Abstrak
74
Abstract
The issues raised from this research that How Implementation Act - Act No. 8 of 1999
on Consumer Protection against market snacks products in the market cakes Plered Kab.
Cirebon and what sanctions are imposed by the government for the traders who violate the
Act - Act No. 8 of 1999 on consumer protection contained in Article 8 and Article 62. This
research is a field (field research) that is based on a case study of Small and Medium
Industry (SMEs) in the city of Cirebon. This study takes the attention on the problem of the
reason why the product snacks on SMEs in the city of Cirebon not listed expiration date. In
the method used in this research is descriptive qualitative, descriptive research is research
that describe the data and information in the field based on the fact that the field is processed
in depth. Sources of data obtained by the primary data and secondary data. Retrieval of data
by conducting literature study, interviews, observation, and documentation.
In the analysis results writers gain understanding in the implementation of Law OF
No. 8 of 1999 on Consumer Protection against products asar pastry snacks in Plered Kab.
Cirebon socialization needs to be gradual to avoid the occurrence of harm to consumers. The
government must continue to improve the protection of consumers considering many snacks
that are not labeled expiration period that is circulating in the community which violate the
provisions of Article 8 paragraph (1) letter i Law - Consumer Protection Act set out in Article
62 of sanctions violated Law - Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection.
75
Latar Belakang Masalah dan segala kebutuhan diantara keduanya”.
Kepastian hukum itu meliputi
Perlindungan konsumen adalah segala upaya berdasarkab atas hukum
bagian dari hukum yang memuat asas- untuk memberdayakan konsumen
asas atau kaidah kaidah yang bersifat memperoleh atau menentukan pilihannya
mengatur dan juga mengandung sifat atas barang dan/atau jasa kebutuhannya
yang melindungi kepentingan konsumen. serta mempertahankan atau membela hak -
Adapun hukum konsumen diartikan haknya apabila dirugikan oleh perilaku
sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah- pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen.
kaidah hukum yang mengatur hubungan dan
masalah antara berbagai pihak satu sama lain Perlindungan konsumen merupakan
yang berkaitan dengan barang dan/atau jasa masalah kepentingan manusia, oleh karena
konsumen dalam pergaulan hidup. itu menjadi harapan bagi semua bangsa
didunia untuk dapat mewujudkannya.
Berdasarkan Undang – Undang Mewujudkan perlindungan konsumen adalah
Nomor 8 Pasal 1 ayat (1) Tahun 19991 mewujudkan hubungan berbagai dimensi
tentang perlindungan konsumen disebutkan yang satu sama lain mempunyai keterkaitan
bahwa “Perlindungan konsumen adalah dan saling ketergantungan antara
segala upaya yang menjamin adanya konsumen, pengusaha, dan pemerintah.
kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen”. Kepastian Pengaturan perlindungan konsumen
hukum untuk melindungi hak-hak dilakukan dengan: 2
konsumen, yang diperkuat melalui
undangundang khusus, memberikan a. Menciptakan sistem perlindungan
harapan agar pelaku usaha tidak lagi konsumen yang mengandung unsur
sewenang-wenang yang selalu merugikan keterbukaan akses dan informasi, serta
hak konsumen. Dengan adanya Undang – menjamin kepastian
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang b. Melindungi kepentingan konsumen
Perlindungan Konsumen beserta perangkat pada khususnya dan kepentingan
hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan seluruh pelaku usaha
posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa c. Meningkatkan kualitas barang dan
menggugat atau menuntut jika ternyata hak pelayanan jasa
haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh d. Memberikan perlindungan kepada
pelaku usaha. konsumen dari praktek usaha yang
menipu
Perlindungan konsumen yang e. dan menyesatkan
dijamin oleh undang-undang ini adalah f. Memadukan penyelenggaran,
adanya kepastian hukum terhadap segala pengembangan dan pengaturan
perolehan kebutuhan konsumen, yang perlindungan
bermula dari ” benih hidup dalam rahim
ibu sampai dengan tempat pemakaman Beberapa contohnya adalah
makanan kadaluarsa yang kini banyak
1
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum
2
Perlindungan Konsumen (Jakarta: Cetakan Ketujuh, Erman Rajagukguk, Hukum Perlindungan
Rajawali Pers, 2011), hlm 1 Konsumen, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm.7
76
beredar di pasaran. Puluhan produk Berbagai jenis kue kering, kue basah,
makanan dalam kemasan yang sudah permen, kerupuk, makanan anak -anak, serta
kadaluarsa kembali disita tim gabungan. ribuan jenis jajanan ringan lain
Tim gabungan tersebut terdiri dari Dinas bertumpuk di pasar tersebut. Boleh jadi,
Perindustrian dan Perdagangan pasar ini merupakan titik sentral dalam lalu
(Disperindag), Kepolisian, dan Dinas lintas berbagai jenis makanan ringan
Kesehatan (Dikes). Produk-produk sebelum dipasarkan ke daerah lain. Meski
kadaluarsa pada dasarnya sangat berbahaya terlihat berkembang pesat, Pasar Kue
karena berpotensi ditumbuhi jamur dan Plered tetap dihadapkan pada sejumlah
bakteri yang akhirnya bisa menyebabkan persoalan. Salah satunya adalah gempuran
keracunan. Latar belakang penulis dari industri makanan skala nasional. Hal
memilih pasar kue plered Kab. Cirebon itulah yang kemudian membuat ribuan
sebagai tempat penelitian adalah dari segi industri makanan rumahan goyah. Hal itu
pasar kue plered Kab. Cirebon yang bisa terlihat dari kenyataan yang berlaku
bergerak dalam bidang Pendistribusian Kue- di sejumlah desa sentra makanan, seperti
kue yang lumayan ramai dengan kosumen. Setu Wetan, Setu Kulon, Megu, Weru Lor,
Weru Kidul, dan sekitarnya.
Kesibukan Pasar Kue Plered yang
sering membuat lambat laju arus lalu Fenomena tersebut mulai terasa sejak
lintas di Jln. Raya Plered-Palimanan- memasuki tahun 2000, di mana Pabrik-
Bandung, menunjukkan pasar itu tak pabrik makanan besar juga meniru apa yang
terpengaruh terpaan krisis global. Sirkulasi dilakukan para pelaku bisnis rumahan di
uang di pasar itu, seperti dituturkan H. sana. Pabrikpabrik makanan berskala besar,
Hendra Sastra (59), Ketua Asosiasi kini, sama-sama mengeluarkan produk dalam
Pengusaha Industri Kecil dan Kerajinan kemasan kecil. Akhirnya, terjadilah
(APIKK), setiap harinya mencapai perebutan pangsa pasar, kemasan sachet
puluhan miliar rupiah. "Sejak tahun 1995, yang dulu dirintis industri rumahan
Pasar Kue Plered makin ramai. Krisis setempat harus bersaing dengan produk
moneter sebelum reformasi maupun krisis pabrik.
global sekarang tak sedikit pun berpengaruh.
Pasar ini tahan, mungkin karena hanya Contohnya kue-kue yang dikemas
mengandalkan pasar lokal, bukan ekspor," dalam bungkusan kecil, kini, pabrik besar
ungkapnya. juga mengeluarkan produk dan kemasan
sama. Demikian juga halnya dengan kue
Pasar Kue Plered memang menjadi kering, biskuit bermerk dijual dalam
magnet yang memiliki daya tarik tinggi. kemasan berisi tiga butir kue. Semua itu,
Tak hanya bagi wilayah Ciayumajakuning dulu merupakan trade-mark industri
(Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan makanan rumahan di Plered.
Kuningan), bahkan telah melebar sampai
ke seluruh Pulau Jawa. Untuk jenis kue "Sekarang, pabrik-pabrik makanan modern
atau jajanan ringan, pasar yang digerakkan meniru. Terjadilah persaingan yang tak
oleh lebih dari seribu pedagang kecil dan seimbang. Tentu saja, yang terjadi
menengah itu merupakan yang terbesar. kemudian adalah pelaku industri makanan
Plered yang terdesak," tutur Hendra.
77
Secara umum, pasar kue plered yang diproses dilapangan secara mendalam.
terus berkembang. Hanya, bedanya jenis Dalam metode ini penelitian yang
makanan produk pabrik besar lebih dimaksudkam untuk melakukan
dominan dibandingkan dengan jajanan penggambaran mengenai situasi-situasi dan
khas yang diproduksi masyarakat Plered kejadian-kejadian. Pendapat lain
secara tradisional dan turun-temurun.Pasar mengatakan bahwa penelitian kualitatif
Kue Plered semula diadakan sebagai adalah jenis penelitian yang temuan-
tempat memasarkan berbagai produk temuannya tidak diperoleh melalui
olahan makanan ringan oleh warga setempat. prosedur statistik atau bentuk hitungan
Dalam perkembangannya, karena pasar itu lainnya3. Dalam penelitian ini peneliti
bertambah besar, produk makanan ringan menggunakan pendekatan kualitatif
dari berbagai pabrik besar berdatangan. Oleh deskriptif. Data yang dikumpulka n adalah
karena itu, fungsi awal pasar sebagai kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.
tempat memasarkan produk olahan Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan
industri makanan rumahan warga setempat metode kualitatif4. Metode tersebut
berubah menjadi pusat pertemuan produk disertai dengan metode pendekatan yuridis
makanan dari berb agai daerah. Kondisi normatif, yaitu dengan membaca dan
terakhir ini sangat menguntungkan para mengutip bahan hukum primer berupa
pedagang dan grosir. Sebaliknya, itu justru Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
menjadi bak lonceng kematian bagi industri tentang perlindungan konsumen, sehingga
rumahan. dapat diketahui aspek hukumnya.
81
usaha yang melakukan pelanggaran peredaran, dicabut izin edar dan disita
dilarang memperdagangkan barang untuk dimusnahkan sesuai dengan
dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya ketentuan peraturan perundang-undangan10.
dari peredaran. Dalam hal ini Disperindag Berdasarkan penelusuran peneliti di
dan Dinkes memberi kesempatan bagi lapangan, ketentuan Pasal 8 ayat (1) huruf
pelaku usaha untuk menarik sendiri i Undang - Undang Nomor 8 Tahun
seluruh produkproduknya yang terbukti 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
melanggar Pasal 8 ayat (1) Undang - sepertinya tidak dijalankan oleh beberapa
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang pelaku usaha makanan ringan. Dari hasil
Perlindungan Konsumen. observasi di lapangan, peneliti menemukan
beberapa produk makanan ringan yang tidak
Upaya represif yang dilakukan ada label atau penjelasan yang memuat
oleh Disperindag dan Dinkes adalah nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau
dengan melakukan penarikan produk dan netto, komposisi, aturan pakai, tanggal
pengenaan sanksi administratif kepada pembuatan, akibat sampingan, nama dan
pelaku usaha makanan ringan yang alamat pelaku usaha. Dokumen berupa
terbukti melanggar. Hal ini disebutkan foto-foto atas produk makanan ringan
dalam Pasal 102 ayat (1) Undang - tersebut dapat dilihat di lampiran. Dalam
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang hal penerapan Pasal 62 Undang - Undang
Perlindungan Konsumen bahwa setiap Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
orang yang melanggar ketentuan Perlindungan Konsumen di lapangan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat peneliti mewawancarai 3 (tiga) orang
(1), Pasal 99, dan Pasal 100 ayat (2) pelaku usaha makanan ringan yang
dikenai sanksi administratif. Pasal 102 a berdomisili di Kota Cirebon, yakni bapak
yat (3) Undang - Undang Nomor 8 Tahun Lastori, ibu Nurida, dan ibu Badriatun.
1999 Tentang Perlindungan Konsumen
menyebutkan bahwa sanksi administratif Kesimpulan
tersebut berupa:
Berdasarkan hasil pembahasan atas 2
1) Denda permasalahan yang dikaji dalam penelitian
2) Penghentian sementara dari kegiatan, ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
produksi, atau peredaran
3) Penarikan pangan dari peredaran oleh Penerapan Undang - Undang
produsen Nomor 8 Tahun 1999 huruf i tentang
4) Ganti rugi; dan/atau Perlindungan Konsumen terkait
5) Pencabutan izin. pelanggaran pelaku usaha makanan ringan
belum berjalan dengan baik. Hasil temuan
Selain itu, Pasal 111 Undang - Disperindag dan Dinkes serta hasil
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang penelitian di lapangan ditemukan cukup
Perlindungan Konsumen juga menyebutkan banyak produk makanan ringan yang
bahwa makanan dan minuman yang tidak terbukti melanggar yaitu produk jajanan
memenuhi ketentuan standar, persyaratan
10
kesehatan, dan/atau membahayakan Hasil wawancara yang dilakukan dengan
bapak Usman selaku staff Disperindag Kota Cirebon,
kesehatan dilarang untuk diedarkan dari tanggal 11 Maret 2016.
82
ringan tidak memiliki label atau penjelasan dan kesehatan masyarakat. Menurut Dinkes
barang yang memuat nama barang, ukuran, dan Disperindag, penerapan sanksi pidana
berat/isi bersih atau netto, komposisi, adalah wewenang dari pihak Kepolisian.
aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat Pihak Kepolisian sendiri akan menerapkan
sampingan, nama dan alamat pelaku usaha. sanksi pidana atau perdata atas pelanggaran
pasal tersebut jika terdapat bukti dan laporan
Sanksi pada Undang - Undang dari masyarakat, baik dari konsumen yang
Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 62 tentang merasa dirugikan maupun dari hasil
Perlindungan Konsumen itu belum penyelidikan pihak BPOM yang di
sepenuhnya diterapkan pada seluruh dalamnya terdapat pihak Disperindag,
produsen makanan ringan, karena Dinkes, dan Kepolisian setempat.
permasalahannya masyarakat belum
banyak yang mengetahui adanya
Perlindungan Konsumen yang mewajibkan
membuat penjelasan barang yang memuat
nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau
netto, komposisi, aturan p akai, tanggal
pembuatan, akibat sampingan, nama dan Daftar Pustaka
alamat pelaku usaha serta keterangan lain Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, 2011,
untuk penggunaan yang menurut ketentuan Hukum Perlindungan Konsumen
harus dipasang atau dibuat. Sehingga (Jakarta: Cetakan Ketujuh,
masyarakat sudah membudaya Rajawali Pers.
Erman Rajagukguk, 2000, Hukum
memproduksi makanan tidak
Perlindungan Konsumen, Bandung:
menggunakan label merk, mencantumkan Mandar Maju.
komposisi, tidak ada nama dan alamat Suharmi Arikunto, 1993, management
pelaku usaha, solusi untuk menangani Penelitian, Jakarta : PT.Rineka
permasalahan tersebut adalah sosialisasi. Cipta.
Disperindag dan Dinkes hanya melakukan Sumardi Suryabrata, 2004, Metedollogi
fungsi pengawasan atas peredaran produk Penelitian, Jakarta : PT.Raja
Grafindo.
dan memberikan sanksi Administrative,
Thobieb Al-Asyhar Zubaidi, 2002, Bahaya
sedangkan sanksi pidana diserahkan Makanan Haram, Jakarta: PT. Al
kepada kewenangan dari pihak Kepolisian. Muwardi Prima, cet pertama.
yakni dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua
milyar rupiah). Dinas Kesehatan dan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
memiliki andil besar karena masalah ukuran,
berat dan isi bersih atau netto, komposisi,
aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat
sampingan, nama dan alamat pelaku usaha
serta keterangan lain untuk penggunaan
adalah hal yang menyangkut keselamatan
83