Disusun oleh :
Kelompok 4
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dengan
tepat waktu tanpa kurang suatu apapun. Tak lupa pula kami selaku penyusun haturkan shalawat
serta salam kepada Nabi Muhammad SAW semoga kelak syafaat nya mengalir sampai hari
akhir. Aminn Yarobbal Alamin.
Penulisan makalah berjudul Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam' bertujuan untuk memenuhi tugas
Bapak Alvien Septian Haerisma, MSI pada mata kuliah pengantar ekonomi islam. Kami selaku
penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami mengucapkan maaf yang sebesar besar nya bila ada kesalahan dan kami senantiasa terbuka
pada kritik dan saran sebagai penyempurna makalah ini.
Penyusun
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Kesimpulan.................................................................................................28
Daftar Pustaka.....................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi islam menjadi suatu yang tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan sejarah islam. Walaupun literature tidak secara implisit menyebutkan
keberadaan pemikiran ekonomi islam tetapi hal ini diakibatkan perkembangan
ekonomi islam tidak dapat dipisahkan dari perkembangan sosial kemasyarakatan
dimasa Rasulullah SWA dan Khulafaurrasyidin, tetapi bukan berarti pemikiran
tentang ekonomi minim, tetapi hal ini menunjukkan tidak adanya pemisahan antara
satu urusan dengan urusan lain dalam mencari keridhoan Allah.
Pemikiran ekonomi islam diawali sejak Nabi Muhammad SAW dipilih sebagai
seorang rasul, Rasulullah saw mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut
berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, selain masalah hukum,
politik juga masalah perniagaan atau ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1
1. Bagaimana perekonomian pada masa rasulullah?
C. Tujuan
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
Kebijakan ini tidak hanya mambantu mempertahankan kesinambungan kehidupan
administrasi dan ekonomi tanah-tanah yang dikuasai, melainkan juga mendorong
keadilan antar generasi dan mewujudkan sikap egaliter dalam islam.(Chapra, 2001)
[2]2
Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijrah, sementara shodaqoh fitrah pada
tahun ke-2 hijrah. Akan tetapi ahli hadist memandang zakat telah diwajibkan sebelum
tahun ke-9 hijrah ketika Maulana Abdul hasa berkata zakat diwajibkan setelah hijrah
dan kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela
dan belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum. (Sudarsono, konsep ekonomi
islam, 2001)[3]3
a. Allah SWT adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut seluruh alam
semesta.
b. Manusia hanyalah khalifah Allah SWT di muka bumi, bukan pemilik yang
sebenarnya.
c. Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizin Allah SWT. Oleh
karena itu, manusia yang kurang beruntung mempunyai hak atas sebagian
kekayaan yang dimiliki manusia lain yang lebih beruntung.
2
[2]Chapra, U. masa depan ilmu ekonomi sebuah tinjauan islam. Jakarta:Gama Insani Press, 2001
3
[3] Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, EKONISIA, Yogyakarta,2002,cet.
I,halm 105-108
4
e. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba, harus
dihilangkan.
b. Zakat, dalam bentuk uang tunai, hasil peternakan, dan hasil pertanian.
e. Penerimaan lainnya, seperti kaffarah dan harta waris dari orang yang tidak
menjadi ahli waris.
4
[4]Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam http://jurnal.faiunwir.ac.id, hal 55-56
5
5. Pengeluaran Baitul Mal
Pada masa Rasulullah SAW dana Baitul Mal dialokasikan untuk penyebaran Islam,
pendidikan dan kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan, pembangunan
infrastruktur, pembangunan armada perang dan keamanan, dan penyediaan layanan
kesejahteraan sosial.Penerimaan negara secara keseluruhan pada masa Nabi
Muhammad SAW tidak tercatat secara sempurna, karena beberapa alasan sebagai
berikut:
a. Minimnya jumlah orang Islam yang bisa membaca, menulis, dan mengenal
aritmatika sederhana.
b. Sebagian besar bukti pembayaran dibuat dalam bentuk yang sederhana, baik
yang didistribusikan maupun yang diterima.
d. Berbagai bukti penerimaan dari berbagai daerah yang berbeda tidak umum
digunakan.
5
[5] ibid, hal 56-57
6
Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq RA (51 SH 13 H) merupakan khalifah pertama
setelah wafatnya Rasulullah SAW. Beliau memerintah hingga akhir hayatnya selama
2 tahun, 3 bulan dan 3 hari (11 H - 13 H).
Pada awal kekhalifahannya, khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq dihadapkan pada situasi
dalam negeri yang tidak kondusif seperti terdapatnya kabilah-kabilah yang murtad
dan adanya orang yang mengaku nabi (Musailamah al-Kadzab).[6]6
Dalam bidang perekonomian Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq RA pada awal masa
pemerintahannya dihadapkan pada kondisi dalam negeri dimana terdapat banyak para
pembangkang yang menolak membayar zakat. Selama masa kekhalifahannya, Abu
Bakar Al-Shiddiq RA menerapkan beberapa kebijakan umum dalam bidang
perekonomian, antara lain :
e. Tidak menjadikan ahli Badar (orang-orang yang berjihad pada perang Badar)
sebagai pejabat negara.
g. Mengelola barang tambang (rikaz) yang terdiri dari emas, perak, perunggu,
besi, dan baja, sehingga menjadi sumber pendapatan negara.
6
[6]Fahrur ulum, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Surabaya:Government of Indonesia (GoI) dan
Islamic Development Bank (IDB)) hal 56-58
7
h. Pengembangan dan pengangkatan penanggungjawab bayt al-māl.
j. Tidak merubah kebijakan Rasullullah SAW dalam masalah jizyah (pajak per
kapita yang diberikan oleh penduduk non-Muslim pada suatu negara di bawah
peraturan Islam).
8
kekayaan yang dimilikinya itu didapat dengan cara yang halal. Bila gagal, Umar
memerintahkan pejabat itu menyerahkan kelebihan harta dari jumlah yang wajar
kepada bayt al-mal, atau membagi dua kekayaan itu separuh untuk yang bersangkutan
dan sisanya untuk negara.[7]7
f. Disamping itu, banyak kemenangan yang dicapai tentara muslim pada masa
Umar telah menghasilkan banyak harta rampasan yang secara signifikan
menambah kekayaan negara.
Khalifah Umar bin Khatthab (13 H/634 M) membentuk Dewan Ekonomi, dengan
tugas sebagai berikut:
7
[7]ibid, hal 58-59
9
a. Mendirikan bayt al-māl, menempa uang, membentuk tentara untuk menjaga
dan melindungi tapal batas,mengatur gaji, mengangkat hakim-hakim,
mengatur perjalanan pos, dan lain-lain.
8
[8]ibid, hal 60-61
10
c. Pendapatan kharaj (cukai untuk tanah pertanian), fai (harta yang didapatkan
dari non muslin dengan cara damai tanpa peperangan), jizyah (pajak per
kapita), ushr (pajak perdagangan), dan sewa tanah.
Selain hal- hal tersebut, Khalifah Umar ibn al-Khattab juga menerapkan beberapa
kebijakan ekonomi lainnya, seperti:
a. Kepemilikan Tanah
b. Zakat
c. Ushr
e. Mata Uang
9
[9]ibid, hal 62-63
11
Khalifah Umar bin Khatthab RA wafat pada hari keempat akhir pada bulan
Dzulhijjah tahun 23 H setelah memimpin kaum muslimin selama 10 tahunt 6 bulan 4
hari.[10]10
Pemilihan Khalifah ketiga berbeda dengan Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq yang
menunjuk langsung penggantinya sebelum beliau wafat, setelah wafatnya Khalifah
Umar tim melakukan pemufakatan yang pada akhirnya menunjuk Utsman bin Affan
RA sebagai Khalifah Islam yang ketiga.
10
[10]ibid, hal 63-64
12
f. Menaikkan dana pensiun sebesar 100 dirham dan memberikan ransum
tambahan berupa pakaian.
Pada masa enam tahun kedua pemerintahannya, terdapat beberapa kebijakan dari
Khalifah Utsman bin Affan RA yang pada akhirnya bermuara pada gejolak politik
dan terbunuhnya sang Khalifah. Adapun kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan dalam hal pemberian harta dari bayt al-mal kepada kerabatnya. Hal
ini berbeda dengan pandangan Abu Bakar dan Umar yang memandang bahwa
hak kerabat dalam bayt al-mal terbatas dalam standar umum yang ada dan
tidak ada toleransi atasnya.
11
[11]ibid, hal 66-67
13
4. Masa Ali bin Abu Thalib
Ali bin Abi Thalib RA adalah khalifah terakhir dari Khulafa al-Rasyidin, sebagai
pengganti Ustman bin Affan ra. Secara umum pemikiran kebijakan dalam bidang
perekonomian selama masa pemerintahan Khalifah Ali RA adalah sebagai berikut:
Kesungguhan penggunaan kekayaan Negara dan usaha dari individu dan masyarakat
dalam rangka memerangi kemiskinan menjadi perhatian khalifah Ali RA. Ali RA
mengambil dua prinsip; Pertama, seluruh kekayaan bayt al-mal, tanah serta semua
sumber penghasilan adalah milik Negara dan harus didistribusikan ke seluruh warga
Negara menurut keperluan dan haknya. Setiap orang harus bekerja dan mendapatkan
manfaat dari sumber-sumber ini menurut usahanya sendiri. Tak seorangpun berhak
menyalahgunakan apa saja sesukanya dan merebut harta umum menjadi harta khusus.
Mereka harus membuktikan sendiri bahwa mereka bermanfaat bagi orang lain dan
mendapatkan pula keuntungan dari orang lain.[12]12
12
[12]ibid, hal 69-71
14
C. Perekonomian Pasca Khulafaurrasyidin
Nama Bani Umayyah dalam bahasa Arab berarti anak turun Umayyah, yaitu
Umayyah bin Abdul Syams (salah satu pemimpin dalam kabilah suku Quraisy).
Abdul Syams adalah saudara dari Hasyim, sama-sama keturunan Abdul Manaf. Dari
Bani Hasyim inilah lahir Nabi Muhammad saw.
Baitul Maal yang merupakan kantor perbendaharaan umat merupakan salah satu
institusi yang disalah gunakan. Pada masa ini Baitul Maal seperti menjadi milik para
Pangeran. Masa pemerintahan Bani Umayyah inilah, Baitul Maal dibagi menjadi 2
bagian, umum dan khusus. Pendapatan Baitul Maal umum diperuntukkan bagi
seluruh masyarakat umum, sedangkan pendapatan Baitul Maal khusus diperuntukkan
bagi para Sultan dan keluarganya. Namun dalam praktiknya, tidak jarang ditemukan
berbagai penyimpangan penyaluran harta Baitul Maal tersebut. Dengan demikian,
telah terjadi disfungsi penggunaan Baitul Maal pada masa pemerintahan Daulah
Umayyah.
Di antara para Khalifah bani Umayyah yang termasyhur dan memberikan banyak
pemikirannya di bidang ekonomi adalah :
15
Pada masa pemerintahannya, beliau mendirikan dinas pos beserta dengan berbagai
fasilitasnya, menertibkan angkatan perang, mencetak uang, dan mengembangkan
jabatan Adi (hakim) sebagai jabatan professional, menerapkan kebijakan pemberian
gaji tetap kepada para tentara, pembentukan tentara professional, serta pengembangan
birokrasi seperti fungsi pengumpulan pajak dan adminstrasi.
Pemikiran yang serius terhadap penerbitan dan pengaturan uang dalam masyarakat
Islam muncul di masa pemerintahan beliau.
Khalifah Abdul Malik memberlakukan kewajiban bagi umat Islam untuk membayar
zakat dan bebas dari pajak lainnya. Hal ini mendorong non-Muslim memeluk agama
Islam. Kenyataan ini menimbulkan masalah bagi perekonomian Negara. Perpindahan
agama mengakibatkan berkurangnya sumber pendapatan Negara dari sektor pajak.
Juga, bertambahnya militer Islam dari kelompok mawali memerlukan dana subsidi
yang semakin besar. Kemudian Khalifah Abdul Malik bin Marwan mengembalikan
beberapa militer Islam kepada profesinya semula, yakni sebagai petani dan
menetapkan kepadanya untuk membayar sejumlah pajak sebagaimana kewajiban
mereka sebelum mereka masuk Islam, yakni sebesar beban Kharaj dan Jizyah.
Keputusan beliau ditentang keras oleh kelompok mawali. Karena ketidakpuasan ini,
16
pada akhirnya mereka menyokong gerakan propaganda Abbasiyah untuk
menggulingkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.
17
kerja paksa dan lain-lain. Dan berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat
keseluruhan hingga tidak ada yang mau menerima zakat.
Pendiri dari khalifah ini adalah keturunan al-abbas, paman nabi Muhammad saw,
yaitu Abdullah al-saffah ibn Muhammad ibn ali ibn Abdullah ibn al-abbas. Di mana
pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan
politik,social,budaya.
18
Dinasti abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pada pembinaan
peradaban dan kebudayaan islam dari pada perluasan wilayah. Inilah perbedaan
pokok bani umayyah dan bani abbasiyah.
Karena Abdullah al-saffah hanya memerintah dalam waktu yang singkat, Pembina
yang sesungguhnya dari daulah abbasiyah adalah abu jafar al-manshur. Dalam
mengendalikan harga khalifah al-manshur memerintahkan para kepala jawatan pos
untuk melaporkan harga pasaran dari setiap harga makanan dan barang lainnya.
Disamping itu dia sangat hemat dalam membelanjakan harta baitul maal. Ketika ia
meninggal ,kekayaan kas Negara telah mencapai 810 juta dirham.
2. Harun al-rasyid
19
Selain itu khalifah harun juga sangat memperhatikan masalah perpajakan. Ia
menunjuk Abu Yusuf untuk menyusun sebuah kitab pedoman mengenai keuangan
Negara secara syariat, untuk itu, imam abu yusuf menyusun sebuah kitab yang diberi
judul kitab al-kharaj.
Pada masa harun al-rasyid terdapat klasifikasi pembayaran jizyah. Mereka yang
kaya dikenakan jizyah sebesar 48 dirham, golongan ekonomi menengah 24 dirham,
sedangkan di bawah itu hanya 12 dirham per kepala, tidak mesti dengan uang, ada
yang membayar dengan hewan ternak dan ada juga yang membayar dengan barang
dagangan. Kewajiban ini berlaku sekali setahun.
Sumber-sumber pemikiran ekonomi pada masa itu diperoleh dari sector-sektor yyang
beragam seperti pertanian, industry, perdagangan, jass transportasi, kerajinan, dan
pertambangan.
Segala usaha untuk mendorong kaum tani agar maju, di tempuh dan dilakukan:
20
1. Memperlakukan ahli zimmah dan mawaly dengan perlakuan yang baik dan
adil.
2. Mengambil tindakan keras terhadap para pejabat yang berlaku kejam kepada
para petani.
d) Pendapatan Negara
21
Hulwan : 9.900.000 dirham
e) System moneter
Sebagai alat tukar pelaku ekonomi menggunakan mata uang dinar dan dirham. Mata
uang dinar emas digunakan oleh para pedagang diwilayah kekuasaan sebelah barat,
meniru orang-orang bizantium; sedangkan mata uang dirham perak diguanakan oleh
pedagang diwilayah timur.Meniru kebiasaan Sassaniah.
Pengguanaan dua mata uang ini menurut azumardi azra, memiliki dua konsekuensi
yaitu (1) mata uang dinar harus diperkenalkan di wilayah-wilayah yang selama ini
hanya mengenal mata uang dirham. (2) dengan mengeluarkan banyak mata uang
emas, ini mengurangi penyimpanan emas batangan atau perhiasan atau sekaligus
menjamin peredaran mata uang sesuai dengaan kebutuhan pasar.[13]13
22
ekonomi. Karya sarjana muslim mirip dengan Pemikiran ekonomi barat, mengapa hal
itu terjadi? Ada beberapa jawaban mengenai hal itu, antara lain:
Hal diatas sangat jelas betapa superiornya para sarjana muslim,hal ini dapat dilihat
waktu ada dark age dengan jarak waktu yang sangat lama yakni bermilyar-milyar
detik. Untuk mengamati Transformasi pemikiran ilmu dunia islam kebarat ada
beberapa hal :
2. Translasi dari bahasa Arab ke bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Catalonia atau
Latin
4. Penjajahan di Sisilia
5. Perang salib
6. Perdagangan
Pada abad ke 11 ini jelas pertama kali didirikannya universitas islam, waktu itu
banyak orang-orang barat berbondong-bondong datang ke dunia islam untuk belajar
menuntut ilmu. Walapun orang-orang barat atau kristen juga banyak mendirikan
universitas. Tapi karena kalah saingan dengan islam mereka terpengaruh oleh islam.
baik pengajaran, dosen, literatur. Ahmad dan Ahwan memyimpulkan bahwa seolah
23
terjadinya pemisahan oleh pemikiran ekonomi islam dengan barat setidaknya
diakibatkan dua hal yaitu :
Karena banyak karya sarjana muslim yang berpindah di dunia barat jadi sangat sulit
untuk diidentifikasi secara mendetail konsep pemikiran ekonomi muslim apa aja yang
ditiru, dikembangankan, dijiplak oleh ekonom barat . Berikut ini beberapa
diantaranya :
1. Institusi atau mekanisme ekonomi-bisnis yang ditiru barat dari dunia islam
yaitu syirkah, suftaja, halawa, funduq
kitab al-amwal karya abu ubayd sama dengan bukunya adam smith yang
berjudul the wealth of nation
buku nahjul Balaqhah karya imam ali sama dengan teori pareto optimum
karya V pareto
kitab karya ibnu taimiyah sama dengan bad money drivers out good money
karya gresham law
Pendeta gereja menyalin banyak banyak kitab salah sati ihya nya al ghozali
14
[14]Gus Alwy Muhammad, Ekonomi Islam: Mazhab-Mazhab Pemikiran Ekonomi Islam
Kontemporer dan Perkembangan Islam ke Barat, dalam http://ekonomiislamindonesia.blogspot.com
24
St thomas aquinas menyalin bab dari ibnu alfarabi dan mempelajari pemikiran
al ghozali
Theori invisible hands yang dibuat bapak ekonomi adam smith ternyata
meniru sabda nabi mohammad
Josep schumpeter mengatakan bahwa adanya jurang pemisah yang besar antara
pemikiran islam dengan dunia barat selama lima abad. Ini jelas bahwa eropa
menyembunyikan pemikiran-pemikiran ekonomi islam dan mereka kembangkan
sehingga mereka menganggap itulah milik mereka. Para ekonomi muslim mengakui
terpengaruh oleh tokoh yunani kuno seperti aristoteles. Karya-karya ekonom islam
yang diterjemahkan oleh ekonom barat adalah karya-karya al kindi, al farabi, ibnu
sina, imam ghozali, ibnu rusdy, al khawirizmi, ibnu haythan, ibnu hazn, jabir ibnu
hayyan, ibnu bajja dan ar razi.
25
pemerintahan, pembangunan, peradaban, fisafat, epistemologi, psikologi, dan juga
futorolgi.
Sayangnya tradisi pemikiran seperti ini tidak berlanjut sampai sekarang karena
mundurnya peradaban muslim di hampir segala bidang kemunduran ini sebagian di
sebabkan karena musuh dari luar sebagian lagi disebabkan oleh sikap umat muslim
sendiri.
Para pemikir islam sebenarnya telah memberikan kontribusi yang sangat berarti
dalam ilmu ekonomi modern dengan demikian teori ekonomi islam sebenarnya bukan
ilmu baru. Oleh karena itu sikap umat islam terhadap ilmu ilmu dari barat, termasuk
ilmu ekonomi versi konvensional, adalah la tukadzibuhu jamiia , wala
tushahhihuhu jamiia ( jangan tolak semuanya, dan jangan pula terima semuanya ).
Ekonomi muslim perlu mempunyai akses terhadap Kitab-kitab klasik Islam. Di lain
pihak fuqaha Islam perlu juga mempelajari teori-teori ekonomi modern agar dapat
menerjemahkan. Kondisi ekonomi modern dalam bahasa kitab klasik Islam.[15]15
15
[15] Ismail Nawawi, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aspek Hukum, (Surabaya:CV.
Putra Media Nusantara, 2009)
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa Abu Bakar ash Shidiq prinsip yang digunakan adalah kesamarataan dalam
mendistribusikan harta baitul mal. Pada masa Umar bin Khaththab, dimulai pendirian
baitul mal, sudah ada penyusunan anggaran pengeluaran dan pembelanjaan,
menetapkan jizyah yaitu kompensasi terhadap orang non muslim, mulai terbentuk
mata uang. Pada masa Usman bin Affan, dilakukan penataan baru seperti pembuatan
saluran air, pembangunan jalan dan pembentukan lembaga kepolisian. Pada masa Ali
bin Abi Thalib, dilakukan pendistribusian seluruh pendapatan dan provisi yang ada
dalam baitul mal, melakukan pendistribusian uang untuk rakyat. Ali pernah
melakukan penghapusan anggaran untuk angkatan laut. Ali termasuk khalifah yang
mempunyai konsep yang jelas terhadap pemerintahan, administrasi umum dan
masalah-masalah yang berkaitan dengannya.
27
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, kebijakan ekonomi banyak dibentuk
berdasarkan ijtihad para fuqoha dan ulama sebagai konsekuensi semakin jauhnya
rentang waktu (lebih kurang satu abad) antara zaman kehidupan Rasulullah saw dan
masa pemerintahan tersebut. Tokohnya, yaitu : Abu Jafar Al-Manshur , Khalifah
Abdul Malik ibn Marwan, dan Umar Ibn Abdul Aziz.
28
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/30534647/
KONSEP_PEREKONOMIAN_PADA_MASA_RASULULLAH_SAW
Chapra, U. masa depan ilmu ekonomi sebuah tinjauan islam. Jakarta:Gama Insani
Press, 2001
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
digilib.uinsby.ac.id/20227/1/Sejarah%2520pemikiran%2520ekonomi
29
%2520Islam.pdf&ved=2ahUKEwjsqKHV27bsAhWa93MBHSEGAbAQFjAHegQIB
RAB&usg=AOvVaw1w72BzU3oSAILGDUyxccxm
Ismail Nawawi, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aspek Hukum,
(Surabaya:CV. Putra Media Nusantara, 2009)
30