Anda di halaman 1dari 21

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Dalam sebuah sistem pasar ekonomi, produsen dan konsumen memiliki

peran yang sama pentingnya. Produsen memproduksi dan menyediakan barang

dan jasa kebutuhan konsumen, sedangkan konsumen mengkonsumsi barang dan

jasa tersebut dengan imbalan tertentu”. 1 “Namun ternyata berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1973-

1985 terutama terhadap Negara-negara berkembang, terlihat bahwa pihak

konsumen pada Negara-negara berkembang tersebut merupakan pihak yang

lemah, sehingga tidak terdapat kesetaraan dengan pihak produsen/ penjual”.2

Karena menjadi pihak yang lemah sama, dalam posisi sendiri maupun

berkelompok , dalam keadaan apapun pasti diperlukan perlindungan hukum bagi

konsumen. Perlindungan hukum bagi konsumen adalah salah satu masalah yang

penting bagi manusia, oleh karena itu menjadi tujuan bagi semua negara untuk

bisa mewujudkannya. “Setiap orang, pada waktu yang menjadi konsumen untuk

suatu produk barang atau jasa tertentu. Keadaan yang sama ini pada beberapa sisi

1
A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, Diadit Media,
Jakarta, 2001, hal. 15.
2
Anonim, General Assembly Resolution A/Res/39/248 9 April 1985 on Consumer
Protection: “Taking into account the interest and needs of consumers in all countries, particularly
those in developing countries; recognizing that consumers often face imbalances in economic
terms, educational levels, and bargaining power.”, United Nations.

1
2

menunjukkan adanya berbagai kelemahan pada konsumen sehingga konsumen

tidak mempunyai kedudukan yang aman”.3

Perlindungan hukum bagi konsumen dipandang penting jika dilihat dari

semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan instrumen

penggerak bagi produktifitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang

dihasilkannya dalam rangka mencapai tujuan usaha. Karena mengejar dan

mencapai tujuan usaha tersebut, akhirnya baik secara langsung ataupun secara

tidak langsung, maka konsumenlah yang pada umumnya akan merasakan

dampaknya.

Pemerintah bertanggung jawab untuk menjamin perlindungan hukum bagi

konsumen, dengan dijaminnya perlindungan hukum bagi konsumen tersebut akan

menciptakan iklim usaha yang baik. Dalam rangka menciptakan iklim dunia usaha

yang baik perlu dilakukan koordinasi di antara sesama instansi teknis terkait untuk

menyelesaikan suatu permasalahan yang menyangkut perlindungan perlindungan

hukum konsumen.

“Salah satu barang konsumsi yang banyak dikonsumsi oleh manusia

adalah konsumsi pangan. Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan (baik

bentuk asli maupun olahan) yang dikonsumsi oleh seseorang/penduduk dalam

jangka waktu tertentu (maupun konsumsi normatif) untuk hidup sehat dan

3
Sri Redjeki Hartono, Aspek-aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Kerangka
Perdagangan Bebas, Pustaka Media, Bandung, 2002, hal. 33.
3

produktif”. 4 “Menurut pusat kajian statistik Departemen Pertanian hampir 30%

anggaran rumah tangga dibelanjakan untuk produk pangan”.5

Karena tingginya angka konsumsi pangan tersebut maka diperlukan

instrumen hukum untuk memberikan perlindungan konsumen produk pangan akan

keamaanan produk yang dikonsumsinya. “Secara umum konsumen telah

dilindungi oleh negara melalui undang – undang perlindungan konsumen. Tanggal

20 April 1999, Indonesia memiliki instrumen hukum yang integratif dan

komprehensif yang mengatur tentang perlindungan konsumen yaitu dengan

diterbitkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen”.6

Jika dilihat dari kacamata keamaanan pangan dan kesehatan terdapat dua

instrumen hukum yang melindungi konsumen pangan akan keamanann produk

pangan yang dikonsumsinya. Kedua undang – undang tersebut yaitu undang –

undang pangan No 18 Tahun 2012 dan undang – undang kesehatan No 36 Tahun

2009.

Meski telah memiliki instrumen hukum, perlindungan hukum bagi

konsumen pangan masih dipandang lemah. Dengan demikian, upaya untuk

memberikan perlindungan yang memadai terhadap kepentingan konsumen pangan

merupakan suatu hal yang penting dan mendesak, untuk segera dicari solusinya,

mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut

4
A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, Diadit Media,
Jakarta, 2001, hal. 16.
5
Ibid, hal. 16
6
Rachmadi Usman, Hukum Ekonomi Dalam Dinamika, Djambatan, 2000, Jakarta, hal.
195.
4

perlindungan konsumen di Indonesia lebih-lebih menyongsong era perdagangan

bebas.

Berbagai larangan dalam instrumen hukum tersebut telah dikenakan bagi

para pelaku usaha, baik itu pelaku usaha pabrikan dan atau distributornya, pelaku

usaha periklanan, maupun kegiatan yang terkait dengan kehumasan. “Pada

dasarnya konsumen berada pada posisi yang secara ekonomis kurang

diuntungkan. Konsumen semata-mata tergantung pada informasi yang diberikan

dan disediakan oleh pelaku usaha. Akan tetapi informasi yang diberikan tanpa

disertai dengan edukasi akan kurang dirasakan manfaatnya”.7

“Bagi konsumen, informasi tentang barang dan/atau jasa memiliki arti


8
yang sangat penting”. Informasi – informasi tersebut meliputi tentang

ketersediaan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat konsumen, tentang

kualitas produk, keamanannya, harga, tentang berbagai persyaratan dan/atau cara

memperolehnya, tentang jaminan atau garansi produk, persediaan suku cadang,

tersedianya pelayanan jasa purna purna-jual, dan lain-lain yang berkaitan dengan

itu.

“Menurut Troelstrup, konsumen pada saat ini membutuhkan lebih banyak

informasi yang lebih relevan dibandingkan lima puluh tahun lalu, karena

pada saat ini terdapat lebih banyak produk, merek dan tentu saja penjualnya,

saat ini daya beli konsumen makin meningkat, saat ini lebih banyak variasi

merek yang beredar di pasaran, sehingga belum banyak diketahui semua orang,

7
Sudaryatmo, Hukum & Advokasi Konsumen Cetakan Kedua, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999, hal. 14.
8
A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, Diadit Media,
Jakarta, 2001, hal. 76.
5

saat ini model-model produk lebih cepat berubah saat ini transportasi dan

komunikasi lebih mudah sehingga akses yang lebih besar kepada bermacam-

macam produsen atau penjual”.9

“Contoh kasus tentang informasi kepada konsumen yang tidak efektif dan

efisien adalah banyak produk makanan dengan pelabelan lengkap, tetapi pesan

informasi tidak sampai ke konsumen, karena menggunakan bahasa yang tidak

dipahami konsumen”. 10 Akhir-akhir ini, di pasaran dengan mudah ditemukan

produk impor dengan pelabelan menggunakan bahasa negara asal produk, seperti

bahasa Cina, Jepang. Padahal menurut UU Pangan No. 18 Tahun 2012 setiap

orang yang mengimpor pangan untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label

di dalamdan/atau pada Kemasan Pangan pada saat memasuki wilayah Negara


11
Kesatuan Republik Indonesia

Selain masalah informasi yang tidak terserap dengan baik terdapat banyak

pelanggaran kaidah-kaidah hukum yang lain yang dilakukan oleh pengusaha.

“Seperti dicontohkan oleh Nurhayati Abbas seperti tindakan produsen/pelaku

usaha pangan akhir-akhir ini yang mencantumkan kata halal pada kemasan

produknya, padahal belum pernah diuji oleh Lembaga Pengkajian Pengawasan

Obat dan Makanan Majelis Ulama Indonesia (LP POM MUI)”.12

9
Taufik Simatupang, Aspek Hukum Periklanan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004,
hal. 13.
10
Sudaryatmo, Hukum & Advokasi Konsumen Cetakan Kedua, Citra Aditya Bakti,
Bandung 1999, hal. 21.
11
UU RI No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan
12
Nurhayati Abbas, Tanggung Jawab Produk Terhadap Konsumen Dan Implementasi
Pada Produk Pangan, AS Publishing, Makasar, 2011, hal. 1.
6

Selain aspek kehalalan banyak produsen makanan di negara berkembang

belum memproduksi makanannya sesuai dengan standar mutu yang ditentukan di

dalam klausul Good Manufacturing Practice (GMP). Produk yang dibuat di

bawah standar GMP rentan terkontaminasi oleh cemaran yang berbahaya.

Sebelum makanan disajikan pada umumnya mengalami proses pengolahan baik

pada suatu industri maupun pengolahan pada rumah tangga. Proses pengolahan

tersebut sangat menentukan kualitas makanan yang selanjutnya sampai pada

penyajian. Oleh karena itu pembicaraan mengenai sanitasi dan hygiene makanan

selama proses produksi hingga makanan siap disajikan menjadi sangat penting.

“Berdasarkan laporan WHO (1991), sekitar 70 % kasus diare yang terjadi

di negara-negara berkembang diakibatkan oleh makanan yang merupakan

ancaman serius terhadap anak-anak balita juga terhadap orang dewasa”. 13

Penyakit bawaan makanan atau keracunann makana yang ditimbulkan akibat

adanya kontaminasi makanan dan minuman oleh mikroba perlu mendapat

perhatian secara seksama, karena penderita kasus ini dapat mengalami gangguan

pencernaan dan gangguan penyarapan zat-zat gizi, dan yang lebih

memprihatinkan lagi kadang-kadang berakhir dengan kematian

Selain masalah keracunan pangan akibat kontaminasi cemaran, masalah

produk pangan kadarluarsa yang masih banyak berbedar juga menjadi sorotan

penting dalam kasus hukum keamanan pangan. “Satu kelemahan mendasar

terjadinya peredaran dan pembiaran produkasi-produksi pangan yang kadaluarsa

13
A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, Diadit Media,
Jakarta, 2001, hal. 80.
7

terletak pada sistem kontrol data yang tidak akurat”.14 Data produk pangan tidak

diteliti secara seksama oleh produsen untuk mengingatkan kembali pihak

penyalur, begitu pula data dari produsen tidak diteliti secara ketat oleh penyalur,

dan penyalur tidak mengingatkan penjualan pada waktu yang tepat untuk segera

menarik produkproduk pangan sesuai dengan aturan yang berlaku. Penjual dengan

motif mencari keuntungan sering membiarkan peredaran produk pangan dengan

cara menyampurkan menjadi satu barang-barang yang sudah kadaluarsa dengan

barangbarang yang masih layak dikonsumsi. Dari inventarisasi peraturan

perundang-undangan tersebut di atas, dapat diketahui, bahwa pengaturan stentang

produk pangan sudah cukup banyak.

14
A.Z. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, Diadit Media,
Jakarta, 2001, hal. 20
8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang di atas, dalam penelitian ini

secara umum mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Apa peran negara dalam memberikan perlindungan hukum bagi

konsumen pangan di Indonesia ?

2. Lembaga apa saja yang harus berperan memberikan perlindungan

hukum bagi konsumen pangan di Indonesia ?

3. Kapan negara harus berperan memberikan perlindungan hukum bagi

konsumen pangan di Indonesia ?

4. Dimana peran negara dalam memberikan perlindungan hukum bagi

konsumen pangan di Indonesia ?

5. Kenapa negara harus memberikan perlindungan hukum bagi

konsumen pangan di Indonesia ?

6. Bagaimana cara negara memberikan perlindungan hukum bagi

konsumen pangan di Indonesia ?

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang di atas, dalam penelitian ini

secara khusus membahas pokok – pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ketentuan hukum positif di Indonesia telah memberikan

jaminan perlindungan hukum bagi konsumen terhadap peredaran

produk pangan olahan yang mengandung bahan berbahaya ?


9

2. Upaya hukum apakah yang dapat dilakukan konsumen terhadap

peredaran produk pangan olahan yang mengandung bahan berbahaya?

D. Maksud dan Tujuan Penulisan

1. Adapun maksud dari penulisan ini adalah :

a. Sebagai suatu sumbangan pemikiran dari penulis untuk

masyarakat, aparat penegak hukum, maupun pemerintah dalam

menangani suatu kasus hukum tentang keamanan pangan

b. Untuk menambah dan meningkatkan wawasan serta

pengetahuan bagi penulis khususnya di bidang perlindungan

hukum bagi konsumen terkait keamanan produk pangan yang

dikonsumsinya

2. Adapun mengenai tujuan dari penulisan skripsi ini ialah sebagai

berikut :

a. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum

E. Ruang Lingkup

Penulisan skripsi ini akan dibatasi ruang lingkupnya agar di dalam

menguraikan permasalahan yang penulis bahas tidak terlalu luas sehingga

pembahasannya akan menjadi lebih terarah. Penulisan ini akan menganalisis

mengenai perlindungan hukum bagi konsumen terkait keamanan produk pangan

yang dikonsumsinya. Dimana ruang lingkupnya yang akan dibahas yaitu

mengenai instrumen hukum yang dapat melindungi konsumen dari kasus

keamanan pangan.
10

F. Kerangka Teori dan Konsepsional

Sebagian besar masyarakat Indonesia menghabiskan seluruh

penghasilannya untuk memenuhi barang konsumsi. Barang konsumsi terbesar

yang dikonsumsi adalah konsumsi pangan. Sebagai konsumen pangan, konsumen

harus mendapatkatkan perlindungan hukum dan kepastian hukum agar segala hak

– haknya atas kualitas dan keamanan pangan yang dikonsumsi terpenuhi.

“Dalam penjelasan Pasal 2 Undang – Undang Perlindungan Konsumen

disebutkan bahwa perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha

bersama berdasarkan 5 asas yang relevan dalam pembangunan nasional

diantaranya15:

1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala

upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen

dan pelaku usaha secara keseluruhan

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

melaksanakan kewajibannya secara adil.

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil dan

spiritual.

15
Rachmadi Usman, Hukum Ekonomi Dalam Dinamika, Djambatan, Jakarta, 2000, hal.
202
11

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada

konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang

dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun

konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

menyelenggarakan perlindungan konsumen serta Negara menjamin

kepastian hukum”.

“Bila kita menilai dari subtansi hukum menurut Achmad Ali menyatakan

bahwa hukum dapat dibagi menjadi tiga asas yaitu16 :

1. Asas kemanfaatan yang didalamnya meliputi asas keamanan dan

keselamatan

2. Asas keadilan yang didalamnya meliputi asas keseimbangan

3. Asas kepastian hukum”.

Memperhatikan substansi Pasal 2 Undang – Undang Perlindungan

Konsumen dan penjelasannya, tampak bahwa perumusannya mengacu pada

filosofi pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya

yang berlandaskan pada falsafah Negara Republik Indonesia.

Perlindungan hukum bagi konsumen memerlukan instrumen tentang

konsep kepastian hukum yang baik. Sebelum berbicara tentang kepastian hukum

kita harus mengerti apa itu hukum menurut para sarjana.

16
Achmad Ali , Menguak Tabir Hukum, Chandra Pratama, Jakarta, 1996, hal 95
12

Utrecht, dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia

mengemukakan “hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang mengatur tata

tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap petunjuk hidup itu dapat

menimbulkan tindakan dari pemerintah masyarakat itu. Immanuel Kant, dalam

bukunya Inleiding tot de Rechtswetsnschap mengartikan hukum sebagai

keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu

dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menuruti

peraturan hukum tentang kemerdekaan. Sedangkan J. Van Apeldoorn, dalam

bukunya Inleiding tot de studie van het Nederlandse recht mengemukakanbahwa

tidak mungkin memberikan definisi kepada hukum karena begitu luas yang

diaturnya. Hanya pada tujuan hukum mengatur pergaulan hidup secara

damai”.Dari segala macam teori di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa hukum

adalah suatu aturan atau norma yang mengatur tingkah laku masyarakat dalam

pergaulan hidup. “Mengenai tujuan hukum sendiri, menurut Apeldoorn, tujuan

hukum adalah mengatur pergaulan hidup secara damai”.17

17
L. J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 2000, hal.
10.
13

“Mengenai tujuan hukum, terdapat beberapa teori18, yaitu :

1. Teori Etis, yang berpendapat bahwa tujuan hukum semata-mata untuk

mewujudkan keadilan. Mengenai keadilan, Aristoteles mengajarkan

dua macam keadilan, yaitu keadilan distributif dan keadilan komutatif.

Keadilan distributif ialah keadilan yang memberikan kepada tiap

orang jatah menurut jasanya. Keadilan komutatif adalah keadilan yang

memberikan jatah kepada setiap orang sama banyaknya tanpa harus

mengingat jasa-jasa peseorangan.

2. Teori Utilitas, menurut Bentham bahwa hukum bertujuan untuk

mewujudkan apa yang berfaedah atau yang sesuai dengan daya guna

(efektif). Adagiumnya yang terkenal adalah The greatest happiness for

the greatest number artinya, kebahagiaan yang terbesar untuk jumlah

yang terbanyak. Ajaran Bentham disebut juga sebagai eudaemonisme

atau utilitarisme.

3. Teori Pengayoman, mengemukakan tujuan hukum adalah untuk

mengayomi manusia, baik secara aktif maupun secara pasif. Secara

aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu kondisi

kemasyarakatan yang manusiawi dalam proses yang berlangsung

secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah

mengupayakan pencegahan atas tindakan yang sewenang-wenang dan

penyalahgunaan hak”.

18
Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum sebuah Sketsa, Refika Aditama,
Bandung, 2008, hal. 24-28.
14

Selain memiliki tujuan, hukum juga harus mempunyai daya ikat yang

mampu mengikat masyarakat. “Menurut Gustav Radbruch yang mengembangkan

pemikiran Geldingstheorie mengemukakan bahwa berlakunya hukum secara

sempurna harus memenuhi tiga nilai dasar, meliputi” 19 :

1. Juridical doctrine, nilai kepastian hukum, dimana kekuatan

mengikatnya didasarkan pada aturan hukum yang lebih tinggi.

2. Sociological doctrine, nilai sosiologis, artinya aturan hukum mengikat

karena diakui dan diterima dalam masyarakat (teori pengakuan) atau

dapat dipaksakan sekalipun masyarakat menolaknya (teori paksaan)

3. Philosophical doctrine, nilai filosofis, artinya aturan hukum mengikat

karena sesuai dengan cita hukum, keadilan sebagai nilai positif yang

tertinggi.

Dengan demikian, maka agar hukum dapat berlaku dengan sempurna,

harus memenuhi tiga nilai dasar tersebut. Adanya unsur kepastian hukum, hal ini

erat kaitannya dalam hal membahas adanya suatu perlinsdungan hukum bagi

konsumen pangan terkait keamanan barang yang dikonsumsi. Dengan kata lain

adanya kepastian hukum dalam perlindungan hukum bagi konsumen pangan akan

dapat memberikan jaminan perlindungan hukum bagi masyarakat maupun aparat

pemerintah, mengingat kepastian hukum itu sendiri adalah alat atau syarat untuk

memberikan jaminan perlindungan bagi yang berhak.

19
I Dewa Gede Atmadja, Manfaat Filsafat Hukum dalam Studi Ilmu Hukum, Fakultas
Hukum Universitas Udayana, Denpasar 1998, hal. 68.
15

G. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah mengunakan metode penelitian hukum normatif,

yaitu mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku

di dalam lingkungan masyarakat dan menjadi panutan bagi perilaku serta tingkah

laku setiap orang. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum

deskriptif, yang bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran

ruang lingkup tentang keadaan hukum di tempat tertentu yang datanya diambil

dari sumber data primer, sekunder, dan Tersier

H. Sistematika Penulisan

Agar memudahkan dalam menjawab rumusan masalah yang terdapat

dalam proposal skripsi tersebut maka dibutuhkan pertanggung jawaban

sistematika yang terdiri atas lima bab sebagai berikut:

Bab I yang merupakan bab yang terdiri dari pendahuluan yang

memberikan gambaran umum dan menyeluruh mengenai pokok permasalahan

yang akan dibahas dalam penulisan proposal skripsi ini, yakni: Latar belakang,

Identifikasi masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian,

Kerangka teori konsepsional , Metode penelitian, dan serta sistematika penulisan.

Bab II, berbicara mengenai aspek – aspek hukum perlindungan konsumen.

Bab III yang berisikan mengenai produk pangan olahan dalam peraturan

perundang-undangan. Bab IV berisikan mengenai Perlindungan hukum konsumen

terhadap peredaran produk pangan olahan dan obat yang mengandung bahan

berbahaya. Bab V merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan atas


16

pembahasan pada bab dua dan bab tiga serta berisikan saran-saran atas

permasalahan yang didalam penulisan skripsi ini.


17

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, General Assembly Resolution A/Res/39/248 9 April 1985 on


Consumer Protection: “Taking into account the interest and needs of consumers in
all countries, particularly those in developing countries; recognizing that
consumers often face imbalances in economic terms, educational levels, and
bargaining power”, United Nations.

A.Z. Nasution, “Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar”,


Diadit Media, Jakarta, 2001.

Ahmadi Miru, dan Sutarman Yudo, “Hukum Perlindungan Konsumen,


Cetakan Kedua”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

Celine Tri Siwi Kristiyanti, “Hukum Perlindungan Konsumen”, Sinar


Grafika, Jakarta, 2008.

Dudu Duswara Machmudin, “Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa”,


Refika Aditama, Bandung, 2008.

Happy Susanto, “Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan”, Visimedia,


Jakarta, 2008.

I Dewa Gede Atmadja, “Manfaat Filsafat Hukum dalam Studi Ilmu


Hukum”, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar 1998.

John Pieris, “Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen Terhadap


Produk Pangan Kadaluarsa”, Pelangi Cendekia, Jakarta, 2007

Janus Sibaldok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT.


Citra Aditya Bakti, Bandung.
L. J. Van Apeldoorn, “Pengantar Ilmu Hukum”, Pradnya Paramita,
Jakarta, 2000.
Nurhayati Abbas, “Tanggung Jawab Produk Terhadap Konsumen Dan
Implementasi Pada Produk Pangan”, AS Publishing, Makasar, 2011.
Rachmadi Usman, “Hukum Ekonomi Dalam Dinamika”, Djambatan, Jakarta,
2000.

Sri Redjeki Hartono, “Aspek-aspek Hukum Perlindungan Konsumen


dalam Kerangka Perdagangan Bebas”, Pustaka Media, Bandung, 2002.

Sudaryatmo, “Hukum & Advokasi Konsumen Cetakan Kedua”, Citra


Aditya Bakti, Bandung 1999.
18

Taufik Simatupang, “Aspek Hukum Periklanan”, PT. Citra Aditya Bakti,


Bandung 2004.

Yusuf Shofie, “Perlindungan Konsumen dan lnstrumen-instrumen


Hukumnya”, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.
19

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Produk
Pangan Ditinjau Dari UU Pangan Dan Undang – Undang Perlindungan
Konsumen. Penulisan Proposal Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat
kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata Satu Universitas Pamulang. Dalam
penulisan Proposal Skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun
berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta kerjasama dari berbagai pihak
khususnya pembimbing, segala hambatan tersebut akhirnya dapat diatasi dengan
baik.
Dalam penulisan Proposal Skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan,
baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan.
Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Penulis menyadari
bahwa Proposal Skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan di masa
yang akan datang. Selanjutnya dalam penulisan Proposal Skripsi ini penulis
banyak di beri bantuan oleh berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan serta berbagi
pengalaman pada proses penyusunan Proposal skripsi ini.
Terakhir semoga segala bantuan yang telah diberikan sebagai amal soleh
senantiasa mendapat Ridho Allah SWT. Sehingga pada akhirnya Proposal Skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kemanjuan pendidikan khususnya di bidang hukum.

Pamulang, Oktober 2016


Penulis

ii
20

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Produk Pangan


Ditinjau Dari Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012
Tentang Pangan Dan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

TEDY OKTO PRAMONO


NIM : 2013020229

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
2016
21

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang Penelitian ......................................................................1

B. Identifikasi Masalah ...............................................................................8

C. Rumusan Masalah ..................................................................................8

D. Manfaat Dan Tujuan Penelitian .............................................................9

E. Ruang Lingkup .......................................................................................9

F. Kerangka Teori Dan Konsepsional ......................................................10

G. Metode Penelitian.................................................................................15

H. Sistematika Penulisan ..........................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17

iii

Anda mungkin juga menyukai