Anda di halaman 1dari 10

PERLINDUNGAN KONSUMEN JAJANAN PASAR BERDASARKAN PASAL 8 DAN

PASAL 62 PERATURAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG


PERLINDUNGAN KONSUMEN

Moch. Endang Djunaeni dan Intan Alfiah


Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Jl.Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon

Abstrak

Adapun permasalahan yang diangkat dari penelitian ini yaitu Bagaimana


Implementasi Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen terhadap produk jajanan pasar di pasar kue plered Kab. Cirebon dan
Sanksi apa yang diterapkan oleh pemerintah untuk pedagang yang melanggar Undang -
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang termuat di dalam pasal
8 dan pasal 62. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang
didasarkan studi kasus pada Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kota Cirebon.
Penelitian ini mengambil perhatian pada masalah alasan mengapa produk jajanan pada
IKM di Kota Cirebon belum tercantum masa kadaluwarsa. Pada Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif, penelitian
diskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan data dan informasi dilapangan
berdasarkan fakta yang diproses dilapangan secara mendalam. Sumber data yang
diperoleh yaitu Data primer dan Data Sekunder. Pengambilan data dengan melakukan
Studi Kepustakaan, Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi.

Dalam hasil analisis penulis mendapatkan pemahaman dalam Implementasi Undang


-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap produk jajanan
pasar di asar kue plered Kab. Cirebon perlu adanya sosialisasi secara bertahap agar tidak
terjadinya kerugian bagi konsumen. Pemerintah harus terus berupaya meningkatkan
perlindungan terhadap konsumen mengingat masih banyaknya jajanan pasar yang
tidak berlabel masa kadaluarsa yang beredar di masyarakat yang melanggar ketentuan
Pasal 8 ayat (1) huruf i Undang - Undang Perlindungan Konsumen yang diatur pada
pasal 62 tentang sanksi yang melanggar Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.

Kata kunci : Jajanan Pasar, Perlindungan Konsumen, Penerapan Sanksi

74
Abstract
The issues raised from this research that How Implementation Act - Act No. 8 of 1999
on Consumer Protection against market snacks products in the market cakes Plered Kab.
Cirebon and what sanctions are imposed by the government for the traders who violate the
Act - Act No. 8 of 1999 on consumer protection contained in Article 8 and Article 62. This
research is a field (field research) that is based on a case study of Small and Medium
Industry (SMEs) in the city of Cirebon. This study takes the attention on the problem of the
reason why the product snacks on SMEs in the city of Cirebon not listed expiration date. In
the method used in this research is descriptive qualitative, descriptive research is research
that describe the data and information in the field based on the fact that the field is processed
in depth. Sources of data obtained by the primary data and secondary data. Retrieval of data
by conducting literature study, interviews, observation, and documentation.
In the analysis results writers gain understanding in the implementation of Law OF
No. 8 of 1999 on Consumer Protection against products asar pastry snacks in Plered Kab.
Cirebon socialization needs to be gradual to avoid the occurrence of harm to consumers. The
government must continue to improve the protection of consumers considering many snacks
that are not labeled expiration period that is circulating in the community which violate the
provisions of Article 8 paragraph (1) letter i Law - Consumer Protection Act set out in Article
62 of sanctions violated Law - Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection.

Keywords: Snacks Market, Consumer Protection, Application of Sanctions

75
Latar Belakang Masalah dan segala kebutuhan diantara keduanya”.
Kepastian hukum itu meliputi
Perlindungan konsumen adalah segala upaya berdasarkab atas hukum
bagian dari hukum yang memuat asas- untuk memberdayakan konsumen
asas atau kaidah kaidah yang bersifat memperoleh atau menentukan pilihannya
mengatur dan juga mengandung sifat atas barang dan/atau jasa kebutuhannya
yang melindungi kepentingan konsumen. serta mempertahankan atau membela hak -
Adapun hukum konsumen diartikan haknya apabila dirugikan oleh perilaku
sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah- pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen.
kaidah hukum yang mengatur hubungan dan
masalah antara berbagai pihak satu sama lain Perlindungan konsumen merupakan
yang berkaitan dengan barang dan/atau jasa masalah kepentingan manusia, oleh karena
konsumen dalam pergaulan hidup. itu menjadi harapan bagi semua bangsa
didunia untuk dapat mewujudkannya.
Berdasarkan Undang – Undang Mewujudkan perlindungan konsumen adalah
Nomor 8 Pasal 1 ayat (1) Tahun 19991 mewujudkan hubungan berbagai dimensi
tentang perlindungan konsumen disebutkan yang satu sama lain mempunyai keterkaitan
bahwa “Perlindungan konsumen adalah dan saling ketergantungan antara
segala upaya yang menjamin adanya konsumen, pengusaha, dan pemerintah.
kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen”. Kepastian Pengaturan perlindungan konsumen
hukum untuk melindungi hak-hak dilakukan dengan: 2
konsumen, yang diperkuat melalui
undangundang khusus, memberikan a. Menciptakan sistem perlindungan
harapan agar pelaku usaha tidak lagi konsumen yang mengandung unsur
sewenang-wenang yang selalu merugikan keterbukaan akses dan informasi, serta
hak konsumen. Dengan adanya Undang – menjamin kepastian
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang b. Melindungi kepentingan konsumen
Perlindungan Konsumen beserta perangkat pada khususnya dan kepentingan
hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan seluruh pelaku usaha
posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa c. Meningkatkan kualitas barang dan
menggugat atau menuntut jika ternyata hak pelayanan jasa
haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh d. Memberikan perlindungan kepada
pelaku usaha. konsumen dari praktek usaha yang
menipu
Perlindungan konsumen yang e. dan menyesatkan
dijamin oleh undang-undang ini adalah f. Memadukan penyelenggaran,
adanya kepastian hukum terhadap segala pengembangan dan pengaturan
perolehan kebutuhan konsumen, yang perlindungan
bermula dari ” benih hidup dalam rahim
ibu sampai dengan tempat pemakaman Beberapa contohnya adalah
makanan kadaluarsa yang kini banyak
1
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum
2
Perlindungan Konsumen (Jakarta: Cetakan Ketujuh, Erman Rajagukguk, Hukum Perlindungan
Rajawali Pers, 2011), hlm 1 Konsumen, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm.7
76
beredar di pasaran. Puluhan produk Berbagai jenis kue kering, kue basah,
makanan dalam kemasan yang sudah permen, kerupuk, makanan anak -anak, serta
kadaluarsa kembali disita tim gabungan. ribuan jenis jajanan ringan lain
Tim gabungan tersebut terdiri dari Dinas bertumpuk di pasar tersebut. Boleh jadi,
Perindustrian dan Perdagangan pasar ini merupakan titik sentral dalam lalu
(Disperindag), Kepolisian, dan Dinas lintas berbagai jenis makanan ringan
Kesehatan (Dikes). Produk-produk sebelum dipasarkan ke daerah lain. Meski
kadaluarsa pada dasarnya sangat berbahaya terlihat berkembang pesat, Pasar Kue
karena berpotensi ditumbuhi jamur dan Plered tetap dihadapkan pada sejumlah
bakteri yang akhirnya bisa menyebabkan persoalan. Salah satunya adalah gempuran
keracunan. Latar belakang penulis dari industri makanan skala nasional. Hal
memilih pasar kue plered Kab. Cirebon itulah yang kemudian membuat ribuan
sebagai tempat penelitian adalah dari segi industri makanan rumahan goyah. Hal itu
pasar kue plered Kab. Cirebon yang bisa terlihat dari kenyataan yang berlaku
bergerak dalam bidang Pendistribusian Kue- di sejumlah desa sentra makanan, seperti
kue yang lumayan ramai dengan kosumen. Setu Wetan, Setu Kulon, Megu, Weru Lor,
Weru Kidul, dan sekitarnya.
Kesibukan Pasar Kue Plered yang
sering membuat lambat laju arus lalu Fenomena tersebut mulai terasa sejak
lintas di Jln. Raya Plered-Palimanan- memasuki tahun 2000, di mana Pabrik-
Bandung, menunjukkan pasar itu tak pabrik makanan besar juga meniru apa yang
terpengaruh terpaan krisis global. Sirkulasi dilakukan para pelaku bisnis rumahan di
uang di pasar itu, seperti dituturkan H. sana. Pabrikpabrik makanan berskala besar,
Hendra Sastra (59), Ketua Asosiasi kini, sama-sama mengeluarkan produk dalam
Pengusaha Industri Kecil dan Kerajinan kemasan kecil. Akhirnya, terjadilah
(APIKK), setiap harinya mencapai perebutan pangsa pasar, kemasan sachet
puluhan miliar rupiah. "Sejak tahun 1995, yang dulu dirintis industri rumahan
Pasar Kue Plered makin ramai. Krisis setempat harus bersaing dengan produk
moneter sebelum reformasi maupun krisis pabrik.
global sekarang tak sedikit pun berpengaruh.
Pasar ini tahan, mungkin karena hanya Contohnya kue-kue yang dikemas
mengandalkan pasar lokal, bukan ekspor," dalam bungkusan kecil, kini, pabrik besar
ungkapnya. juga mengeluarkan produk dan kemasan
sama. Demikian juga halnya dengan kue
Pasar Kue Plered memang menjadi kering, biskuit bermerk dijual dalam
magnet yang memiliki daya tarik tinggi. kemasan berisi tiga butir kue. Semua itu,
Tak hanya bagi wilayah Ciayumajakuning dulu merupakan trade-mark industri
(Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan makanan rumahan di Plered.
Kuningan), bahkan telah melebar sampai
ke seluruh Pulau Jawa. Untuk jenis kue "Sekarang, pabrik-pabrik makanan modern
atau jajanan ringan, pasar yang digerakkan meniru. Terjadilah persaingan yang tak
oleh lebih dari seribu pedagang kecil dan seimbang. Tentu saja, yang terjadi
menengah itu merupakan yang terbesar. kemudian adalah pelaku industri makanan
Plered yang terdesak," tutur Hendra.
77
Secara umum, pasar kue plered yang diproses dilapangan secara mendalam.
terus berkembang. Hanya, bedanya jenis Dalam metode ini penelitian yang
makanan produk pabrik besar lebih dimaksudkam untuk melakukan
dominan dibandingkan dengan jajanan penggambaran mengenai situasi-situasi dan
khas yang diproduksi masyarakat Plered kejadian-kejadian. Pendapat lain
secara tradisional dan turun-temurun.Pasar mengatakan bahwa penelitian kualitatif
Kue Plered semula diadakan sebagai adalah jenis penelitian yang temuan-
tempat memasarkan berbagai produk temuannya tidak diperoleh melalui
olahan makanan ringan oleh warga setempat. prosedur statistik atau bentuk hitungan
Dalam perkembangannya, karena pasar itu lainnya3. Dalam penelitian ini peneliti
bertambah besar, produk makanan ringan menggunakan pendekatan kualitatif
dari berbagai pabrik besar berdatangan. Oleh deskriptif. Data yang dikumpulka n adalah
karena itu, fungsi awal pasar sebagai kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
tempat memasarkan produk olahan Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan
industri makanan rumahan warga setempat metode kualitatif4. Metode tersebut
berubah menjadi pusat pertemuan produk disertai dengan metode pendekatan yuridis
makanan dari berb agai daerah. Kondisi normatif, yaitu dengan membaca dan
terakhir ini sangat menguntungkan para mengutip bahan hukum primer berupa
pedagang dan grosir. Sebaliknya, itu justru Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
menjadi bak lonceng kematian bagi industri tentang perlindungan konsumen, sehingga
rumahan. dapat diketahui aspek hukumnya.

Masalah Pasar Kue Plered ini Makanan dalam perspektif Islam


sebenarnya bukanlah persoalan baru.
Sebab, sebelum tahun 80-an pusat distribusi Dalam Islam, konsumen yang
kue besar di Indonesia ini hanya tempat mengomsumsi barang atau jasa
penjualan kuekue lokal saja. Namun setelah merupakan manifestasi zikir atas nama
era itu, pasar tersebut berubah menjadi pusat Allah SWT, karena batasan-batasan yang
penganan yang ramai dikunjungi pelanggan diberikan Islam kepada konsumen untuk
dari berbagai daerah. Bahkan sejumlah tidak mengomsumsi barang dan/atau jasa
makanan ringan dari Jakarta, misalnya, juga yang haram agar konsumen selamat baik di
dikirim lewat Pasar Plered dan disebar dunia maupunakhirat. Bagi seorang muslim,
hingga ke luar Pulau Jawa. Para pedagang makanan dan minuman erat kaitannya
kue di sentra makanan ringan itu omzetnya dengan ibadah dan berpengaruh pada
rata-rata Rp 5 juta untuk kios kecil dan perusahaan, karena akan menimbulkan
Rp 50 juta untuk pedagang besar. ketidakpercayaan publik terhadap produk
haram dengan label halal. Hilangnya
Metedologi Penelitian kepercayaan publik akan menurunkan daya
beli masyarakat terhadap produk perusahaan
Metode yang digunakan dalam tersebut.
penelitian ini adalah metode kualitatif yang
bersifat deskriptif, penelitian diskriptif 3
Suharmi Arikunto, management Penelitian
yaitu penelitian yang menggambarkan data (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1993), hlm 309
4
Sumardi Suryabrata, Metedollogi Penelitian
dan informasi dilapangan berdasarkan fakta (Jakarta : PT.Raja Grafindo,2004), hlm 76
78
Makanan merupakan kebutuhan Konsumen Indonesia mayoritas
pokok bagi manusia, dimana untuk muslim, maka sudah selayaknya
mendapatkannya manusia menempuh mendapatkan perlindungan atas barang
berbagai cara untuk mendapatkan atau jasa yang merupakan haknya, bukan
makanan tersebut, oleh karena itu Allah malah menjadi korban dari praktik
SWT mengatur didalam Al-Qur'an baik perdagangan yang tidak bertanggungjawab.
mengenai hukum makanan secara langsung Hal ini terbukri dengan banyaknya temuan
maupun cara yang digunakan untuk produk yang menggunakan zat haram atau
mendapatkan makanan tersebut. Dalam proses dan tujuan produksinya yang haram.
Islam, makanan merupakan tolak ukur
yang dapat mempengaruhi dari segala Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
perilaku seseorang dalam kehidupan sehari- Konsumen, Produsen, Distributor
hari, makanan tidak hanya sekedar sebagai kurang fahamnya akan ketentuan
kebutuhan lahiriah tetapi juga sebagai Undang – Undang Nomor 8 pasal 8
kebutuhan sepiritual. Oleh karena itu tahun 1999 entang Perlindungan
tidak dibenarkan seseorang mengkonsumsi Konsumen.
makanan sebelum ia benar-benar mengetahui Sampai saat ini belum banyak
kehalalan makanan yang ia konsumsi, maka masyarakat yang menyadari pentingnya
islam menekankan bahwa umat Islam keamanan pangan, termasuk pangan
harus menjaga makanan dari berbagai jajanan pasar. Hal ini disebabkan
pengaruh haram5. masyarakat baik produsen (terutama
Produsen dalam islam berkaitan erat produsen skala rumah tangga) maupun
dengan pekerjaan, yaitu suatu aktivitas yang konsumen belum memiliki pengetahuan dan
dilakukan seseorang dengan mengeluarkan pemahaman yang cukup sehingga masalah
seluruh potensinya untuk mencapai tujuan keamanan pangan belum menjadi prioritas
tertentu. Islam tidak mengatur hak-hak dalam mengembangkan atau memilih pangan
konsumen secara berurutan seperti yang untuk dikonsumsi.
tercantum dalam Undang - Undang Masih kurangnya tanggung jawab
Perlindungan Konsumen, namun Islam dan kesadaran produsen dan distributor
melindungi hak-hak konsumen dari terhadap keamanan pangan tampak dari
perbuatan yang curang dan menyesatkan, penerapan Good Agricultural Practice
serta memberikan hak atas keselamatan (GAP atau suatu pedoman yang
dan kesehatan, hak untuk memilih, hak menjelaskan cara budidaya tumbuhan /
untuk mendapat lingkungan yang sehat, hak ternak yang baik agar menghasilkan
untuk mendapatkan advokasi dan pangan bermutu,aman,dan layak dikonsumsi)
penyelesaian sengketa dan hak untuk dan teknologi produksi berwawasan
mendapatkan ganti rugi. lingkungan yang belum sepenuhnya oleh
produsen primer, penerapan Good Handling
Pratice (GHP atau suatu pedoman yang
menjelaskan cara penanganan pascapanen
5
Thobieb Al-Asyhar Zubaidi, Bahaya hasil pertanian yang baik agar menghasilkan
Makanan Haram, (Jakarta: PT. Al Muwardi Prima, cet
1, 2002) Hlm 79
pangan bermutu, aman, dan layak
79
dikonsumsi) dan Good Manufacturing sarana yang tidak memenuhi syarat sebagai
Pratice (GMP atau peraturan tentang cara distributor makanan6.
untuk mencapai kualitas yang konsisten
dalam produk yang dibuat.) serta Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP Contoh Kasus Keracunan di Pasar kue
atau antisipasi bahaya dan identifikasi titik Plered kab. Cirebon
pengawasan yang mengutamakan kepada
tindakan pencegahan dari pada Menurut pendapat hasil penelitian,
mengandalkan kepada pengujian produk walaupun di Indonesia telah ada Undang -
akhir.) yang masih jauh dari standar oleh Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
produsen/pengolah makanan berskala kecil perlindungan konsumen tetap saja pada
dan rumah tangga. penerapannya tidak berpengaruh terlalu
banyak. Kenyataannya masih banyak
Selain itu, masih kurangnya penyalahgunaan hak konsumen yang
pengetahuan dan kepedulian konsumen terjadi. Ketentuan-ketentuan yang ada
tentang keamanan pangan tercermin dari dalam Undang-Undang tersebut seolah-
sedikitnya konsumen yang menuntut olah hanya sebuah tulisan yang tidak
produsen untukmenghasilkan produk bermakna yang pada akhirnya diabaikan
pangan yang aman dan bermutu serta juga.
klaim konsumen jika produk pangan yang
dibeli tidak sesuai informasi yang Salah satu contoh kasusnya adalah
tercantum pada label maupun iklan. Saat ini banyak sekali makanan atau jajanan
Pengetahuan dan kepedulian konsumen pasar yang tidak berlabel masa kadaluwarsa
yang tinggi akan sangat mendukung beredar di pasar kue plered kab. Cirebon7.
usaha peningkatan pendidikan keamanan Pada tahun 2013 terjadi keracunan yang
pangan bagi para produsen pangan. Untuk terdapat pada permen cair jajanan anak-
itu, kesadaran semua pihak untuk anak. Peristiwa ini menyebabkan anak
meningkatkan manajemen mutu dan merasa mual dan pusing tapi tidak sampai
keamanan pangan sangatlah penting. Tidak ada korban jiwa. Dari kejadian ini
bisa hanya menyerahkan tanggung jawab Disperindag sangat ketat untuk terjun
kepada pemerintah atau pihak produsen saja langsung ke pasar untuk me ngawasi dan
akan tetapi semua pihak termasuk konsumen mengantisipasi jajanan yang tidak layak
punya andil cukup penting dalam konsumsi. Sebenarnya dengan adanya
meningkatkan sistem manajemen mutu dan Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999
keamanan pangan di Indonesia. tentang perlindungan konsumen di
Indonesia para konsumen tidak perlu resah
Distributor pangan umumnya juga dalam mengkonsumsi apapun, Menurut
belum memahami Good Distribution
Practice (GDP). Pemeriksaan terhadap 6
Hasil wawancara yang dilakukan dengan
sarana distribusi produk pangan dalam hal bapak Usman selaku staff Disperindag Kota Cirebon,
sanitasi, bangunan dan fasilitas yang tanggal 11 Maret 2016
7
digunakan, serta produk yang dijual Hasil wawancara dengan pa sadi selaku
kepala pasar kue plered kab. Cirebon pada 25 januari
menemukan sekitar 41,60% – 44,29% 2016
pukul 15:00
80
hasil penelitian Undang - Undang Nomor Tentang Perlindungan Konsumen.
8 Tahun 1999 tentang perlindungan Tindakan preventif di antaranya adalah
konsumen yang sudah ada seharusnya melakukan sosialisasi tentang Undang -
lebih di tegakkan kembali agar para Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
pelaku-pelaku kecurangan tersebut dapat Perlindungan Konsumen dalam kegiatan
ditindak lanjuti lebih jauh dan para pelatihan dan pembinaan bagi pelaku usaha
konsumen dapat lebih nyaman dalam makanan ringan yang diselenggarakan oleh
mengkonsumsi suatu produk . Sebagai Disperindag dan Dinkes. Sedangkan
konsumen berpendapat ketika menemukan tindakan represif yang terpaksa dilakukan
makanan atau jajanan pasar kue yang oleh Disperindag dan Dinkes adalah
tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa dengan menarik peredaran produk-produk
dan komposisi ialah pada awalnya takut bermasalah tersebut dari pasaran dan
layak atau tidaknya konsumsi. Tetapi memberikan sanksi administratif bagi pelaku
sekarang masyarakat sudah cukup pintar usaha makanan ringan yang terbukti
untuk memilih jajanan yang aman, bisa melanggar8.
dilihat dari kemasan, warna jajanan, dan
harga. Untuk sejauh ini masyarakat cukup Salah satu wujud upaya preventif
nyaman dengan jajanan tradisonal selain yang pernah dilakukan oleh Disperindag
menjunjung jajanan rumahan Cirebon juga Kota Cirebon adalah melakukan pembinaan
dapat melestarikan jajanan rumahan terhadap IKM makanan dan minuman di
seperti daerah Setu Wetan, Setu Kulon, Kota Cirebon melalui kegiatan “Pelatihan
Megu, Weru Lor, Weru Kidul, dan Desain Kemasan bagi IKM Makanan dan
sekitarnya. Saya tertarik belanja di pasar kue Minuman di Kota Cirebon”. Melalui
plered karena murah dan langsung pada kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat
tempat pendistribusian oleh karena itu lebih meningkatkan kemampuan desain kemasan
murah dari tempat lain. para pelaku usaha sehingga mampu
menghasilkan desain kemasan yang
Upaya yang dilakukan oleh Disperindag emberikan nilai tambah bagi produk yang
dan Dinkes Kab. Cirebon dikemasnya9.

Adapun upaya yang dilakukan oleh Upaya represif yang dilakukan


Disperindag dan Dinkes agar penerapan oleh Disperindag dan Dinkes berupa
Pasal 62 Undang - Undang Nomor 8 Tahun penarikan produk-produk tidak berlabel dari
1999 Tentang Perlindungan Konsumen peredaran di masyarakat telah diatur dalam
berjalan dengan baik di lapangan adalah Pasal 8 ayat (4) Undang - Undang Nomor 8
dengan melakukan tindakan preventif dan Tahun 1999 Tentang Perlindungan
repesif. Tindakan preventif dilakukan Konsumen yang menyebutkan bahwa pelaku
dengan tujuan untuk mencegah pelaku
usaha memproduksi atau 8
Hasil wawancara yang dilakukan dengan bapak Usman selaku
memperdagangkan produk atau jasa yang staff Disperindag Kota Cirebon, tanggal 1
1 Maret 2016.
melanggar peraturan perundang-undangan,
khususnya Pasal Pasal 8 ayat (1) huruf i 9
Hasil wawancara yang dilakukan dengan bapak Usman selaku
staff Disperindag Kota Cirebon, tanggal 11 Maret 2016
Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999

81
usaha yang melakukan pelanggaran peredaran, dicabut izin edar dan disita
dilarang memperdagangkan barang untuk dimusnahkan sesuai dengan
dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya ketentuan peraturan perundang-undangan10.
dari peredaran. Dalam hal ini Disperindag Berdasarkan penelusuran peneliti di
dan Dinkes memberi kesempatan bagi lapangan, ketentuan Pasal 8 ayat (1) huruf
pelaku usaha untuk menarik sendiri i Undang - Undang Nomor 8 Tahun
seluruh produkproduknya yang terbukti 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
melanggar Pasal 8 ayat (1) Undang - sepertinya tidak dijalankan oleh beberapa
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang pelaku usaha makanan ringan. Dari hasil
Perlindungan Konsumen. observasi di lapangan, peneliti menemukan
beberapa produk makanan ringan yang tidak
Upaya represif yang dilakukan ada label atau penjelasan yang memuat
oleh Disperindag dan Dinkes adalah nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau
dengan melakukan penarikan produk dan netto, komposisi, aturan pakai, tanggal
pengenaan sanksi administratif kepada pembuatan, akibat sampingan, nama dan
pelaku usaha makanan ringan yang alamat pelaku usaha. Dokumen berupa
terbukti melanggar. Hal ini disebutkan foto-foto atas produk makanan ringan
dalam Pasal 102 ayat (1) Undang - tersebut dapat dilihat di lampiran. Dalam
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang hal penerapan Pasal 62 Undang - Undang
Perlindungan Konsumen bahwa setiap Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
orang yang melanggar ketentuan Perlindungan Konsumen di lapangan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat peneliti mewawancarai 3 (tiga) orang
(1), Pasal 99, dan Pasal 100 ayat (2) pelaku usaha makanan ringan yang
dikenai sanksi administratif. Pasal 102 a berdomisili di Kota Cirebon, yakni bapak
yat (3) Undang - Undang Nomor 8 Tahun Lastori, ibu Nurida, dan ibu Badriatun.
1999 Tentang Perlindungan Konsumen
menyebutkan bahwa sanksi administratif Kesimpulan
tersebut berupa:
Berdasarkan hasil pembahasan atas 2
1) Denda permasalahan yang dikaji dalam penelitian
2) Penghentian sementara dari kegiatan, ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
produksi, atau peredaran
3) Penarikan pangan dari peredaran oleh Penerapan Undang - Undang
produsen Nomor 8 Tahun 1999 huruf i tentang
4) Ganti rugi; dan/atau Perlindungan Konsumen terkait
5) Pencabutan izin. pelanggaran pelaku usaha makanan ringan
belum berjalan dengan baik. Hasil temuan
Selain itu, Pasal 111 Undang - Disperindag dan Dinkes serta hasil
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang penelitian di lapangan ditemukan cukup
Perlindungan Konsumen juga menyebutkan banyak produk makanan ringan yang
bahwa makanan dan minuman yang tidak terbukti melanggar yaitu produk jajanan
memenuhi ketentuan standar, persyaratan
10
kesehatan, dan/atau membahayakan Hasil wawancara yang dilakukan dengan
bapak Usman selaku staff Disperindag Kota Cirebon,
kesehatan dilarang untuk diedarkan dari tanggal 11 Maret 2016.
82
ringan tidak memiliki label atau penjelasan dan kesehatan masyarakat. Menurut Dinkes
barang yang memuat nama barang, ukuran, dan Disperindag, penerapan sanksi pidana
berat/isi bersih atau netto, komposisi, adalah wewenang dari pihak Kepolisian.
aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat Pihak Kepolisian sendiri akan menerapkan
sampingan, nama dan alamat pelaku usaha. sanksi pidana atau perdata atas pelanggaran
pasal tersebut jika terdapat bukti dan laporan
Sanksi pada Undang - Undang dari masyarakat, baik dari konsumen yang
Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 62 tentang merasa dirugikan maupun dari hasil
Perlindungan Konsumen itu belum penyelidikan pihak BPOM yang di
sepenuhnya diterapkan pada seluruh dalamnya terdapat pihak Disperindag,
produsen makanan ringan, karena Dinkes, dan Kepolisian setempat.
permasalahannya masyarakat belum
banyak yang mengetahui adanya
Perlindungan Konsumen yang mewajibkan
membuat penjelasan barang yang memuat
nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau
netto, komposisi, aturan p akai, tanggal
pembuatan, akibat sampingan, nama dan Daftar Pustaka
alamat pelaku usaha serta keterangan lain Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, 2011,
untuk penggunaan yang menurut ketentuan Hukum Perlindungan Konsumen
harus dipasang atau dibuat. Sehingga (Jakarta: Cetakan Ketujuh,
masyarakat sudah membudaya Rajawali Pers.
Erman Rajagukguk, 2000, Hukum
memproduksi makanan tidak
Perlindungan Konsumen, Bandung:
menggunakan label merk, mencantumkan Mandar Maju.
komposisi, tidak ada nama dan alamat Suharmi Arikunto, 1993, management
pelaku usaha, solusi untuk menangani Penelitian, Jakarta : PT.Rineka
permasalahan tersebut adalah sosialisasi. Cipta.
Disperindag dan Dinkes hanya melakukan Sumardi Suryabrata, 2004, Metedollogi
fungsi pengawasan atas peredaran produk Penelitian, Jakarta : PT.Raja
Grafindo.
dan memberikan sanksi Administrative,
Thobieb Al-Asyhar Zubaidi, 2002, Bahaya
sedangkan sanksi pidana diserahkan Makanan Haram, Jakarta: PT. Al
kepada kewenangan dari pihak Kepolisian. Muwardi Prima, cet pertama.
yakni dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua
milyar rupiah). Dinas Kesehatan dan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
memiliki andil besar karena masalah ukuran,
berat dan isi bersih atau netto, komposisi,
aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat
sampingan, nama dan alamat pelaku usaha
serta keterangan lain untuk penggunaan
adalah hal yang menyangkut keselamatan
83

Anda mungkin juga menyukai