Berdasarkan buku Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro (2000) karya Nopirin,
kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah.
Masih menurut Nopirin, berdasarkan sudut pandang ekonomi makro, kebijakan fiskal dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kebijakan fiskal ekspansif dan kebijakan fiskal kontraktif.
Kebijakan Fiskal Ekspansif
Kebijakan fiskal ekspansif adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah, pada saat munculnya kontraksional gap.
Kebijakan fiskal kontraktif merupakan pengurangan belanja pemerintah dan atau peningkatan
pajak yang dirancang untuk menurunkan permintaan agregat dalam perekonomian. Tujuan
dari kebijakan ini adalah untuk mengontrol inflasi.
Kebijakan fiskal kontraktif adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya
lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk
menurunkan tekanan permintaan. Baca juga: Di Saat seperti Ini Kebijakan Fiskal Perlu Jalan
Duluan.
Meningkatkan Investasi
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor swasta dan
sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk mendorong dan
menghambat bentuk investasi tertentu.
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolaan
pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan
negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi, keringanan dan lain-
lainnya. Dengan begitu tercipta tambahan lapangan pekerjaan, sehingga dengan adanya
lapangan pekerjaan maka dapat memberikan hal baik bagi masyarakat.
Menanggulangi Inflasi
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi. Salah satunya adalah dengan cara
penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi. Sebab pajak
seperti ini cenderung menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang yang tercipta
dalam proses inflasi.
Meningkatkan Pendapatan
Kebijakan fiskal yang bertujuan meningkatkan pendapatan terdiri dari upaya meningkatkan
pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Upaya
ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari pemerintah seperti pelancaran program
pembangunan regional yang berimbang pada berbagai sektor perekonomian.
Kebijakan Moneter
Mengutip jurnal Statement Kebijaksanaan Moneter (2010) karya Teguh Sihono, kebijakan
monter adalah kebijakan ekonomi dengan menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beredar untuk memengaruhi kegiatan ekonomi. Kebijakan moneter diatur oleh bank sentral.
Artinya, kebijakan moneter di Indonesia diatur oleh Bank Indonesia selaku bank sentral. Jenis
Kebijakan Moneter Kebijakan moneter diterapkan sejalan dengan siklus ekonomi, baik siklus
ekonomi yang berkembang pesat maupun siklus ekonomi yang melambat.
Pebisnis
Ketika suku bunga meningkat maka pengusaha akan semakin terbebani untuk biaya
produksinya.
Ketika suku bunga rendah pengusaha akan terdorong untuk meminjam uang di bank
untuk melakukan ekspansi (perkembangan) usahanya.
Investor
Ketika suku bunga meningkat maka dapat menarik investor untuk menanamkan dana
di indonesia dengan harapan dapat memperoleh imbal hasil lebih tinggi.
Ketika suku bunga rendah maka investor akan makin kurang tertarik untuk
menanamkan modal, justru ketika terlalu tendah investor domestik bisa ikutan
melarikan dannya ke luar negeri.
Ketika harga saham naik, maka umumnya keputusan belanja konsumen cenderung
turun, begitupun sebaliknya ketika harga saham turun, maka kecendrungan belanja
konsumen naik.
Dampak penurunan harga saham bagi keputusan belanja konsumen, yaitu Ketika
harga saham turun, ada beberapa kemungkinan yg menjadi tanda tanya bagi
konsumen mengapa harga saham pada perusahaan A turun. Antara karena sii
perusahaan ini memiliki kinerja yg buruk serta Proyeksi Kinerja Perusahaan untuk
masa depan yg kurang tertata sehingga tidak bisa menarik investor, atau penurunan
saham perusahaan tersebut memang disebabkan karna adanya tren ekonomi. Ketika
perusahaan tidak dapat menarik investor untuk membeli saham, kemungkinan untuk
mempersempit jumlah produksi akan barang juga mungkin terjadi, dan menurunkan
harga jual bagi produk mereka agar tetap mencapai profit perusahaan dan
mendapat aliran dana bagi perusahaan.
Namun sebaliknya, ketika harga saham naik, hal pertama yang muncul di benak
pelanggan adalah perusahaan sedang berkembang, memungkinkan bagi perusahaan
untuk menaikan harga jual bagi produk mereka, dan menambah jenis produk
mereka dg harga yg tinggi untuk menambah profit yg dihasilkan.
Oleh karena itu, bisa disimpulkan jika harga saham naik, maka keputusan belanja
konsumen cenderung mengalami penurunan. Dan ketika harga saham turun,
kecendrungan belanja konsumen justru akan naik (Slop negatif)
3. Apakah depresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing selalu merugikan
bagi perekonomian?
Depresiasi mata uang adalah penurunan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap
mata uang negara lain.
Tidak selamanya depresiasi mata uang dapat merugikan bagi perekonomian
contohnya dalam kasus ini, depresiasi mata uang bisa mengakibatkan jumlah pasokan
produk luar negeri lebih banyak dibanding produk lokal di pasar domestik. Meski
begitu, hal ini dapat mendorong produksi dalam negeri untuk lebih bersaing dengan
produk luar negeri. Jumlah produk lokal akan diupayakan meningkat, baik dari aspek
kualitas atau kuantitas.
Oleh karena itu, pada akhirnya, harga produk luar negeri akan turun. Alhasil,
perekonomian dalam negeri akan terbantu dari dua aspek, output industri dalam
negeri yang meningkat dan menyeimbangkan biaya.
2. Jika anda menduga sebuah perusahaan akan bangkrut tahun depan, apa yang
sebaiknya akan anda pilih, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau ekuitas
yang diterbitkan oleh perusahaan? Mengapa?
Obligasi adalah surat utang jangka menengah maupun jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan.
Ekuitas adalah hak pemilik atas aset sebuah perusahaan setelah dikurangi dengan
jumlah kewajiban.
Bayangkan anda punya dua pilihan untuk berinvestasi. Pertama, surat utang alias
obligasi korporasi dengan bunga 8,5% per tahun. Jika perusahaannya bangkrut, anda
berada di baris ketiga yang akan menerima kembali uang anda, setelah para kreditur
dan pemegang saham mendapatkan bagian hasil likuidasi aset.
Dalam situasi kebangkrutan seperti ini, biasanya dana para pemegang saham
pengendali lebih diutamakan, setelah itu pemegang saham minoritas terakhir baru
para kreditur, termasuk pemegang obligasi. Tetapi tiap perusahaan bisa juga
menerapkan hal yang berbeda.
Pilihan kedua, adalah saham di sebuah perusahaan yang sama sekali tidak punya
utang yang diperdagangkan pada p/e rasio 10, dengan imbal hasil 10%.
Manajemennya bagus, penjualan stabil dan tumbuh lebih tinggi dari inflasi. Jika
terjadi sesuatu terhadap perusahaan, maka para pemegang saham menjadi yang
pertama dilayani karena tidak punya utang apalagi pemegang obligasi.
Dalam situasi seperti ini, anda akan memilih berinvestasi saham di perusahaan
tersebut karena lebih aman ketimbang obligasi.