Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI ISLAM

MEKANISME KERJA PASAR


Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur
Dosen Pengampu : Alvien Septian Haerisma, SEI, MSI

Disusun oleh:

Kelompok 8

1. Rhegina Nanda Allyza (2008203101)


2. Devrina Maulidina (2008203102)
3. Cindy Ayu Komala (2008203103)
Kelas : Perbankan Syariah C / 1

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Mekanisme Kerja Pasar”. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah
Pengantar Ekonomi Islam.

Makalah ini dibuat berdasarkan internet. Semoga makalah ini dapat


menambah wawasan mengenai Mekanisme Kerja Pasar. Tidak lupa kami
sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ekonomi
Islam, Bapak Alvien Septian Haerisma, SEI, MSI atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan masukan dan pandangan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih


kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan
makalah ini, dan juga kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat kami harapkan bagi penyempurnaan makalah ini.

Cirebon, 27 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………... . 1

A. Latar Belakang …………………………………………………... 1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 2
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………….. 3

A. Intervensi Pasar ………………………………………………….. 3


B. Teori Harga Dalam Islam ……………………………………….. 7
C. Struktur Pasar ……………………………………………………. 11
a. Pasar Persaingan Sempurna …………………………………. 11
b. Pasar Monopoli …………………………………………….... 12
c. Struktur Pasar Dalam Islam ………………………………… . 14

BAB III PENUTUP …………………………………………………….. 15

A. Kesimpulan ………………………………………………………. 15
B. Saran ……………………………………………………………... 15

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasar adalah bertemunya permintaan dan penawaran atas satu
macam barang/ jasa. Dipasar antara para pembeli dan penjual saling tawar
menawar untuk menentukan harga berbagai jenis barang. Dalam analisis
ekonomi, pengertian pasar tidak terbatas kepada suatu tempat tertentu tetapi
meliputi suatu daerah, negara dan bahkan dunia internasional.
Rasulullah secara jelas telah banyak memberi contoh tentang
sistem perdagangan yang bermoral, yaitu perdagangan yang jujur, adil, tidak
merugikan kedua belah pihak, seperti perdagangan yang mengandung
ketidakjujuran, pemaksaan atau penipuan, serta menimbun barang dengan
mengorbankan kepentingan orang banyak, mencegat penjualan dalam
perjalanan menuju pasar, menyembunyikan informasi untuk keuntungan
lebih besar, serta mengurangi timbangan dan sebagainya adalah haram.1
Mekanisme pasar dapat mengalokasikan faktor-faktor produksi
dengan cukup efisien dan dapat mendorong perkembangan ekonomi
disebabkan karena ia memiliki beberapa kebaikan. Kebaikan mekanisme
pasar adalah: Pasar dapat memberi informasi yang lebih tepat, Pasar
memberi memacu untuk mengembangkan kegiatan usaha, Pasar memberi
mendorong untuk memperoleh keahlian modern, Pasar menggalakkan
penggunaan barang dan faktor produksi secara efisien, Pasar memberikan
kebebasan yang tinggi kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan
ekonomi.

1
Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta : Darul Fath, 2004), Cet.Ke-1, hlm.35

1
B. Rumusan Masalah
1. Kapan intervensi pasar dilakukan?
2. Bagaimana pandangan para tokoh mengenai teori harga?
3. Apa saja yang termasuk dalam struktur pasar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui waktu penggunaan intervensi pasar.
2. Untuk mengetahui pandangan para tokoh mengenai teori harga.
3. Untuk mengetahui struktur pasar.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Intervensi Pasar
Menurut Islam, negara memiliki hak untuk melakukan intervensi
dalam kegiatan ekonomi baik itu dalam bentuk pengawasan, pengaturan
maupun pelaksanaan kegiatan ekonomi yang tidak mampu dilaksanakan
oleh masyarakat. Dalam konsep ekonomi islam, cara pengendalian harga
ditentukan oleh penyebabnya.
Intervensi Pasar pada umumnya dilakukan ketika pasar
mengalami ketidakstabilan harga dan sulit untuk mencapai titik
keseimbangan. Pihak yang melakukan Intervensi Pasar biasanya pemerintah
atau pihak yang diminta pemerintah dengan tujuan menstabilkan harga
pasar, memberi harga murah kepada konsumen namun juga tidak
mengurangi efisiensi pelayanan bagi produsen.
Menurut Ibnu Taimiyah, keabsahan pemerintah dalam menetapkan
kebijakan intervensi dapat terjadi pada situasi dan kondisi sebagai berikut:
1. Produsen tidak mau menjual produknya kecuali pada harga yang lebih
tinggi dari pada harga umum pasar, padahal konsumen membutuhkan
produk tersebut.
2. Terjadi kasus monopoli (penimbunan).
3. Terjadi keadaan Al-Hasr (pemboikotan), di mana distribusi barang hanya
terkonsentrasi pada satu penjual atau pihak tertentu. Penetapan harga di
sini untuk menghindari penjualan barang tersebut dengan harga yang
ditetapkan sepihak dan semena-mena oleh pihak penjual tersebut.
4. Terjadi koalisi dan kolusi antar penjual (kartel) di mana sejumlah
pedagang sepakat untuk melakukan transaksi di antara mereka, dengan
harga di atas ataupun di bawah harga normal.2

2
M. Khaf, Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1978.
M. Shidiqi, The Economic Entrepise in Islam (terj.), Jakarta: Bumi Aksara Jakarta Pusat, 1991.

3
5. Produsen menawarkan produknya pada harga yang terlalu tinggi menurut
konsumen, sedangkan konsumen meminta pada harga yang terlalu rendah
menurut produsen.

Namun, intervensi pasar yang dilakukan tidak dapat bersifat mutlak


atau jangka panjang. Bersamaan dengan kembalinya stabilisasi harga pasar,
maka titik keseimbangan akan mudah kembali diperoleh dan kebijakan
intervensi pasar tidak dapat diterapkan kembali.

Di dalam konsep Islam dikatakan  bahwa pasar harus berdiri di atas


prinsip persaingan bebas (perfect competition). Namun demikian bukan
berarti bahwa  kebebasan tersebut berlaku mutlak, akan tetapi kebebasan yang
dibungkus oleh frame syari’ah. Dalam Islam, Transaksi terjadi secara
sukarela (antaradim minkum). Hal ini didukung oleh hadits riwayat Abu
dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majjah dan as Syaukani sebagai berikut:
”Orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah, harga mulai mahal. Patoklah
harga untuk kami!” Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah-lah
yang mematok harga, yang menyempitkan dan yang melapangkan rezeki, dan
aku sungguh berharap untuk bertemu Allah dalam kondisi tidak seorangpun
dari kalian yang menuntut kepadaku dengan suatu kezhaliman-pun dalam
darah dan harta”. (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan asy-
Syaukani).

Konsep Islam juga  memahami bahwa pasar dapat berperan aktif


dalam kehidupan ekonomi apabila prinsip persaingan bebas dapat berlaku
secara efektif. Pasar tidak mengharapkan adanya intervensi dari pihak
manapun termasuk Negara dalam hal intervensi harga dengan kegiatan
monopolistic dan lainnya. Karena pada dasarnya pasar tidak membutuhkan
kekuasaan yang besar untuk menentukan apa yang harus dikonsumsi dan
diproduksi. Sebaliknya, biarkan tiap individu dibebaskan untuk memilih
sendiri apa yang dibutuhkan dan bagaimana memenuhinya.3
3
A. A. Islabi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1997

4
Intervensi pasar didalam Islam juga diperbolehkan pada saat-saat
tertentu, hal ini dilakukan apabila keadaan pasar memang sudah
gawat,sehingga pemerintah atau pihak ketiga harus melakukannya dengan
tujuan untuk kemakmuran masyarakat. Contohnya  di zaman sahabat Umar
bin Khattab RA. dimana Umar bin Khattab ketika itu mengatasi persoalan
inflasi yang terjadi akibat panen yang gagal ini dengan mengimpor gandum
secara besar-besaran dari Fustat, Mesir. Jadi, mekanisme dalam pasar Islam
itu berada dalam keseimbangan (Iqtishad), tidak ada sub-ordinat dan dijamin
kebebasannya didalam Islam.

Intervensi pasar juga dapat dilakukan manakala pemerintah


menemukan bukti bahwa para pedagang banyak menahan barang-barangnya.
Bahkan, demi kemaslahatan bersama, pemerintah dapat memaksa pedagang-
pedagang tersebut untuk menjual barang-barang mereka sehingga pasar akan
kembali beroperasi dengan bebas. Dalam hal ini, pemerintah juga dapat
menggunakan dana dari baitul mal (dana negara) untuk membiayai intervensi
pasar. Namun, jika dana yang digunakan dari baitul mal tidak memadai maka
pemerintah dapat meminta bantuan dana dari masyarakat golongan kaya.4

Intervensi pasar juga tidak hanya mempengaruhi segi permintaan


dan penawaran saja, tetapi termasuk juga di dalamnya hal-hal yang dapat
memperlancar penawaran dan permintaan. Seperti yang dikatakan oleh Ibn
Khaldun, “ketika barang-barang yang tersedia sedikit maka harga akan naik.
Tetapi, bila jarak antara kota dekat dan aman untuk melakukan perjalanan,
maka akan banyak barang yang diimpor sehingga ketersediaan barang-barang
akan melimpah dan harga otomatis akan turun”. Dengan demikian,
terganggunya transportasi akan menghambat pasokan barang dan jasa dipasar
sehingga mengurangi penawaran. Dari itu, pemerintah harus memperbaiki
hambatan transportasi tersebut agar kembali lancar, sehingga penawaran
barang dipasar akan bertambah kembali dan stabil. Sebagaimana telah telah

4
Ibn Hazm, Al-Muhalla, sebagaimana dikutip oleh Adiwarman Karim dalam Islamic
Microeconomic, (Jakarta: Muamalat Institute, 2001), hlm. 42.

5
disebutkan di atas bahwa Rasulullah saw sangat menentang kebijakan
intervensi atau penetapan harga jika penyebabnya adalah faktor alamiah.

Secara umum, jumhur ulama juga sepakat bahwa penetapan harga


merupakan kebijakan yang tidak dianjurkan oleh ajaran Islam jika pasar
dalam situasi normal. Hambali menolak keras kebijakan penetapan harga
dalam pasar. Sedangkan Ibn Qadamah al-Maqdisi mengatakan: “Imam
(pemimpin pemerintahan) tidak memiliki wewenang untuk mengatur harga
bagi penduduk, mereka boleh menjual barang-barang mereka dengan harga
yang mereka sukai”. Mengenai intervensi/penetapan harga Ibn Qadamah
mengajukan 2 argumentasinya, yaitu: Pertama, Rasulullah saw tidak pernah
menetapkan harga walaupun penduduk menginginkannya. Jika penetapan
harga ini dibolehkan niscaya Rasulullah saw akan melaksanakannya. Kedua,
menetapkan harga adalah ketidakadilan (zulm) yang dilarang dalam Islam.
Setiap orang berhak menjual barangnya dengan harga berapapun, asal ia
bersepakat dengan pembelinya. Lebih lanjut, Ibn Qadamah mengatakan
“penetapan harga akan mendorong barang-barang menjadi mahal. Sebab, jika
pedagang dari luar mendengar adanya kebijakan penetapan harga, maka
mereka tidak akan membawa barang-barangnya ke daerah tersebut, dimana ia
akan menjual di luar yang ia inginkan. Dengan terjadinya hal ini, akibatnya
pedagang lokal yang memiliki dagangan akan menyembunyikan barang
dagangan mereka. Para konsumen yang membutuhkan akan meminta barang-
barang dagangan, dengan demikian permintaan mereka tidak dapat dipenuhi,
mengakibatkan harga akan meningkat. Harga barang akan meningkat dan
keduanya menderita. Inilah alasannya kenapa hal ini dilarang”.5

B. Teori Harga Dalam Islam

5
Ibn Qadamah Minhajul Qashidin: Jalan Orang-Orang Yang Mendapat Petunjuk, terj, (Surabaya:
Pustaka Kautsar, 1997)), hlm. 44.

6
Dalam perdagangan kita mengenal istilah harga. Penentuan harga
merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan perdagangan. Harga
menjadi sangat penting di perhatikan, mengingat harga menentukan laku
tidaknya suatu produk dalam perdagangan. Harga merupakan satu-satunya
unsur dalam perdagangan yang menghasilkan keuntungan dan pendapatan
penjualan barang dan jasa, oleh karena itu harga yang ditetapkan penjual
harus sebanding dengan penawaran nilai kepada konsumen.6
Menurut Sayyid Sabiq harga adalah apa yang sama-sama disetujui
oleh kedua belah pihak yang berinteraksi baik itu harga lebih besar, lebih
kecil atau sama.7 Harga sebuah produk atau jasa merupakan faktor penentu
utama permintaan pasar, harga mempengaruhi posisi pesaing dan bagian
atau saham dari perusahaan. Sewajarnya jika harga mempunyai pengaruh
yang bukan kecil terhadap pendapatan dan laba bersih.
Jumhur Ulama berpendapat bahwa pada prinsipnya tidak
dibenarkan adanya penetapan harga karena itu merupakan kezaliman dan
tindakan kezaliman itu diharamkan. Mereka mendasarkan argumennya pada
hadits Anas bin Malik. Pada zaman Rasulullah SAW. harga barang pernah
melonjak hebat. Orang-orang pun berkata, “Wahai Rasulullah, kalau saja
anda mau menetapkan / menstabilkan harga” Beliau menjawab, 8

Diriwayatkan dari Anas RA, sahabat berkata “Ya Rasulullah harga-harga


barang. Maka Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah SWT Dzat Yang
Maha Menetapkan harga, Yang Maha Memegang, Yang Maha Melepas, dan
Yang Memberikan rezeki. Aku sangat berharap bisa bertemu Allah SWT
tanpa seorang pun dari kalian yang menuntutku dengan tuduhan kedzaliman
dalam darah dan harta”.9

Teori harga dalam Islam pertama kali terlihat dalam hadits yang
menceritakan bahwa ada sahabat yang mengusulkan kepada Nabi untuk
6
Kurniawan Saifullah, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet.Ke-2, hlm.24
7
Abu Malik Bin Assayid Salim, Sahih Figh Assunah wa adhilatahu wa tauhid mazdzhib Al-Imnah
Terj.Sahih Fiqih Sunnah Khairul Amru Harahap, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007),Cet.Ke-1,hlm.471
8
Abu Malik Kamal Bin Assayid Salim, Op.cit, hlm.520
9
Imam Asy-Syaukani, Ringkasan Nailul Author, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), Cet.Ke-1,hlm.104

7
menetapkan harga pasar, Rasulullah menolak tawaran itu dan mengatakan
bahwa harga di pasar tidak boleh ditetapkan, karena Allah lah yang
menetapkannya, sungguh menakjubkan teori Nabi tentang harga dan pasar.
Menurut pakar Ekonomi kontemporer teori inilah yang diadopsi
oleh Bapak Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teorinya invisible
hands, menurut teori ini pasar akan diatur oleh tangan-tangan yang tidak
terlihat. Oleh karena itu harga disebut berdasarkan dengan teori permintaan
dan penawaran.
Pada masa Khulafaur Rasyiddin, para Khalifah pernah melakukan
intervensi pasar, baik pada sisi supply maupun demend. Intervensi ini
dilakukan para khalifah dari sisi supply ialah mengatur jumlah barang yang
ditawarkan seperti yang dilakukan oleh Khalifah Umar Ibn al-Khatab ketika
mengimpor gandum dari Mesir untuk mengendalikan harga gandum di
Madinah. Sedangkan intervensi sisi demend dilakukan dengan menanamkan
sikap sederhana dan menjauhkan diri dari sifat konsumerisme. Intervensi
pasar juga dilakukan dengan pengawasan pasar (hisbah). Dalam pengawasan
pasar ini Rasulullah menunjuk Said Ibn Zaid Ibn Al-Ash sebagai kepala
pusat pasar di Mekah.10
Konsep harga menurut Ibnu Taimiyah, harga yang adil pada
hakikatnya telah ada digunakan sejak awal kehadiran Islam, Al-Qur’an
sendiri sangat menekankan keadilan dalam setiap aspek kehidupan umat
manusia. Oleh karena itu adalah hal yang wajar jika keahlian juga
diwujudkan dalam aktivitas pasar khususnya harga dengan hal ini Rasulullah
menggolongkan riba sebagai penjualan yang terlalu mahal yang melebihi
kepercayaan konsumen.
Istilah harga yang adil telah disebutkan dalam beberapa hadits
Nabi dalam konteks kompensasi seorang pemilik misalnya seorang majikan
membebaskan budaknya, dalam hal ini budak tersebut menjadi manusia
merdeka dan pemiliknya memperoleh kompensasi yang adil (qimqh al-adl)
istilah yang sama juga pernah digunakan sahabat Nabi yakni Umar Ibn Al-

10
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004),Cet.Ke-1, hlm.32

8
Khatab. Ketika menetapkan nilai baru untuk diyat, setelah daya beli dirham
mengalami penurunan mengakibatkan kenaikan harga-harga.
Ibnu Taimiyah juga membedakan dua jenis harga, yakni harga
yang tidak ada dan dilarang dan harga yang ada dan disukai. Ibnu Taimiyah
menganggap harga yang setara adalah harga yang adil, ia juga menjelaskan
habwa harga yang setara adalah harga yang dibentuk oleh kekuatan pasar
yang berjalan secara bebas yakni pertemuan antara permintaan dan
penawaran ia menggambarkan harga pasar sebagai berikut.11
“Jika penduduk menjual barang secara norma (al-wajh al-ma’ruf)
tanpa menggunakan cara-cara tidak adil kemudian harga tersebut meningkat
karena pengaruh kelangkaan barang (yakni penurunan supply) atau karena
peningkatan jumlah penduduk (yakni peningkatan demond) karena
peningkatan harga-harga tersebut karena kehendak Allah”.12
Abu Yusuf tercatat sebagai ulama terawal yang mulai
menyinggung mekanisme pasar, misalnya ia memerhatikan peningkatan dan
penurunan produksi dalam kaitannya dengan perubahan harga. Fenomena
yang terjadi pada masa Abu Yusuf adalah ketika tersedia kelangkaan barang
maka harga cenderung akan tinggi, sedangkan pada saat barang tersebut
melimpah, maka harga cenderung akan turun atau lebih rendah. Fenomena
inilah yang kemudian di kritis Abu Yusuf dalam literatur kontemporer,
fenomena yang berlaku pada masa Abu Yusuf dapat dijelaskan dalam teori
permintaan.
Abu Yusuf mengatakan “tidak ada batasan tertentu tentang murah
atau mahal yang dapat dipastikan, hal tersebut ada yang mengaturnya,
prinsipnya tidak bisa diketahui, murah bukan karena melimpah dan begitu
juga mahal bukan karena kelangkaan.13

Faktor yang mempengaruhi permintaan serta konsekuensinya terhadap


harga:
11
Adiwarman Karim, Op.cit, hlm.130
12
Muchlis Sabir, Riyadlus Shalihin, (Semarang: CV.Toha Putra, 1981),Cet.Ke-1, hlm.16
13
Imam Asy-Syaukani, Log.cit, hlm.104

9
1. Keinginan masyarakat
2. Jumlah para peminat
3. Lemah atau kuatnya kebutuhan suatu barang
4. Kualitas pembeli
5. Jenis uang yang ditetapkan dalam transaksi
6. Besar kecilnya biaya yang harus dikeluarkan pembeli.14
Permasalahan harga dan laba secara bersamaan tanpa
membedakan antara biaya dan pendapatan mengemukakan kecaman
terhadap para pencari laba, mengakui motivasi pencari laba dan sumbernya.
Laba sebagai imbalan atas resiko dan ketidakpastian karena mereka
(pedagang dan pelaku bisnis) menanggung banyak kesulitan dan mencari
laba dan mengambil resiko serta membahayakan kehidupan mereka dalam
kafilah-kafilah dagang.15
Dalam konsep ekonomi Islam cara pengendalian harga ditentukan
oleh penyebabnya. Bila penyebabnya adalah perubahan pada permintaan dan
penawaran, maka mekanisme pengendalian dilakukan melalui intervensi
pasar. Sedangkan bila penyebabnya adalah distorsi permintaan dan
penawaran maka pengendalian dilakukan dengan menghilangkan distorsi
termasuk penentuan harga untuk mengendalikan harga pada keadaan
sebelum distorsi.
Dalam ekonomi Islam siapapun boleh berbisnis, namun demikian
dia tidak boleh melakukan ikhtikar yaitu mengambil keuntungan diatas
keuntungan normal dengan menjual lebih sedikit barang untuk harga yang
tinggi. Pengaturan harga oleh pemerintah diperlukan bila kondisi pasar tidak
menjamin adanya keuntungan disalah satu pihak.

C. Struktur Pasar
a. Pasar Persaingan Sempurna

14
Adiwarman Karim, Op.cit, hlm.332-333
15
Ibid, hlm.118

10
Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal,
karenadianggap sistem pasar ini adalah struktur pasar yang akan
menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang
tinggi (optimal) efisiensinya.16
Pasar persaingan sempurna muncul karena adanya prinsip – prinsip
sebagai berikut :

a. Tidak ada satu penjual tunggal yang mempunyai sumber cukup banyak
untuk dapat mempengaruhi harganya di pasar.

b. Sumber variabel mempunyai mobilitas yang tinggi untuk berbagai harga


pasar dan penggunaannya relatif fleksibel.

Karena prinsip-prinsip tersebut di atas maka pada pasar persaingan


sempurna akan dipenuhi dengan adanya syarat – syarat sebagai berikut:

1. Jumlah produsen di mana volume produksi hanya bagian kecil dari total
volume transaksi pasar, sehingga dengan kata lain secara individual
tidak bisa mempengaruhi harga pasar atau baik produsen maupun
konsumen bertindak sebagai Price Taker ( penerima harga ).

2. Produk homogen ( jenis maupun kualitas )

3. Setiap produsen maupun konsumen tahu informasi pasar ( simetris


information )

4. Bentuk kurva permintaan horisontal, karena tidak terdapat perubahan


harga berapapun jumlah barang yang akan diminta oleh konsumen atau
ditawarkan oleh produsen.

5. Untuk mencapai keuntungan maksimum pada suatu perusahaan adalah


dengan melihat besar volume output yang dihasilkan.

Dalam persaingan sempurna terdapat 2 keseimbangan yaitu:

16
Sadono Putong, Mikro Ekonomi Teori Pengantar,(Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 231

11
1. Keseimbangan produsen secara individual akan tercapai apabila
keuntungan perusahaan maksimum

2. Ekuilibrium pasar apabila semua perusahaan dalam posisi equilibrium.


Pasar persaingan sempurna dibagi menjadi 2 yaitu:

1) Jangka pendek dengan asumsi setiap produsen tidak bisa menambah


kapasistas produksinya dan tidak ada produsen baru keluar atau
masuk kedalam pasar.

2) Jangka Panjang dengan asumsi dimungkinkan adanya perluasan


kapasitas produksi.

Ciri-ciri dari pasar persaingan sempurna adalah: 17 Perusahaan


adalah pengambil harga, setiap perusahaan mudah keluar atau masuk,
menghasilkan barang serupa, terdapat banyak Perusahaan di Pasar,
pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai Pasar.

b. Pasar Monopoli
Monopoli secara harfiah berarti di pasar hanya ada satu penjual.18
Frank Fisher menjelaskan kekuatan monopoli sebagai “ the ability to act
in unconstrained way” ( kemampuan bertindak dalam menentukan harga
dengan cara sendiri), sedangkan Besanko menjelaskan monopoli sebagai
penjual yang menghadapi “ little or no competition (kecil atau tidak ada
pesaing) di pasar.
Dalam Islam keberadaan satu penjual di pasar, atau tidak adanya
pesaing, atau kecilnya persaingan pasar, bukanlah suatu hal yang terlarang.
Siapapun boleh berdagang tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual
atau ada penjual lain. Jadi monopoli dalam artian harfiah, boleh-boleh saja.
Akan tetapi, siapapun dia tidak boleh melakukan ihtikar. Islam tidak
membolehkan pembantukan atau penguasaan monopoli yang bersifat
pribadi, yang kemungkinan me korugikan bagi masyarakat.19
17
Ibid, h. 232
18
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 173
19
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 173

12
Ciri-ciri pasar monopoli:

1) Produsen sebagai ‘Price Maker’

2) Permintaan pasar merupakan bentuk dari permintaan perusahaan

3) Marginal Revenue lebih rendah daripada averagenya


4) MR berslope negatif

Sebab-sebab terjadinya monopoli :

1) Penguasaan bahan mentah strategis = Absolut advantage.

2) Adanya hak paten = Competitive Advantage .

3) Terbatasnya pasar

4) Pemberian hak monopoli oleh pemerintah20

Apabila dalam jangka panjang ada keuntungan maka perusahaan


akan menciptakan Barier to Entry atau hambatan bagi produsen lain untuk
ikut masuk pada pasar. Macam-macam Barier to Entry:

1. Natural Barier, yaitu hambatannya tercipta secara alami

2. Minimum Efficiency to Scale, perusahaan tersebut secara alami karena


lokasi, sumber daya, tehnologi memungkinkan perusahaan untuk
berporduksi dengan biaya lebih murah. Dengan mengacu pada
comparative advantage.

3. Set Up Cost. Perusahaan yang bersangkutan merupakan satu-satunya


yang mampu membiayai seluruh kegiatan produksi yang tinggi.

Cara menghilangkan efek negatif dari Monopoli :

a. Mencegah timbulnya monopoli

b. Pemerintah mendirikan perusahaan tandingan


20
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 83

13
c. Import barang

d. Dibuat peraturan khusus / Undang – Undang.

c. Struktur Pasar Dalam Islam

Struktur pasra sangat penting, karena terkait dengan harga yang


akan diterima oleh konsumen. Struktur pasar akan mempengaruhi tingkat
efisiensi, jadi semakin tinggi jumlah pelaku dalam pasar, maka tingkat
persaingan akan semakin tinggi. Struktur pasar menggambarkan tingkat
kompetisi yang terjadi di pasar tersebut.

Struktur pasar yang islami adalah passer yang menciptakan tingkat


harga yang adil. Adil dalam hal ini adalah tidak merugikan konsumen
maupun produsen, terkait dengan surplus konsumen. Struktur pasar dalam
islam didasarkan atas prinsip kebebasan, termasuk dalam kegiatan
ekonomi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

14
Intervensi Pasar pada umumnya dilakukan ketika pasar
mengalami ketidakstabilan harga dan sulit untuk mencapai titik
keseimbangan. Pihak yang melakukan Intervensi Pasar biasanya pemerintah
atau pihak yang diminta pemerintah dengan tujuan menstabilkan harga
pasar, memberi harga murah kepada konsuumen namun juga tidak
mengurangi efisiensi pelayanan bagi produsen. Dalam konsep Islam
dikatakan  bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan bebas
(perfect competition).
Teori harga dalam Islam pertama kali terlihat dalam hadist yang
menceritakan bahwa ada sahabat yang mengusulkan kepada Nabi untuk
menetapkan harga pasar, Rasulullah menolak tawaran itu dan mengatakan
bahwa harga di pasar tidak boleh ditetapkan, karena Allah lah yang
menetapkannya, sungguh menakjubkan teori Nabi tentang harga dan pasar.

Struktur pasar yang islami adalah passer yang menciptakan tingkat


harga yang adil. Adil dalam hal ini adalah tidak merugikan konsumen
maupun produsen, terkait dengan surplus konsumen. Struktur pasar dalam
islam didasarkan atas prinsip kebebasan, termasuk dalam kegiatan ekonomi.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami mengharap kepada masyarakat
terutama Mahasiswa/Mahasiswi untuk lebih memahami persoalan tentang
mekanisme kerja pasar dikehidupan sehari-hari, agar kita senantiasa
menjalani sistem ekonomi yang baik. Demikian makalah yang dapat kami
buat. Apabila ada penulisan atau kata-kata yang kurang berkenan kami
mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan
untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

15
Abu Malik Bin Assayid Salim. 2007. Sahih Figh Assunah wa adhilatahu wa

tauhid mazdzhib Al-Imnah.Terjemahan: Khairul Amru Harahap, Jakarta:

Pustaka Azzam. Hlm.471

Asy-Syaukani,Imam. 2006. Ringkasan Nailul Author. Jakarta: Pustaka Azzam


Hazm, Ibn. 2001. Al-Muhalla. Jakarta: Muamalat Institute
Islabi, A.A.1997.Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Offset
Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Khaf, M. 1978. Ekonomi Islam. Terjemahan: M.Shidiqi. Jakarta: Bumi Aksara
1991
Putong, Sadono. 2010. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Qadamah, Ibn. 1997. Minhajul Qashidin: Jalan Orang-Orang Yang Mendapat
Petunjuk. Surabaya: Pustaka Kautsar
Rahman,Afzalur.1995. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf
Sabiq, Sayid. 2004. Fiqih Sunnah. Jakarta : Darul Fath

Sabir, Muchlis. 1981. Riyadlus Shalihin. Semarang: CV.Toha Putra


Saifullah, Kurniawan. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana

Sudarsono, Heri. 2004. Konsep Ekonomi Islam. Yogyakarta: Ekonisia

16

Anda mungkin juga menyukai