OLEH:
SRI MONIKA
DBB 115 069
1
Sumber : Ini yang Perlu Dilakukan Pemerintah untuk Mengembangkan Ekosistem Bisnis Halal,
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/17/05/23/oqerjq415-ini-yang-perlu-dilakukan-
pemerintah-untuk-mengembangkan-ekosistem-bisnis-halal
pemasaran serta konsumsi. Sebagai contoh, dalam rantai produk makanan halal,
diperlukan jaminan kehalalan atas input produksi, antara lain asal usul ternak, pakan
ternak, pupuk dan bahan kimia lain. Dalam hal ini, lembaga dan instansi terkait sangat
berperan penting dalam rantai pasok industri makanan halal; Rumah Potong Hewan
(RPH), misalnya, berperan besar sebagai hulu produk hewani pada proses peternakan dan
penyembelihan yang sesuai dengan syariah. Proses distribusi juga memainkan peran
penting, yakni pada pergudangan, kemasan, ruang pendinginan dan pengolahan yang
sesuai dengan syariah, dimana tidak hanya perlu adanya pemisahan dengan hal-hal yang
bersifat non-halal, namun juga penerapan standar kebersihan yang baik (steril dan
higienis). Setelah itu, proses pemasaran yang dilakukan perlu menunjukkan nilai-nilai
syariah dalam bertransaksi yang transparan, adil dan jujur, serta pengunaan komponen
pembiayaan syariah, seperti asuransi syariah sebagai langkah mitigasi risiko.
Penerapan halal value chain management masih terdapat beberapa kendala yang
dihadapi, seperti berikut:
1. Pada pelaksanaannya, sertifikasi halal baru sebatas pada proses produksi saja,
sehingga perlu mencakup sisi pemasok, retailer, hingga pedagang eceran.
2. Belum adanya standar biaya sertifikasi halal serta masih relatif mahal bagi pelaku
usaha mikro.
3. Sertifikat halal yang dikeluarkan di Indonesia perlu diakui secara global, sehingga
dapat mendukung mutual recognition dalam melakukan ekspor produk halal ke luar
negeri, dikarenakan sertifikasi yang belum diakui secara internasional memiliki
kendala dalam bentuk tambahan beban operasional.
4. Beberapa perusahaan belum memiliki sertifikat halal, padahal produknya merupakan
bahan primer yang dikonsumsi setiap hari. Perlu dilakukan analisa lebih lanjut terkait
isu dan kendala yang dihadapi.
5. Pentingnya peranan aktif pelaku industri dan asosiasi terkait dalam mengembangkan
halal value chain dari hulu ke hilir, yakni pemasok makanan olahan dasar, pelaku
usaha makanan minuman, dan pelaku usaha transportasi & logistik, yang saat ini
masih belum optimal.
6. Undang-undang Nomor 33 tahun 2014 mengenai Jaminan Produk Halal (JPH)
merupakan payung hukum yang belum diterapkan secara wajib (mandatory) bagi
seluruh industri, sehingga hal ini perlu analisa lebih lanjut terkait dampak bagi
seluruh segmen masyarakat, baik pelaku industri dan konsumen. Oleh karena itu,
kerja sama dan sinergi dari semua pihak, mulai dari pelaku industri, pemerintah, dan
pengawas, sangatlah penting agar semua tantangan dapat segera diatasi dan
memberikan peluang industri halal Indonesia dapat terwujud secara realistis,
sehingga berkontribusi nyata pada perekonomian nasional. 2
Kota Banjarmasin akan menjadi salah satu kota Metropolitan melalui program
Banjarbakula dengan menggandeng Kota Banjarbaru, Martapura (Kabupaten Banjar),
Pelaihari (Tanah Laut) dan Barito Kuala. Hal ini sesuai dengan rencana dibangunnya
pasar produk halal yang nantinya akan meningkatkan kualitas ekonomi di wilayah
setempat juga wilayah sekitarnya. Hal ini sangat diperlukan bagi kota Metropolitan agar
aspek-aspek lain akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya perekonomian.
Potensi jumlah penduduk muslim yang besar di Indonesia dan peluang untuk
menyediakan makanan halal merupakan latar belakang dalam mengangkat judul Seminar
ini.
2
Sumber : Mewujudkan Indonesia sebagai Pusat Ekosistem Halal Dunia, https://islam.nu.or.id/post/read/100405/mewujudkan-
indonesia-sebagai-pusat-ekosistem-halal-duniahttps://islam.nu.or.id/post/read/100405/mewujudkan-indonesia-sebagai-pusat-
ekosistem-halal-dunia
keragaman dan kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang tidak
terbatas. Selain itu kelemahan yang dimiliki oleh pasar modern yaitu tidak adanya sistem
tawar menawar, harga yang lebih mahal dibandingkan dengan pasar tradisional (Santoso,
2013). Pada pasar modern juga menawarkan teknologi dan pelayanan yang berbeda
dengan pasar tradisional dengan konsep one stop shopping dan kemudahan dalam sistem
pembayaran.
Pengembangan pasar tersebut, mempengaruhi perilaku belanja konsumen dan
pemilihan tempat untuk berbelanja. Perilaku konsumen dapat dilihat dari kebiasaan,
persepsi, suka, memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pembeli di pasar tradisional yang
biasanya kaum ibu rumah tangga mempunyai perilaku yang senang bertransaksi dengan
berkomunikasi/berdialog dalam hal penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan
barang yang dia inginkan, dan perkembangan harga barang-barang lainnya (Sinaga,
2008). Selain itu, pembeli di pasar modern biasanya para ibu yang sibuk bekerja saat pagi
hari sehingga tidak sempat untuk berbelanja di pasar tradisional dan lebih memilih
berbelanja di pasar modern.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kholis, Ratnawati, dan Yuwalliatin
(2011) bahwa konsumen cenderung berbelanja di pasar modern karena terdapat kejelasan
harga, tidak becek, bersih dan tidak bau, ber AC, aman, kondisi fisik bangunan, bagus,
terdapat fasilitas pembayaran, terpengaruh promosi, iklan, berbelanja sambil mencari
hiburan, nyaman, prestise, menjual produk yang tidak ada di pasar tradisional serta
terpengaruh pendidikan konsumen. Selain itu konsumen yang cenderung berbelanja di
pasar tradisional karena harga di pasar tradisional bisa ditawar, harganya murah, dilayani
langsung serta berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ada tujuh belas faktor yang dipertimbangkan konsumen untuk memutuskan
berbelanja di pasar menurut persepsi konsumen, yaitu: keluhan akan kondisi pasar,
produk, perilaku konsumen, komitmen konsumen, kelompok reference, keluhan akan
lorong pasar dan saran parkir, tidak dibohongi, lokasi, budaya dan kepuasan, harga, hidup
dan ramai, jam buka, penataan barang, kejelasan harga, berbelanja sambil mencari
hiburan, pendidikan, pendapatan dan berharap ada fasilitas pembayaran.
Pasar tradisional terlepas dari tampilan pasar yang kurang baik juga atmosfir yang
terkesan kurang nyaman, dengan harga yang jauh lebih rendah dan bisa tawar menawar
antara penjual dan pembeli menjadikan pasar dengan konsep seperti ini masih sangat
diminati masyarakat di Indonesia. Apabila pasar dengan konsep tradisional memiliki
fasilitas yang modern seperti tersedianya tempat parkir, terdapat fasilitas pembayaran,
kondisi fisik bangunan yang bagus, suasana yang terasa nyaman, tidak sumpek, bersih,
terdapat toilet, dan fasilitas lain yang umumnya ada di pasar modern maka akan memiliki
nilai tambah bagi pengunjung untuk berbelanja di pasar tersebut. Kedua konsep pasar ini
dapat digunakan pada pasar produk halal, di mana dalam sistemnya seperti pasar
tradisional yang bisa tawar menawar tetapi memiliki fasilitas yang modern dengan
suasana yang aman dan nyaman baik bagi penjual maupun pembeli.
Konsep halal merupakan hal yang vital bagi masyarakat muslim. Halal berarti
diperbolehkan atau diijinkan dalam agama Islam (Alquran Surat Albaqarah 168-169).
Oleh sebab itu, muslim akan mencari produk untuk dikonsumsi sesuai dengan ajaran
agama yang telah diterima. Secara umum konsumen muslim akan memiliki sikap yang
positif terhadap produk-produk yang menggunakan pendekatan halal dalam proses
pemasaran mereka (Aliman dan Othman, 2007).
Konsumen muslim di Indonesia mencari sertifikasi halal otentik yang dikeluarkan
oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia). Sertifikasi ini memberikan kewenangan bagi
perusahaan dalam penggunaan logo halal untuk dicetak pada kemasan produk atau untuk
dipajang di premis perusahaan (www.halalmui.org). Produk halal harus diakui sebagai
simbol kebersihan, keamanan, dan kualitas tinggi bagi konsumen Muslim (Merican,
1995). Selain menggunakan konsep halal, pasar produk halal hendaknya memunculkan
nilai-nilai keislaman pada ruangnya, seperti menyediakan fasilitas ibadah bagi umat
muslim, dapat pula menyediakan jalur khusus bagi perempuan agar meminimalkan laki-
laki dan perempuan terlalu dekat jika beresakan
Dengan mempertimbangkan adanya permasalahan pasar produk halal berdasarkan
uraian sebelumnya, maka pasar produk halal harus mampu mewadahi aktivitas pengguna
bangunan baik penjual dan pembeli secara fisik maupun non-fisik. Dalam kaitannya
dengan rancangan ruang maka digunakan kajian teori arsitetur perilaku untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada dengan memunculkan konsep pasar tradisional
dengan fasilitas modern dan memiliki nilai keislaman. Untuk mendukung desain ruang
yang dibutuhkan maka penulis harus mempelajari kebiasaan perilaku pengguna dalam
berkegiatan di pasar dan mempelajari kebiasaan umat Islam secara umum.
1.5.2 Sasaran
1. Mempelajari bangunan pasar produk halal melalui literatur.
2. Kajian tentang arsitektur perilaku.
3. Melakukan studi banding pada objek sejenis.
4. Membuat analisis preseden.
5. Mengetahui kebutuhan ruang dan lain-lain pada bangunan pasar produk halal.
6. Mendapatkan dan memahami teori tentang arsitektur perilaku.
7. Mendapatkan variabel dan kriteria pada bangunan pasar produk halal.
1.6 Metodologi
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
Studi Literatur
Mencari data yang dapat membantu berupa literatur-literatur bersumber dari buku,
ebook, artikel, dan jurnal sebagai referensi kajian teori yang berkaitan dengan pasar
produk halal.
Studi Banding
Mencari dan menganalisa gedung yang berkaitan dan sesuai dengan fungsi
bangunan.
Analisis Preseden
Membuat analisis preseden.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang tentang isu dan fenomena di kota banjarmasin serta kebijakan
yang mendasari isu, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
metodologi penulisan dan sistematika penulisan dan kerangka berpikir.
BAB V KESIMPULAN
Berisikan konsep desain, detail desain dan hasil desain.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.8. Kerangka Berpikir
Identifikasi Masalah
Pasar produk halal harus mampu mewadahi aktivitas pengguna bangunan baik penjual dan pembeli secara fisik maupun
non-fisik dengan memunculkan konsep pasar tradisional dengan fasilitas modern dan memiliki nilai keislaman.
Rumusan Masalah
“Bagaimana variabel dan kriteria pasar produk halal yang sesuai dengan standar kehalalan produk
serta kebutuhan pengguna gedung, akses pada sirkulasi yang mudah, aman, dan bersih melalui
arsitektur perilaku?”
Perilaku Halal
Analisa Aksesibilitas
Analisa sirkulasi
Analisis Preseden
Sintesa Sintesa
3
Sumber : https://belajargiat.id/pasar/
7. Mengontrol kegiatan ekonomi karena hampir sebagian besar kegiatan
ekonomi dipusatkan dan difokuskan pada satu tempat atau satu wadah
yang disebut sebagai pasar.
4
Sumber : https://www.kompasiana.com/ronaldinekonomi/5d9e15170d82300a57356f02/pasar
5
Sumber : https://belajargiat.id/pasar/
Pasar ini menyediakan berbagai jenis barang yang biasanya memang
diperjualbelikan. Contohnya adalah pasar swalayan dan pasar tradisional.
B. Pasar Abstrak
Pasar ini tidak dipenuhi oleh pedagang yang tawar menawar secara
langsung dan bertransaksi secara langsung, para pelaku dalam pasar ini
akan menggunakan surat dagangan saja tanpa perlu adanya pertemuan
langsung. Contohnya adalah pasar online dan pasar modal.
6
Sumber : https://belajargiat.id/pasar/
7
Sumber : https://belajargiat.id/pasar/
8
Sumber : https://belajargiat.id/pasar/
Hanya diadakan seminggu sekali, biasanya terdapat di daerah yang
penduduknya masih sangat jarang, misalnya pedesaan.
C. Pasar bulanan
Diadakan sebulan seali di daerah-daerah tertentu. Contohnya adalah pasar
hewan.
D. Pasar tahunan
Diadakan setahun sekali dan umumnya bersifat nasional. Contohnya
adalah pasar pameran pembangunan dan pekan raya jakarta.
E. Pasar temporer
Diselenggarkaan dalam suatu waktu tertentu dan tidak rutin. Biasanya
pasar ini diadakan guna merayakan suatu peristiwa tertentu, contohnya
adalah bazaar.
5. Elemen bangunan
Elemen bangunan pasar harus mengikuti persyaratan bangunan terkait
yang sudah ditetapkan, dengan memenuhi ketentuan khusus untuk pasar
rakyat yaitu:
a. Pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua dinding harus
berbentuk lengkung (conus).
b. Bilamana bangunan berlantai dua memiliki ketinggian anak tangga
maksimal 18 cm.
c. Lantai yang selalu terkena air harus mempunyai kemiringan ke arah
saluran pembuangan air sehingga tidak terjadi genangan
d. Meja tempat penjualan mempunyai permukaan yang rata, tepi meja
berbentuk lengkung, mudah dibersihkan, dan dilengkapi dengan
lubang pembuangan air sehingga tidak menimbulkan genangan.
e. Meja tempat penjualan untuk zonasi pangan harus memiliki tinggi
minimal 60 cm dari lantai serta terbuat dari bahan tahan karat dan
bukan dari kayu.
7. Pencahayaan
Bangunan harus memiliki pencahayaan alami atau pencahayaan buatan,
termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya dengan
persyaratan tertentu untuk pencahayaan umum, area sekitar tangga, serta
area toilet dan kamar mandi.
8. Sirkulasi udara
Sistem sirkulasi udara harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Bangunan harus mempunyai ventilasi alami atau buatan sesuai
dengan fungsinya.
b. Bukaan saluran ventilasi harus dirancang untuk menghindari
gangguan hewan.
c. Teknis sistem ventilasi harus terdiri dari bukaan permanen, seperti
jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka.
9. Drainase
Drainase harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Ditutup dengan kisi sehingga saluran mudah dibersihkan.
b. Memiliki kemiringan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
sehingga mencegah genangan air.
c. Tidak ada bangunan los/kios di atas saluran drainase.
C. Persyaratan pengelolaan
1. Prinsip Pengelolaan Pasar
Prinsip pengelolaan suatu pasar rakyat adalah:
a. Efisien, dalam hal penggunaan sumber daya secara terukur,
terkendali, rasional dan wajar.
b. Efektif, dalam hal pelaksanaan kegiatan operasional sesuai dengan
tujuan pengelola.
c. Produktif, dalam hal meningkatkan pendapatan pedagang.
d. Akuntabel, dalam hal pengelolaan administrasi, teknis, maupun
keuangan dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.
e. Kepentingan umum, dalam hal pelaksanaan kegiatan untuk ikut
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
f. Berwawasan lingkungan, dalam hal pelaksanaan kegiatan
operasional agar selaras dengan pengelolaan lingkungan.
g. Tanggung jawab sosial, dalam hal alokasi dana untuk pemberdayaan
komunitas pasar.
h. Gotong royong, dalam hal menjaga kebersihan, kesehatan, keamanan
dan kenyamanan pasar.
5. Pemberdayaan Pedagang
Pemberdayaan pedagang dilakukan dengan cara:
a. Mengupayakan sumber alternatif permodalan pedagang pasar,
b. Mengupayakan sumber pasokan dan ketersediaan barang untuk
menjaga stabilitas harga,
c. Peningkatan kompetensi, pengetahuan, dan kapasitas pelayanan
pedagang pasar,
d. Memprioritaskan kesempatan memperoleh ruang dagang bagi
pedagang pasar existing apabila dilakukan revitalisasi atau relokasi;
e. Memperkuat relasi sosial berdasarkan kepercayaan dan gotong
royong.
6. Pembangunan Pasar
Pembangunan pasar rakyat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan pembangunan pasar berlaku untuk pembangunan pasar
di lokasi existing maupun di lokasi yang baru.
b. Proses pembangunan pasar meliputi proses studi kelayakan
(termasuk UKL, UPL, AMDAL), perencanaan teknis, konstruksi,
dan pengoperasian pasar,
c. Proses perencanaan teknis harus bersifat partisipatif dengan
melibatkan pemangku kepentingan,
d. Rencana untuk pembangunan pasar harus mendapatkan izin dari
pihak- pihak yang berwenang.
2. Pengertian Perilaku
a) Clovis Heimsath (1988), dijelaskan bahwa perilaku adalah suatu
kesadaran akan struktur sosial dari orang-orang, suatu gerakan bersama
secara dinamik dalam waktu.
b) Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar.
c) Menurut Donna P. Duerk
“…That people and their behavior are part of a whole system that
includes place and environment, such that behavior and environment
cannot be empirically separated. That is to say, human behavior always
happen in a place and they cannot be fully evaluated without considering
the environmental influence.”
(…Bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari system yang
menempati tempat dan lingkungan, sehingga perilaku dan lingkungan
tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu perilaku manusia sealu
terjadi pada suatu tempat dan tidak dapat dievaluasi secara keseluruhan
tanpa pertimbangan faktor-faktor lingkungan.) (Donna P. Duerk, 1993).
d) Menurut Gary T. More, pengkajian perilaku dikaitkan dengan lingkungan
sekitar yang lebih dikenal sebagai pengkajian lingkungan-perilaku, antara
lain:
Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan antara
lingkungan dan perilaku manusia dan penerapannya dalam proses
perancangan.
Pengkajian lingkungan-perilaku dalam arsitektur mencakup lebih
banyak dari pada sekedar fungsi
Meliputi unsur-unsur keindahan estetika, dimana fungsi berkaitan
dengan perilaku dan kebutuhan manusia, sedangkan estetika
berkaitan dengan pilihan dan pengalaman si pengguna. (Gary T.
More)
2. Teritori
Teritori (Territory) adalah satu area spesifik yang dimiliki dan
dipertahankan, baik secara fisik maupun non fisik dengan aturan dan norma-
norma tertentu (Haryadi, 2010) seperti tertera di Gambar 2.6.
Teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan
atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan ciri
pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain. Dengan demikian
penghuni tempat tersebut dapat mengontrol daerahnya atau unitnya dengan
benar, atau merupakan suatu teritorial primer. Hal itu sesuai pendapat
Holahan (1982:235) yang mengungkapkan bahwa
“Teritorialitas adalah suatu pola tingkah laku yang ada hubungannya
dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas sebuah
tempat atau suatu lokasi geografis. Pola tingkah laku ini mencakup
personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar.”
Gambar 2.6 Skema Perilaku Teritorial Manusia
Sumber : https:// portalgaruda.org/article
Elemen-Elemen Teritorialitas
Ada tiga tipe dari territory yang digunakan oleh manusia menurut
Altman (1975), yaitu:
1. Primary Territory
Territory yang paling penting. Rasa kepemilikan seseorang atau
sebuah kelompok tinggi, biasanya dimiliki secara permanen. Pemiliknya
juga memiliki kontrol secara penuh pada area tersebut, dan gangguan
(intrusi) adalah hal yang serius. Contoh: rumah, kantor.
Menurut Joyce (2004), teritori primer adalah tempat-tempat yang
sangat pribadi sifatnya, hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang
sudah sangat akrab atau yang sudah mendapat izin khusus. Frekuensi
penggunaan teritori primer ini umumnya tetap yang dapat dimiliki
perseorangan maupun sekelompok orang dengan kepentingan psikologis
yang umumnya tinggi. Contohnya yaitu ruang tidur dan ruang kantor.
2. Secondary Territory
Tidak dimiliki oleh seseorang atau sebuah kelompok, tetapi
digunakan secara reguler oleh individu atau sebuah kelompok serta
berbagi area tersebut dengan orang lain. Rasa kepemilikan akan tempat
yang termasuk secondary territory termasuk sedang. Penghuni area
tersebut dilihat sebagai salah satu dari sejumlah pengguna yang
berkualitas untuk menghuni tempat tersebut. Dapat dipersonalisasi
sampai batas tertentu selama periode waktu yang sah untuk penghuni
tersebut. Contoh: ruang kelas, kantin, perpustakaan (di mana dia/mereka
sering menempati tempat tersebut).
Khusus untuk secondary territory, Goffman membaginya ke dalam
tiga bentuk, yaitu:
- Stalls : objek teritori yang ditentukan oleh jadwal tertentu seperti
hotel, penginapan dan ruang kuliah.
- Turns : teritori yang menekankan intensitas giliran (antrian) lebih
cepat seperti telepon umum, karcis bioskop.
- Use-Space : teritori yang digunakan bersama (kelompok tertentu)
seperti museum, lapangan tembak, dan pacuan kuda.
Masih menurut Joyce, teritori sekunder adalah tempat-tempat yang
dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang sudah cukup saling
mengenal. Pengguna pada teritori ini tidaklah selalu tetap dan kendalinya
tidak sepenting teritori primer. Contoh teritori ini adalah ruang kelas atau
ruang kampus.
3. Public Territory
Tidak dimiliki oleh seseorang atau sebuah kelompok. Rasa
kepemilikan akan area tersebut rendah. Sangat susah untuk memegang
kendali atas area tersebut. Area yang termasuk public territory juga
digunakan dan dihuni oleh individu dalam jumlah yang sangat banyak
dan sebanyak mungkin. Beragi atas ruang dan semua orang memiliki hak
yang sama pada area atau ruang tersebut. Contohnya adalah pantai, mall,
taman, ruang tunggu, dan lain-lain.
Teritori publik adalah tempat-tempat yang terbuka untuk umum.
Setiap orang diperbolehkan untuk berada di tempat tersebut (Joyce,
2004). Contohnya adalah taman umum atau tempat wisata. Inti dari
prinsip ini yaitu bagaimana suatu individu dapat merasakan teritori
wilayah milik mereka yang membuat mereka nyaman hingga dapat
melaksanakan aktivitas di dalamnya dengan maksimal.
Irwin Altman menyatakan bahwa :
… Territorial behaviour is a self-other boundary regulation mechanism
that involves personalization of or marking a place or object and
communication that it is owned by a person or group.
Definisi diatas menyatakan karakter dasar dari suatu teritori yaitu :
1. Kepemilikan dan tatanan tempat.
2. Personalisasi atau penandaan wilayah.
3. Taturan atau tatanan untuk mempertahankan terhadap gangguan
4. Kemampuan berfungsi yang meliputi jangkauan kebutuhan fisik dasar
sampai kepuasan kognitif dan kebutuhan aesthetic
Tradisional pengguna
Bentuk dan tampilan bangunan menyesuaikan fungsi
bercitra Bentuk dan
pasar dengan mengutamakan penghawaan dan
modern tampilan bangunan
pencahayaan alami
Teknologi Penggunaaan teknologi bangunan yang modern yang
bangunan. dapat melindungi dari pengaruh cuaca, pemanfaatan
cahaya alami, dan mengoptimalkan sirkulasi udara
Arsitektur Ruang publik yang dapat menampung aktivitas
perilaku publik secara fungsional, memiliki aksesibilitas yang
Ruang Publik
mudah, nyaman dan terjadi interaksi sosial yang baik
didalamnya
Teritori Terdapat batas baik fisik atau non fisik yang jelas dan
dapat mengontrol penggunaaan ruang yang berbeda-
beda
Ruang personal yang dapat membatasi interaksi
Ruang Personal
pengguna dengan pengguna lain dan meminimalkan
Dan Kesumpekan
terjadinya kesumpekan (crowding)
Penyesuaian terhadap lingkungan yang sudah ada dan
Adaptasi dan
perubahan terhadap lingkungan yang menyesuaikan
Adjustment
dengan kebutuhan pengguna
BAB III
B. Luasan Site
Pasar Geylang Serai dibuka sejak tahun 1964 dan dirancang untuk
seluruh masyarakat Singapura di atas tanah 290 m² seperti tertera di
Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Lokasi Geylang Serai Market,
(Sumber : https://www.google.com/maps/place/Geylang+Serai,+Singapura/)
C. Kegiatan
Kegiatan di pasar Geylang Serai ini seperti pasar pada umumnya
yaitu terjadi transaksi jual beli bahan bahan makanan juga wisata kuliner
khas Indonesia, India, dan Melayu seperti tertera di Gambar 3.2.
(Sumber:
https://www.tripadvisor.co.id/Attraction_R
eview-g294265-d317432-Reviews-
Geylang_Serai_New_Market-
Singapore.html)
(Sumber : https://food.detik.com/foto-kuliner/d-4034924/seru-belanja-dan-
makan-nasi-padang-di-pasar-melayu-singapura/6/)
b. Dinding
Dinding yang digunakan pada pasar Geylang Serai ini banyak
menggunakan kisi-kisi kayu dan menggunakan beton yang
dilapisi keramik pada sekat antar kios penjual seperti tertera di
Gambar 3.4.
c. Langit-Langit (Ceiling)
Bangunan pasar Geylang Serai memiliki 2 lantai dan
didalamnya langit-langit cukup tinggiyaitu berkisar 4 meter
sehingga ruangan tidak terkesan terlalu sempit seperti tertera
di Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Langit-langit di Geylang Serai Market
(Sumber:
http://www.wisatasingapura.web.id/2012/06/30/pasar-baru-geylang-serai/)
d. Furniture
Furniture pada pasar Geylang Serai hanya berupa kursi dan
meja untuk pengunjung menikmati kuliner dibagian lantai 2
seperti tertera di Gambar 3.6.
2. Pencahayaan
Pencahayaan alami pada bangunan terbilang cukup banyak melalui
koridor yang terbuka dan kisi-kisi sehingga pada siang hari
penggunaan pencahayaan buatan dapat diminimalkan. Sedangkan
pencahayaan buatan, khususnya pada malam hari pasar Geylang Serai
memanfaatkan lampu dari energi listrik seperti tertera di Gambar 3.7.
Gambar 3.7. Pencahayaan di Geylang Serai Market
(Sumber: https://www.befreetour.com/id/attraction/Singapore/geylang-serai)
3. Kebisingan
Kebisingan pada dalam ruangan berasal dari lalu lalang pengunjung
dan adanya transaksi jual beli di pasar Geylang Serai ini, lokasi pasar
berada di dekat jalan besar dan gedung-gedung.
4. Warna
Warna yang terdapat pada pasar Geylang Serai ini yaitu warna coklat,
putih, dan krem yang berasal dari material bangunan seperti tertera di
Gambar 3.8.
B. Luasan Site
Halal Park Senayan diresmikan pada tanggal 16 April 2019 dan di
rancang untuk seluruh masyarakat Indonesia terutama masyarakat di
Jakarta di atas tanah 21.000 m² seperti tertera di Gambar 3.10.
Gambar 3.10. Lokasi Halal Park Senayan
(Sumber: https://www.google.com/maps/place/Halal+Park/)
C. Pengunjung
Halal Park Senayan di komplek Gelora Bung Karno (GBK),
Jakarta Selatan manjadikan kawasan ini mudah di jangkau bagi setiap
orang yang ingin mengunjunginya baik dewasa, remaja, maupun anak-
anak. Tempat ini buka setiap hari mulai dari jam 11 siang sampai jam 9
malam.
D. Kegiatan
Kegiatan di halal park ini seperti pasar pada umumnya yaitu terjadi
transaksi jual beli, wisata kuliner, tempat bersantai,juga tempat bermain
anak seperti tertera di Gambar 3.11.
b. Dinding
Dinding yang digunakan pada Halal Park Senayan ini didominasi
oleh bahan kaca dan beton pada beberapa bagian terutama untuk
sekat-sekat antar kios seperti tertera di Gambar 3.13.
c. Langit-Langit (Ceiling)
Bangunan Halal Park Senayan hanya 1 lantai dan didalamnya
langit-langit berkisar 3 meter sehingga ruangan terkesan cukup
sempit. Nantinya Halal Park Senayan ini akan di kembangkan
sehingga terdapat 4 lantai yang mana tiap lantainya meliputi
exhibition hall, office coworking space, foodcourt, butik café and
resto seperti tertera di Gambar 3.14.
d. Furniture
Furniture pada Halal Park ini berupa kursi dan meja untuk
pengunjung bersantai dan menikmati kuliner, juga terdapat
permainan untuk anak-anak seperti tertera di Gambar 3.15.
2. Pencahayaan
Pencahayaan alami pada bangunan terbilang cukup banyak melalui
dinding-dinding dan pintu kaca sehingga pada siang hari penggunaan
pencahayaan buatan dapat diminimalkan. Sedangkan pencahayaan
buatan, khususnya pada malam hari memanfaatkan lampu dari energi
listrik seperti tertera di Gambar 3.16.
Gambar 3.16. Pencahayaan di Halal Park Senayan
(Sumber: https://jakarta.tribunnews.com/2019/05/23/halal-park-resmi-beroperasi-di-
bandara-soekarno-hatta )
3. Kebisingan
Kebisingan pada dalam ruangan berasal dari lalu lalang pengunjung
dan adanya transaksi jual beli di Halal Park ini.
4. Warna
Warna yang terdapat pada Halal Park Senayan ini menggunakan
warna-warna netral yaitu warna hitam, putih, abu-abu dan krem yang
berasal dari material bangunan seperti tertera di Gambar 3.17.
5. Fasilitas
Fasilitas yang terdapat pada Halal Park terdiri dari fasilitas utama
yaitu berupa exhibition hall, office coworking space, foodcourt, butik
café and resto. Fasilitas penunjang berupa toilet dan mushola seperti
tertera di Gambar 3.18.
Tanggapan
No Tinjauan Geylang Serai Market,
Halal Park Senayan, Jakarta
Singapura
Lokasi : lokasi Geylang Serai Lokasi : lokasi Halal Park Senayan
Market berada di pusat kota an berada di Jl. Gerbang Pemuda,
terletak di Geylang Road Gelora, Kecamatan Tanah Abang,
Singapore. Kota Jakarta, DKI Jakarta.
Konsep : Pasar Geylang Serai ini Konsep : Halal Park Senayan ini
Lokasi
memiliki bangunan dengan berfungsu sebagai wadah aktivitas
1. dan
konsep seperti rumah melayu berbasis konsep halal melalui
konsep
yang memberikan kesan pasar adaptasi nilai-nilai keislaman yang
tradisional yang aman, nyaman igabungkan dengan buda lokal
dan memberikan nuansa budaya nusantara.
Melayu yang terdapat di
Singapura.
4. Fasilitas Fasilitas yang terdapat pada pasar Fasilitas yang terdapat pada Halal
Geylang Serai terdiri dari fasilitas Park terdiri dari fasilitas utama
utama yaitu berupa, pasar bahan yaitu berupa exhibition hall, office
makanan pana lantai 1, dan pusat coworking space, foodcourt, butik
kuliner khas Indonesia, India, dan café and resto. Fasilitas penunjang
Melayu pada lantai 2; dan fasilitas berupa toilet dan mushola
pendukung berupa toilet
BAB IV
ANALISIS PRESEDEN
Kidzania menyediakan fasilitas bagi anak-anak dan orang tua yaitu berupa konsep
lingkungan pendidikan yang aman, unik, dan sangat realistis yang memungkinkan anak-
anak antara usia dua hingga empat belas tahun untuk di didik dengan meniru kegiatan
orang dewasa (role-playing) secara alami.
b. Kegiatan Utama
d. Kegiatan Pengelola
Area bermain
Pada area ini anak-anak dapat bermain peranan profesi :
- Jasa : pemadam kebakaran, polisi & penjara, rumah sakit, bank,
farmasi, pengadilan, interior studio, jasa kemanan & deposito
Penunjang
Tidak hanya area bermain untuk anak, terdapat juga ruang tunggu dan
bagi orang tua dan beberapa fasilitas umum berupa area parkir,
mushola, toilet, tempat makan, took souvenir, dan lain-lain.
B. Teritori
Teritori (Territory) adalah satu area spesifik yang dimiliki dan
dipertahankan, baik secara fisik maupun non fisik dengan aturan dan norma-
norma tertentu. Teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan
pemilikan atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan
ciri pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain. Dengan
demikian penghuni tempat tersebut dapat mengontrol daerahnya atau
unitnya dengan benar, atau merupakan suatu teritorial primer.
Ruang luar
Kidzania Jakarta memliki teritori pada ruang luarnya yang dapat dilihat
dari pembagian ruang-ruangnya yang berdekatan namun terdapat
batasan berupa sirkulasi. Teritori ruang luar ditandai dengan kegiatan
yang berbeda yang berada di ruang-ruang yang berbeda pula, maka
tercipta teritori antar ruang dan fungsi ruang.
Gambar 4.17 Layout Denah lt. bawah Kidzania
Ruang Dalam
Pada ruang dalam teritori tercipta antara pegunjung yang satu dengan
lainnya yang ditandai dengan diletakkannya kursi dan meja yang
menjadi batas ruang individu dan kelompok pada setiap kegiatan yang
berlangsung.
Gambar 4.19 Ruang Dalam Kidzania (Sumber : www.kidzania.co.id)
Pasar Sentral Ataranzas merupakan bangunan unik dalam struktur besi pada akhir
abad ke-19, dengan ruang komersial dibagi menjadi tiga area untuk pemasaran buah dan
sayuran, ikan, dan daging. Pasar ini telah direnovasi sebelumnya dengan tujuan untuk
memulihkan desain asli Pasar Ataranza lama oleh arsitek Rucoba, meningkatkan
karakter dan monumentalitas arsitekturnya. Intervensi yang dikembangkan dalam
proyek dibagi menjadi dua : pertama, ke dalam perbaikan yang memengaruhi bangunan
sejenis dan dan meningkatkan kualitas pasar sentral atarazanas, yaitu dirancang terlepas
dari tata letak dan desain kios, dan kedua, ke dalam perbaikan yang berfokus pada
deskripsi desain, distribusi dan alokasi kios.
Bangunan asal dihancurkan seperti atap semen asbes dan langit-langit yang datar.
Pembongkarannya memungkinkan ruang pusat menjadi lebih besar dan koneksi visual
dari poros utama pasar sentral Ataranzas dan jendela besar, ruang di lantai tunggal tanpa
hambatan, dan dengan kios-kios pasar dimasukkan ke dalamnya.
Hal ini dilakukan untuk Ini memulihkan ide asli proyek Rucoba, yang dianggap
paling koheren dan fungsional, serta masuk akal, untuk fungsi dan pemahaman
bangunan yang sempurna. Rehabilitasi pasar berusaha untuk sepenuhnya menghormati
desain arsitektur dan tata ruang dari bangunan yang ada dengan merancang organisasi
formal dan spasial dari kios-kios yang memungkinkan pandangan ruang pasar yang
besar, sambil memberikan kenyamanan dan menyesuaikan dengan kebutuhan
pengunjung saat ini, sehingga dapat memperjelas dan meningkatkan sirkulasi pengguna
melalui unit spasial indoor-outdoor, menghilangkan hambatan arsitektur.
4.2.1. Penerapan Konsep Tradisional Bercitra Modern Arsitektur Perilaku pada Pasar
Sentral Atarazanas
A. Zoning dan Sirkulasi Bangunan
Zoning adalah pembagian kawasan ke beberapa zona sesuai dengan fungsi
dan karateristik semula atau diarahkan bagi p engembangan fungsi-fungsi
lain. Zoning fungsi adalah pembagian zona-zona yang berdasarkan
pengendalian pemanfaatan ruang yang mengacu kepada aktivitas-aktivitas
pada zona tersebut. Menurut Francis D.K. Ching dalam bukunya Teori
Arsitektur (1993), alur sirkulasi dapat diartikan sebagai “tali” yang mengikat
ruang-ruang suatu bangunan atau suatu deretan ruang-ruang dalam maupun
luar, menjadi saling berhubungan. Oleh karena itu kita bergerak dalam waktu
melalui suatu tahapan ruang. Kita merasakan ruang ketika kita berada di
dalamnya dan ketika kita menetapkan tempat tujuan.
pada bangunan pasar sentral atarazanas penzoningan dilakukan dengan
pembagian area yaitu area buah dan sayuran, area ikan, dan area daging.
Sirkulasi dibagian tengah dan mengelilingi kios penjual yang memungkinkan
penginjung mudah mengakses area pasar.
Keterangan :
: Jalur Masuk
: Jalur Keluar
: Toilet
: Sirkulasi
pengunjung
Tampilan Dalam
Pada bagian dalam atarazanas berupa ruangan besar dan luas dengan
banyak kios yang di buat berwarna sehingga menjadikannya terlihat unik
dan menarik dengan sirkulasi disekelilingnya terlihat kering bersih dan
luas sehingga pengunjung dapat merrasa nyaman berada di pasar ini.
Gambar 4.26 tampilan dalam pasar sentral atarazanas (Sumber :
https://www.myguidemalaga.com/photos)
C. Teknologi Bangunan.
Merupakan cara meng-konstruksikan sesuatu hingga menjadi suatu bentuk
(bangunan) yang dapat dipertanggung jawabkan dalam hal kekuatan,
keamanannya, kegunaannya (fungsi) dan lainnya sesuai maksud dan
tujuannya. teknologi bangunan yang digunakaan harus memperhatikan hal-
hal berikut :
Terlindung dari pengaruh cuaca, hujan, panas mentari, bau
Bangunan Pasar Sentral Atarazanas dibuat tinggi dan tahan terhaap cuaca
di kota tersebut dengan bentuk atap segitiga dan bentuk bangunan yang
sederhana.
Pemanfaatan pemasukan cahaya alami
Pasar Sentral Atarazanas menggunakan dinding kaca yang luas sehingga
cahaya alami dapat masuk secara maksimal kedalam bangunan
Optimalisasi sirkulasi udara
Bangunan Pasar Sentral Atarazanas dibuat tinggi sehingga sirkulasi udara
dapat optimal an sirkulasi pengunjung yang luas menjadikan suasana
tidak terlalu sumpek.
Bentuk massa sederhana dengan struktur rangka ruang bersifat fleksibel
Bentuk masa Pasar Sentral Atarazanas cukup sederhana, tidak
menggunakan hiasan terlalu banyak pada bangunan dengan
menggunakan dinding kaca yang luas tetapi struktur rangka tidak bersifat
fleksibel.
4.3. Kesimpulan Analisis Preseden
4.3.1. Analisis Preseden Arsitektur Perilaku pada Kidzania Jakarta
Tabel 4.1 Kesimpulan Analisis Preseden pada Kidzania Jakarta
Kidzania Jakarta
4.3.2. Analisis Preseden Konsep Tradisional Bercitra Modern pada Pasar Sentral
Atarazanas
Tabel 4.2 Kesimpulan Analisis Preseden pada Pasar Sentral Atarazanas
Berdasarkan hasil pembahasan tinjauan pustaka, studi banding dan analisis preseden yang
telah dibahas diatas dapat disimpulkan bahwa variabel dan kriteria desain Pasar Produk Halal
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Kesimpulan variable dan kriteria desain Pasar Produk Halal