Anda di halaman 1dari 13

PERLINDUNGAN KONSUMEN

Khamidah 2008203083

Shaffinatun Naja' Putrianto W 2008203091

Emma Maulina Ismoyo 2008203098

Jurusan Perbankan Syariah IAIN Syekh Nurjati

ABSTRACT

Consumer protection is the entire regulation and law that regulates the rights and obligations
of consumers and producers that arise in their efforts to meet their needs and regulates efforts
to ensure the realization of legal protection for the interests of consumers. This can be in all
buying and selling transactions, in person or online as is now increasingly prevalent. Even
though there are transactions that are not face-to-face, consumers are still entitled to get
goods according to prior notification or goods as promised.

Keyword : Consumer Protection, Law, Islam, Economic

ABSTRAK

Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang mengatur hak dan
kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan hukum
terhadap kepentingan konsumen. Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi jual beli, secara
langsung maupun secara online seperti yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi
yang tidak melalui tatap muka, konsumen tetap berhak untuk mendapatkan barang yang
sesuai dengan pemberitahuan sebelumnya atau barang yang sesuai dengan yang dijanjikan.

Kata kunci : Perlindungan Konsumen, Hukum, Islam, Ekonomi


A. Pendahuluan

Tingginya permintaan dan kemajuan teknologi menyebabkan terjadinya peningkatan


terhadap barang yang dikonsumsi oleh konsumen. Dan seiring berkembangnya zaman
pun menjadikan barang yang dikonsumsi ikut turut meningkat persediaannya. Para
konsumen yang dihadapkan oleh banyaknya pilihan dari berbagai jenis dan macam
barang adalah akibat dari meningkatnya jumlah dan kualitas barang-barang yang
dikonsumsi secara terus menerus. Sebagai pengonsumsi, konsumen harus bertanggung
jawab atas jenis barang yang dikonsumsinya.

Oleh karena itulah mengapa dibutuhkannya kejelasan label, himbauan, dan peringatan
kepada konsumen guna memberitahukan perihal barang atau jasa yang mungkin
bertentangan dengan realitas dan kebenaran. Hal ini pula yang menjadikan konsumen
dituntut untuk mampu mengetahui dan memilih jenis barang terbaik yang dikonsumsinya
mengingat pelaku dalam kegiatan jual beli bukanlah hanya pihak produsen saja namun
juga konsumen. Dan hadirnya perlindungan konsumen dalam ekonomi Islam salah
satunya dapat diartikan sebagai sebuah gerakan yang terorganisir untuk melindungi
kepentingan ekonomi semua kalangan konsumen (muslim dan non muslim) yang
dipraktekkan ke berbagai lembaga pemerintah dan non-pemerintah yang bertujuan untuk
menjamin hak-hak konsumen sehubungan dengan barang dan jasa (yang baik dan
bermanfaat), mencakup informasi yang diinginkan dan sesuai dengan legitimasi, serta
tidak hanya perlindungan konsumen dalam pemasaran barang dan jasa namun juga
meluas ke tahap perlindungan konsumen dalam kegiatan produksi.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis Penelitian Pustaka (Library Research), yaitu suatu
usaha memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan atau diperlukan dengan cara
menganalisis suatu permasalahan melalui sumber-sumber pustaka yang kemudian
dijadikan sebagai landasan teori. Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan
data-data kualitatif yang mana data dikumpulkan dari Data Sekunder (Buku-buku atau
Literatur literatur yang berhubungan dengan objek penelitian) dan Dokumentasi
(Dokumen dokumen yang berkaitan dengan objek yang diteliti).
C. Pembahasan
1. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang mengatur hak
dan kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan
hukum terhadap kepentingan konsumen. Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi
jual beli, secara langsung maupun secara online seperti yang kini kian marak.
Walaupun adanya transaksi yang tidak melalui tatap muka, konsumen tetap berhak
untuk mendapatkan barang yang sesuai dengan pemberitahuan sebelumnya atau
barang yang sesuai dengan yang dijanjikan.

Perlindungan konsumen adalah hal yang sangat penting atau utama dalam segala
transaksi jual beli. Konsumen dan produsen berhak untuk menerima manfaat yang
bersifat tidak merugikan salah satu pihak. Keterbukaan informasi juga menjadi tolak
ukur utama yang dilakukan produsen terhadap konsumen, guna mendapat
kepercayaan maupun kenyaman terhadap konsumen sebagai pengguna barang atau
produk yang dibeli.

2. Hak Konsumen
a) Hak dalam memilih barang
Konsumen memiliki hak penuh dalam memilih barang yang nantinya akan
digunakan atau dikonsumsi. Tidak ada yang berhak mengatur sekalipun
produsen yang bersangkutan. Begitu juga hak dalam meneliti kualitas
barang yang hendak dibeli atau dikonsumsi pada nantinya.
b) Hak mendapat kompensasi dan ganti rugi
Konsumen berhak untuk mendapatkan kompensasi maupun ganti rugi atas
kerugian yang diterimanya dalam sebuah transaksi jual beli yang
dilakukan. Apabila tidak adanya kecocokan dalam gambar maupun
kualitas, konsumen berhak melakukan sebuah tuntutan terhadap produsen. 
c) Hak mendapat barang/jasa yang sesuai
Konsumen berhak untuk mendapat produk dan layanan sesuai dengan
kesepakatan yang tertulis. Sebagai contoh dalam transaksi secara online,
apabila terdapat layanan gratis ongkos kirim, maka penerapannya harus
sedemikian. Bila tidak sesuai, konsumen berhak menuntut hak tersebut. 
d) Hak menerima kebenaran atas segala informasi pasti
Hal yang paling utama bagi para konsumen, guna mengetahui apa saja
informasi terkait produk yang dibelinya. Produsen dilarang menutupi
ataupun mengurangi informasi terkait produk maupun layanannya. Sebagai
contoh apabila ada cacat atau kekurangan pada barang, produsen
berkewajiban untuk memberi informasi kepada konsumen. 
e) Hak pelayanan tanpa tindak diskriminasi
Perilaku diskriminatif terhadap konsumen merupakan salah satu bentuk
pelanggaran atas hak konsumen. Pelayanan yang diberikan oleh produsen
tidak boleh menunjukkan perbedaan antara konsumen yang satu dengan
konsumen yang lainnya. 

3. Mengapa Konsumen Butuh Perlindungan


Perlindungan konsumen dibutuhkan untuk menciptakan rasa aman bagi para
konsumen dalam melengkapi kebutuhan hidup. Kebutuhan perlindungan
konsumen juga harus bersifat tidak berat sebelah dan harus adil. Sebagai landasan
penetapan hukum, asas perlindungan konsumen diatur dalam Pasal 2 UUPK
8/1999, dengan penjelasan sebagai berikut:

a) Asas Manfaat 
Konsumen maupun pelaku usaha atau produsen berhak memperoleh
manfaat yang diberikan. Tidak boleh bersifat salah satu dari kedua belah
pihak, sehingga tidak ada salah satu pihak yang merasakan manfaat
ataupun kerugian.
b) Asas Keadilan
Konsumen dan produsen/pelaku usaha dapat berlaku adil dengan
perolehan hak dan kewajiban secara seimbang atau merata. 
c) Asas Keseimbangan
Sebuah keseimbangan antara hak dan kewajiban para produsen dan
konsumen dengan mengacu pada peraturan hukum perlindungan
konsumen. 
d) Asas Keamanan dan Keselamatan 
Sebuah jaminan hukum bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari
produk yang dikonsumsi/dipakainya dan sebaliknya bahwa produk itu
tidak akan mengganggu keselamatan jiwa dan harta bendanya.
e) Asas Kepastian Hukum 
Sebuah pemberian kepastian hukum bagi produsen maupun konsumen
dalam mematuhi dan menjalankan peraturan hukum dengan apa yang
menjadi hak dan kewajibannya. Hal ini dilakukan tanpa membebankan
tanggung jawab kepada salah satu pihak, serta negara menjamin kepastian
hukum.

4. Perlindungan Konsumen Menurut Syariah

Perlindungan konsumen dalam ekonomi islam adalah merupakan cara bagaimana


ekonomi islam memenuhi kebutuhan konsumen dalam mengonsumsi suatu jenis
barang.Perlindungan konsumen dapat diartikan sebagai Sebuah gerakan yang
terorganisir untuk melindungi kepentingan ekonomi semua kalangan konsumen
(muslim dan non-muuslim) yang dipraktekkan ke berbagai lembaga pemerintah
dan non-pemerintah yang bertujuan untuk menjamin hak-hak konsumen
sehubungan dengan barang dan jasa yang benar dan bermanfaat mencakup
informasi yang diinginkan dan sesuai dengan legitimasi, tidak hanya perlindungan
konsumen dalam pemasaran barang dan jasa namun juga meluas ke tahap
perlindungan konsumen dalam kegiatan produksi

Perlindungan konsumen dalam ekonomi Islam dapat diartikan sebagai Sebuah


gerakan yang terorganisir untuk melindungi kepentingan ekonomi semua kalangan
konsumen yang dipraktekkan ke berbagai lembaga pemerintah dan non-
pemerintah yang bertujuan untuk menjamin hak-hak konsumen sehubungan
dengan barang dan jasa yang benar dan bermanfaat mencakup informasi yang
diinginkan dan sesuai dengan legitimasi, tidak hanya perlindungan konsumen
dalam pemasaran barang dan jasa namun juga meluas ke tahap perlindungan
konsumen dalam kegiatan produksi. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan
konsumen baik dari segi tugas, kewajiban dan haknya dalam mengonsumsi suatu
produk adalah sebagai berikut:
 Tugas Konsumen
a) Mengkonfirmasi atau mengecek dari mana sumber barang berasal
melalui data yang tercantum pada barang tersebut
b) Lebih lama dan teliti untuk memilih item yang akan dikonsumsi
dengan tepat (tidak hanya dari harga yang ekonomis).
c) Untuk tidak membeli barang yang tidak memiliki kejelasan yang pasti.
d) Tidak mudah disesatkan oleh iklan suatu jenis barang.
e) Untuk memastikan dan mengecek isi dan jaminan yang diperoleh dari
penjual sebelum membeli item.
f) Memeriksa dan memastikan keamanan dalam mengonsumsi barang
tersebut.
g) Pastikan tanggal kadaluwarsa sebelum membeli.

 Kewajiban Konsumen
a) Untuk membaca atau mengetahui informasi yang tertera pada barang
atau jasa yang dikonsumsi demi keselamatan dalam pemakaian.
b) Bertindak dengan itikad baik dalam melakukan pembelian barang atau
jasa.
c) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang telah disepakati.
d) Menegakkan hukum perlindungan konsumen.

 Hak Konsumen
a) Hak untuk kenyamanan, keamanan dan keselamatan barang dan jasa.
b) Hak untuk memilih barang atau jasa, sesuai dengan nilai tukar,
persyaratan dan jaminan.
c) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai barang atau
jasa
d) Hak untuk memperoleh bimbingan dan kesadaran sebagai konsumen.
e) Hak atas kompensasi atau penggantian apabila barang atau jasa yang
diinginkan tidak sesuai

Tujuan ekonomi islam ditujukan terutama mengenai perihal perlindung konsumen


yaitu untuk sebagai pembangunan ekonomi masyarakat dan untuk mencapai minat
konsumen (agar selalu mengonsumsi jenis barang yang baik). Dan perlindungan
konsumen dalam ekonomi islam ini di terpusat pada beberapa hal berikut:
a) Jaminan sosial
b) Mencapai pembangunan ekonomi,
c) Keseimbangan ekonomi antara individu
d) Pekerjaan yang optimal
e) Stabilitas ekonomi

5. Pembentukan Perlindungan konsumen dalam Ekonomi Islam


Pembentukan perlindungan konsumen ini didasarkan pada penjelasan dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah sebagai berikut:
a. Perlindungan konsumen berasaskan penjelasan Al-Qur’an Allah telah
menjelaskan dalam kitab suci Nya berbagai ketentuan yang ditujukan kepada
hamba Nya dalam mengonsumsi suatu jenis barang. Misalnya: Untuk
mencegah terjadinya Riba “Dan karena mereka menjalankan riba, padahal
sungguh mereka telah dilarang darinya...” (Q.S An-Nisa, Ayat 161)
Maksudnya riba disini (dalam hal perlindungan konsumen) adalah dalam hal
penambahan, yaitu menambahkan apa-apa yang sebenarnya tidak ada pada
barang tersebut untuk menarik konsumen agar mengonsumsinya.
b. Perlindungan konsumen berasaskan hadist Mengenai perlindungan konsumen
juga telah di jelaskan berbagai ketentuannya dalam hadist Nabi,misalnya:
Untuk mencegah ambiguitas Dari Abu Hurairah R.A berkata “Rasulullah
SAW melarang jual beli anak-anak batu dan jual beli gharar” (H.R.Muslim).
Maksud jual beli anak batu di sini adalah anak batu atas barang yang kena
itulah yang akan dijual. Contoh: penjualan tanah yang dilakukan pada jaman
islam dulu berdasarkan berhentinya anak batu yang dilempar (jauh atau
dekatnya tidak bisa dipastikan). Karena adanya ketidak pastian inilah maka
jual beli tersebut dilarang dalam islam. Begitu juga dengan gharar, yaitu jual
beli yang kadar ukuran, berat dan jenisnya belum diketahui. Dari penjelasan
hadist tersebut telah diterangkan bahwa dalam penjualan suatu jenis barang
apapun haruslah disertai dengan kejelasan barang tersebut (jenis, ukuran,
berat, dan isi).
c. Perlindungan konsumen berasaskan pada khilafah Para khulafaur Rasyidin
memegang peran penting dalam menyusun aturan dalam melindungi
konsumen, dan hal paling penting tersebut itu perlu bagi kita untuk
meneladaninya. Misalnya: Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq menerapkan batas
nominal peredaran uang publik dan rasionalisasi konsumsi perkapita (dalam
mengonsumsi barang).
d. Perlindungan konsumen berasaskan tujuan syariat islam
Tujuan daripada ketetapan syariat islam yaitu untuk mencapai tujuan dari
penerapan syariat yang telah ditetapkan kepadanya setiap hukumnya. Tujuan
hukum islam tidak hanya ditujukan kepada satu hal saja, namun ditujukan
kepada tiga hal penting yaitu: kebutuhan, keinginan, dan perbaikan
(pelengkap). Ketiga hal penting ini selalu disangkutpautkan dengan lima hal
berikut:
 Menjaga agama
 Menjaga diri
 Menjaga kesadaran
 Menjaga keturunan
 Menjaga harta

Syariah islam datang dengan berbagai ketetapan hukum salah satunya dalam
bidang ekonomi untuk selalu menjaga dan menunjang keberadaan lima hal
tersebut sebagai serangkaian ketentuan untuk mencapai tujuan diantaranya
adalah dalam hal perlindungan konsumen dalam mengonsumsi jenis barang.

6. Aspek Perlindungan Hukum


Aspek pertama dari perlindungan konsumen adalah persoalan tentang tanggung
jawab produsen atas kerugian sebagai akibat yang ditimbulkan oleh produknya.
Dengan singkat persoalan ini lazim disebut dengan tanggung jawab produk
(product liability). Dengan lembaga ini produsen yang pada awalnya menerapkan
strategi product oriented dalam pemasaran produknya harus mengubah strateginya
menjadi consumer oriented.

Tidak dapat dipungkiri bahwa barang-barang yang tersedia untuk konsumen tidak
selamanya berada dalam kondisi yang sempurna. Dengan kata lain, suatu barang
tersebut bisa saja mengandung cacat. Cacat menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia dapat diartikan sebagai “kekurangan yang menyebabkan berkurangnya
nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna” . Sesuatu produk dapat
disebut cacat (tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya) karena :
a) Cacat produk atau manufaktur, dimana keadaan produk yang umumnya
berada di bawah tingkat harapan konsumen. Atau dapat pula cacat itu
demikian rupa sehingga dapat membahayakan harta bendanya;
b) Cacat desain, dimana desain produk tidak dipenuhi sebagaimana
semestinya, sehingga merugikan konsumen;
c) Cacat peringatan atau industri, dimana produk tidak dilengkapi dengan
peringatan-peringatan tertentu atau instruksi penggunaan tertentu.

Jadi, tanggung jawab produk cacat ini berbeda dari tanggung jawab pelaku usaha
produk pada umumnya. Tanggung jawab produk cacat terletak pada tanggung jawab
cacatnya produk berakibat pada orang, orang lain atau barang lain, sedang tanggung
jawab atas rusaknya atau tidak berfungsinya produk itu sendiri. Jenis cacat produk itu
dapat diartikan sebagai suatu produk cacat yang disebabkan oleh satu bentuk
kesalahan dalam proses pembuatan produk atau dengan kata lain, apabila suatu
produk tidak dibuat sesuai dengan standar kualitas, rencana dan/atau spesifikasi
produk yang dibuat oleh produsen itu sendiri seperti misalnya cacat tersembunyi yang
terdapat dalam minuman botol.

Aspek perlindungan hukum terhadap konsumen di Indonesia terkait cacat


tersembunyi pada produk minuman botol apabila dilihat dari peraturan perundang-
undangan terdapat pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bagi konsumen yang merasa
dirugikan oleh pelaku usaha atas cacat tersembunyi terkait produk minuman botol
dapat menuntut haknya untuk memperoleh perlindungan hukum sesuai dengan
permasalahan yang dialami. Terdapat dua aspek perlindungan hukum terhadap
konsumen di Indonesia terkait cacat tersembunyi pada produk minuman botol apabila
dilihat dari segi aparatur negara yaitu perlindungan hukum dari Badan Pengawas Obat
dan Makanan (Badan POM ) yang bersifat preventif dan perlindungan hukum dari
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang bersifat represif.

Macam-macam hukum publik dalam perlindungan konsumen


a) Hukum pidana
Pengaturan hukum positif dalam lapangan hukum pidana secara umum
terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Kriminalisasi di bidang
konsumen sebelum berlakunya UU Perlindungan Konsumen No 8 Tahun
1999 sudah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Indonesia
merdeka, melalui Undang-Undang No. 1 Tahun 1946, kitab undang-undang
itu lalu diadopsi secara total. Karena perkembangan politik, adopsi undang-
undang yang semula bertujuan untuk unifikasi karena tidak mencapai
tujuannya. Hukum pidana sendiri termasuk dalam kategori hukum publik.
 Pasal 204: “Barang siapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau
membagi-bagikan barang, yang diketahui bahwa membahayakan
nyawa atau kesehatan orang, padahal sifat berbahaya itu tidak
diberitahukan, diancam, dengan pidana penjara paling lama lima belas
tahun”. Jika perbuatan mengakibatkan matinya orang, yang bersalah
dikenakan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun;
 Pasal 382: “Barang siapa menjual, menawarkan atau menyerahkan
makanan, minuman atau obat-obatan yang diketahui bahwa itu palsu,
dan menyembunyikan hal itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun”. Bahan makanan, minuman atau obat-obatan itu
palsu, jika nilainya atau kaedahnya menjadi kurang karena dicampur
dengan sesuatu bahan lain;
 Pasal 359: “Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan matinya
orang lain, diancam dengan pidan penjara paling lama tahun atau
kurungan paling lama satu tahun (LN 1960 No. 1);
 Pasal 383: “Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun
empat bulan, seorang penjual yang berbuat curang terhadap pembeli:
(1) karena sengaja menyerahkan barang lain daripada yang ditunjuk
untuk dibeli, (2) mengenai jenis keadaan atau banyaknya barang yang
diserahkan, dengan menggunakan tipu muslihat”.
 Pasal 205: “Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan bahwa
barang-barang yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang dijual,
diserahkan atau dibagi-bagikan, tanpa diketahui sifat berbahayanya
oleh yang membeli atau yang memperoleh, diancam dengan pidana
paling lama Sembilan bulan atau kurungan paling lama enam bulan
atau denda paling banyak tiga ratus rupiah”.
b) Hukum Administrasi Negara
Hukum administrasi negara adalah instrument publik yang paling penting
dalam perlindungan konsumen. Sanksi-sanksi hukum secara perdata dan
pidana seringkali kurang efektif jika tidak disertai sanksi administratif.
Campur tangan administrator Negara idealnya harus dilatarbelakangi itikad
melindungi masyarakat luas dari bahaya. Sanksi administratif ini seringkali
efektif dibandingkan dengan sanksi perdata atau pidana, antara lain :
 Sanksi administrative dapat diterapkan secara langsung dan sepihak.
 Sanksi perdata dan/atau pidana acapkali tidak membawa efek “jera”
bagi pelakunya.
 Dalam Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang No 23 Tahun
1992, Pasal 72 ditentukan: Pemerintah melakukan pembinaan terhadap
semua kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan upaya
kesehatan. Dari perundang-undangan di atas terlihat beberapa
department dan/atau lembaga pemerintah tertentu yang menjalankan
tindakan administrative berupa pengawasan dan pembinaan terhadap
pelaku usaha dengan perilaku tertentu dalam melaksanakan perundang-
undangan
c) Hukum internasional
Hukum internasional (publik) sering dinilai sebagai intrumen yang “mandul”
dalam menangani banyak kasus hukum yang berdimensi lintas Negara.
Kepentingan nasional masing-masing Negara kerapkali membuatnya harus
menjadi “macan kertas” yang dengan sendirinya tidak bergigi dan tidak
mempunyai kekuatan memaksa. Perserikatan Bangsa-Bangsa mencetuskan
tentang Perlindungan Konsumen (Resolusi No. 39/248 tahun 1985). Hal-hal
apa saja yang dimaksud dengan kepentingan konsumen, antara lain:
 Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan
keamanannya;
 Promosi dan perlindungan dari kepentingan sosial ekonomi konsumen;
 Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk
memberikan mereka kemampuan melakukan pilihan yang tepat sesuai
kehendak dan kebetuhan pribadi. 4. Pendidikan konsumen 5.
Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif 6. Kebebasan untuk
membentuk organisasi konsumen atau organisasi lainnya yang relevan
dan memberikan kesempatan dalam proses pengambilan keputusan
yang menyangkut kepentingan mereka
 Pendidikan konsumen;
 Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif;
 Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi
lainnya yang relevan dan memberikan kesempatan dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka.

D. Kesimpulan
Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang mengatur hak
dan kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan
hukum terhadap kepentingan konsumen. Perlindungan konsumen dibutuhkan untuk
menciptakan rasa aman bagi para konsumen dalam melengkapi kebutuhan hidup.
Kebutuhan perlindungan konsumen juga harus bersifat tidak berat sebelah dan harus
adil.

Pelabelan komoditas pangan perlu dan harus diperhatikan khususnya oleh para
konsumen Muslim. Tidak hanya dalam satu hal namun dalam segala hal guna
menghindari dari tindakan penipuan. Dan untuk menghindari hal tersebut yang
diperhatikan tidaklah hanya dari pihak konsumennya saja (mencakup tugas, hak, dan
kewajiban konsumen) namun juga dari pihak pemerintah (mencakup kewajiban yang
harus diperhatikan dalam kegiatan ekonomi)

E. Daftar Pustaka
Husni Syawali, Neni Sri Imaniyati. 2000. Hukum Perlindungan
Konsumen.Bandung: Mandar Maju
Muhammad, Alimin. 2004 Etika &Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi
Islam. Jogjakarta: BPFE YOGYAKARTA.
` Kristiyanti, Celi Tri Siwi, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar
Grafika, Jakarta.

A.A Sagung Istri Ristanti, I Gede Putra Ariana. Aspek Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen di Indonesia Terkait Cacat Tersembunyi Pada Produk Minuman
Botol, Bali : Universitas Udayana

Mitta Muthia Wangsi, Rais Dera Pua Rawi. Perlindungan Konsumen dalam
Pelabelan Produk Menurut Ekonomi Islam. Sorong : Universitas Muhammadiyah

Anda mungkin juga menyukai