Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN EXPOSURE OPERASI

2.1 Pengertian Exposure Ekonomi/Operasi


Menurut Madura (2000:285) mendeskripsikan bahwa sejauh mana present value dari
arus kas masa depan sebuah perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar disebut
dengan exposure ekonomi terhadap nilai tukar. Namun, pengaruh fluktuasi nilai tukar atas
arus kas sebuah perusahaan tidak selalu disebabkan oleh transaksi valuta.
Machfoedz (2002) mengemukakan bhwa eksposur ekonomi adalah
risiko perubahan nilai perusahaan atau perubahan aliran kas yang disebabkan karena
perubahan nilai tukar. Eksposur ekonomi yang meliputi eksposur transaksi dan eksposur
operasi, menjelaskan pengaruh perubahan nilai tukar mata uang terhadap nilai ekonomis
perusahaan. Walaupun eksposur transaksi termasuk eksposur akuntansi, tapi lebih pantas
sebagai eksposur arus kas dan sebagai bagian dari eksposur ekonomi.
Eksposur ekonomi tidak hanya mempengaruhi perusahaan multinasional saja.
Perusahaan domestik murni juga dapat dipengaruhi oleh eksposur ini. Kondisi ini bisa terjadi
jika perusahaan-perusahaan asing ikut beroperasi dalam pasar domestik, oleh sebab itu
perusahaan domestik harus bersaing dengan perusahaan asing dalam merebut pasar, adanya
fluktuasi nilai tukar akan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan harga dan laba rugi
perusahaan (Anggraeni:2003).
Untuk memperjelas ekposure ekonomi/operasi berikut contoh yang dikemukakan oleh
Hanafi (2003:277):
Misalkan ada perusahaan Indonesia yang mempunyai cabang di Amerika Serikat. Cabang
tersebut memproduksi barang yang akan dijual di pasar domestic AS. Proporsi input yang
signifikan dating dari Indonesia. Kemudian mata uang dolar mengalami depresiasi terhapat
Rupiah yang cukup signifikan. Perhatikan bahwa contoh berikut menunjukkan depresiasi.
Biasanya mata uang yang mengalami depresiasi menimbulkan masalah karena aliran kas
dengan nominasi mata uang tersebut, jika dikonversikan ke mata uang Negara kantor pusat
akan lebih kecil dibandingkan sebelum didepresiasi. Perubahan aliran kas karena perubahan
kurs disebabkan dua hal:
a. Perubahan daya saing. Perubahan kurs mengakibatkan perubahan daya saing. Dalam contoh
diatas, karena sebagian input didatangkan dari Indonesia, harga input dalam rupiah akan
menjadi lebih mahal. Hal ini akan mempengaruhi daya saing produk tersebut.
b. Perubahan karena konversi mata uang. Perubahan kurs juga mengakibatkan perubahan aliran
kas. Dalam contoh diatas, dengan depresiasi dolar, satu dolar AS akan menghasilkan Rupiah
yang lebih sedikit terjadi depresiasi dolar.
2.2 Exposure Ekonomi/Operasi dalam Apresiasi Dan Depresiasi Mata Uang Lokal
Exposure ekonomi/Operasi dalam Apresiasi Mata Uang Lokal
Dampak apresiasi mata uang local terhadap eksposure ekonomi/operasi terlihat pada
kolom kedua Tabel 2.2. penjualan perusahaan untuk pasar local diperkirakan akan turun akibat
apresiasi mata uang local. Ini disebabkan karena meningkatnya persaingan karena konsumen
dapat memperoleh produk pengganti dari luar negeri yang lebih murah. Seberapa jauh
menurunnya penjualan local akan tergantung ari derajat persaingan antara produk asing dengan
produk local di pasar domestic (Kuncoro.1996:281)
Aliran kas yang berasal dari ekspor yang dinilai dalam mata uang local kemungkinan
akan menurun akibat apresiasi mata uang local. Alasannya, importer asing membutuhkan lebih
banyak devisa untuk membeli produk ekspor.
Menurut Madura (2000:286) mengemukakan bahwa Secara keseluruhan, apresiasi
valuta local akan menyebabkan penurunan arus kas masuk maupun arus kas keluar. Jadi sulit
untuk membuat kesimpulan umum mengenai apakah arus kas netto akan meningkat atau
menurut jika valuta local mengalami apresiasi. Dampak dari valuta local atas arus kas netto
perusahaan tergantung pada apakan variable-variabel kas masuk dipengaruhi lebih besar atau
lebih kecil daripada variable-variabel kas keluar. Sebagai contoh jika erusahaan bergerak
dalam bisnis ekspor tetapi mendapatkan sebua produk input dari pasar local dan meminjam
dari institusi keuangan local, maka variable-variabel kas masuknya akan berkurang dengan
besar yang lebih tinggi daripada variable-variabel arus kas keluarnya. Dalam hal ini arus kas
netto akan berkurang. Sebaliknya arus kas masuk dari perusahaan yang mengkonsentrasikan
penjualannya dalam pasar local dan mendapat persaingan yang lemah dari pesaing-[easing
asing tidak akan berkurang banyak jika valuta local mengalami apresiasi. Jika perusahaan
semacam ini mendapatkan input dar luar negeri, arus kas keluarnya akan berkurang. Secara
keseluruhan, arus kas netto perusahaan ini akan meningkat akibat apresiasi valuta local.
Ekspor yang dinilai dalam mata uang asing kemungkinan juga akan menurunkan aliran
kas masuk meskipun dengan alasan yang berbeda. Permintaan tas produk perusahaan oleh
importer asing tidak akan berubah, karena importir tersebut dapat menggunakan mata uangnya
sendiri dan tidak perlu mendapatkan mata uang local yang digunakan oleh perusahaan. Namun
ketika perusahaan menerima aliran kas masuk ia harus mengkonversinya kedalam mata uang
local. Bila mata uang local mengalami apresiasi, aliran masuk ini akan berkurang nilainya.
Deikian juga setiap bunga dan deviden yang diterima dari investasi asing akan berkurang
nilainya bila dikonversikan kedalam mata uang local yang mengalami
apresiasi (Kuncoro.1996:282).
Berkaitan dengan kas keluar menurut Kuncoro (1996:282) bahwa biaya mengimpor
bahan baku yang dinilai dalam mata uang local tidak akan secara langsung terpengaruh oleh
setiap perusahaan kurs valas. Walaupun demikian, biaya bahan baku dalam mata uang asing
akan berkurang apabila mata uang local mengalami apresiasi. Ini diakibatkan karena
ditukarnya mata uang local yang menguat dengan dengan valaa untuk membayar bunga.
Tabel 2.2 Expisure Ekonomi Terhadap Fluktuasi Nilai Tukar
Variabel-variabel yang Dampak Apresiasi Dampak Depresiasi
mempengaruhi Arus Kas Valuta Lokal atas Valuta Lokal atas
Masuk Valuta Lokal Variabel Variabel
Penjualan local (relative Turun Naik
terhadap para pesaing dalam
pasar local) Turun Naik
Ekspor yang didenominasi
dalam valuta local Turun Naik
Ekspor yang didenominasi
dalam valuta Asing Turun Naik
Bunga yang diterima dari
investasi di luar negeri
Variabel-variabel yang Dampak Apresiasi Dampak Depresiasi
mempengaruhi Arus Kas Valuta Lokal atas Valuta Lokal atas
Keluar Valuta Lokal Variabel Variabel
Bahan baku impor yang Tidak Berubah Tidak Berubah
didenominasi dalam valuta local
Bahan baku yang didenominasi Turun Naik
dalam valuta asing
Bunga yang terhutang dari dana Turun Naik
luar negeri yang dipinjam

Exposure Ekonomi/Operasi dalam Depresiasi Mata Uang Lokal


Table kolom 3 diatas menunjukkan bila mata uang local mengalami depresiasi, maka
variable-variabel akan terpengaruh dalam arah yang berlawanan dengan bila terjadi apresiasi.
Penjualan local akan meningkat akibat menurunnya persaingan dengan produk asing. Ini
disebabkan harga produk-produk asing dirasakan lebih menjadi tinggi dimata konsumen local.
Ekspore perusahaan yang dinilai dalam mata uang asing dirasak murah bagi importir sehingga
meningkatkan permintaan atas produk tersebut. Bahkan ekspor yang dinilai dalam valas akan
mengakibatkan aliran kas karena sejumlah aliran mata uang asing ke dalam perusahaan akan
menghasilkan nilai yang lebih tinggi bila dikonversi dalam mata uang local. Selain itu, bunga
maupun deviden dari investasi asing sekarang akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi dalam
mata uang local (Kuncoro.1996:283)
Menurut Madura berkenaan dengan arus kas keluar, bahan baku impor didenominasi
dalam valuta local tidak akan secara langsung dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar. Namun,
biaya bahan baku impor yang didenominasi dalam valuta asing akan naik, karena kan lebih
banyak dibutuhkan valuta asing yang diinginkan. Setiap Bungan yang harus dibayarkan untuk
pinjaman juga akan menjadi lebih tinggi.
Secara umum dapat disimulkan bahwa depresiasi mata uang local menyebabkan
kenaikan, baik dalam aliran kas masuk maupun aliran kas keluar. Karena itu sulit untuk
menggeneralisasi apakah aliran kas bersih akan meningkat atau menurun akibat depresiasi mata
uang local. Hasil akhir akan tergantung apakah variable yang mempengaruhi aliran kas keluar.
Perusahaan yang mengkhususkan pada bisnis ekspor dan memperoleh bahan baku dan dana
pinjaman secara local agaknya akan mendapat manfaat dari depresiasi mata uang local.
Sebaliknya, perusahaan yang menfokuskan pada pasar mendapatkan sebagian besar bahan
baku dari impor agaknya akan menderita akibat depresiasi mata uang local.

2.3 Mengukur Exposure Ekonomi/Operasi


1. Sensitivitas Laba Terhadap Nilai Tukar
Madura (2000:290) menjelaskan bahwa salah satu pengukuran exposure ekonomi sebuah
MNC adalah mengklasifikasikan kedalam item-item yang berbeda dan laporan laba rugi
kemudian secara subyektif memprediksi tiap item laporan laba rugi berbasis nilai tukar hasil
peramalan. Selankutnya scenario nilai tukar yang lain bisa dipertimbangkan dan peramalan
atas item-item laporan laba rugi dapat direvisi. Denga mereviw bagaimana laba dalam laporan
laba rugi berubah sebagai reaksi terhadap scenario-skenario nilai tukar yang berlainan,
perusahaan dapat menilai pengaruh dari pergerakan valuta atas laba dan arus kas. Jika biaya
dan perusahaan terkena dampak yang besarnya sama, perusahaan tersebut tidak perlu
mengkhawatirkan dampak dari pergerakan nilai tukar.
Tabel 23.1 Pendapatan dan Biaya Madison Inc
Bisnis dii AS (US$) Bisnis di Kanada (C$)
Penjualan $ 304 C$ 4
Harga Pokok Penjualan 50 200

Laba Kotor $ 254 C$ (196)


Biaya Operasi:
Tetap $ 30 -
Variabel $ 30,72 -
Total Biaya Operasi $60,72 -
Laba Sebelum bunga $ 193,28 C$ (196)
Beban Bunga $ 3,00 10
Laba Setelah Pajak $ 190,28 C$ (206)
Suatu perusahaan AS yang melakukan bisnis di Kanad. Penjualan produk Madison di
pasar local dinyatakan dalam dolar AS (US$), sedang penjualannya di Kanada didenominasi
dalam dolar Kanada (C$).
Madison diasumsikan hendak menaksir seberapa jauh laporan laba ruginya akan
dipengaruhi oleh 3 kemungkinan kurs valas untuk dolar Kanada: (1) $ 0,75; (2) $ 0,80; dan (3)
$ 0,85. Agar lebih realistic, diasumsikan penjualan Madison di AS lebih tinggi apabila dolar
Kanada Menguat, Karen pesaing-pesaing Kanada yang berada dalam pasar AS akan menurun
daya saingnya. Agar lebih spesifik, berikut adalah proyeksi penjualan Madison dalam pasar
AS untuk setiap scenario nilai tukar.
Skenario Nilai Tukar C$ Perkiraan Penjualan Pasar AS
(Dalam $ Juta)
$ 0,75 $300
0,80 304
0,85 307

Tabel 23.2 Dampak dari Berbagai Skenario Nilai Tukar atas Laba
Skenario Nilai Tukar
C$ = $ 0,75 C$ = $ 0,80 C$ = 0.85
Penjualan:
1. AS $ 300 $ 304 $ 307
2. Kanada C$4 = $ 3 C$4= $ 3,2 C$4 = $ 3,4
3. Total $ 303 $ 307,2 $ 310,4
Harga Pokok Penjualan
4. AS $ 50 $ 50 $ 50
5. Kanada C$200 = $ 150 C$200 = $ 160 C$200 = $ 170
$ 200 $ 210 $ 220
6. Total
$ 103 $ 97,2 $ 90,4

7. Laba Kotor
Laba Operasi
8. AS: Tetap $ 30 $ 30 $ 30
9. AS: Variabel (10% dari $ 30,3 $ 30,72 $ 31,04
total penjualan
10. Total $ 60,3 $ 60,72 $ 61,04
11. EBIT $ 42,7 $ 36,48 $ 29,36
Beban Bunga
12. AS $3 $3 $3
13. Kanada C$10 = $ 7,5 C$10 = $ 8 C$10 = $ 8,5
14. Total $ 10.5 $ 11 $ 11,5
15. EBT $ 32,2 $ 25,48 $ 17,86
Dengan informasi diatas, Madison dapat menentukan bagaimana laporan laba ruginya
akan terpengaruh oleh masing-masing scenario kurs. Asumsi dampak kurs terhadap penjualan
AS diperlihatkan pada baris 1. Baris 2 menggambarkan bahwa jumlah dolar AS ang diterima
dalam dolar AS yang diterima dari penjualan di Kanada (setelah mengkonvers ramalan
C$4 juta dari penjualan di Kanada ke dalam dolar AS). Baris 3 menunjukkan perkiraan total
penjualan yang diterima dalam dolar AS, yang ditentukan dengan menggabungkan baris 1 dan
baris 2. Baris 4 merupakan biaya penjualan barang di AS. Baris 5 mengkonversikan estimasi
biaya penjualan sebesar C$ 200 juta kedalam dolar AS untuk masing-masing scenario kurs.
Baris 6 mengukur perkiraan dolar AS yang dibutuhkan untuk menutup total biaya penjualan
barang, yang diperoleh dari mengkombinasikan baris 4 dan 5. Baris 7 mengestimasikan laba
kotor dalam dolar AS, yang diperoleh dari baris 3 dikurangi baris 6. Baris 8 hingga 10
menunjukkan estimasi biaya operasi, sehingga diperoleh EBIT. Baris 12 mengestimasi biaya
bunga yang dibayar, sementara baris 13 menunjukkan estimasi dolar AS yang dibutuhkan
untuk membayar bunga di Kanada. Baris 14 mengkombinasikan baris 12 dan 13 untuk
mengestimasi total dolar AS yang dibutuhkan untuk membayar semua bunga. Baris 15
menunjukkan penerimaan sebelim pajak, yang diperoleh dari selisih antara baris 11 dan 14
(Kuncoro. 1996: 290).
Menurut Kuncoro Dampak kurs terhadap penerimaan dan biaya Madison sekarang
dapat dilihat pada table 2.3 mengilustrasikan bhwa baik penjualan di AS dan nilai dolar dari
penjualan di Kanada akan meningkat akibat menguatnya dolar Kanada. Ini disebabkan
exposure biaya penjualan di Kanada (C$200 juta) jauh lebuh besar disbanding exposure
penjualan di Kanada (C$ 4 juta), sehingga terdapat dampak total yang negative terhadap laba
kotor dari menguatnya dolar Kanada. Total dolar AS yang dibutuhkan untuk membayar bunga
jauh lebih tinggi dari pada dolar Kanada menguat. Secara umum dapay disimpulkan Madison
akan dirugikan apabila dolar Kanada menguat . namun Madison akan untuk jika apabila dolar
Kanada melemah terhadap dola AS, karena menurunnya total penerimaan dihilangkan oleh
turunnya biaya penjualan dan biaya bunga.

Sedangkan Madura menyimpulkan secara umum dari kasus diatas adalah perusahaan-
perusahaan yang memiliki lebih banyak (lebih sedikit) biaya dalam valas, relative terhadap
pendapatan yang diperoleh dalam valuta asing, akan dirugikan (menguntungkan) oleh
menguatnya valuta asing. Tetapi besarya dampak secara pasti hanya dapat ditentukan dengan
menggunakan prosedur yang telah dijeaskan. Contoh kita didasarkan pada horizon waktu 1
periode. Jika perusahaan telah membuat proyeksi penjualan, biaya dan nilai tukar untuk
beberapa period eke depan, perusahaan tersebut dapat menilai exposure ekonomi secara terus
menerus. Setiap saat, exposure ekonomi akan dipengaruhi oleh perubahan dalam karakteristik
operasi.

2. Sensitivitas Arus Kas Terhadap Nilai Tukar


Madura (2000) mengemukakan bahwa Metode lain yang dapat digunakan untuk menilai
exposure ekonomi sebuah perusahaan terhadap fluktuasi valuta adalah dengan meregresikan
data-data arus kas dan nilai tukar historis.

PCFt = a0 + a1et + ųt

Dimana,
PCFt = persentase perubahan dalam arus kas yang telah disesuaikan dengan inflasi, yang
diukur dalam valuta asal perusahaan, selama periode t
et = persentase perubahan nilai tukar selama periode t
a1 = koefisien slope
a0 = konstanta
ųt = Random eror term
Model regresi ini bisa dikembangkan dengan melibatkan variable-variabel lain.
Sebagai contoh, jika pergerakan valuta lain perlu diperhitungkan dalam model, valuta tersebut
dapat dimasukkan kedalam model sebagai variable independen tambahan. Sensitivitas dari
pergerakan masing-masing valuta atas arus kas akan ditentukan oleh nilai koefisien regres
masing-masing. Jika arus kas sebuah perusahaan multinasional dipengaruhi oleh banyak
valuta, perusahaan multinasional tersebut dapat mengukur sensitivitas dari PCF, terhadap
indeks valuta (gabungan).
Sejumlah perusahaan multinasional mungkin lebih suka menggunakan nilai saham
mereka sebagai pengganti nilai perusahaan, jika kemudian menilai bagaimana harga saham
mereka berubah sebagai reaksi terhadap pergerakan valuta. Analisis regresi kemudian dapat
diaplikasikan untuk situasi ini, dengan mengganti PCF, dengan presentasi perubahan dalam
harga saham.
r = a0 + a1 + IHSG + a2 E +e
dimana r merupakan presentase perubahan harga saham perusahaan, IHSG merupakan
persentase Indeks Harga Saham Gabungan, E merupakan persentase perubahan dari nilai setiap
valas (Kuncoro. 1996: 292)
Sejumlah peneliti menurut Madura (2000) termasuk Adler dan Dumas, menyarankan
pemakaian analisis regresi untuk tujuan ini. Dengan menggunakan pergerakan harga saham
sebagai variable independen, analisis regresi dapat menjelaskan seberapa sensitivnya nilai
perusahaan (harga saham) terhadap pergerakan nilai tukar.
2.4 Dampak Exosure Ekonomi/Operasi
Menurut Kuncoro (dalam Stonehill,et al. 1982: 128) dampak exposure ekonomi tergantung
dari horizon waktu yang digunakan. Setiap perusahaan kurs yang tidak diharapkan akan
berdampak bagi aliran kas perusahaan dalam 4 tahap: Jangka Pendek, Jangka menengah
dengan kasus ekuilibrium, Jangka Menengah dengan kasus ketidakseimbangan, dan jangka
panjang.
1. Jangka Pendek
Menurut Yuliati & Prasetyo dampak exposure opersi adalah pada aliran kas yang
diharapkan dalam anggaran operasi satu tahunan. Keuntungan atau kerugian yang dialami akan
ditentukan oleh denominasi mata uang. Denominasi mata uang dalam perjanjiantertulis
umumnya tidak dapat diubah, demikian juga dengan perjanjian yang tidak tertulis. Dalam
jangka pendek perusahaan umumnya juga sulit menyesuaikan harga jual atau harga faktor-
faktor produksi. Oleh karena itu, aliran kas yang terealisasi akan berbeda dari yang dianggarkan
. tetapi, seiring berjalannya waktu, harga-harga dan biaya-biaya akan dapat disesuaikan untuk
mencerminkan kondisi persaingan baru yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar mata uang.
2. Jangka Menengah: Kasus Ekuilibrium
Dampak kedua adalah pada aliran kas janga menengah yang diharapkan, seperti yang telah
ditunjukkan dalam perencanaan dua sampai lima tahunan, dimana terdapat kondisi
keseimbangan diantara berbagai nilai tukar mata uang, laju inflasi dan tingkat bunga antar
Negara. Dibawah kondisi keseimbangan perushaan seharusnya dapat menyesuaikan harga dan
biaya faktor produksi untuk mempertahankan aliran kas yang diharapkan. Dalam kondisi ini,
denominasi mata uang dari aliran kas yang diharapkan tidaklah sepenting Negara dimana aliran
kas diperoleh . kebijakan moneter, fiscal dan neraca pembayaran akan menentukan apakah
kondisi keseimbangan akan tetap ada dan apakah perusahaan mampu menyesuaikan harga dan
biaya (Yuliati &Prasetyo. 2005: 172)
Kuncoro (1996) mendeskripsikan bahwa apabila ekuilibrium terjadi terus menerus, dan
perusahaan bebas menyesuaikan harga dan biaya agar dapat mempertahankan posisi
kompetitifnya, exposure ekonomi mungkin sama dengan nol. Aliran kas dan pasar perusahaan
tidak berubah karena perubahan kurs valas telah diantisipasi. Walaupun demikian, mungkin
kondisi ekuilibrium terjadi namun perusahaan tidak ngin atau tidak dapat menyesuaikan
perasinya terhadap lingkungan yang baru. Dalam kasus seperti itu perusahaan akan mengalami
exposure ekonomi karena realisasi aliran kas akan berbeda dengan yang diharapkan,.
Akibatnya, nilai pasarnya mungkin juga berubah
3. Jangka Menengah: Kasuk Ketidakseimbangan
Dampak ke 3 adalah pada aliran kas jangka menengah, dengan asumsi terjadi
ketidakseimbangan. Dalam kasus ini perusahaan tidak dapat menyesuaikan harga dan biayanya
akibat perubahan kurs valas. Realisasinya aliran kas perusahaan akan berbeda dengan aliran
yang diharapkan. Karena tidak diantisipasi maka nilai pasar perusahaan bisa saja
berubah (Kuncoro. 1996: 286)
4. Jangka Panjang
Dampak terakhir adalah pada aliran kas jangka panjang, yaitu periode diatas 5 tahun. Aliran
kas perusahaan akan dipengaruhi oleh reaksi pesaing yang ada maupun potensial terhadap
perubahan kurs dalam kondisi ketidakseimbangan. Memang harus diakui, semua perusahaan,
tidak peduli orientasi pasarnya domestic maupun multinasional, akan terkena exposure
ekonomi dalam jangka panjang apabila pasar vals tidak berbeda dalam kondisi keseimbangan
secara terus menerus (Kuncoro. 1996: 286)
2.5 Mengantisipasi Exposure Ekonomi/ Operasi
Sebelum membahas mengenai strategi untuk mengantisipasi exposure ekonomi. Berikut
adalah faktir yang mepengaruhi exposure ekonomi menurut Setiadi:
a. Penjualan produk perusahaan, di dalam atau di luar negeri
b. Pesaing utama perusahaan, baik di dalam maupun di luar negeri
c. Elastisitas permintaan barang terhadap harga
d. Lokasi produksi
e. Impor bahan baku
f. Enetapan harga input dan output

Menurut Kuncoro (1996) tujuan manajemen exposure ekonomi adalah mengantisipasi dan
mempengaruhi dampak kurs valas yang tidak diharapkan terhadap a;iran kas perusahaan di
masa yang akan dating. Untuk itu manajer harus tidak hanya mengenali kondisi
ketidakseimbangan namun juga harus mempersiapkan perusahaan untuk bereaksi dengan cara
yang paling tepat. Tugas ini dapat dilakukan dengan baik apabila perusahaan nelakukan
diversifikasi Internasional baik operasi maupun dasar pembiayaan serta strategi pemasaran.
1. Diversifikasi Operasi
Diversifikasi operasi menurut Kuncoro (1996) meliputi diversifikasi penjualan, lokasi
produksi dan sumber bahan baku. Cara yang umumnya ditempuh adalah:
a. Melakukan bauran input. Para produse mobil Jepang mengantisipasi menguatnya yen dengan
melakukan outsourcing, yaitu mendapatkan input dari luar Jepang terutama korea Selatan dan
Taiwan, Negara dimana mata Uangnya berkaitan erat dengan dolar AS.
b. Menggeser produksi diantara pabrik yang ada. TNC dengan system globalnya dapat
mengalokasikan produksi bagi beberapa pabriknya sejalan dengan berubahnya biaya produksi
dalam dolar, meningkatkan produksi di Negara yang mata uangnya mengalami
depresiasi/devaluasi dan menurunkan produksi di Negara yang mata uangnya mengalami
apresiasi/revaluasi.
c. Mendirikan pabrik baru di luar negeri. Menguatnya yen telah menyebabkan banyak
perusahaan Jepang melakukan relokasi pabriknya ke luar negeri, seperti ke Taiwan, Korea
Selatan, Singapura bahkan ke AS.
d. Meningkatkan produktivitas dengan menutup pabrik yang tidak efisien, meningkatkan
otomatisasi, dan meningkatkan kualitas produk. Cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan AS
karena tekanan persaingan dari perusahaan asing.
e. Perencanaan terhadap perubahan kurs. Kemampuan untuk memprakirakan fluktuasi kurs
membawa implikasi yang fundamental bagi manajemen risiko valas,. Bermacam strategi
bersaing dapat digunakan seperti outsourcing, system manufaktur yang stabil, jaringan
produksi global, dan memperpendek siklus produk.
Diversifikasi dasar pembiayaan berarti mendapatkan dana di satu atau lebih pasar
modal dan mata uang. Bila suatu perusahaan mendinersifikasikan sumber pembiayaannya,
maka ia akan memposisikan untuk mengambil manfaat dari penyimpangan temporer dari
dampak Fisher Internasional.
2. Strategi Pemasaran
Desain strategi pemasaran dalam kondisi mata uang local yang fluktuatif merupakan peluang
yang patut diperhitungkan untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Strategi pemasaran
menurut Kuncoro yang lazim digunakan adalah:
Seleksi dan segmentasi pasar
Menurut Hanafi (2003) seleksi pasar menentukan pasar mana yang akan dimasuki dengan
strategi yang yang bagaimana. Negara dengan mata uang yang menguat merupakan target yang
cukup menarik dimasuki karena harga menjadi relative lebuh mahal dibandingkan produk
impor. Sebagai contoh, jika mata uang yen menguat terhadap mata uang Rupiah, maka produk
Indonesia mempunyai kesempatan yang bagus untuk menembus pasar Jepang. Pada waktu
dolar AS menguat terhadap yen dan mark Jerman pada awal tahun 1980-an, perusahaan mobil
Jepang dan Jerman memperoleh kesempatan yang baik untuk melakukan penetrasi pasar di AS.
Manajer dapat melakukan segmentasi pasar untuk mengurangi sensitvitas pasar terhadap
perubahan harga. Perubahan kurs terutama akan menyebabkan daya saing harga akan berubah.
Pada waktu dolar menguat terhadap Yen Jepang, harga mobil Jepang bisa ditekan lebih murah
karena input mobil tersebut didenominasi yen, yang nilainya melemah terhadap dolar AS.
Strategi Bauran Pasar
menurut Hanafi (2003) strategi bauran basar dapat dilihat dari:
a. Produk. Untuk menghindari sensitivitas pasar terhadap harga, perusahaan dapat
mengembangkan lini produk yang lebih beragam, tidak hanya tergantung pada yang
menggunakan harga sebagai alat persaingan. Lini produk yang semakin berkembang biasnya
mengikuti target pasar yang semakin berkembang. Dengan demikian perusahaan harus
menentukan lebih dulu pasar yang akan dijadikan sebagai target, kemudian merancang produk
untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut.
b. Harga. Jika kurs berubah ada dua tujuan yang tidak selalu konsisten yaitu pangsa pasar dan
marjin keuntungan. Jika mata uang mengalami devaluasi/depresiasi, produk yang dihasilkan
oleh perusahaan Negara tersebut akan relative menjadi murah. Perusahaan mempunyai dua
pilihan:
(1) Harga berubah. Jika mengalami depresiasi mata uang suatu Negara, biaya barang impor akan
naik dan kemungkinan harga barang impor akan ikut naik.
(2) Harga tetap. Jika harga tidak berubah, perusahaan mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan pangsa pasar. Tetapi strategi tersebut tidak akan meningkatkan marjin
keuntungan
Strategi sebaliknya dilakukan jika mata uang suatu Negara mengalami apresiasi. Perusahaan
asing, daam situasi tersebut bisa menurunkan harga untuk menjaga pangsa pasar. Tetapi biaya
yang dihadapi adalah menurunnya marjin keuntungan, bahkan bisa rugi khususnya dalam
jangka pendek. Dilain pihak perusahaan asing bisa menaikkan harga untuk mengimbangi
kenaikan harga input yang didatangkan dari luar. Strategi macam ini akan memepertahankan
marjin keuntungan, tetapi pangsa pasar bisa berkurang.
c. Promosi. Untuk menghadapi perubahan kurs promosi dilakukan konsisten dengan strategi
produk atau harga.
d. Distribusi. Strategi distribusi mengikuti strategi pasar dan produk.

3. Produksi
a. Komposisi input. Perusahaan dapat menggunakan input lebih banyak dari Negara dengan mata
uang yang mengalami depresiasi dan mengurangi input dari Negara dengan mata uang yang
menguat. Jika mata uang domestic menguat relative terhadap mata uang asing, komposisi nput
dari luar negeri akan lebih diperbanyak.
b. Pemindahan fasilitas produksi. Jika perusahaan multinasional mempunyai beberapa pabrik di
beberapa Negara, tingkat produksi dapat diubah ubah. Tingkat produksi akan ditingkatkan di
pabrik di Negara dengan mata uang yang melemah. Sebaliknya jika mata uang suatu Negara
menguat, tingkat produksi di pabrik di Negara tersebut akan di perkecil.
c. Lokasi Pabrik.
Perusahaan multinasional dapat memindahkan lokasi pabriknya ke Negara ketiga, biasaya
Negara dengan tenaga kerja yang lebih murah. Dengan cara itu, disamping biaya produksi bisa
ditekan, penghematan biaya produksi bisa dipakai untuk mengkompensasi apresiasi nilai mata
uang dalam negeri.
d. Meningkatkan produktivitas.
Dengan meningkatkan produktivitas, kebutuhan relokasi pabrik menjadi lebih berkurang
karena perusahaan multinasional bisa mengkompensasi exposure mata uang asing dengan
kenaikan produktivitas.
4. Kebijakan Keuangan
a. Hedging Alamiah.
Melalui hedging alamiah, perusahaan multinasional berusaha menyeimbangkan denominasi
aliran kas masuk dengan denominasi aliran kas keluar. Misal perusahaan multinasional
Indonesia mengekspor barang ke Filifina. Perusahaan tersebut dengan demikian memperoleh
aliran kas masuk dengan denominasi peso Filifina, sementara input dibayar dengan Rupiah.
Misalkan terjadi depresiasi peso Filifina yang cukup signifikan, maka aliran kas masuk akan
menjadi lebih sedikit jika kas tersebut dikonversikan ke Rupiah, sedangkan aliran kas keluar
dalam rupiah tidak berubah.
Dengan demikian perusahaan tersebut mengalami aliran kas masuk bersih yang lebih
sedikit. Utnuk menghindari situasi semacam itu, perusahaan multinasional bisa
membperbanyak aliran kas keluar dengan denominasi peso Filifina untuk menyeimbangkan
aliran kas masuknya. Perusahaan multinasional tersebut dapat pempebanyak input dari Filifina
sehingga aliran kas keluar dibayar dengan peso Filifina.
b. Back to Back Loan.
Cara ini selain untuk manajemen exposure operasi juga dapat digunakan untuk mengatasi
batasan airan modal. Cara tersebut dapat digambarkan sebagai beriku: misalkan ada dua
perusahaan multinasional: (1)perusahaan AS dengan cabang di Prancis, (2) perusahaan Prancis
dengan cabang di AS. Jika prancis membutuhkan dana (dalam franc), dan AS membutuhkan
dana (dalam dolar), masing-masing pusat tidak perlu memasok dana secara langsung,. Jika
memasok dana secara langsung akan terjadi exposure valuta asing. Pusat AS memberikan dana
dalam olar, kemudian dikonversi ke Franc Prancis dan diberikan ke cabang Prancis.
Melalui Back to Back loan, perusahaan prancis memberikan pinjaman dalam bentuk Franc
ke cabang Prancis dari perusahaan multinasional AS. Sedangkan perusahaan AS memberikan
pinjaman dalam bentu dolar AS ke cababg AS perusahaan multinasional Prancis.
c. Swap Mata Uang asing
Swap mata uang dilakukan dengan menukarkan aliran kas dengan denominasi yang
berbeda. Misalkan perusahaan multinasional Indonesia mengekspor barang ke AS dan
meminjam dana dalam Rupiah ke bank Indonesia. Untuk menyembangkan aliran kas masuk
dengan kas keluar atu mengurangi exposure valuta asing, akan lebik baik bagi perusahaan
multinasional tersebut untuk menukarkan lairan kas masuk ke dalam rupiah. Misalkan
perusahaan tersebut menemukan perusahaan multinasional AS yang mengekspor barang ke
Indonesia. Aliran masuk perusahaan tersebut mempunyao denoinasi rupiah, dan perusahaan
tersebut akan lebih baik jika mempunyai aliran kas keluar dengan denominasi dolas AS.
Perusahaan multinasional Indonesia dapat melakukan swap aliran kas dolar menjadi aliran kas
rupiah dengan perusahaan multinasional AS. Perusahaan multinasional AS mempunyai aliran
kas masuk dalam dolar setelah perjanjian swap tersebut.
d. Leading dan Legging
Leading berarti mempercepat aliran pembayaran, sedangkan Legging berarti memperlambat
pembayaran. Jika mata uang suatu Negara diperkirakan mengalami depresiasi yang signifikan,
maka aliran kas masuk dengan denominasi mata uang tersebut lebih baik dipercepat. Jika aliran
kas masuk tersebut dibayar pada waktu mata uang terdepresiasi, maka nilai aliran kas masuk
tersebut akan berkurang.sedangkan aliran kas keluar dengan denominasi mata uang tersebut
akan lebih baik jika diperlambat.

Anda mungkin juga menyukai