Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI ISLAM

'SEJARAH PEMIKIRAM EKONOMI ISLAM'

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Islam

Dosen Pengampu : Alvien Septian Haerisma, SEI., MSI.

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Frasiska Ayuni (2008203087)

2. Nabilla Fujiwati (2008203088)

3. Futri Listriyani (2008203089)

Kelas : Perbankan Syariah C/1

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

2020
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dengan
tepat waktu tanpa kurang suatu apapun. Tak lupa pula kami selaku penyusun haturkan shalawat
serta salam kepada Nabi Muhammad SAW semoga kelak syafaat nya mengalir sampai hari
akhir. Aminn Yarobbal Alamin.

Penulisan makalah berjudul ‘Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam' bertujuan untuk memenuhi tugas
Bapak Alvien Septian Haerisma, MSI pada mata kuliah pengantar ekonomi islam. Kami selaku
penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami mengucapkan maaf yang sebesar besar nya bila ada kesalahan dan kami senantiasa terbuka
pada kritik dan saran sebagai penyempurna makalah ini.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Cirebon, 30 Oktober 2020

Penyusun

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Perekonomian Masa Rasulullah....................................................................3

B. Perekonomian Masa Khulafaurrasyidin .......................................................7

C. Perekonomian Pasca Khulafaurrasyidin ....................................................15

D. Perkembangan Pemikiran Islam ke Barat...................................................23

BAB III PENUTUP..............................................................................................28

A. Kesimpulan.................................................................................................28

Daftar Pustaka.....................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi islam menjadi suatu yang tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan sejarah islam. Walaupun literature tidak secara implisit menyebutkan
keberadaan pemikiran ekonomi islam tetapi hal ini diakibatkan perkembangan
ekonomi islam tidak dapat dipisahkan dari perkembangan sosial kemasyarakatan
dimasa Rasulullah SWA dan Khulafaurrasyidin, tetapi bukan berarti pemikiran
tentang ekonomi minim, tetapi hal ini menunjukkan tidak adanya pemisahan antara
satu urusan dengan urusan lain dalam mencari keridhoan Allah.

Pemikiran ekonomi islam diawali sejak Nabi Muhammad SAW dipilih sebagai
seorang rasul, Rasulullah saw mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut
berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, selain masalah hukum,
politik juga masalah perniagaan atau ekonomi.

Selanjutnya kebijakan-kebijakan rasulullah menjadi pedoman oleh para penggantinya


seperti Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
dalam memutuskan masalah-masalah ekonomi. Al-Quran dan Al-Hadits digunakan
sebagai dasar teori ekonomi oleh para khalifah juga digunakan oleh para pengikutnya
dalam menata kehidupan ekonomi negara.

B. Rumusan Masalah

1
1. Bagaimana perekonomian pada masa rasulullah?

2. Bagaimana perekonomian pada masa khulaafaurrasyidin?

3. Bagaimana perekonomian pasca khulafaurrasyidin?

4. Bagaimana perkembangan ekonomi islam ke barat?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui perekonomian pada masa rasulullah

2. Untuk mengetahui perekonomian pada masa khulaafaurrasyidin

3. Untuk mengetahui perekonomian pasca khulafaurrasyidin

4. Untuk mengetahui perkembangan ekonomi islam ke barat

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Perekonomian Masa Rasulullah

1. Perekonomian Masa Rasulullah

Rosululloh diberi amanat untuk mengemban dakwah Islam pada umur 40


tahun. Pada masa Rosululloh SAW, tidak ada tentara formal. Semua muslim yang
mampu boleh jadi tentara. Mereka tidak mendapatkan gaji tetap, tetapi mereka
diperbolehkan mendapatkan bagian dari harta rampasan perang. Rampasan tersebut
meliputi senjata, kuda, unta, domba, dan barang-barang bergerak lainnya yang
didapatkan dari perang. Situasi berubah setealah turunnya Surat Al-Anfal (8) ayat 41.
Rosululloh SAW biasanya membagi seperlima (khums) dari rampasan perang
tersebut menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk beliau dan keluarganya, kedua
untuk kerbatnya, ketiga untuk anak yatim piatu, orang yang sedang membutuhkan
dan orang yang sedang dalam perjalanan. Empat per lima bagian yang lain dibagi
diantara prajurit yang ikut perang, dalam kasus tertentu beberapa orang yang tidak
ikut serta dalam perang juga mendapat bagian. Penunggang kuda mendapat dua
bagian, untuk dirinya sendiri dan kudanya. Bagian untuk prajurit wanita yang hadir
dalam perang untuk membantu beberapa hal tidak mendapatkan bagian dari rampasan
perang. (Karim, sejarah pemikiran ekonomi islam, 2001).[1]1
Pada masa Rosululloh SAW, beliau mengadopsi praktik yang lebih
manusiawi terhadap tanah pertanian yang telah ditaklukkan sebagai fay’ atau tanah
dengan kepemilikan umum. Tanah-tanah ini dibiarkan dimiliki oleh pemilikinya dan
penanamnya, sangat berbeda dari praktik kekaisaran Romawi dan Persia yang
memisah-misahkan tanah ini dari pemiliknya dan membagikannya kepada elit
militernya dan para prajurit. Semua tanah yang dihadiahkan kepada Rosululloh SAW
(iqta’) relatif lebih kecil jumlahnya dan terdiri dari tanah-tanah yang tidak bertuan.
1
[1]Karim, A. A. sejarah pemikiran ekonomi islam, 2001

3
Kebijakan ini tidak hanya mambantu mempertahankan kesinambungan kehidupan
administrasi dan ekonomi tanah-tanah yang dikuasai, melainkan juga mendorong
keadilan antar generasi dan mewujudkan sikap egaliter dalam islam.(Chapra, 2001)
[2]2
Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijrah, sementara shodaqoh fitrah pada
tahun ke-2 hijrah. Akan tetapi ahli hadist memandang zakat telah diwajibkan sebelum
tahun ke-9 hijrah ketika Maulana Abdul hasa berkata zakat diwajibkan setelah hijrah
dan kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela
dan belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum. (Sudarsono, konsep ekonomi
islam, 2001)[3]3

2. Pembangunan Sistem Ekonomi


Prinsip-prinsip kebijakan ekonomi yang dijelaskan Al Qur’an adalah sebagai berikut
(Azwar Karim, 2001):

a. Allah SWT adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut seluruh alam
semesta.

b. Manusia hanyalah khalifah Allah SWT di muka bumi, bukan pemilik yang
sebenarnya.

c. Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah seizin Allah SWT. Oleh
karena itu, manusia yang kurang beruntung mempunyai hak atas sebagian
kekayaan yang dimiliki manusia lain yang lebih beruntung.

d. Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.

2
[2]Chapra, U. masa depan ilmu ekonomi sebuah tinjauan islam. Jakarta:Gama Insani Press, 2001

3
[3] Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, EKONISIA, Yogyakarta,2002,cet.
I,halm 105-108

4
e. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba, harus
dihilangkan.

f. Menerapkan sistem warisan sebagai media re-distribusi kekayaan.

g. Menetapkan kewajiban bagi seluruh individu, termasuk orang-orang miskin.

3. Pendirian Lembaga Baitul Mal

Rasulullah SAW merupakan kepala negara pertama yang memperkenalkan konsep


baru di bidang keuangan negara di abad ketujuh. Semua hasil penghimpunan
kekayaan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai
dengan kebutuhan negara. Tempat pusat pengumpulan dana itu disebut bai al mal
yang di masa Nabi Muhammad SAW terletak di Masjid Nabawi. Pemasukan negara
yang sangat sedikit disimpan di lembaga ini dalam jangka waktu yang pendek untuk
selanjutnya didistribusikan seluruhnya kepada masyarakat. [4]4

4. Pendapatan Baitul Mal


Sumber-sumber pendapatan negara pada masa pemerintahan Rasulullah SAW tidak
bersumber dari zakat saja. Pada masa ini, sisi penerimaan APBN terdiri dari:

a. Kharaj, yaitu pajak terhadap tanah.

b. Zakat, dalam bentuk uang tunai, hasil peternakan, dan hasil pertanian.

c. Khums, yaitu pajak proporsional sebesar 20%.

d. Jizyah, yaitu pajak yang dibebankan kepada orang-orang non-muslim sebagai


pengganti layanan sosial-ekonomi dan jaminan perlindungan keamanan dari
negara islam.

e. Penerimaan lainnya, seperti kaffarah dan harta waris dari orang yang tidak
menjadi ahli waris.

4
[4]Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam http://jurnal.faiunwir.ac.id, hal 55-56

5
5. Pengeluaran Baitul Mal

Pada masa Rasulullah SAW dana Baitul Mal dialokasikan untuk penyebaran Islam,
pendidikan dan kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan, pembangunan
infrastruktur, pembangunan armada perang dan keamanan, dan penyediaan layanan
kesejahteraan sosial.Penerimaan negara secara keseluruhan pada masa Nabi
Muhammad SAW tidak tercatat secara sempurna, karena beberapa alasan sebagai
berikut:

a. Minimnya jumlah orang Islam yang bisa membaca, menulis, dan mengenal
aritmatika sederhana.

b. Sebagian besar bukti pembayaran dibuat dalam bentuk yang sederhana, baik
yang didistribusikan maupun yang diterima.

c. Sebagian besar hasil pengumpulan zakat hanya didistribusikan secara lokal.

d. Berbagai bukti penerimaan dari berbagai daerah yang berbeda tidak umum
digunakan.

e. Pada sebagian besar kasus, ghanimah segera didistribusikan setelah terjadi


peperangan[5]5

B. Perekonomian Masa Khulafaurrasyidin

Periode Khulafaurrasyidin dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW sampai


Mu'awiyah bin Abu Sufyan memegang tampuk pemerintahan Islam pada tahun 41
H/661 M.

1. Masa Abu Bakar Al-Shiddiq

5
[5] ibid, hal 56-57

6
Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq RA (51 SH – 13 H) merupakan khalifah pertama
setelah wafatnya Rasulullah SAW. Beliau memerintah hingga akhir hayatnya selama
2 tahun, 3 bulan dan 3 hari (11 H - 13 H).

Pada awal kekhalifahannya, khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq dihadapkan pada situasi
dalam negeri yang tidak kondusif seperti terdapatnya kabilah-kabilah yang murtad
dan adanya orang yang mengaku nabi (Musailamah al-Kadzab).[6]6

Dalam bidang perekonomian Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq RA pada awal masa
pemerintahannya dihadapkan pada kondisi dalam negeri dimana terdapat banyak para
pembangkang yang menolak membayar zakat. Selama masa kekhalifahannya, Abu
Bakar Al-Shiddiq RA menerapkan beberapa kebijakan umum dalam bidang
perekonomian, antara lain :

a. Menetapkan praktek akad-akad perdagangan yang sesuai dengan prisip


syari’ah.

b. Menegakkan hukum dengan memerangi mereka yang tidak mau membayar


zakat.

c. Melakukan pengelolaan dan penghitungan zakat secara akurat dan teliti.

d. Melakukan pendistribusian secara langsung.

e. Tidak menjadikan ahli Badar (orang-orang yang berjihad pada perang Badar)
sebagai pejabat negara.

f. Tidak mengistimewakan ahli Badar dalam pembagian kekayaan negara.

g. Mengelola barang tambang (rikaz) yang terdiri dari emas, perak, perunggu,
besi, dan baja, sehingga menjadi sumber pendapatan negara.

6
[6]Fahrur ulum, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Surabaya:Government of Indonesia (GoI) dan
Islamic Development Bank (IDB)) hal 56-58

7
h. Pengembangan dan pengangkatan penanggungjawab bayt al-māl.

i. Menetapkan gaji para pegawai berdasarkan karakteristik daerah kekuasaan


masing-masing.

j. Tidak merubah kebijakan Rasullullah SAW dalam masalah jizyah (pajak per
kapita yang diberikan oleh penduduk non-Muslim pada suatu negara di bawah
peraturan Islam).

Dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan rakyat, Khalifah Abu Bakar RA


melaksanakan kebijakan ekonomi sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW. la sangat memperhatikan akurasi penghitungan zakat, hasil pengumpulan zakat
dijadikan sebagai pendapatan negara yang disimpan dalam bayt al-māl dan langsung
didistribusikan seluruhnya kepada kaum muslimin. Khalifah Abu Bakar mengikuti
langkah-Iangkah Nabi SAW dalam mengeluarkan pendapatan yang berasal dari
zakat. la membayar uang dalam jumlah yang sama kepada seluruh sahabat Nabi, dan
tidak membeda-bedakan antara kaum muslim terdahulu dengan para muallaf, antara
budak dengan orang merdeka dan antara laki-laki dan perempuan.

2. Masa Umar bin Khaththab

Umar bin Khatthab RA (40 SH – 23 H) merupakan khalifah kedua bagi kaum


muslimin dengan menggantikan Abu Bakar Al-Shiddiq RA. Periode kekhalifahan
Umar benar-benar merupakan abad keemasan dalam sejarah Islam. Selama kurun
waktu yang hanya 10 (sepuluh) tahun Khalifah Umar bin Khattab berhasil
membuktikan kehebatan sistem ekonomi Islam yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya.
Negara mengalami kemakmuran yang amat pesat, hal yang belum pernah disaksikan
orang Arab sebelumnya.

Salah satu kebijakan yang membanggakan adalah Umar RA menghitung


kekayaan para pejabat di awal dan di akhir jabatannya. Bila terdapat kenaikan yang
tidak wajar, yang bersangkutan secara langsung diminta membuktikan bahwa

8
kekayaan yang dimilikinya itu didapat dengan cara yang halal. Bila gagal, Umar
memerintahkan pejabat itu menyerahkan kelebihan harta dari jumlah yang wajar
kepada bayt al-mal, atau membagi dua kekayaan itu separuh untuk yang bersangkutan
dan sisanya untuk negara.[7]7

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kesuksesan ekonomi masa Umar Bin Khattab


adalah sebagai berikut:

a. Melakukan sistematisasi dalam pemberlakuan pungutan jizyah kepada ahlu


dzimmah dengan cara menetapkan tiga tingkatan jizyah. Yang disesuaikan
dengan tingkat kemampuan mereka membayar.

b. Menghentikan pendistribusian bagian zakat, untuk salah satu asnaf yaitu


orang-orang yang baru masuk Islam karena negara Islam telah kuat.

c. Melakukan restrukturisasi sumber dan sistem ekonomi baru yang belum


pernah ada sebelumnya.

d. Membentuk dewan dewan, bayt al-māl, membuat dokumen-dokumen negara


dan merancang sistem yang mampu menggerakan ekonomi, baik produksi
maupun distribusi.

e. Umar tidak mendistribusikan tanah taklukan di Irak kepada prajurit dan


membiarkannya sebagai amanah.

f. Disamping itu, banyak kemenangan yang dicapai tentara muslim pada masa
Umar telah menghasilkan banyak harta rampasan yang secara signifikan
menambah kekayaan negara.

Khalifah Umar bin Khatthab (13 H/634 M) membentuk Dewan Ekonomi, dengan
tugas sebagai berikut:

7
[7]ibid, hal 58-59

9
a. Mendirikan bayt al-māl, menempa uang, membentuk tentara untuk menjaga
dan melindungi tapal batas,mengatur gaji, mengangkat hakim-hakim,
mengatur perjalanan pos, dan lain-lain.

b. Mengadakan dan menjalankan hisbah (pengawasan terhadap pasar,


pengontrolan terhadap timbangan dan takaran, penjagaan terhadap tata-tertib
dan susila, pengawasan terhadap kebersihan jalan, dan sebagainya.)

c. Memperbaiki dan mengadakan perubahan terhadap peraturan yang telah ada,


misalnya hak penguasaan tanah yang didapat dari perang yang semula
diberikan kepada kaum Muslimin dirubah menjadi tetap hak pemilik semula
tetapi dikenakan pajak tanah (kharaj).

d. Umar melakukan reformasi hak penguasaan tanah dengar mencontoh


Rasulullah SAW pada waktu membagikan tanah Khaiba.[8]8

Untuk mendistribusikan bayt al-māl, Khalifah Umar ibn al-Khattab mendirikan


beberapa departeman yang dianggap perlu, seperti:

a. Departemen Pelayaran Militer.

b. Departemen Kehakiman dan Eksekutif.

c. Departemen Pendidikan dan Pengembangan Islam.

d. Departemen jaminan Sosial.

Pada masa pemerintahannya, Khalifah Umar ibn al-Khattab mengklasifikasi


pendapatan Negara menjadi empat bagian, yaitu:

a. Pendapatan zakat dan ‘ushr (pajak tanah).

b. Pendapatan khums dan sedekah.

8
[8]ibid, hal 60-61

10
c. Pendapatan kharaj (cukai untuk tanah pertanian), fa’i (harta yang didapatkan
dari non muslin dengan cara damai tanpa peperangan), jizyah (pajak per
kapita), ‘ushr (pajak perdagangan), dan sewa tanah.

d. Pendapatan lain-lain yang gunakan untuk membayar para pekerja,


pemeliharaan anak- anak terlantar, dan dana sosialnya.[9]9

Di antara alokasi pendapatan bayt al-mal tersebut, dana pensiun merupakan


pengeluaran Negara yang paling penting. Dana pensiun ini ditetapkan untuk mereka
yang akan dan pernah bergabung dalam kemiliteran. Dengan kata lain dana pensiun
ini sama halnya dengan gaji regular angkatan bersenjata dan pasukan cadangan serta
penghargaan bagi orang- orang yang telah berjasa. Sementara itu, dana pertahanan
Negara digunakan untuk membeli sarana dan prasarana militer, seperti perlengkapan
perang dan pembangunan markas militer. Sedangkan dana pembangunan digunakan
untuk sector pertanian dan perdagangan, pembangunan jaringan terowongan, dan
berbagai fasilitas umum lainnya yang dapat menunjang kelancaran aktivitas ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat umum.

Selain hal- hal tersebut, Khalifah Umar ibn al-Khattab juga menerapkan beberapa
kebijakan ekonomi lainnya, seperti:

a. Kepemilikan Tanah

b. Zakat

c. ‘Ushr

d. Sedekah dari non muslim

e. Mata Uang

9
[9]ibid, hal 62-63

11
Khalifah Umar bin Khatthab RA wafat pada hari keempat akhir pada bulan
Dzulhijjah tahun 23 H setelah memimpin kaum muslimin selama 10 tahunt 6 bulan 4
hari.[10]10

3. Masa Utsman bin ‘Affan

Pemilihan Khalifah ketiga berbeda dengan Khalifah Abu Bakar Al-Shiddiq yang
menunjuk langsung penggantinya sebelum beliau wafat, setelah wafatnya Khalifah
Umar tim melakukan pemufakatan yang pada akhirnya menunjuk Utsman bin Affan
RA sebagai Khalifah Islam yang ketiga.

Khalifah Utsman bin Affan RA menjalankan kebijakan ekonominya dengan


melakukan beberapa penataan baru dengan mengikuti kebijakan Khalifah Umar
sebagai berikut:

a. Dalam rangka pengembangan sumber daya alam, dilakukan pembuatan


saluran air, pembangunan jalan-jalan dan pembentukan organisasi kepolisian
secara permanen untuk mengamankan jalur perdagangan.

b. Membentuk armada laut kaum muslimin hingga berhasil membangun


supremasi kelautan di wilayah Mediterania dan berhasil membangun
pelabuhan pertama negara Islam di semenanjung Syria,Tripoli dan Barca di
Afrika Utara.

c. Tidak mengambil upah dari kantornya, bahkan menyimpan uangnya di


bendahara negara.

d. Mempertahankan sistem pemberian bantuan dan santunan serta memberikan


sejumlah besar uang kepada masyarkat yang berbeda-beda.

e. Dalam hal pengelolalan zakat, pemilik harta diberikan keleluasaan untuk


menaksir hartanya sendiri.

10
[10]ibid, hal 63-64

12
f. Menaikkan dana pensiun sebesar 100 dirham dan memberikan ransum
tambahan berupa pakaian.

g. Memperkenalkan tradisi mendistribusikan makanan ke masjiduntuk fakir


miskin dan musafir.

Pada masa enam tahun kedua pemerintahannya, terdapat beberapa kebijakan dari
Khalifah Utsman bin Affan RA yang pada akhirnya bermuara pada gejolak politik
dan terbunuhnya sang Khalifah. Adapun kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan dalam hal pemberian harta dari bayt al-mal kepada kerabatnya. Hal
ini berbeda dengan pandangan Abu Bakar dan Umar yang memandang bahwa
hak kerabat dalam bayt al-mal terbatas dalam standar umum yang ada dan
tidak ada toleransi atasnya.

b. Pandangan bahwa sedekah adalah bukan merupakan sumber devisa dan


pendapatan negara membuat Beliau menggunakan dana zakat untuk
pembiayaan perang dan lainnya. Hal ini ditentang oleh kebanyakan sahabat
yang menyatakan bahwa sang Khalifah telah menyalahi ketentuan dalam Al-
Qur’an mengenai penyaluran zakat (At-Taubah:60). Pada akhirnya kebijakan
ini menghambat sirkulasi ekonomi dan membuat terjadinya kesenjangan
antara si kaya dan si miskin.

c. Kebijakan memberikan tambahan gaji kepada pejabat negara yang beberapa


diantaranya memiliki hubungan kekerabatan.

d. Kebijakan mengenai kepemilikan tanah dimana Beliau menginginkan


penduduk Arab untuk menjual harta fai’ mereka di daerah dan menggantinya
dengan kavling tanah yang pada akhirnya memunculkan tuan-tuan tanah yang
pada akhirnya menimbulkan kesenjangan antara tuan tanah yang memiliki
tanah luas dan penduduk miskin yang tidak memiliki tanah.[11]11

11
[11]ibid, hal 66-67

13
4. Masa Ali bin Abu Thalib

Ali bin Abi Thalib RA adalah khalifah terakhir dari Khulafa al-Rasyidin, sebagai
pengganti Ustman bin Affan ra. Secara umum pemikiran kebijakan dalam bidang
perekonomian selama masa pemerintahan Khalifah Ali RA adalah sebagai berikut:

a. Mengedepankan prinsip pemerataan dalam pendistribusian kekayaan Negara


kepada masyarakat.

b. Menetapkan pajak terhadap pemilik kebun dan mengizinkan pemungutan


zakat terhadap sayuran segar.

c. Pembayaran gaji pegawai dengan sistem mingguan.

d. Melakukan kontrol pasar dan memberantas pedagang licik, penimbun barang,


dan pasar gelap.

e. Aturan kompensasi bagi para pekerja jika mereka merusak barang-barang


pekerjaannya.

Kesungguhan penggunaan kekayaan Negara dan usaha dari individu dan masyarakat
dalam rangka memerangi kemiskinan menjadi perhatian khalifah Ali RA. Ali RA
mengambil dua prinsip; Pertama, seluruh kekayaan bayt al-mal, tanah serta semua
sumber penghasilan adalah milik Negara dan harus didistribusikan ke seluruh warga
Negara menurut keperluan dan haknya. Setiap orang harus bekerja dan mendapatkan
manfaat dari sumber-sumber ini menurut usahanya sendiri. Tak seorangpun berhak
menyalahgunakan apa saja sesukanya dan merebut harta umum menjadi harta khusus.
Mereka harus membuktikan sendiri bahwa mereka bermanfaat bagi orang lain dan
mendapatkan pula keuntungan dari orang lain.[12]12

12
[12]ibid, hal 69-71

14
C. Perekonomian Pasca Khulafaurrasyidin

1. Sejarah pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Umayyah (611-750 M)

Nama Bani Umayyah dalam bahasa Arab berarti anak turun Umayyah, yaitu
Umayyah bin Abdul Syams (salah satu pemimpin dalam kabilah suku Quraisy).
Abdul Syams adalah saudara dari Hasyim, sama-sama keturunan Abdul Manaf. Dari
Bani Hasyim inilah lahir Nabi Muhammad saw.

Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat,


wilayah kekuasaan Islam Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Keberhasilan
yang dicapai Bani Umayyah ini memberikan bentuk pemikiran ekonomi, tepatnya
ketika dunia Islam berada di bawah kepemimpinan Khalifah Bani Umayyah, kondisi
Baitul Maal berubah. Al-Maududi menyebutkan, jika pada masa sebelumnya Baitul
Maal dikelola dengan penuh hati-hati sebagai amanat, Allah SWT dan amanat rakyat,
maka pada masa pemerintahan Bani Umayyah, Baitul Maal berada sepenuhnya di
bawah kekuasaan Khalifah tanpa dapat dipertanyakan atau dikritik oleh Islam.

Baitul Maal yang merupakan kantor perbendaharaan umat merupakan salah satu
institusi yang disalah gunakan. Pada masa ini Baitul Maal seperti menjadi milik para
Pangeran. Masa pemerintahan Bani Umayyah inilah, Baitul Maal dibagi menjadi 2
bagian, umum dan khusus. Pendapatan Baitul Maal umum diperuntukkan bagi
seluruh masyarakat umum, sedangkan pendapatan Baitul Maal khusus diperuntukkan
bagi para Sultan dan keluarganya. Namun dalam praktiknya, tidak jarang ditemukan
berbagai penyimpangan penyaluran harta Baitul Maal tersebut. Dengan demikian,
telah terjadi disfungsi penggunaan Baitul Maal pada masa pemerintahan Daulah
Umayyah.

Di antara para Khalifah bani Umayyah yang termasyhur dan memberikan banyak
pemikirannya di bidang ekonomi adalah :

1. Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan

15
Pada masa pemerintahannya, beliau mendirikan dinas pos beserta dengan berbagai
fasilitasnya, menertibkan angkatan perang, mencetak uang, dan mengembangkan
jabatan Adi (hakim) sebagai jabatan professional, menerapkan kebijakan pemberian
gaji tetap kepada para tentara, pembentukan tentara professional, serta pengembangan
birokrasi seperti fungsi pengumpulan pajak dan adminstrasi.

Selain terjadi perubahan dalam system pemerintahan, masa pemerintahan Bani


Umayyah juga terdapat perubahan lain, misalnya masalah Baitul Maal. Pada masa
pemerintahan Khulafaurrasidin, Baitul Maal berfungsi sebagai harta kekayaan rakyat,
di mana setiap warga Negara memiliki hak yang sama terhadap harta tersebut. Akan
tetapi sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan, Baitul Maal berlaih
kedudukannya menjadi harta kekayaan keluarga raja. Seluruh penguasa Dinasti Bani
Umayyah kecuali Umar bin Abdul Aziz (717-729 M), memperlakukan baitul maal
sebagai harta kekayaan pribadi yang boleh dipergunakan untuk apa saja oleh sang
penguasa Bani Umayyah.

2. Khalifah Abdul Malik bin Marwan

Pemikiran yang serius terhadap penerbitan dan pengaturan uang dalam masyarakat
Islam muncul di masa pemerintahan beliau.

Khalifah Abdul Malik memberlakukan kewajiban bagi umat Islam untuk membayar
zakat dan bebas dari pajak lainnya. Hal ini mendorong non-Muslim memeluk agama
Islam. Kenyataan ini menimbulkan masalah bagi perekonomian Negara. Perpindahan
agama mengakibatkan berkurangnya sumber pendapatan Negara dari sektor pajak.
Juga, bertambahnya militer Islam dari kelompok mawali memerlukan dana subsidi
yang semakin besar. Kemudian Khalifah Abdul Malik bin Marwan mengembalikan
beberapa militer Islam kepada profesinya semula, yakni sebagai petani dan
menetapkan kepadanya untuk membayar sejumlah pajak sebagaimana kewajiban
mereka sebelum mereka masuk Islam, yakni sebesar beban Kharaj dan Jizyah.
Keputusan beliau ditentang keras oleh kelompok mawali. Karena ketidakpuasan ini,

16
pada akhirnya mereka menyokong gerakan propaganda Abbasiyah untuk
menggulingkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.

Khalifah al-malik berhasil melakukan pembenahan administrasi pemerintahan dan


memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.
Diikuti oleh putranya al-Walid bin Abd al-Malik (705-715 M) seorang yang
berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan panti untuk orang
yang cacat. Semua yang terlibat dalam itu digaji oleh Negara secara tetap.Dan
membangun jalan raya, pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid yang
megah.

3. Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Selama masa pemerintahannya, beliau menerapkan ajaran Islam secara utuh


menyeluruh. Ketika diangkat menjadi Khalifah, beliau mengumpulkan rakyatnya dan
mengumumkan serta menyerahkan seluruh harta kekayaan diri dan keluarganya yang
tidak wajar kepada kaum Muslimin melalui Baitul Maal, bersifat melindungi dan
meningkatkan kemakmuran taraf hidup masyarakat secara keseluruhan. Khalifah
Umar Ibn Abd Aziz pernah membelanjakan seluruh kekayaan Baitul Maal di Irak
untuk membayar ganti rugi pada orang-orang yang diperlukan oleh para penguasa
sebelumnya. Karena tidak mencukupi, ia mengambil dari kekayaan baitul Maal di
Syam. Beliau berupaya untuk membersihkan Baitul Maal dari pemasukan harta yang
tidak halal dan berusaha mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya.
Umar membuat perhitungan dengan para bawahannya agar mereka mengembalikan
harta yang sebelumnya bersumber dari sesuatu yang tidak sah. Ia sendiri
mengembalikan milik pribadinyanya sendiri, yang waktu itu berjumlah sekitar 40000
dinar setahun ke Baitul Maal. Harta itu diperoleh dari warisan ayahnya, Abdul Aziz
bin Marwan. Umar Ibn Abd Aziz melindungi dan meningkatkan kemakmuran taraf
hidup masyarakat. Menghapus pajak kaum Muslimin, mengurangi beban pajak yang
dipungut dari kaum Nasrani, membuat takaran dan timbangan, membasmi cukai dan

17
kerja paksa dan lain-lain. Dan berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat
keseluruhan hingga tidak ada yang mau menerima zakat.

Umar menerapkan kebijakan otonomi daerah. Setiap wilayah Islam mempunyai


wewenang untuk mengelola zakat dan pajak sendiri-sendiri da ntidak diharuskan
menyerahkan upeti kepada pemerintahan pusat. Sebaliknya, pemerintah pusat akan
memberikan bantuan subsidi kepada setiap wilayah Islam yang minim pendapatan
zakat dan pajaknya.

2. Sejarah pemikiran ekonomi islam pada masa Bani Abbasiyah

Pendiri dari khalifah ini adalah keturunan al-abbas, paman nabi Muhammad saw,
yaitu Abdullah al-saffah ibn Muhammad ibn ali ibn Abdullah ibn al-abbas. Di mana
pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan
politik,social,budaya.

Para sejarawan biasanya membagimasa pemerintahan bani abbas menjadi lima


periode:

1) Periode pertama (132H/750M-232H/847M), atau periode pengaruh Persia pertama.

2) Periode kedua (232H/847M-334H/945M), atau periode pengaruh turki pertama.

3) Periode ketiga (334H/945M-447H/1055M) masa kekuasaan dinasti buwaih dalam


pemerintahan khalifah abbsiyah (masa pengaruh Persia kedua)

4) Periode keempat (447H/1055M-590H/1194M) masa kekuasaan dinasti bani seljuk


dalam pemerintahan khalifah abbasiyah, (masa pengaruh turki kedua)

5) Periode kelima (590H/1194M-656H/1258M) masa khalifah bebas dari pengaruh


dinasti lain tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota bagdad.

18
Dinasti abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pada pembinaan
peradaban dan kebudayaan islam dari pada perluasan wilayah. Inilah perbedaan
pokok bani umayyah dan bani abbasiyah.

Beberapa khalifah yang pernah menjadi pemimpin pemerintahan saat dinasti


Abbasiyah :

1. Abu ja’far Al-manshur

Karena Abdullah al-saffah hanya memerintah dalam waktu yang singkat, Pembina
yang sesungguhnya dari daulah abbasiyah adalah abu ja’far al-manshur. Dalam
mengendalikan harga khalifah al-manshur memerintahkan para kepala jawatan pos
untuk melaporkan harga pasaran dari setiap harga makanan dan barang lainnya.
Disamping itu dia sangat hemat dalam membelanjakan harta baitul maal. Ketika ia
meninggal ,kekayaan kas Negara telah mencapai 810 juta dirham.

2. Harun al-rasyid

Popularitas daulah abbsiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah harun al-


rasyid (786-809M) dan putranya al-makmum kesejahteraan social, kesehatan,
pendidikan ,ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, serta kesusastraan berada dalam
zaman keemasannya.

Ketika tampuk pemerintahan dikuasai khalifah harun al-rasyid(170-


193H)pertumbuhan ekonomi berkembang dengan pesat dan kemakmuran daulah
abbasiyah mencapai puncaknya, ia membangun baitul maal untuk mengurus
keuangan Negara dengan menunjuk seorang wazir yang mengepalai beberapa diwan.
Pendapatan baitul maal dialokasikan untuk reset ilmiah dan penerjemah buku-buku
yunani, disamping itu untuk biaya pertahanan dan anggaran rutin pegawai.
Pendapatan tersebut juga dialokasikan membiayai para tahanan dalam hal penyediaan
bahan makanan dan pakaian musim panas dan dingin.

19
Selain itu khalifah harun juga sangat memperhatikan masalah perpajakan. Ia
menunjuk Abu Yusuf untuk menyusun sebuah kitab pedoman mengenai keuangan
Negara secara syariat, untuk itu, imam abu yusuf menyusun sebuah kitab yang diberi
judul kitab al-kharaj.

Pada masa harun al-rasyid terdapat klasifikasi pembayaran jizyah. Mereka yang
kaya dikenakan jizyah sebesar 48 dirham, golongan ekonomi menengah 24 dirham,
sedangkan di bawah itu hanya 12 dirham per kepala, tidak mesti dengan uang, ada
yang membayar dengan hewan ternak dan ada juga yang membayar dengan barang
dagangan. Kewajiban ini berlaku sekali setahun.

Sumber-sumber pemikiran ekonomi pada masa itu diperoleh dari sector-sektor yyang
beragam seperti pertanian, industry, perdagangan, jass transportasi, kerajinan, dan
pertambangan.

a) Perdagangan dan industry

1. Dibangun sumur dan tempat-tempat istirahat di jalan-jalan yang dilewati


kafilah dagang.

2. Di bangunkan armada-armada dagang.

3. Dibangunkan armada-armada untuk melindungi pantai-pantai Negara dari


serangan bajak laut.

b) Pertanian dan perkebunan

Terbentuknya pertanian kekhalifahan yang stabil dan juga menimbulkan dampak-


dampak yang dramatis terhadap pertanian di berbagai wilayah, yang pada gilirannya
mendorong perkembangan regional.

c) Pengembangan ilmu pertanian

Segala usaha untuk mendorong kaum tani agar maju, di tempuh dan dilakukan:

20
1. Memperlakukan ahli zimmah dan mawaly dengan perlakuan yang baik dan
adil.

2. Mengambil tindakan keras terhadap para pejabat yang berlaku kejam kepada
para petani.

3. Memperluas daerah-daerah pertanian di segenap wilayah Negara.

4. Membangun menyempurnakan perhubungan ke daerah-daerah pertanian.

5. Membangun bendungan-bendungan dank anal-kanal, baik besar maupun


kecil.

6. Dengan tindakan ini maka pertanian akan menjadi maju.

d) Pendapatan Negara

Selain dari sector perdagangan, pertanian, dan perindustrian, sumber pendapatan


Negara juga berasal dari pajak. Daerah-daerah pengumpul pajak tersebut sebagai
berikut:

Sawad di Irak : 114.357.650 dirham

Al-Ahwas : 23..000.000 dirham

Persia : 24.000.000 dirham

Kirman : 6.000.000 dirham

Makran : 1.000.000 dirham

Isfahan : 105.000.000 dirham

Sijistan : 1.000.000 dirham

Khurasan : 27.000.000 dirham

21
Hulwan : 9.900.000 dirham

Mahin : 9.800.000 dirham

Hamadazan : 1.700.00 dirham

Masbizdan : 1.200.000 dirham

e) System moneter

Sebagai alat tukar pelaku ekonomi menggunakan mata uang dinar dan dirham. Mata
uang dinar emas digunakan oleh para pedagang diwilayah kekuasaan sebelah barat,
meniru orang-orang bizantium; sedangkan mata uang dirham perak diguanakan oleh
pedagang diwilayah timur.Meniru kebiasaan Sassaniah.

Pengguanaan dua mata uang ini menurut azumardi azra, memiliki dua konsekuensi
yaitu (1) mata uang dinar harus diperkenalkan di wilayah-wilayah yang selama ini
hanya mengenal mata uang dirham. (2) dengan mengeluarkan banyak mata uang
emas, ini mengurangi penyimpanan emas batangan atau perhiasan atau sekaligus
menjamin peredaran mata uang sesuai dengaan kebutuhan pasar.[13]13

D. Perkembangan Ekonomi Islam ke Barat

1. Transformasi Pemikiran Ekonomi Islam dari Timur ke Barat

Perkembangan pemikiran ekonomi Islam merupakan suatu permasalahan yang


kompleks, karena dari sisi sejarahnya sistem ekonomi dunia yang berkembang
sekarang ini merupakan jiplakan ilmuwan barat yang diambil dari para pemikir
ekonomi Islam terdahulu. Padahal di dalam Al-Quran pun Allah telah menganjurkan
kepada kaum muslim untuk mengembangkan pemikirannya, termasuk juga dalam hal
13
[13]Drs. Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,2010),hlm.105-145

22
ekonomi. Karya sarjana muslim mirip dengan Pemikiran ekonomi barat, mengapa hal
itu terjadi? Ada beberapa jawaban mengenai hal itu, antara lain:

1. Terjadi dua kebetulan yang sama

2. Pemikir-pemikir barat sangat dipengaruhi oleh pemikiran sarjana muslim

3. Pemikir-pemikir barat melakukan Plagiat terhadap karya-karya sarjana


muslim

Hal diatas sangat jelas betapa superiornya para sarjana muslim,hal ini dapat dilihat
waktu ada dark age dengan jarak waktu yang sangat lama yakni bermilyar-milyar
detik. Untuk mengamati Transformasi pemikiran ilmu dunia islam kebarat ada
beberapa hal :

1. Ilmuan Eropa belajar ke Spanyol dan Timur Tengah

2. Translasi dari bahasa Arab ke bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Catalonia atau
Latin

3. Kaum muslim bertempat tinggal menetap di andulisia yang berkembang pesat


seperti sevila dll

4. Penjajahan di Sisilia

5. Perang salib

6. Perdagangan

Pada abad ke 11 ini jelas pertama kali didirikannya universitas islam, waktu itu
banyak orang-orang barat berbondong-bondong datang ke dunia islam untuk belajar
menuntut ilmu. Walapun orang-orang barat atau kristen juga banyak mendirikan
universitas. Tapi karena kalah saingan dengan islam mereka terpengaruh oleh islam.
baik pengajaran, dosen, literatur. Ahmad dan Ahwan memyimpulkan bahwa seolah

23
terjadinya pemisahan oleh pemikiran ekonomi islam dengan barat setidaknya
diakibatkan dua hal yaitu :

1) Jatuhnya baghdad oleh khan, banyak terjadi penurunan,bahkanstagnasi tradisi


intelektual dikalangan masyarakat islam

2) Dua abad negara islam yang dijajah oleh negara barat[14]14

2. Indikasi Plagiasi Pemikiran Sarjana Muslim Oleh Ilmuan Barat

Karena banyak karya sarjana muslim yang berpindah di dunia barat jadi sangat sulit
untuk diidentifikasi secara mendetail konsep pemikiran ekonomi muslim apa aja yang
ditiru, dikembangankan, dijiplak oleh ekonom barat . Berikut ini beberapa
diantaranya :

1. Institusi atau mekanisme ekonomi-bisnis yang ditiru barat dari dunia islam
yaitu syirkah, suftaja, halawa, funduq

2. Banyaknya karya pemikir islam yang ditiru antara lain:

 kitab al-amwal karya abu ubayd sama dengan bukunya adam smith yang
berjudul the wealth of nation

 buku nahjul Balaqhah karya imam ali sama dengan teori pareto optimum
karya V pareto

 kitab karya ibnu taimiyah sama dengan bad money drivers out good money
karya gresham law

 Bar hebraus menyalin ihya ulumuddin karya al ghozali

 Pendeta gereja menyalin banyak banyak kitab salah sati ihya nya al ghozali

14
[14]Gus Alwy Muhammad, Ekonomi Islam: Mazhab-Mazhab Pemikiran Ekonomi Islam
Kontemporer dan Perkembangan Islam ke Barat, dalam http://ekonomiislamindonesia.blogspot.com

24
 St thomas aquinas menyalin bab dari ibnu alfarabi dan mempelajari pemikiran
al ghozali

 Theori invisible hands yang dibuat bapak ekonomi adam smith ternyata
meniru sabda nabi mohammad

 Gresham telah mengabdosi teori ibnu taimiyah

Josep schumpeter mengatakan bahwa adanya jurang pemisah yang besar antara
pemikiran islam dengan dunia barat selama lima abad. Ini jelas bahwa eropa
menyembunyikan pemikiran-pemikiran ekonomi islam dan mereka kembangkan
sehingga mereka menganggap itulah milik mereka. Para ekonomi muslim mengakui
terpengaruh oleh tokoh yunani kuno seperti aristoteles. Karya-karya ekonom islam
yang diterjemahkan oleh ekonom barat adalah karya-karya al kindi, al farabi, ibnu
sina, imam ghozali, ibnu rusdy, al khawirizmi, ibnu haythan, ibnu hazn, jabir ibnu
hayyan, ibnu bajja dan ar razi.

C. Bukti sejarah bahwa pemikir muslim merupakan penemu ilmu ekonomi

Para pemikir klasik muslim tidak pernah terjebak untuk mengkotak-kotakkan


berbagai macam ilmu yang di lakukan oleh para pemikir saat ini. Mereka meliahat
ilmu-ilmu tersebut sebagai “ayat-ayat Allah” yang bertebaran di seluruh alam. Para
pemikir muslim memang melakukan klasifikasi terhadap berbagai macam ilmu, tetapi
yang di lakukan mereka adalah pembedaan, bukan pemisahan. Ibnu Sina (980-1037
M), sebagai contoh, selain terkenal sebagai ahli kedokteran,juga adalah ahli filsafat.
Bahkan ia juga mendalami psikologi dan musik. Al-Ghazali (1058 M- 505 H), selain
banyak masalah-masalah fiqih (hukum) , ilmu kalam (teologi), dan tasawuf, beliau
juga banyak membahas masalah filsafat, pendidikan, pesikologi, dan pemerintahan.
Ibnu Khaldun (1332-1404 M) selain banyak membahas masalah sejarah , juga banyak
menyinggung masalah-masalah sosiologi, antropologi budaya, ekonomi, geografi,

25
pemerintahan, pembangunan, peradaban, fisafat, epistemologi, psikologi, dan juga
futorolgi.

Sayangnya tradisi pemikiran seperti ini tidak berlanjut sampai sekarang karena
mundurnya peradaban muslim di hampir segala bidang kemunduran ini sebagian di
sebabkan karena musuh dari luar sebagian lagi disebabkan oleh sikap umat muslim
sendiri.

Para pemikir islam sebenarnya telah memberikan kontribusi yang sangat berarti
dalam ilmu ekonomi modern dengan demikian teori ekonomi islam sebenarnya bukan
ilmu baru. Oleh karena itu sikap umat islam terhadap ilmu – ilmu dari barat, termasuk
ilmu ekonomi versi “konvensional”, adalah la tukadzibuhu jamii’a , wala
tushahhihuhu jamii’a ( jangan tolak semuanya, dan jangan pula terima semuanya ).
Ekonomi muslim perlu mempunyai akses terhadap Kitab-kitab klasik Islam. Di lain
pihak fuqaha’ Islam perlu juga mempelajari teori-teori ekonomi modern agar dapat
menerjemahkan. Kondisi ekonomi modern dalam bahasa kitab klasik Islam.[15]15

15
[15] Ismail Nawawi, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aspek Hukum, (Surabaya:CV.
Putra Media Nusantara, 2009)

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rasulullah SAW merupakan kepala negara pertama yang memperkenalkan konsep


baru di bidang keuangan negara di abad ketujuh. Semua hasil penghimpunan
kekayaan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai
dengan kebutuhan negara. Pusatnya dinamakan dengan bai al mal.

Pada masa Abu Bakar ash Shidiq prinsip yang digunakan adalah kesamarataan dalam
mendistribusikan harta baitul mal. Pada masa Umar bin Khaththab, dimulai pendirian
baitul mal, sudah ada penyusunan anggaran pengeluaran dan pembelanjaan,
menetapkan jizyah yaitu kompensasi terhadap orang non muslim, mulai terbentuk
mata uang. Pada masa Usman bin Affan, dilakukan penataan baru seperti pembuatan
saluran air, pembangunan jalan dan pembentukan lembaga kepolisian. Pada masa Ali
bin Abi Thalib, dilakukan pendistribusian seluruh pendapatan dan provisi yang ada
dalam baitul mal, melakukan pendistribusian uang untuk rakyat. Ali pernah
melakukan penghapusan anggaran untuk angkatan laut. Ali termasuk khalifah yang
mempunyai konsep yang jelas terhadap pemerintahan, administrasi umum dan
masalah-masalah yang berkaitan dengannya.

27
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, kebijakan ekonomi banyak dibentuk
berdasarkan ijtihad para fuqoha dan ulama sebagai konsekuensi semakin jauhnya
rentang waktu (lebih kurang satu abad) antara zaman kehidupan Rasulullah saw dan
masa pemerintahan tersebut. Tokohnya, yaitu : Abu Ja’far Al-Manshur , Khalifah
Abdul Malik ibn Marwan, dan Umar Ibn Abdul Aziz.

Khalifah Abbasiyah atau Kekuasaan Dinasti Bani Abbas, sebagaimana disebutkan


melanjutkan kekuasaan dinasti bani umayyah. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H ( 750 M) sampai dengan 656 H ( 1258
M). Selama Dinasti Bani Abbas berkuasa. Di mana pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.di
zaman Bani Abbasiyah, istilah jihbiz populer sebagai suatu profesi penukaran uang.
Pada zaman itu mulai diperkenalkan uang jenis baru yang disebut fulus yang terbuat
dari tembaga. Tokohnya, yaitu : Abu Ja’far Al-Manshur dan Harun al-Rasyid yang
telah banyak membawa perubahan besar dalam aspek ekonomi di masa pemerintahan
Bani Abbasiyah.

28
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30534647/
KONSEP_PEREKONOMIAN_PADA_MASA_RASULULLAH_SAW

Karim, A. A. sejarah pemikiran ekonomi islam, 2001

Chapra, U. masa depan ilmu ekonomi sebuah tinjauan islam. Jakarta:Gama Insani
Press, 2001

Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, EKONISIA,


Yogyakarta,2002,cet. I,halm 105-108

Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam http://jurnal.faiunwir.ac.id, hal 55-56,


dalam
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://zenodo.org/
record/2618413/files/04%2520Ibnudin
%25202.pdf&ved=2ahUKEwjF3t6t9e3sAhUslEsFHZKlDbkQFjALegQIEBAB&usg
=AOvVaw3sA4nREVqSNHGYQ2kV7qex

Fahrur ulum, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Surabaya:Government of Indonesia


(GoI) dan Islamic Development Bank (IDB)) hal 56-58 dalam

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
digilib.uinsby.ac.id/20227/1/Sejarah%2520pemikiran%2520ekonomi

29
%2520Islam.pdf&ved=2ahUKEwjsqKHV27bsAhWa93MBHSEGAbAQFjAHegQIB
RAB&usg=AOvVaw1w72BzU3oSAILGDUyxccxm

Gus Alwy Muhammad, Ekonomi Islam: Mazhab-Mazhab Pemikiran Ekonomi Islam


Kontemporer dan Perkembangan Islam ke Barat, dalam
http://ekonomiislamindonesia.blogspot.com

Ismail Nawawi, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem dan Aspek Hukum,
(Surabaya:CV. Putra Media Nusantara, 2009)

30

Anda mungkin juga menyukai