Anda di halaman 1dari 10

INDUSTRI HALAL DAN JAMINAN PRODUK HALAL DI INDONESIA

Oleh:
Muzaki Ahmad Zayadi
Muhamad Hubaibi Swari
Halim Wardiman
Dana Pratama

Pendahuluan
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki potensi besar untuk
mengembangkan industri halal. Tentu saja, potensi yang besar ini merupakan
implikasi dari banyaknya jumlah penduduk muslim di Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2019) Industri halal memiliki
peran strategis dalam meningkatkan perekonomian. Maka, sudah seharusnya
industri halal dikembangkan di Indonesia. Industri halal telah menyumbang USD
3,8 miliar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya.
Selain itu, industri halal juga telah menyumbang USD 1 miliar investasi dari
investor asing dan membuka 127 ribu lapangan pekerjaan per tahunnya.
Namun sangat disayangkan bahwa potensi industri halal yang dimiliki
Indonesia belum tergarap sepenuhnya. Data di lapangan menunjukkan masih
sedikit sekali output industri halal yang ada di Indonesia. Berdasarkan penilaian
yang tercantum pada State of The Global Islamic Report (2019), Indonesia hanya
menempati peringkat ke-5 dalam kategori Top 15 Global Islamic Economy
Indicator dengan skor sebesar 49.
Tentu saja hal ini membuat kita miris, mengingat Indonesia adalah negara
dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Jumlah penduduk muslim
yang begitu banyak ternyata belum bisa menjadikan Indonesia sebagai negara
pemasok kebutuhan komoditas halal di dunia. Hal ini terlihat dari belum
mampunya Indonesia untuk masuk ke dalam Top 10 di semua sektor industri
halal. Bahkan, untuk halal food yang merupakan kebutuhan dasar seorang
muslim Indonesia belum bisa memenuhinya. Ketimpangan ini membuat
Indonesia masih berkutat sebagai konsumen pasar industri halal dunia. Sudah
saatnya Indonesia bangkit dan menjadi role model dalam industri halal dunia.
Bahkan pemerintah sudah menyuarakan cita-cita bahwa Indonesia bisa dan
sangat mungkin menjadi kiblat industri halal dunia. Untuk itu, ketimpangan ini
harus dihilangkan guna mewujudkan cita-cita tersebut. Dengan segala potensi
yang dimiliki oleh Indonesia, sudah seharusnya industri halal semakin
dioptimalkan demi membangun perekonomian dan mensejahterakan kehidupan
1
masyarakat, mengingat peran industri halal yang sangat strategis dalam
perekonomian.

2
Kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan wajib bagi setiap konsumen,
terutama konsumen muslim. Baik itu produk berupa makanan, obat-obatan
maupun barang-barang konsumsi lainnya. Seiring besarnya kuantitas konsumen
muslim di Indonesia yang jumlahnya mencapai 204,8 juta jiwa penduduk
Indonesia, dengan sendirinya pasar Indonesia menjadi pasar konsumen muslim
yang sangat besar.
Dalam industri pangan saat ini, bahan pangan diolah melalui berbagai
teknik dan metode pengolahan baru dengan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga menjadi produk yang siap dilempar untuk
dikonsumsi masyarakat di seluruh dunia. Hal ini menimbulkan kekhawtiran
bahwa dalam menghadapi perdagangan bebas tingkat regional, internasional, dan
global, Indonesia sedang dibanjiri produk pangan dan produk lainnya yang
mengandung atau terkontaminasi unsur haram.
Masalah sertifikasi dan penandaan kehalalan produk dalam sistem
perdagangan internasional mendapat perhatian baik dalam rangka memberikan
perlindungan terhadap konsumen umat Islam di seluruh dunia, sekaligus sebagai
strategi menghadapi tantangan globalisasi dengan berlakunya sistem pasar bebas
dalam kerangka ASEAN-AFTA, NAFTA, Masyarakat Ekonomi Eropa, dan
Organisasi Perdagangan Internasional (World Trade Organization). Sistem
perdagangan internasional sudah lama mengenal ketentuan halal dalam CODEX
yang didukung oleh organisasi internasional berpengaruh antara lain WHO,
FAO, dan WTO.
Respon positif terhadap masalah kehalalan terutama terkait makanan,
obat-obatan, dan kosmetik telah dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia
dengan diterbitkannya be- berapa peraturan perundang-undangan. Namun
peraturan-peraturan tersebut dibuat secara parsial, tidak konsisten, terkesan
tumpang tindih, dan tidak sistemik sehingga secara teknis belum dapat dijadikan
payung hukum yang kuat dan secara spesifik dapat mengikat terhadap persoalan
kehalalan produk kepada produsen (pelaku usaha) maupun jaminan kepada
konsumen. Hal inilah yang menyebabkan belum ada jaminan kepastian hukum
yang mengatur tentang produk halal, padahal kebutuhan akan jaminan produk
halal menjadi keniscayaan dan sangat mendesak terutama dalam kaitannya
dengan perlindungan konsumen dan kancah perdagangan global.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan
Produk Halal (UUJPH) sesungguhnya semakin mempertegas betapa
mendesaknya persoalan halal-haram dalam rantai produksi dari pelaku usaha
hingga sampai di tangan konsumen dan dikonsumsi oleh konsumen, dimana
terdapat pula peran pihak perantara seperti distributor, subdistributor, grosir,
maupun pengecer sebelum sampai ke tangan kosumen akhir.

3
UUJPH tidak hanya ditujukan untuk memberikan perlindungan dan
jaminan kepada konsumen semata dengan pemberian sertifikasi halal. Produsen
juga menuai manfaat dari UU ini yaitu dengan adanya kepastian hukum terhadap
seluruh barang yang diproduksi, sehingga UUJPH akan berdampak positif bagi
dunia usaha.
Jaminan produk halal untuk setiap produk juga dapat memberikan
manfaat bagi perusahaan, mengingat produk yang bersertifikat halal akan lebih
dipilih dan digemari konsumen sehingga dapat meningkatkan penjualan. Hal ini
bukan saja diminati oleh muslim tetapi juga masyarakat non muslim, karena
masyarakat non muslim beranggapan bahwa produk halal terbukti berkualitas
dan sangat baik untuk kesehatan tubuh manusia.1
Pembahasan
Pengembangan industri halal di Indonesia
Industri halal merupakan suatu kegiatan mengolah atau membuat suatu
barang yang pembuatannya dimulai dari perolehan bahan baku, pengolahan,
hingga menghasilkan suatu produk halal yang mengharuskan menggunakan
sumber daya maupun cara yang sesuai demgan syari’at Islam.
Dalam kementerian perindustrian di Indonesia telah melakukan untuk
perencanaan dalam pembentukan sebuah Kawasan industri yang halal dan
pemerintah menargetkan sebelum 2020 telah selesai. Karena peemrintah ingin
meningkatkan kualitas produk halal di dunia. Wilayah industri yang didalamnya
semua industri menerepkan sesuai dengan standar islam mulai dari zaman dahulu
sampai zaman modern saat ini. Pemerintah memeilih wilayah industry di daerah
jawa karena sudah tersedia wilayah industry yang memiliki strategi yang bagus
dan baik. Namun pemerintah juga menyerahkan hal tersebut kepada salah satu
pengusaha yang telah faham tentang standar-standar produksi industry yang halal
dengan baik.
Dalam sebuah perkembangan pasar yang halal membutuhkan sebuah
peningkatan efisiensi dalam sebuah pasar untuk dapat mengimbangi suatu
pengembangan tersebut. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan menejemen rantai persediaan yang mana dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan prdukuktifitas dan profitabilitas dari sebuah pasar yang halal.
Dalam sebuah perusahaan strategi merupakan sebuah kunci dalam keberhasilan
menerapkan SCM.

1
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum
dan HAM. Jaminan Produk Halal Di Indonesia. 2017.

4
Adapun SCM yang bersifat tradisional itu merupakan pengolahan barang
mentah menjadi barang jadi yang bisa di konsumsi dengan cara melalui proses-
preses terlebih dahulu kemudian di distribusikan sampai kepada konsumen
terakhir. Dalam hal ini SCM yang secara tradisional ini tidak dapat mencukupi
atau mengakomodasi dalam sebuah pasar dengan baik. Dengan adanya hal
tersebut SCM dapat berkembang dengan menyesuaikan kebutuhan industry yang
halal. SCM dapat diterapkan dalam sebuah perusahan dengan tujuan untuk
menjaga atau mempertahankan kehalalan produk dan dapat mengurangi biaya
produksi dalam perusahaan tersebut.2
Gurbernur Bank Indonesia Perry Warijiyo mengungkapkan bahawa ada 3
strategi yang dapat dilakukan dalam mengembangkan industri halal di Indonesia.
Untuk saat ini di Indonesia juga terdapat beberapa kasus yang mana ada sebuah
produk yang sudah memiliki lebel halal namun lebel tersebut hanyalah lebel
palsu. Tiga strategi tersebut adalah digitalisasi, kejelasan roadmap serta sinergi
dan kalaborasi. Namun hal ini dapat kendala ketika terjadinya pandemic covid-19
yang telah menyebabkan tekanan ekstensif dan tantangan bagi negara OKI
sehingga menyeababkan terjadinya gangguan dan investasi makan halal, modest
fashion dan wisata ramah islam menurun.
Dalam pengembangan industri halal di Indonesia akan lebih difokuskan
kepada pemetaan dalam sebuah kendala-kendala yang terkandung didalamnya.
Adapun klompok rintangan peratama adalah kebijakan. Dalam sebuah kebijakan
yang terdapat adanya kendala dalam sebuah penyediaan produk industri halal di
Indonesia. Adapun kendala lain adalah terjadinya infrastruksi. Infrastuksi ini
terkai dengan kendala infrastuksi hukum yang berkaitan dengan pemberian
sertifikat halal pada produk. Produk yang dalam kendala itu berkaitan dengan
proses produksi produk industri halal. Sebagaimana perekonomian pada
umumnya, bahan pembuatan produk halal tidak hanya dari pasar namun juga dari
luar negeri juga.
Dalam memenuhi hak konsumen terhadap JPH yang bersangkutan dengan
kenyamanan, keamanan,dan keselamatan dalam mengonsumsi produk atau barang
karena produk yang digunakan oleh seorang konsumen apabila produk tersebut
tifdak mendapatkan sebuah kehalalan maka dapat menyebabkan ketidak
nyamanan seorang konsumen terhadap produk tersebut.
Dengan adanya beberapa produk yang tidak mendaptkan sertifikat halal
maka hal ini tidak sesuai dengan tujuan perlindungan terhadap konsumen dalam
meningkan martabat konsumen maka kita dapat menghindari dari sebuah akses
yang negatif dalam pemakaian barang, maka pemerintah menciptakan

2
Faqiatul Mariya Waharini, Anissa Hakim Purwantini. Model Pengembangan Industri
Halal Food di Indonesia. 25 Juni 2018

5
perlindungan terhadap konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta sakses dalam menumbuhkan ras akesadaran pelaku
usaha yang menjual produk atau barang yang tidak halal. Dengan adanya
perlindungan hukum maka akan terciptanya sebuah kenyamaan terhadap
konsumen oleh karena itu pelaku maka juga harus bertanggung jawab atas apa
yang dia perbuat serta untuk menumbuhkan rasa sikap yang jujur.
Dalam hal ini MUI merupakan sebagai Lembaga pelaksana pemeriksaan
pangan yang dinyatakan halal, yang dikemas untuk di serahkan pada konsumen
atau di pasrakan. Kewengan MUI dapat digantikan oleh BPJPH yang
berkedudukan dibawah dan memiliki tanggung jawab kepada mentri. BPJPH
dalam pelaksanaan penyelenggaraan sefrtifikasi halal dalam sebuah produk harus
bekerja sama dengan MUI DAN LPH.3
Jaminan Produk Halal Di Indonesia
Jaminan Produk Halal yang selanjutnya disingkat JPH adalah kepastian
hukum terhadap kehalalan suatu Produk yang dibuktikan dengan Sertifikat Halal.
BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal) merupakan suatu badan di
bawah Kementerian Agama yang diamanatkan oleh undang-undang untuk untuk
menjamin kehalalan produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di
Indonesia.
Salah satu target yang hendak dicapai dalam “Indonesia Halal Mandatory”
adalah 10 juta sertifikat halal bagi produk makanan dan minuman UMK pada
tahun 2022.4
Dalam pemenuhan hak konsumen terhadap JPH berkaitan dengan rasa
kenyamanan,keamanan,dan keselamatan terhadap konsumen dalam mengonsumsi
produk yang digunakan oleh seorang konsumen apabila produk tersebut tidak
memiliki ke halalan maka para konsumen memiliki rasa ketidak nyamanan.
Dalam ini sangat tidak sesuai dengan tujuan pelindungan terhadap seorang
konsumen untuk mengangkat martabat seorang konsumen.
Maka cara untuk menghindarkan dari hal negatif dalam pemakaian produk
maka pemerintah menetapkan atau menciptakan sebuah sistem perlindungan
terhadap konsumen yang mengandung sebuah unsur kepastian hukum serta
keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi untuk
menumbhukan rasa kesadaran kepada seseorang yang membuat produk tersebut
dan untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dalam usaha.

3
Anggie Ariesta. Gubernur BI Ungkap 3 Strategi Pengembangan Industri Halal di
Indonesia. 27 Oktober 2021.
4
Moelki Fahmi Ardliansyah. Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal di Indonesia. 24
Februari 2022.

6
Untuk pendekatan terhadap sebuah pemenuhan hak konsumen harus
dilihat secara holistik berdasarkan sistem perlindungan yang memiliki unsur
saling mendukung karena memiliki sifat yang fungsional, sehingga ada salah
satunya unsur yang tidak berfungsi sehingga hak pemenuhan konsumen juga akan
terjadinya sebuah kendala.
Maka pemerintah membentuk MUI sebagai Lembaga pelakasana badan
pemeriksa pangan yang dinyatakan halal dan tidaknya yang dikemas dalam
sebuah perdagangan di Indonesia. Namun kewenagan MUI digantikan oleh
BPJPH yang memiliki kedudukan di bawah dan bertanggung jawab terhadap
sebuah pembentukan perwakilan di daerah. Sedangkan MUI memiliki kewenagan
untuk menetapkan sebuah produk itu halal atau tidak yang dilakukan dalam
sebuah sidang Fatwa Halal. Dalam hal ini BPJPH bekerjasama dengan MUI dan
LPH.
Dalam penyelenggaraan sertifikasi halal oleh BPJPH ini memiliki
kekuatan yaitu:
1. Penyelenggaraan terhadap JPH dan keberadaan
2. BPJPH memiliki kekuatan atau sebuah legistamsi hukum yang kuat karena
telah dibentuk dalam sebuah dasar perintah UU.

Namun meski demikian kerangka normatif jaminan kehalalan dalam


sebuah produk belum memadahi, seperti ketentuan turunan ( derivatif ) sebagai
peraturan pelaksaan dan sebuah teknis yang sudah di tetepkan oleh pemerintah.
Dari sisi substansi UU JPH khususnya pada pasal 21 ayat 1 yang mengakan
bahwa “ lokasi , tempat, dan alat proses produksi halal ( PPH) wajib dipisahkan
dengan lokasi, tempat, dan alat penyembelihan, pongolahan, penyimpanan,
pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan dalam penyajian produk halal akan
memberatkan pelaku usaha karena menambah beban biaya.5
Sertifikasi Jaminan Produk Halal Di Indonesia
Kepala badan penyelenggara jaminan produk halal, kemenag Muhammad
Aqil Irham menjelaskan bahwa setidaknya ada tiga pihak yang terlibat dalam
sebuah sertifikasi halal dalam sebuah produk yang akan di pasarkan oleh
seseorang yang memiliki usaha tersebut. Contohnya seperti BPJPH yang memiliki
tugas menetapkan sebuah aturan/ regulasi, dalam menerima dan memverivikasi
sebuah pengajuan produk yang akan disertifikasi halal.

5
Sudjana. Pelindungan Konsumen terhadap Jaminan Produk Halal dalam Perspektif
Sistem Hukum. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Vo lume 4,Nomor 1, 2020

7
Adapun pihak ke tiga yang juga ikut berperan dalam hal proses sertifikasi
halal, menurut Aqil Irham MUI adalah berwenang untuk menetapkan kehalalan
dalam sebuah produk melalui sidang Fatwa Halal. Ketetapan halal ini baik terkait
dengan standart maupun kehalalan produk. Dalam hal ini Mastuki menjelaskan
bahwa s2aa2t ini tiga LPH yang sudah menjelakan tugasnya dalam upaya
melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengujian kehalalan produk di dalam proses
sertifikasi halal. Ketiganya adalah LPH LPPOM MUI , LPH SUCOFINDO , dan
LPH surveyor Indonesia.6
Spesifikasi sertifikat halal di indonesia terbatas pada bahan-bahan yang
berasal dari hewan, tumbuhan, mikroba, dan bahan yang dihasilkan melalui proses
kimiawi, proses biologi, atau proses rekayasa genetik dalam proses produksi
pembuatan produk halal baik itu nantinya dijadikan sebagai bahan baku, bahan
olahan, bahan tambahan, maupun bahan penolong harus halal menurut syariat
agama.
MUI mulai proses terbitnya sertifikasi halal, peran MUI terlihat sangat
penting. MUI dalam sistem ketatanegaraan bukan merupakan badan, lembaga,
komisi negara yang atas dasar undang-undang, atau Pemerintah atas perintah
undang-undang sebagaimana diatur dalam UU 12 Tahun 2011. Meskipun MUI
disebutkan dalam beberapa Pasal UU Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan
Produk Halal, namun itu tidak berarti MUI dibentuk ataupun diperintahkan
pembentukannya dengan undang-undang ataupun peraturan daerah.
MUI sendiri berperan terhadap hasil pengujian yang disampaikan oleh
Auditor kepada BPJPH karena nantinya akan diteruskan kepada MUI untuk
ditetapkan status kehalalannya melalui Sidang Fatwa Halal (Pasal 32 UU JPH).
Hasil keputusan mengenai produk diproses paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak hasil pemeriksaan diserahkan kepada MUI. Sidang ini tidak hanya
dihadiri oleh anggota MUI, namun juga melibatkan pakar, instansi terkait, dan
perwakilan kementerian atau kelembagaan.
Keputusan dalam Sidang Fatwa Halal ditandatangani MUI kemudian
diserahkan kepada BPJPH untuk bisa dikeluarkan sertifikat halal (Pasal 33 UU
JPH).Para pelaku usaha juga berkewajiban untuk memperbaharui/memperpanjang
sertifikat halal jika masa berlakunya telah berakhir (Vide pasal 25 huruf d
UUJPH). Sertifikat halal sendiri berlaku selama kurun waktu 4 tahun, pelaku
usaha harus mengajukan permohonan pembaharuan paling lambat 3 bulan
sebelum masa sertifikat berakhir.
Penetapan LPH untuk pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalalan produk
ulang, jika terdapat perubahan komposisi bahan, pelaku usaha harus melaporkan

6
Moh khoeron. Sinergi BPJPH, LPH, dan MUI dalam Sertifikasi Halal. 2022.

8
dokumen perubahannya dan salinan sertifikat halal atas bahan mana saja yang
dirubah.
Sedangkan untuk sertifikat halal sendiri adalah pengakuan kehalalan suatu
produk yang dikeluarkan oleh BPJPH berdasarkan fatwa halal tertulis yang
dikeluarkan oleh MUI. Sertifikat halal yang dikeluarkan oleh MUI itulah yang
menjadi dasar para pelaku usaha dapat mencantumkan label halal pada
produknya.7
Kesimpulan
Gurbernur Bank Indonesia Perry Warijiyo mengungkapkan bahawa ada 3
strategi yang dapat dilakukan dalam mengembangkan industri halal di Indonesia.
Untuk saat ini di Indonesia juga terdapat beberapa kasus yang mana ada sebuah
produk yang sudah memiliki lebel halal namun lebel tersebut hanyalah lebel
palsu. Tiga strategi tersebut adalah digitalisasi, kejelasan roadmap serta sinergi
dan kalaborasi.
Pemerintah membentuk MUI sebagai Lembaga pelakasana badan
pemeriksa pangan yang dinyatakan halal dan tidaknya yang dikemas dalam
sebuah perdagangan di Indonesia. Namun kewenagan MUI digantikan oleh
BPJPH yang memiliki kedudukan di bawah dan bertanggung jawab terhadap
sebuah pembentukan perwakilan di daerah. Sedangkan MUI memiliki kewenagan
untuk menetapkan sebuah produk itu halal atau tidak yang dilakukan dalam
sebuah sidang Fatwa Halal.
Spesifikasi sertifikat halal di indonesia sudah ditangani oleh MUI dengan
baik. Keputusan dalam Sidang Fatwa Halal ditandatangani MUI kemudian
diserahkan kepada BPJPH untuk bisa dikeluarkan sertifikat halal (Pasal 33 UU
JPH). Sertifikat halal sendiri berlaku selama kurun waktu 4 tahun, pelaku usaha
harus mengajukan permohonan pembaharuan paling lambat 3 bulan sebelum masa
sertifikat berakhir.
Daftar Pustaka
Anissa H.P, Faqiatul M.W. Model Pengembangan Industri Halal Food di
Indonesia. 25 Juni 2018
Ardliansyah, Fahmi, Moelki. Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal di
Indonesia. 24 Februari 2022
Ariesta, Anggie. Gubernur BI Ungkap 3 Strategi Pengembangan Industri Halal
di Indonesia. 27 Oktober 2021
7
Mutiara Fajrin Maulidya Mohammad. Pengaturan Sertifikasi Jaminan Produk Halal Di
Indonesia. KERTHA WICAKSANA : Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa. 2021.

9
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan
HAM. Jaminan Produk Halal Di Indonesia. 2017
Khoeron M. Sinergi BPJPH, LPH, dan MUI dalam Sertifikasi Halal. 2022
Mohammad M.F.M. Pengaturan Sertifikasi Jaminan Produk Halal Di
Indonesia.
KERTHA WICAKSANA : Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa.
2021
Sudjana. Pelindungan Konsumen terhadap Jaminan Produk Halal dalam
Perspektif Sistem Hukum. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Vo lume
4,Nomor 1, 2020

1
0

Anda mungkin juga menyukai