham. Jepang dan Amerika. Hasil ini juga didukung
Suku bunga SBI mengalami fluktuasi oleh hasil penelitian Kandir (2008) dimana
pada tahun 2000 sampai dengan tahun tingkat bunga mempengaruhi secara negatif
2009. Terjadi penurunan suku bunga SBI return semua portofolio yang diteliti.
dari sebesar 14,31 persen pada tahun 2000 Wongbangpo dan Sharma (2002)
menjadi 6,59 persen pada tahun 2009. Suku menemukan bahwa terdapat hubungan
bunga SBI sempat mengalami peningkatan negatif antara harga saham dan tingkat
yang cukup tinggi pada tahun 2001, 2005 bunga di negara Filipina, Singapura, dan
dan 2008 yaitu masing‐masing sebesar Thailand, sedangkan hubungan positif
56
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan –
Suramaya Suci Kewal
terjadi di negara Indonesia dan Malaysia. bisa saja tingkat harga yang terjadi pada
Hasil yang diperoleh Gupta, Chevalier dan waktu tertentu turun atau naik
Sayekt (1997) bahwa terlihat dari trend, dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi
dibandingkan dengan nilai tukar, tingkat tetap menunjukkan tendensi yang
bunga lebih memiliki hubungan sebab meningkat. b) Bahwa kenaikan tingkat harga
akibat dengan harga saham. tersebut berlangsung secara terus menerus
Mengingat masih adanya pertentangan (sustained), yang berarti bukan terjadi pada
dalam kajian sebelumnya, maka dirasakan suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa
perlu untuk melakukan penelitian mengenai waktu lamanya. c) Bahwa tingkat harga yang
pengaruh inflasi, suku bunga SBI, kurs dimaksud disini adalah tingkat harga secara
rupiah, dan pertumbuhan PDB terhadap umum, yang berarti tingkat harga yang
harga saham perusahaan‐perusahaan di mengalami kenaikan itu bukan hanya pada
sektor‐sektor ekstraktif (sektor satu atau beberapa komoditi saja, akan
pertambangan, sektor pertanian), sektor‐ tetapi untuk harga barang secara umum.
sektor industri pengolahan (sektor industri Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat
dasar dan kimia, sektor aneka industri, diukur dengan menggunakan indeks harga.
sektor industri barang konsumsi), dan Ada beberapa indeks harga yang dapat
sektor‐sektor industri jasa (sektor properti digunakan untuk mengukur laju inflasi
dan real estate, sektor transportasi dan antara lain: a) Consumer price index (CPI),
infrastruktur, sektor keuangan, sektor indeks yang digunakan untuk mengukur
perdagangan, jasa dan investasi) dan indeks biaya atau pengeluaran rumah tangga
harga saham gabungan di Bursa Efek dalam membeli sejumlah barang bagi
Indonesia. Alasan pengambilan kedua sektor keperluan kebutuhan hidup. b) Produsen
tersebut adalah karena sektor‐sektor price index (PPI), indeks yang lebih menitik
tersebut dipengaruhi oleh keempat variabel beratkan pada perdagangan besar seperti
yang akan diteliti, yaitu : tingkat inflasi, suku harga bahan mentah, bahan baku, atau
bunga SBI, kurs rupiah, dan pertumbuhan bahan setenga jadi. c) Gross National
PDB. Product (GNP) deflator, merupakan jenis
Inflasi didefinisikan sebagai suatu gejala indeks yang berbeda dengan dengan indeks
di mana tingkat harga umum mengalami CPI dan PPI, dimana indeks ini mencakup
kenaikan secara terus menerus (Nanga, jumlah barang dan jasa yang termasuk
2001 : 241). Berdasarkan definisi tersebut, dalam hitungan GNP.
kenaikan tingkat harga umum (general price Hooker (2004) menemukan bahwa
level) yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah tingkat inflasi mempengaruhi secara
dapat dikatakan sebagai inflasi. Ada tiga signifikan terhadap harga saham.
komponen yang harus dipenuhi agar dapat Peningkatan inflasi secara relatif merupakan
dikatakan telah terjadi inflasi, komponen sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal.
tersebut yaitu: a) Adanya kecenderungan Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya
harga‐harga untuk meningkat, yang berarti perusahaan. Jika peningkatan biaya
57
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012
58
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan –
Suramaya Suci Kewal
1. Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang domestik dan suatu peningkatan nilai tukar
ditentukan oleh suatu bank untuk riil.
penjualan valuta asing tertentu pada Menurut Granger, et. al (1998) secara
saat tertentu. teoretis perbedaan arah hubungan antara
2. Middle rate (kurs tengah), yaitu kurs kurs dan harga saham dapat dijelaskan
tengah antara kurs jual dan kurs beli dengan pendekatan tradisional dan model
valuta asing terhadap mata uang portofolio balance. Pendekatan tradisional
nasional, yang ditetapkan oleh Bank mengatakan bahwa hubungan antara kurs
Central pada suatu saat tertentu. dan harga saham adalah positif, di mana
3. Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang perubahan nilai tukar mempengaruhi
ditentukan oleh suatu bank untuk kompetitifnya suatu perusahaan. Hal ini
pembelian valuta asing tertentu pada sebagai efek dari fluktuasi nilai tukar yang
saat tertentu. mempengaruhi pendapatan dan biaya
4. Flat rate (kurs flat), yaitu kurs yang operasional perusahaan, yang pada akhirnya
berlaku dalam transaksi jual beli bank menyebabkan perubahan pada harga
notes dan traveler chaque, di mana sahamnya. Dengan kata lain, pergerakan
dalam kurs tersebut telah nilai tukar mempengaruhi nilai pembayaran
diperhitungkan promosi dan biaya lain‐ (penerimaan) masa depan suatu perusahaan
lain. yang didenominasi oleh mata uang luar
Hubungan antara saham dan kurs yang negeri. Berlawanan dengan pendekatan
didasarkan pada pendekatan keseimbangan tradisional, pendekatan “portofolio balance”
portofolio. Para investor mengalokasikan mengasumsikan saham sebagai bagian dari
kekayaan mereka diantara aset‐aset kekayaan sehingga dapat mempengaruhi
alternatif termasuk uang domestik, perilaku nilai tukar melalui hukum demand
sekuritas domestik maupun asing. Peran for money yang sesuai dengan model
nilai tukar adalah untuk menyeimbangkan monetaris dari determinasi nilai tukar.
antara pemenuhan (supply) dan kebutuhan Pendekatan ini mengasumsikan terdapat
(demand) aset yang ada. Oleh karena itu hubungan yang negatif antara harga saham
setiap perubahan kebutuhan dan dan nilai tukar, dengan arah kausalitas dari
pemenuhan dari aset akan mengubah pasar saham ke pasar uang, sesuai dengan
keseimbangan nilai tukar. Sebagai contoh, interaksi pasar keuangan yang sangat cepat.
terjadinya penambahan harga saham Hal ini terjadi karena hubungan antara
domestik akan menambah kekayaan dan kedua pasar terjadi dalam periode waktu
kebutuhan akan uang dan konsekuensinya yang pendek.
tingkat suku bunga akan meningkat. Menurut pendekatan produksi, Produk
Tingginya tingkat suku bunga pada Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah nilai
gilirannya, akan menaikkan modal asing, barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
dan hasilnya adalah peningkatan kurs berbagai unit produksi di wilayah suatu
negara dalam jangka waktu setahun. Produk
59
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012
60
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan –
Suramaya Suci Kewal
berasal dari Laju Inflasi yang tercatat dan p=0,001. Oleh karena tingkat signifikansi
diterbitkan oleh BPS tiap akhir bulan, tingkat lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0.05) maka
bunga SBI dihitung dari rata‐rata SBI tiga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
bulanan, sementara itu kurs Rupiah terhadap tingkat inflasi, suku bunga SBI, kurs rupiah,
Dollar Amerika yang digunakan adalah kurs pertumbuhan PDB secara simultan terhadap
tengah rupiah, sedangkan pertumbuhan PDB IHSG di BEI. Oleh karena secara simultan
dihitung dari data pertumbuhan PDB yang memiliki pengaruh yang signifikan, maka perlu
digunakan 3 bulanan. diuji pengaruh masing‐masing variabel bebas
Metode analisis data yang digunakan secara parsial. Pengujian dilakukan dengan uji t.
dengan adalah analisis regresi berganda. Hasil pengujian secara parsial pengaruh
Pengujian hipotesis menggunakan uji t, tingkat inflasi terhadap IHSG ditemukan nilai
sedangkan pengujian model regresi koefisien regresi sebesar ‐1,897 dengan t = ‐
0,305 dan p = 0,761. Oleh karena tingkat
menggunakan uji F. Taraf signifikansi yang
signifikansi yang ditemukan lebih dari 0,05 maka
digunakan adalah 5%.
dapat disimpulkan bahwa secara parsial tingkat
inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan
Hasil dan Pembahasan
terhadap IHSG.
Data penelitian sebanyak 120 data
Hasil yang diperoleh ini serupa dengan
berhasil dikumpulkan per bulan selama 10
penelitian yang dilakukan Sangkyun (1997)
tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2009.
dan Mok (2004) yang menemukan bahwa
Tingkat inflasi memiliki nilai minimum
inflasi tidak berpengaruh secara signifikan
sebesar ‐0,36%, nilai maksimum sebesar
terhadap return saham. Namun, hasil yang
7,93%, mean sebesar 0,68% dan deviasi
diperoleh berbeda dengan hasil penelitian
standar sebesar 0,87%. Suku bunga memiliki
yang dilakukan oleh Hooker (2004) yang
nilai minimum sebesar 6,50%, nilai
menemukan bahwa tingkat inflasi
maksimum sebesar 17,67%, mean sebesar
mempengaruhi secara positif dan signifikan
10,63% dan deviasi standar sebesar 3,28%.
terhadap harga saham. Serkan Yilmaz Kandir
Kurs rupiah memiliki nilai minimum sebesar
(2008) juga menemukan bahwa tingkat
Rp7.425,00, nilai maksimum sebesar
inflasi berpengaruh secara signifikan
Rp12.151,00, mean sebesar Rp9.378,62 dan
terhadap tiga dari dua belas portofolio yang
deviasi standar sebesar Rp846,58.
diteliti dan berpengaruh secara positif.
Pertumbuhan PDB memiliki nilai minimum
Berdasarkan data inflasi pada statistik
sebesar ‐2,79%, nilai maksimum sebesar
deskriptif, rata‐rata tingkat inflasi selama
17,54%, mean sebesar 4,22% dan deviasi
periode penelitian sebesar 0,68. Pasar masih
standar sebesar 2,15%. IHSG memiliki nilai
bisa menerima jika tingkat inflasi di bawah
minimum sebesar 358,23, nilai maksimum
10 persen. Namun, bila inflasi menembus
sebesar 2.745,3, mean sebesar 1.160,00 dan
angka 10 persen, pasar modal akan
deviasi standar sebesar 739,11.
terganggu. Bila inflasi menembus angka 10
Untuk melihat pengaruh seluruh variabel
persen maka BI akan meningkatkan BI rate
bebas terhadap variabel terikat secara simultan
yang mengakibatkan investor cenderung
diperoleh nilai F sebesar 5,231 dengan
61
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012
62
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan –
Suramaya Suci Kewal
$ merupakan sinyal positif bagi
perekonomian yang mengalami inflasi Kesimpulan
(Tandelilin, 2001). Menguatnya kurs rupiah Penelitian ini menemukan bahwa tingkat
terhadap US $ akan menurunkan biaya inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB
produksi terutama biaya impor bahan baku tidak memiliki pengaruh yang signifikan
dan akan diikuti menurunnya tingkat bunga terhadap IHSG, sedangkan kurs rupiah
yang berlaku, hal ini akan memberikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
dampak positif pada laba perusahaan yang IHSG. Riset ini membuktikan bahwa variabel
akhirnya menaikkan pendapatan per lembar kurs rupiah mempengaruhi secara negatif
saham (EPS). signifikan terhadap IHSG yang artinya
Temuan lain dari penelitian ini adalah semakin kuat kurs rupiah terhadap US $
pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang (rupiah terapresiasi) maka akan
signifikan terhadap IHSG. Nilai koefisien regresi meningkatkan harga saham, dan sebaliknya.
yang ditemukan adalah 2,915 dengan t = 0,698 Hal ini memberikan implikasi teoretis bahwa
dan p = 0,487. Hasil yang diperoleh berbeda secara empiris temuan ini semakin
dengan penelitian Sangkyun (1997) yang memperkuat teori menguatnya kurs mata
menemukan bahwa GDP yang berpengaruh uang suatu negara memberikan sinyal
secara positif dan signifikan terhadap return positif bagi perekonomian negara tersebut.
saham. Hooker (2004) juga mendukung hasil Sehingga secara praktis temuan ini
penelitian tersebut di mana return pasar mengimplikasikan bahwa pemerintah harus
dipengaruhi secara positif signifikan oleh selalu mengambil langkah‐langkah strategis
pertumbuhan GDP. untuk memperkuat tingkat kurs mata
Peningkatan PDB dalam suatu negara uangnya.
mengindikasikan adanya peningkatan Penelitian ini memiliki beberapa
kesejahteraan masyarakat di negara keterbatasan, antara lain adanya krisis
tersebut. Adanya peningkatan global dalam periode pengamatan yang
kesejahteraan masyarakat akan mendorong dikhawatirkan akan mempengaruhi hasil
masyarakat untuk melakukan konsumsi penelitian, dan dari hasil penelitian
terhadap barang dan jasa sehingga membuktikan bahwa dari keempat variabel
memperluas perkembangan investasi di makroekonomi yang diuji, hanya variabel
sektor riil. Adanya perkembangan investasi kurs yang signifikan mempengaruhi IHSG.
di sektor riil tidak diikuti adanya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
peningkatan investasi pada pasar modal. melakukan penelitian terhadap setiap sektor
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah yang ada di pasar modal sehingga hasil yang
pemerataan kesejahteraan masyarakat. diperoleh semakin baik.
Peningkatan PDB belum tentu
meningkatkan pendapatan per kapita setiap Daftar Pustaka
individu sehingga pola investasi di pasar Chiarella C. and Gao S. (2004) “The Value of
modal tidak terpengaruh oleh adanya The S&P 500 – A Macro View of The
peningkatan PDB.
63
Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012
64