Anda di halaman 1dari 13

PERTEMUAN KE 5

“KEBIJAKAN NILAI TUKAR DAN DEVISA”

KEBIJAKAN NILAI TUKAR


Pengertian
Bagi yang sering mengadakan perjalanan ke luar negeri atau yang memiliki bisnis di bidang
perdagangan internasional pasti sudah biasa dengan istilah kurs. Kurs atau nilai tukar
merupakan harga mata uang dari suatu negara yang diukur dalam satuan mata uang negara
lain.
Kurs atau nilai tukar mata uang adalah harga dari mata uang yang berbeda dari suatu negara
terhadap mata uang negara lain. Dalam hal ini, nilai tukar mata uang Indonesia (Rupiah)
merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain,
misalnya Dollar Amerika.
Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata
uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik
terhadap mata uang asing. Sebagai contoh nilai tukar (NT) Rupiah terhadap Dolar Amerika
(USD) adalah harga satu dolar Amerika (USD) dalam Rupiah (Rp), atau dapat juga
sebaliknya diartikan harga satu Rupiah terhadap satu USD
Jenis-Jenis Kurs-Kurs sangat penting diketahui saat ingin mengambil keputusan, misalnya
untuk berbelanja di luar negeri atau menjual atau membeli barang ke luar negeri. Untuk
bidang akuntansi perlu diketahui jenis-jenis kurs karena kurs ada yang hanya untuk
transaksi da nada juga yang untuk pelaporan
1. Kurs Jual
Pengertian kurs jual adalah dimana bank atau pedagang valas membeli valuta asing.
Termasuk juga jika Anda ingin menukarkan valuta asing untuk ditukar dengan mata uang
negara Anda. Bisa juga disebut sebagai kurs yang berlaku jika pedagang valas membeli
mata uang dari negara lain.atau kamu ingin membeli uang dalam valuta asing
2. Kurs Beli
Pengertian kurs beli adalah dimana bank atau pedagang valas menjual valuta asing.
Misalnya jika Anda ingin menukarkan mata uang negara Indonesia (Rupiah) dengan mata
uang negara Amerika (Dollar).
3. Kurs Tengah (Nilai Tenganh Rupiah-NTR)
Pengertian kurs tengah adalah istilah yang digunakan untuk gabungan antara kurs jual dan
beli. Jadi kurs jual ditambah dengan kurs beli kemudian dibagi dua (rata-rata). Kurs ini

1
diperuntukkan untuk laporan pada periode akuntansi atau laporan keuangan ke instansi
yang diperlukan, misalkan Laporan Keuangan suatu Bank.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Domestik


Terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi nilai tukar dari suatu valuta asing.
Permintaan Valuta Asing :
1. Pembayaran Impor Barang dan Jasa
2. Aliran Modal Keluar
a. Pembayaran Hutang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta
b. Penarikan Kembali Modal Asing
c. Penempatan Modal Penduduk DN ke LN
3. Kegiatan Spekulasi :
a. Domestik
b. Internasional

PenawaranValuta Asing :
1. Penerimaan Ekspor Barang dan Jasa
2. Aliran Modal Masuk :
a. Penerimaan Hutang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta
b. Penanaman Modal Asing -Jangka Pendek -Jangka Panjang
3. Intervensi atau Penjualan Cadangan Devisa Bank Sentral

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar


Dalam sistem nilai tukar tetap, mata uang lokal ditetapkan secara tetap terhadap mata uang
asing. Sementara dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar atau Kurs dapat
berubah-ubah setiap saat, tergantung pada jumlah penawaran dan permintaan valuta asing
relatif terhadap mata uang domestik.

Setiap perubahan dalam penawaran dan permintaan dari suatu mata uang akan
mempengaruhi nilai tukar mata uang yang bersangkutan. Dalam hal pemintaan terhadap
valuta asing relatif terhadap mata uang domestik meningkat, maka nilai mata uang
domestik akan menurun. Sebaliknya jika permintaan terhadap valuta asing menurun, maka
nilai mata uang domestik meningkat. Sementara itu, jika penawaran valuta asing meningkat
relatif terhadap mata uang domestik, maka nilai tukar mata uang domestik meningkat.
Sebaliknya jika penawaran menurun, maka nilai tukar mata uang domestik menurun.

Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, terdapat tiga faktor utama yang
mempengaruhi permintaan valuta asing
1, Faktor pembayaran impor.

2
Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar permintaan terhadap valuta
asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah. Sebaliknya, jika impor menurun, maka
permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong menguatnya nilai tukar.

2. Faktor aliran modal keluar (capital outflow).


Semakin besar aliran modal keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada
lanjutannya akan memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran
hutang penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan
penempatan dana penduduk Indonesia ke luar negeri.

3. Kegiatan spekulasi.
Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh spekulan maka
semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga memperlemah nilai tukar mata
uang lokal terhadap mata uang asing.

Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama.
a. Faktor penerimaan hasil ekspor.
Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin besar
jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada lanjutannya nilai tukar
terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi. Sebaliknya, jika
ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang dimiliki semakin menurun
sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami depresiasi.
b. Faktor aliran modal masuk (capital inflow).
Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan cenderung semakin
menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar negeri,
penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing (Portfolio investment) dan
investasi langsung pihak asing (foreign direct invetment).

Faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara:


1. Kebijakan Pemerintah
Berbagai kebijakan yand dibuat oleh pemerintah suatu negara akan berpengaruh pada nilai
tukar mata uang di negara tersebut. Kebijakan tersebut berfungsi sebagai kontrol untuk:
1. Menghindari berbagai hambatan terhadap nilai tukar valuta asing
2. Menghindari berbagai hambatan terhadap perdagangan internasional
3. Upaya intervensi dalam pasar uang dengan cara jual-beli mata uang.
Intervensi pasar ini dilakukan biasanya dengan alasan berikut :
 Memudahkan perubahan nilai tukar mata uang domestic
 Mengkondisikan nilai tukar mata uang domestik pada batasan yang sudah
ditentukan
Sebagai respon terhadap hambatan yang bersifat sementara untuk

3
mempengaruhi variabel-variabel makro, misalnya inflasi, tingkat pendapatan,
dan tingkat suku bunga

2. Tingkat Inflasi
Dalam pasar valuta asing, yang menjadi dasar utama adalah perdagangan internasional,
baik berbentuk jasa maupun barang. Dengan begitu, perubahan harga dalam negeri yang
relatif terhadap harga luar negeri merupakan faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai
mata uang asing.
Misalnya; Tiongkok merupakan mitra dagang Indonesia. Tiongkok mengalami inflasi yang
cukup tinggi yang menyebabkan harga barang akan menjadi lebih tinggi. Hal ini otomatis
akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap produk relatif.
Paritas daya beli berfungsi sebagai titik kurs yang mencerminkan hukum nilai. Inilah alasan
mengapa inflasi akan memberikan dampak pada kurs mata uang suatu negara. Inflasi di
suatu negara akan mengakibatkan menurunnya mata uang domestik, begitu juga
sebaliknya.

3. Perbedaan Tingkat Suku Bunga


Arus modal internasional dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga suatu negara.
Dengan kata lain, kenaikan suku bunga akan memancing masuknya modal asing.
Tingkat suku bunga akan mempengaruhi operasi pasar valuta asing dan pasar uang. Ketika
terjadi aktivitas transaksi, maka bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga di
pasar modal nasional dan global dengan pandangan yang berasal dari keuntungan.
Pihak Bank lebih memilih mendapatkan pinjaman murah di pasar uang asing dengan
tingkat bunga yang lebih rendah dan tempat mata uang asing pada pasar kredit domestik
jika tingkat bunganya yang lebih tinggi.

4. Aktivitas Neraca Pembayaran


Nilai tukar mata uang juga dipengaruhi oleh neraca pembayaran. Neraca pembayaran aktif
akan meningkatkan nilai mata uang domestik dengan meningkatnya jumlah debitur asing.
Jika saldo pembayaran pasif, hal ini akan mengakibatkan menurunnya nilai tukar mata uang
domestik sehingga debitur akan akan menjual semuanya dengan mata uang asing untuk
membayar kembali kewajiban eksternal mereka.
Dampak dari neraca pembayaran diukur terhadap nilai tukar yang sudah ditentukan oleh
tingkat keterbukaan ekonomi. Pembatasan impor, perubahan tarif, kuota perdagangan, dan
subsidi akan mempengaruhi neraca perdagangan.

5. Tingkat Pendapatan Relatif


Laju pertumbuhan pendapatan terhadap harga-harga luar negeri merupakan faktor lain yang
mempengaruhi penawaran dan permintaan dalam pasar valuta asing. Kurs mata uang asing
akan melemah ketika laju pertumbuhan pendapatan domestik membaik.

4
6. Ekspektasi
Ekspektasi nilai tukar mata uang suatu negara di masa depan juga menjadi faktor yang
mempengaruhi nilai tukar valuta asing. Seperti halnya pasar keuangan lainnya, pasar valas
akan bereaksi cepat terhadap berbagai berita yang dianggap berdampak pada masa depan.
Sebagai contoh, berita tentang prediksi peningkatan inflasi di Amerika kemungkinan besar
akan mendorong para pedagang valas melakukan aksi jual terhadap dollar. Hal ini karena
diperkirakan harga dollar akan turun di masa depan. Dan reaksi ini akan langsung menekan
nilai tukar dollar di pasar.

Pengaruh Kurs Terhadap Bisnis


Seperti yang sudah disinggung dalam pengertian kurs di atas bahwa tujuannya adalah untuk
mengukur nilai mata uang satu terhadap mata uang yang lain. Sehingga perubahan nilai
pada kurs tentu akan berpengaruh terhadap bisnis yang berkaitan dengan perdagangan
internasional (ekspor-impor) yang melibatkan mata uang asing.
Berikut beberapa pengaruh kurs terhadap bisnis:
1. Pengaruh Terhadap Importir
Jika Anda memiliki bisnis dibidang penjualan produk yang mengharuskan mengimpor
bahan baku dari luar negeri, tentu nilai kurs sangat menentukan keuntungan yang akan
Anda dapatkan.
Namun, dalam kondisi rupiah yang melemah terhadap mata uang asing yang umumnya
dollar, maka akan membuat perusahaan Anda mengeluarkan uang lebih banyak daripada
biasanya. Jika terjadi kondisi seperti ini, maka perusahaan Anda akan mengalami kerugian
jika tidak menaikkan harga jual produk.
2. Pengaruh Terhadap Eksportir
Perubahan nilai kurs lebih sering menguntungkan bagi pebisnis yang melakukan kegiatan
ekspor. Nilai tukar dollar yang sering menguat menyebabkan harga jual produknya yang di
ekspor keluar negeri akan semakin terjual dengan harga tinggi karena konsumen membayar
dengan dollar. Tentu hal ini sangat menguntungkan.
3. Pengaruh Terhadap Hutang Piutang
Jika nilai tukar rupiah terus melemah terhadap mata uang asing, ini akan merugikan
pengusaha yang memiliki utang luar negeri. Karena nilai utangnya akan semakin tinggi
juga. Jadi, sebaiknya bagi pebisnis muda menghindari utang piutang dengan luar negeri.
4. Pengaruh Terhadap Pemilik Dollar
Saat ini sudah banyak masyarakat kita yang mengumpulkan uang dollar. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan nilai tukar yang lebih tinggi daripada saat ia membeli dollar tersebut.
Taktik ini sebenarnya sah-sah saja dan bisa diterapkan sebagai uang deposito perusaha

5
Tujuan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia

Perkembangan Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia Sebagaimana negara-negara


lainnya, tujuan utama kebijakan nilai tukar di Indonesia adalah menunjang efektivitas
kebijakan moneter dalam rangka memelihara kestabilan harga. Stabilitas nilai tukar dapat
mendorong stabilitas harga khususnya stabilitas harga barang-barang yang berasal dari
impor. Depresiasi nilai tukar yang terlalu besar dapat mengakibatkan harga barang impor
menjadi lebih mahal dan secara keseluruhan laju inflasi dapat meningkat. Selanjutnya,
inflasi yang terlalu tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat dan menurunkan
kegiatan ekonomi.

Tujuan kebijakan nilai tukar lainnya yang tidak kalah penting adalah mendukung
kesinambungan pelaksanaan pembangunan khususnya yang terkait dengan neraca
perdagangan. Menjaga keseimbangan nilai tukar dalam rangka mendukung neraca
perdagangan perlu dipelihara karena nilai tukar yang over-valued dapat mengakibatkan
neraca perdagangan menjadi memburuk dan merugikan perekonomian nasional. Perbedaan
suku bunga dalam dengan luar negeri sering disebut dengan interest rate differential.

Sejak kemerdekaan, pada prinsipnya tujuan kebijakan nilai tukar tidak jauh berbeda dari
dua hal pokok di atas. Sebelum diberlakukannya Undang Undang No. 23 tahun 1999 dan
diperbarui dengan Undang Undang No. 3 tahun 2004, tujuan kebijakan nilai tukar lebih
banyak ditekankan pada menunjang keseimbangan neraca pembayaran.
Sementara sejak undang-undang tersebut diberlakukan, tujuan kebijakan nilai tukar lebih
ditekankan pada menunjang efektivitas kebijakan moneter. Dengan tercapainya tujuan
akhir kebijakan moneter berupa inflasi yang stabil dan rendah, maka secara tidak langsung
akan mendukung keseimbangan neraca pembayaran dan perekonomian nasional.

Kebijakan dan Sistem Nilai Tukar di Dunia

Pada umumnya, kebijakan nilai tukar suatu negara diarahkan untuk mendukung neraca
pembayaran dan/atau membantu efektivitas kebijakan moneter. Penetapan nilai tukar yang
overvalue dapat mengakibatkan harga barang-barang ekspor menjadi lebih mahal di luar
negeri dan barang barang impor menjadi lebih murah dan akhirnya neraca perdagangan
menjadi memburuk. Dalam kaitannya dengan kebijakan moneter, depresiasi nilai tukar
yang berlebihan dapat mengakibatkan tingginya laju inflasi sehingga dapat mengganggu
tujuan akhir kebijakan moneter untuk memelihara stabilitas harga. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka kebijakan nilai tukar yang tepat merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara.

6
Sejalan dengan tujuan kebijakan nilai tukar, maka dikenal berbagai jenis sistem nilai tukar
yang digunakan oleh suatu negara khususnya lagi setelah runtuhnya sistem nilai tukar
Bretton Woods. Berdasarkan perkembangan terakhir, terdapat kecenderungan negara-
negara dunia menggunakan sistem nilai tukar mengambang. Namun, masih terdapat
beberapa negara yang menggunakan sistem nilai tukar tetap ataupun variasi dari sistem
nilai tukar mengambang dengan sistem nilai tukar tetap.
Corden (2002) mengklasifikasikan sistem nilai tukar ke dalam tiga kelompok, yaitu
a. sistem nilai tukar tetap murni (Absolutely fixed rate regime),
b. sistem nilai tukar mengambang murni (Pure floating regime), dan
c. sistem nilai tukar tetap tetapi dapat disesuaikan (Fixed But Adjustable Rate/FBAR) yang
merupakan kombinasi sistem nilai tukar tetap dan mengambang.

‘Absolutely Fixed Exchange Rate Regime’ Sistem Nilai Tukar Tetap

Pada awal sistem moneter internasional, sistem nilai tukar tetap harus dijamin dengan
cadangan emas yang dimiliki oleh suatu negara. Penjaminan mata uang tersebut
dimaksudkan agar pemegang mata uang merasa terjamin memegang uang yang dimiliki
Pada perkembangan terakhir, tidak ada kewajiban untuk menjamin jumlah uang beredar
dengan cadangan emas negara, seperti pada era gold standard yang diuraikan pada topik
sejarah moneter internasional. Pada sistem nilai tukar tetap ini, mata uang suatu negara
ditetapkan secara tetap dengan mata uang asing tertentu, misalnya, mata uang rupiah
ditetapkan secara tetap terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Dengan penetapan nilai
tukar secara tetap, terdapat kemungkinan nilai tukar yang ditetapkan terlalu tinggi
(overvalued) atau terlalu rendah (under-valued) dari nilai sebenarnya

Pure Floating Exchange Rate Regime’ Sistem Nilai Tukar Mengambang


Penuh

Dalam sistem nilai tukar mengambang penuh, mekanisme penetapan nilai mata uang
domestik terhadap mata uang asing ditentukan oleh mekanisme pasar. Dengan demikian,
pada sistem ini nilai mata uang akan dapat berubah setiap saat tergantung dari permintaan
dan penawaran mata uang domestik relatif terhadap mata uang asing dan perilaku spekulan.
Dalam sistem nilai tukar mengambang murni, bank sentral tidak menargetkan besarnya
nilai tukar dan melakukan intervensi langsung ke pasar valuta asing.

‘Fixed But Adjustable Rate’ Sistem nilai tukar tetap tetapi dapat
disesuaikan

Sistem nilai tukar fixed but adjustable rate (FBAR) merupakan kombinasi dari sistem nilai
tukar tetap dengan sistem nilai tukar mengambang murni. Sistem nilai tukar FBAR

7
memegang peranan penting pada masa sistem Bretton Woods. Bahkan sistem ini digunakan
disebagian besar negaranegara berkembang setelah runtuhnya sistem Bretton Woods pada
tahun 1973 hingga awal tahun 1990-an.
Beberapa negara, seperti China, masih menggunakan sistem ini atau modifikasinya. Sistem
nilai tukar FBAR sering disebut dengan sistem adjustable peg. Dalam sistem nilai tukar
FBAR, besarnya nilai tukar ditetapkan oleh pembuat kebijakan, bank sentral, dan
dipertahankan melalui intervensi langsung di pasar valuta asing atau bank sentral
mengarahkan pasar dengan jalan menjual dan membeli valuta asing dengan harga tetap.

Sistem ini dicirikan dengan adanya komitmen dari bank sentral/pemerintah untuk
mempertahankan nilai tukar sebesar tertentu. Nilai tukar dapat berubah, tetapi
penyesuaiannya jarang dilakukan untuk menjaga kredibilitas. Perubahan nilai tukar
mencerminkan persepsi resmi dari pemerintah mengenai perubahan fundamental ekonomi
yang memerlukan penyesuaian nilai tukar atau terdapatnya tekanan pasar yang kuat yang
mempengaruhi cadangan devisa sehingga memaksa perlu penyesuaian nilai tukar.

Nilai Tukar dan Perekonomian

Mekanisme transmisi nilai tukar terhadap kegiatan ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi
dan inflasi, dapat melalui transmisi langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
transmisi nilai tukar ke inflasi terjadi melalui perubahan harga barang-barang impor. Secara
tidak langsung, transmisi nilai tukar ke inflasi melalui terjadi permintaan agregat,
permintaan eksternal bersih, ekspor dan impor, dan permintaan dalam negeri, konsumsi,
investasi dan pengeluaran Pemerintah.

Pada transmisi langsung, perubahan nilai tukar akan mempengaruhi harga-harga barang-
barang impor. Dalam hal nilai tukar mengalami depresiasi, harga barang-barang impor
menjadi lebih mahal dan pada lanjutannya akan meningkatkan inflasi di dalam negeri.
Sementara transmisi tidak langsung nilai tukar ke kegiatan ekonomi dapat terjadi melalui
perubahan permintaat agregat.

Kenaikan harga barang-barang impor karena depresiasi dapat mengakibatkan pengurangan


permintaan barang-barang impor dan peningkatan ekspor dan pada lanjutannya dapat
meningkatkan permintaan agregat. Selanjutnya, peningkatan permintaan agregat di dalam
negeri dapat mendorong peningkatan harga barang-barang jika tidak diimbangi dengan
supply yang memadai. Selain itu, depresiasi nilai tukar dapat memberatkan neraca
perusahaan yang sumber pembiayaannya berasal dari hutang luar negeri. Depresiasi akan
mengakibatkan beban bunga dan pokok hutang luar negeri dalam mata uang domestik
menjadi semakin besar

8
Nilai Tukar dan Neraca Perdagangan

Berdasarkan konsep purchasing power parity (PPP), harga barang-barang ekspor dan impor
suatu negara dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.
Devaluasi atau depresiasi nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing
mengakibatkan harga barang impor lebih mahal dan harga barang ekspor menjadi lebih
murah.
Sebaliknya, apabila kebijakan revaluasi atau apresiasi dilakukan harga barang impor
menjadi lebih murah dan harga barang ekspor lebih mahal. Untuk memberikan gambaran
yang jelas dapat diberikan contoh sebagai berikut. Misalnya, harga barang impor tas
sebesar USD 30 dan harga barang ekspor sepatu sebesar Rp.200.000. Kurs 1 USD terhadap
Rupiah sebesar Rp. 8.000.
Kemudian Pemerintah melakukan kebijakan devaluasi dengan menurunkan nilai mata uang
rupiah menjadi Rp.9.000. Dalam contoh ini, sebelum dilakukan devaluasi harga barang
impor dalam mata uang Rupiah adalah sebesar 30 x Rp.8.000 = Rp240.000 dan harga
sesudah devaluasi sebesar Rp.30 x Rp.9.000 = Rp.270.000, lebih mahal Rp.30.000.
Sementara itu, harga barang ekspor dalam USD sebelum devaluasi sebesar Rp.200.000 :
Rp.8.000 = USD 25 dan harga sesudah devaluasi sebesar Rp200.000 : Rp9.000 = USD
22,2, lebih murah USD 2,8.

Contoh yang sama dapat digunakan untuk melihat dampak dari kebijakan revaluasi atau
apresiasi nilai tukar. Berdasarkan penjelasan di atas, kebijakan devaluasi atau penurunan
nilai tukar mata uang lokal dapat digunakan untuk memperbaiki neraca perdagangan.
Devaluasi nilai tukar mengakibatkan penurunan harga barang ekspor dan pada lanjutannya
mendorong peningkatan daya saing barang-barang ekspor dan pada akhirnya dapat
meningkatkan volume barang-barang ekspor.

Dari sisi barang impor, devaluasi dapat mengakibatkan semakin mahalnya barang impor
dan pada akhirnya dapat mengurangi permintaan impor. Dasar pemikiran tersebut
mendorong beberapa negara menerapkan kebijakan devaluasi untuk memperbaiki neraca
perdagangannya, seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1978, 1983
dan 1986.
Dalam praktek tidak semua negara yang nilai tukarnya mengalami depresiasi atau devaluasi
selalu menunjukkan perbaikan di sisi neraca. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan devaluasi terhadap neraca perdagangan, terutama berkaitan dengan elastisitas
barang impor dan ekspor.
Jika elastisitas barang impor atau barang ekspor terhadap harga elastis, maka devaluasi atau
depresiasi akan dapat mendorong ekspor dan mengurangi impor. Sebaliknya, jika elastisitas
barang ekspor dan impor tidak elastis, maka kebijakan devaluasi ataupun depresiasi akan
sulit untuk memperbaiki neraca perdagangan. Kebijakan devaluasi dapat berhasil

9
memperbaiki neraca perdagangan jika elastisitas barang ekspor dan impor lebih dari satu
dan persyaratan ini disebut dengan Marshall - Lerner Condition.

Nilai Tukar dan Krisis Ekonomi

Pada uraian nilai tukar dan inflasi, telah dijelaskan transmisi nilai tukar terhadap inflasi
dapat melalui transmisi langsung dan transmisi tidak langsung. Konsep transmisi ini akan
digunakan untuk menjelaskan transmisi krisis nilai tukar terhadap krisis ekonomi. Pada
transmisi langsung, depresiasi nilai tukar yang sangat tinggi pada saat terjadi krisis nilai
tukar mengakibatkan harga-harga barang-barang impor meningkat tajam. Barang-barang
impor dapat berupa barang yang langsung dikonsumsi dan barang yang diproses lebih
lanjut, seperti bahan baku dan barang modal.

Kenaikan harga barang konsumsi yang berasal dari impor secara langsung meningkatkan
harga barang tersebut. Sementara peningkatan harga bahan baku atau barang modal akan
meningkatkan harga barang-barang industri yang menggunakan bahan baku impor secara
tidak langsung. Selanjutnya, kenaikan harga-harga yang tinggi akan mengurangi
permintaan terhadap barang impor atau barang industri yang menggunakan bahan baku
impor. Dalam hal tidak terdapat barang substitusi di dalam negeri, maka kegiatan ekonomi
akan dapat menurun tajam.

Pengaruh langsung nilai tukar juga dapat terjadi melalui neraca perusahaan khususnya
perusahaan yang mempunyai hutang yang berasal dari luar negeri. Depresiasi nilai tukar
mengakibatkan membengkaknya kewajiban hutang luar negeri perusahaan dalam nilai mata
uang lokal.
Dalam hal perusahaan menggunakan hutang luar negeri untuk membiayai barang-barang
yang dipasarkan di dalam negeri, maka perusahaan akan mengalami kesulitan untuk
membayar kembali hutangnya karena nilai penjualan barang dalam valuta asing menjadi
kecil. Currency missmatch tersebut dapat mendorong perusahaan bangkrut (pailit) dan pada
akhirnya meningkatkan pengangguran karena terjadi pemutusan hubungan kerja.

Pengaruh nilai tukar melalui hutang luar negeri tersebut tidak hanya terjadi pada
perusahaan yang menerima hutang secara langsung, tetapi juga dapat terjadi melalui
lembaga keuangan yang membiayai perusahaan, seperti bank. Hutang bank yang berasal
dari luar negeri jika digunakan untuk membiayai perusahaan yang barang-barangnya
dipasarkan di dalam negeri dapat mengakibatkan terjadi currency missmatch pada bank dan
pada lanjutannya dapat mengakibatkan kebangkrutan bank dan perusahaan yang dibiayai.

Secara tidak langsung, transmisi nilai tukar ke sektor riil dapat melalui permintaan dalam
negeri maupun melalui permintaan ekspor dan impor (permintaan eksternal bersih).

10
Kenaikan harga barang impor relatif terhadap barang di dalam negeri dapat mengakibatkan
permintaan impor menurun dan permintaan terhadap barang di dalam negeri meningkat.
Namun, jika negara tidak mempunyai produksi barang pengganti impor (substitusi impor),
maka depresiasi justru akan mengakibatkan kontraksi ekonomi yang lebih dalam.

KEBIJAKAN DEVISA

Pengertian
Pengertian devisa dapat diartikan sebagai kekayaan dalam bentuk mata uang asing yang
dimiliki oleh suatu negara yang berguna untuk membiayai seluruh transaksi perdagangan
internasional atau perdagangan antarnegara yang mana nilai kekayaan tersebut perlu diakui
oleh secara global oleh negara-negara lainnya.
Dari pengertian devisa ini, divisinya terdiri dari valuta asing yang berupa mata uang yang
diakui serta diterima oleh semua negara didunia. Beberapa negara tersebut diantaranya
adalah mata uang US Dollar, Euro (Eropa), Dolar Kanada, Franc (Prancis), Yen (Jepang).
Selain itu, devisa juga dapat berupa Emas, surat berharga dan berlalu dalam pembayaran
internasional.

Cadangan devisa merupakan sejumlah valuta asing yang ditampung atau dicadangkan oleh
Bank Indonesia. Tujuan pencadangan tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan
pembiayaan dan kewajiban luar negeri.
Cadangan devisa adalah salah satu indikator yang menunjukkan lemah atau kuatnya suatu
perekonomian negara. Jika negara memiliki cadangan devisa yang besar, maka stabilitas
moneter dan ekonomi negara akan terjamin. Pada suatu negara pastinya menginginkan
suatu persediaan atau cadangan devisa yang mencukupi. Dengan adanya cadangan devisa,
negara dapat membeli kebutuhan dari negara lain. Selain itu, negara juga dapat membiayai
perjalanan dinas keluar negeri, membayar hutang atau mencicil hutang dan lain sebagainya.

Macam-macam Devisa

Berdasarkan wujudnya :
1. Devisa Kartal
Devisa kartal adalah suatu devisa yang memiliki wujud uang kertas atau uang logam.
2. Devisa Giral
Devisa giral adalah suatu devisa yang memiliki wujud surat-surat berharga, seperti cek,
wesel, IMO (Internasional Money Order), cek perjalanan (travellers cheque), dan lain-lain.

11
Berdasarkan Sumbernya
1. Devisa Umum
Devisa umum adalah devisa yang dapat diperoleh tanpa adanya kewajiban untuk
mengembalikannya, misalnya seperti ekspor, penyelenggaraan jasa-jasa, dan penerimaan
bunga modal.
2. Devisa Kredit
Devisa kredit merupakan suatu devisa yang berasal dari kredit atau pinjaman luar negeri
dan dengan syarat untuk mengembalikannya.
Contoh devisa kredit: misalnya pemerintah memperoleh pinjaman dari Bank Dunia, kredit
itu disalurkan ke masyarakat atau penduduk dalam bentuk devisa kredit.

Fungsi Devisa
Selain sebagai alat transaksi antar-negara, juga menjadi semacam indikator kuat
atau lemahnya perekonomian suatu negara. Agar lebih jelas, fungsi devisa negara adalah
sebagai berikut:
Pada dasarnya fungsi devisa sama halnya dengan fungsi uang pada umumnya. Hanya saja
pada transaksi devisa ini lebih dominan digunakan sebagai transaksi internasional
pembayaran antar negara, mengukur kekayaan, cadangan moneter, pertukaran barang jasa
dan menimbun kekayaan.
Fungsi devisa antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai alat pembayaran cicilan utang luar negeri khususnya bunganya
2. Menjadi alat pembayaran barang-barang dan jasa impor.
3. Sebagai Sumber pendapatan negara dalam membiayai pembangunan nasional.
4. Pembiayaan hubungan luar negeri, seperti biaya misi pendidikan dan kesenian,
biaya perjalanan dinas pejabat, biaya diplomatik, dan bantuan luar negeri.
5. Sebagai stabilisator nilai mata uang dalam negeri.

Tujuan Penggunaan Devisa Negara


Sesuai dengan fungsinya, devisa juga memiliki tujuan lain bagi negara. Adapun tujuan
penggunaan devisa bagi negara adalah sebagai berikut:
1. Memberikan bantuan yang berupa sumbangan kepada negara lain yang sedang
mengalami musibah atau kesusahan.
2. Membiayai pengiriman kelompok keluar negeri seperti dalam bidang olahraga,
kesenian dan lain sebagainya.
3. Membiayai mahasiswa atau beasiswa untuk mahasiswa luar negeri.
4. Membiayai korps diplomatik kepada luar negeri.
5. Untuk membangun fasilitas umum yang ada di dalam negeri.
6. Membayar jasa keluar negeri seperti jasa pembangunan, pelayaran dan lain
sebagainya.

12
7. Membayar barang modal sebagai hasil impor seperti mesin pabrik.

Sumber Perolehan Devisa

Ada beberapa tindakan yang dapat dijadikan sebagai sumber perolehan devisa oleh suatu
negara. Selain itu,tinggi atau rendahnya suatu devisa negara, dapat dipengaruhi karena
adanya perkembangan neraca pembayaran suatu negara. Berikut ini merupakan sumber-
sumber perolehan devisa yang bisa digunakan oleh negara:
1. Kegiatan ekspor
Kegiatan ekspor merupakan salah satu kegiatan andalan negara untuk mendapatkan
pemasukan devisa. Besar dan kecilnya volume ekspor negara akan mempengaruhi
banyaknya devisa yang didapatkan oleh negara itu sendiri. selain itu, tingkat ekspor yang
tinggi akan meningkatkan cadangan devisa pada suatu negara.

2. Penyelenggaraan Jasa-Jasa
Selain kegiatan ekspor, negara juga menandakan perdagangan jasa untuk mendapatkan
devisa. Biasanya kegiatan ini dilakukan oleh negara yang tidak memiliki banyak sumber
daya alam sehingga sedikit melakukan ekspor keluar negeri. contoh negara yang
melakukan kegiatan ini adalah negara Singapura yang mengandalkan sektor jasa
perdagangan sebagai sumber untuk mendapatkan devisa.
Contoh lain dalam penyelenggaraan jasa-jasa adala jasa pengiriman barang baik ekspor
atau impor. selain itu dapat pula berupa bandar udara, pelabuhan kapal laut, dan lain
sebagainya.

3. Kegiatan Pariwisata
Sektor pariwisata juga menjadi salah satu kegiatan utama yang dapat diandalkan untuk
mendapatkan sumber devisa negara. Salah satu contoh dalam hal ini adalah banyaknya
kunjungan turis baik yang domestik maupun turis mancanegara.
Dalam praktiknya, wisatawan asing akan menukarkan mata uang negara asalnya dengan
mata uang negara tujuan. Dengan begitu, valuta asing yang telah ditukarkan dengan mata
uang negara tujuan akan menjadi sumber devisa negara.

_______________________________

13

Anda mungkin juga menyukai