Anda di halaman 1dari 99

SEMINAR ARSITEKTUR

“PASAR PRODUK HALAL DI BANJARMASIN”

OLEH:
SRI MONIKA
DBB 115 069

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang mempunyai berbagai sumber daya dan kekayaan
alam yang melimpah. Indonesia mempunyai penduduk mayoritas muslim. Salah satu
kekayaan sumber daya yang dimiliki Negara Indonesia adalah jumlah Penduduk ketiga
tertinggi di dunia. Jumlah penduduk muslim di Indonesia berjumlah 229,12 Juta Jiwa.
Penduduk muslim mempunyai kewajiban memilih produk halal untuk dikonsumsi sesuai
dengan syariat Islam. Penduduk muslim yang selalu memperhatikan segi kehalalan dalam
mengelola sumber daya, proses produksi maupun output berupa barang dan jasa yang
diharapkan dapat menjadi keunggulan daya saing (competitive advantage) pada era kerja
sama masyarakat global dan percaturan bisnis berbasis teknologi digital.
Halal sesungguhnya adalah kualitas yang tentu diakui oleh warga dunia ditinjau
dalam perspektif nilai universal. Sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar
di dunia, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan ekonomi
syariah sebagai arus perekonomian baru yang berpotensi mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi global. Potensi ekonomi syariah, atau sering pula disebut ekonomi
halal, dapat dilihat dari semakin meningkatnya pertumbuhan populasi muslim dunia yang
diperkirakan akan mencapai 27,5% dari total populasi dunia pada 2030. Meningkatnya
pertumbuhan ekonomi di negara-negara muslim, serta munculnya pasar halal potensial
seperti China dan India.  Ekonomi syariah juga sangat berpotensi untuk berkontribusi
menekan defisit transaksi berjalan. Pemerintah perlu terus berupaya mendorong
perbaikan defisit neraca transaksi berjalan, antara lain melalui peningkatan ekspor barang
dan jasa.
Menurut data Halal Industry Development Corporation tahun 2016, dikabarkan
mencapai USD 2,3 triliun, salah satunya adalah produk dan jasa halal. Produk dan jasa
halal ini mencakup beberapa sektor, diantaranya makanan, bahan dan zat adiktif,
kosmetik, makanan hewan, obat-obatan dan vaksin, keuangan syariah, farmasi, dan
logistik. Peran ekspor produk halal Indonesia mencapai 21% dari total ekspor secara
keseluruhan. Meski angka tersebut belum maksimal, namun perkembangan ekspor
produk halal Indonesia mengalami peningkatan sebesar 19% sejak 2016.  Selanjutnya, di
masa mendatang, peran ekspor produk halal ini harus dapat ditingkatkan dengan
memaksimalkan pemanfaatan permintaan dari negara tujuan ekspor produk halal, serta
potensi ekspor ke negara anggota
Menurut Organisasi Konferensi Islam (OKI) seperti Mesir dan Uni Emirat Arab,
terkait arus perekonomian syariah, Indonesia berpeluang menjadi pasar produk halal
terbesar di dunia sekaligus menjadi produsen produk halal. Hal ini dikarenakan Indonesia
berada di posisi strategis bagi halal superhighway link dalam global halal supply chain. 
Strategi-strategi di sektor perdagangan dan upaya untuk diversifikasi produk perlu untuk
difokuskan pada beberapa pasar tujuan potensial produk halal. Selain itu, peningkatan
kuantitas dan kualitas produk yang didapatkan perlu juga untuk diperhatikan agar mampu
meningkatkan ekspor produksi barang dan jasa halal Indonesia.
Bisnis halal global saat ini berkembang cukup pesat. Sebagai negara dengan
penduduk Muslim terbesar, Indonesia didorong untuk turut berperan dalam menikmati
'kue' pasar halal dunia. Pada dasarnya, industri makanan halal di Indonesia sudah sangat
berkembang. Hal itu terlihat misalnya dari mudahnya mencari makanan-minuman halal.
Namun demikian, industri makanan halal Indonesia kalah dibandingkan Jepang, Korea
Selatan, dan bahkan Australia. Makanan halal di negara Jepang, Korea Selatan, dan
Australia lebih menarik dibandingkan yang ada di Indonesia. Wisata kuliner di negara
Jepang, Korea Selatan, dan Australia telah memiliki sertifikasi makanan halal. Pasar halal
dunia pada 2015 sebesar US$1,9 triliun, atau setara Rp25.264 triliun. Angka ini
diprediksi meningkat menjadi US$3 triliun, setara Rp39.890 triliun pada 2021. Peluang
bisnis halal diperkirakan semakin besar. Ada 5 (lima) hal yang perlu diperhatikan
pemerintah untuk mendorong Indonesia sebagai pusat industri halal. Pertama, pemerintah
perlu mempercepat penyelesaian peraturan pendukung untuk Undang-Undang (UU)
Jaminan Produk Halal (JPH). Regulasi itu telah disahkan tahun 2014, namun peraturan
pelaksana Undang-Undang dan Badan Pelaksana Jaminan Halal (BPJH) saat ini masih
berproses. Kedua, pemerintah perlu meningkatkan kapasitas lembaga sertifikasi halal.
Saat ini, perusahaan yang belum memiliki sertifikasi halal masih cukup banyak. Tahun
lalu produk yang bersertifikasi halal diperkirakan hanya 26 persen dari produk yang
teregistrasi di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Oleh sebab itu, lembaga
sertifikasi halal nantinya harus mampu melakukan proses sertifikasi secara cepat dan
transparan. Ketiga, pemerintah perlu merancang agar regulasi sertifikasi halal tidak
memberatkan pelaku ekonomi, khususnya pelaku UMKM. Misalnya dengan memberikan
subsidi pengurusan sertifikat halal kepada UMKM. Selain itu, biaya sertifikasi halal juga
harus dibuat lebih transparan. Keempat, pemerintah diharapkan terus mendukung
pertumbuhan industri halal domestik, diantaranya mengembangkan ekosistem.
Contohnya memfasilitasi riset dan pengembangan bahan baku halal dan kosmetik di
sektor farmasi.  Kelima, kesadaran untuk halal sebagai kebiasaan hidup (habit).1
Ekonomi global saat ini sedang memasuki trend baru dengan adanya booming
halal market serta adanya berbagai negara yang mendeklarasikan diri sebagai pusat
destinasi halal, seperti Korea Selatan, Jepang, Thailand, Singapura dan berbagai negara
non-Muslim lainnya dalam rangka memanfaatkan pasar industri halal global yang sedang
berkembang pesat. Hal ini tidak lepas dari jumlah penduduk Muslim dunia yang terus
mengalami peningkatan, sehingga bertambah juga kebutuhan akan produk dan jasa yang
berlabel halal. Jumlah penduduk Muslim global pada tahun 2012 sebanyak 1,8 miliar
jiwa, dan diproyeksikan mencapai 2,2 miliar jiwa pada tahun 2030 (Majlis Global, 2017),
sehingga merupakan potensi pasar global yang sangat besar.  Besarnya kebutuhan produk
halal global dapat dilihat pada 10 sektor industri yang secara ekonomi dan bisnis
berkontribusi besar dalam industri halal: sektor industri makanan, wisata dan perjalanan,
pakaian dan fashion, kosmetik, finansial, farmasi, media dan rekreasional, kebugaran,
pendidikan dan seni budaya. Data Thomson Reuters-State of the Global Islamic Economy
Report 2018-2019 mencatat penduduk muslim dunia menghabiskan kebutuhan makanan
dan minuman sebesar US $ 1,3 triliun, dengan proporsi sebesar 13% oleh konsumen
Indonesia.. Hal ini merupakan bukti kekuatan sekaligus tantangan Indonesia untuk dapat
beralih menjadi pemain global,tidak hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan juga
menjadi produsen utama.
Penerapan manajemen rantai nilai halal (halal value chain) sangat diperlukan
untuk membangun sebuah kerangka dan infrastruktur pengembangan industri halal
dengan menjamin kualitas halalnya sebuah produk dan jasa. Dalam proses dari hulu
hingga hilir, penanganan produknya pun perlu memisahkan antara halal dengan tidak
halal. Selain itu, konsep logistik halal perlu segera dikembangkan serta
diimplementasikan oleh semua pelaku industri yang terlibat dalam rantai pasok halal,
termasuk makanan, minuman dan produk lainnya. 
Mengingat Indonesia merupakan konsumen makanan dan minuman halal terbesar
di dunia, maka diperlukan identifikasi secara strategis untuk melihat kondisi dan isu
terkait agar dapat memetakan peluang dan tantangan Indonesia dalam pengembangan
industri makanan dan minuman halal. Melalui penerapan halal value chain, harapan akan
standar mutu, kualitas dan pelayanan produk serta jasa halal dapat membentuk sebuah
ekosistem yang terintegrasi, mulai dari input, produksi, proses dan pendistribusian,

1
Sumber : Ini yang Perlu Dilakukan Pemerintah untuk Mengembangkan Ekosistem Bisnis Halal,
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/17/05/23/oqerjq415-ini-yang-perlu-dilakukan-
pemerintah-untuk-mengembangkan-ekosistem-bisnis-halal
pemasaran serta konsumsi. Sebagai contoh, dalam rantai produk makanan halal,
diperlukan jaminan kehalalan atas input produksi, antara lain asal usul ternak, pakan
ternak, pupuk dan bahan kimia lain.  Dalam hal ini, lembaga dan instansi terkait sangat
berperan penting dalam rantai pasok industri makanan halal; Rumah Potong Hewan
(RPH), misalnya, berperan besar sebagai hulu produk hewani pada proses peternakan dan
penyembelihan yang sesuai dengan syariah. Proses distribusi juga memainkan peran
penting, yakni pada pergudangan, kemasan, ruang pendinginan dan pengolahan yang
sesuai dengan syariah, dimana tidak hanya perlu adanya pemisahan dengan hal-hal yang
bersifat non-halal, namun juga penerapan standar kebersihan yang baik (steril dan
higienis). Setelah itu, proses pemasaran yang dilakukan perlu menunjukkan nilai-nilai
syariah dalam bertransaksi yang transparan, adil dan jujur, serta pengunaan komponen
pembiayaan syariah, seperti asuransi syariah sebagai langkah mitigasi risiko. 
Penerapan halal value chain management masih terdapat beberapa kendala yang
dihadapi, seperti berikut:
1. Pada pelaksanaannya, sertifikasi halal baru sebatas pada proses produksi saja,
sehingga perlu mencakup sisi pemasok, retailer, hingga pedagang eceran.
2. Belum adanya standar biaya sertifikasi halal serta masih relatif mahal bagi pelaku
usaha mikro.
3. Sertifikat halal yang dikeluarkan di Indonesia perlu diakui secara global, sehingga
dapat mendukung mutual recognition dalam melakukan ekspor produk halal ke luar
negeri, dikarenakan sertifikasi yang belum diakui secara internasional memiliki
kendala dalam bentuk tambahan beban operasional.
4. Beberapa perusahaan belum memiliki sertifikat halal, padahal produknya merupakan
bahan primer yang dikonsumsi setiap hari. Perlu dilakukan analisa lebih lanjut terkait
isu dan kendala yang dihadapi.
5. Pentingnya peranan aktif pelaku industri dan asosiasi terkait dalam mengembangkan
halal value chain dari hulu ke hilir, yakni pemasok makanan olahan dasar, pelaku
usaha makanan minuman, dan pelaku usaha transportasi & logistik, yang saat ini
masih belum optimal.
6. Undang-undang Nomor 33 tahun 2014 mengenai Jaminan Produk Halal (JPH)
merupakan payung hukum yang belum diterapkan secara wajib (mandatory) bagi
seluruh industri, sehingga hal ini perlu analisa lebih lanjut terkait dampak bagi
seluruh segmen masyarakat, baik pelaku industri dan konsumen.  Oleh karena itu,
kerja sama dan sinergi dari semua pihak, mulai dari pelaku industri, pemerintah, dan
pengawas, sangatlah penting agar semua tantangan dapat segera diatasi dan
memberikan peluang industri halal Indonesia dapat terwujud secara realistis,
sehingga berkontribusi nyata pada perekonomian nasional. 2

Kota Banjarmasin akan menjadi salah satu kota Metropolitan melalui program
Banjarbakula dengan menggandeng Kota Banjarbaru, Martapura (Kabupaten Banjar),
Pelaihari (Tanah Laut) dan Barito Kuala. Hal ini sesuai dengan rencana dibangunnya
pasar produk halal yang nantinya akan meningkatkan kualitas ekonomi di wilayah
setempat juga wilayah sekitarnya. Hal ini sangat diperlukan bagi kota Metropolitan agar
aspek-aspek lain akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya perekonomian.
Potensi jumlah penduduk muslim yang besar di Indonesia dan peluang untuk
menyediakan makanan halal merupakan latar belakang dalam mengangkat judul Seminar
ini.

1.2 Identifikasi Masalah


Perkembangan pasar di Indonesia sekarang ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
yaitu pasar modern dan tradisional, dimana kedua pasar tersebut memilik keunggulan dan
kelemahan masing-masing. Disisi lain masyarakat Indonesia memiliki selera belanja
yang multimode, yang artinya dalam sesaat berbelanja ke pasar tradisional dan sesaat
kemudian berbelanja di pasar modern.
Utami (2010:8) mengemukakan paradigma ritel tradisional merupakan pandangan
yang menekankan pengelolaan ritel dengan menggunakan pendekatan konvensional dan
tradisional. Selain itu Utami (2010:10) mengemukakan juga paradigma ritel modern
merupakan pandangan yang menekankan pengelolaan ritel dengan menggunakan
pendekatan modern di mana konsep pengelolaan peritel lebih ditekankan dari sisi
pandang pemenuhan kebutuhan konsumen yang menjadi pasar sasarannya.
Pasar tradisional memiliki keunggulan dan kelemahan yang berbeda dengan pasar
modern. Adapun keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional yaitu memiliki area
yang luas, harga yang rendah, sistem tawar menawar harga barang antara penjual dan
pembeli dimana akan menimbulkan keakraban. Kelemahan yang dimiliki oleh pasar
tradisional yaitu tampilan pasar, atmosfir, tidak adanya promosi dan iklan, jam
operasional yang terbatas, tata ruang dan tata letak pasar (Santoso, 2013).
Selain pasar tradisional, pasar modern juga memiliki keunggulan yaitu faktor desain dan
tampilan pasar yang bersih dan bagus, atmosfir, tata ruang, tata letak yang rapi,

2
Sumber : Mewujudkan Indonesia sebagai Pusat Ekosistem Halal Dunia, https://islam.nu.or.id/post/read/100405/mewujudkan-
indonesia-sebagai-pusat-ekosistem-halal-duniahttps://islam.nu.or.id/post/read/100405/mewujudkan-indonesia-sebagai-pusat-
ekosistem-halal-dunia
keragaman dan kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang tidak
terbatas. Selain itu kelemahan yang dimiliki oleh pasar modern yaitu tidak adanya sistem
tawar menawar, harga yang lebih mahal dibandingkan dengan pasar tradisional (Santoso,
2013). Pada pasar modern juga menawarkan teknologi dan pelayanan yang berbeda
dengan pasar tradisional dengan konsep one stop shopping dan kemudahan dalam sistem
pembayaran.
Pengembangan pasar tersebut, mempengaruhi perilaku belanja konsumen dan
pemilihan tempat untuk berbelanja. Perilaku konsumen dapat dilihat dari kebiasaan,
persepsi, suka, memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pembeli di pasar tradisional yang
biasanya kaum ibu rumah tangga mempunyai perilaku yang senang bertransaksi dengan
berkomunikasi/berdialog dalam hal penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan
barang yang dia inginkan, dan perkembangan harga barang-barang lainnya (Sinaga,
2008). Selain itu, pembeli di pasar modern biasanya para ibu yang sibuk bekerja saat pagi
hari sehingga tidak sempat untuk berbelanja di pasar tradisional dan lebih memilih
berbelanja di pasar modern.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kholis, Ratnawati, dan Yuwalliatin
(2011) bahwa konsumen cenderung berbelanja di pasar modern karena terdapat kejelasan
harga, tidak becek, bersih dan tidak bau, ber AC, aman, kondisi fisik bangunan, bagus,
terdapat fasilitas pembayaran, terpengaruh promosi, iklan, berbelanja sambil mencari
hiburan, nyaman, prestise, menjual produk yang tidak ada di pasar tradisional serta
terpengaruh pendidikan konsumen. Selain itu konsumen yang cenderung berbelanja di
pasar tradisional karena harga di pasar tradisional bisa ditawar, harganya murah, dilayani
langsung serta berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ada tujuh belas faktor yang dipertimbangkan konsumen untuk memutuskan
berbelanja di pasar menurut persepsi konsumen, yaitu: keluhan akan kondisi pasar,
produk, perilaku konsumen, komitmen konsumen, kelompok reference, keluhan akan
lorong pasar dan saran parkir, tidak dibohongi, lokasi, budaya dan kepuasan, harga, hidup
dan ramai, jam buka, penataan barang, kejelasan harga, berbelanja sambil mencari
hiburan, pendidikan, pendapatan dan berharap ada fasilitas pembayaran.
Pasar tradisional terlepas dari tampilan pasar yang kurang baik juga atmosfir yang
terkesan kurang nyaman, dengan harga yang jauh lebih rendah dan bisa tawar menawar
antara penjual dan pembeli menjadikan pasar dengan konsep seperti ini masih sangat
diminati masyarakat di Indonesia. Apabila pasar dengan konsep tradisional memiliki
fasilitas yang modern seperti tersedianya tempat parkir, terdapat fasilitas pembayaran,
kondisi fisik bangunan yang bagus, suasana yang terasa nyaman, tidak sumpek, bersih,
terdapat toilet, dan fasilitas lain yang umumnya ada di pasar modern maka akan memiliki
nilai tambah bagi pengunjung untuk berbelanja di pasar tersebut. Kedua konsep pasar ini
dapat digunakan pada pasar produk halal, di mana dalam sistemnya seperti pasar
tradisional yang bisa tawar menawar tetapi memiliki fasilitas yang modern dengan
suasana yang aman dan nyaman baik bagi penjual maupun pembeli.
Konsep halal merupakan hal yang vital bagi masyarakat muslim. Halal berarti
diperbolehkan atau diijinkan dalam agama Islam (Alquran Surat Albaqarah 168-169).
Oleh sebab itu, muslim akan mencari produk untuk dikonsumsi sesuai dengan ajaran
agama yang telah diterima. Secara umum konsumen muslim akan memiliki sikap yang
positif terhadap produk-produk yang menggunakan pendekatan halal dalam proses
pemasaran mereka (Aliman dan Othman, 2007).
Konsumen muslim di Indonesia mencari sertifikasi halal otentik yang dikeluarkan
oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia). Sertifikasi ini memberikan kewenangan bagi
perusahaan dalam penggunaan logo halal untuk dicetak pada kemasan produk atau untuk
dipajang di premis perusahaan (www.halalmui.org). Produk halal harus diakui sebagai
simbol kebersihan, keamanan, dan kualitas tinggi bagi konsumen Muslim (Merican,
1995). Selain menggunakan konsep halal, pasar produk halal hendaknya memunculkan
nilai-nilai keislaman pada ruangnya, seperti menyediakan fasilitas ibadah bagi umat
muslim, dapat pula menyediakan jalur khusus bagi perempuan agar meminimalkan laki-
laki dan perempuan terlalu dekat jika beresakan
Dengan mempertimbangkan adanya permasalahan pasar produk halal berdasarkan
uraian sebelumnya, maka pasar produk halal harus mampu mewadahi aktivitas pengguna
bangunan baik penjual dan pembeli secara fisik maupun non-fisik. Dalam kaitannya
dengan rancangan ruang maka digunakan kajian teori arsitetur perilaku untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada dengan memunculkan konsep pasar tradisional
dengan fasilitas modern dan memiliki nilai keislaman. Untuk mendukung desain ruang
yang dibutuhkan maka penulis harus mempelajari kebiasaan perilaku pengguna dalam
berkegiatan di pasar dan mempelajari kebiasaan umat Islam secara umum.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan isu pada latar belakang dan identifikasi masalah maka dapat
dirumuskan pokok permasalahannya yaitu “Bagaimana variabel dan kriteria pasar
produk halal yang sesuai dengan standar kehalalan produk serta kebutuhan pengguna
gedung, akses pada sirkulasi yang mudah, aman, dan bersih melalui arsitektur perilaku?”
1.4 Ruang Lingkup Permasalahan
1. Permasalahan mengenai perancangan pasar produk halal
2. Pembahasan mengenai standar pasar produk halal
3. Pedoman arsitektur perilaku

1.5 Ruang Lingkup Permasalahan


1.5.1 Tujuan
Mendapatkan variabel dan kriteria pasar produk halal yang sesuai dengan standar
kehalalan produk serta kebutuhan pengguna gedung, akses pada sirkulasi yang
mudah, aman, dan bersih.

1.5.2 Sasaran
1. Mempelajari bangunan pasar produk halal melalui literatur.
2. Kajian tentang arsitektur perilaku.
3. Melakukan studi banding pada objek sejenis.
4. Membuat analisis preseden.
5. Mengetahui kebutuhan ruang dan lain-lain pada bangunan pasar produk halal.
6. Mendapatkan dan memahami teori tentang arsitektur perilaku.
7. Mendapatkan variabel dan kriteria pada bangunan pasar produk halal.

1.6 Metodologi
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
 Studi Literatur
Mencari data yang dapat membantu berupa literatur-literatur bersumber dari buku,
ebook, artikel, dan jurnal sebagai referensi kajian teori yang berkaitan dengan pasar
produk halal.
 Studi Banding
Mencari dan menganalisa gedung yang berkaitan dan sesuai dengan fungsi
bangunan.
 Analisis Preseden
Membuat analisis preseden.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang tentang isu dan fenomena di kota banjarmasin serta kebijakan
yang mendasari isu, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
metodologi penulisan dan sistematika penulisan dan kerangka berpikir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisikan definisi serta data-data pustaka disertai membahas tinjauan pustaka tentang
judul terkait secara umum berupa studi literatur teori dan konsep dari beberapa sumber.

BAB III STUDI BANDING


Berisi hasil studi banding dengan objek terkait.

BAB IV ANALISIS PRESEDEN


Berisikan analisis preseden, variabel dan kriteria desain, program perancangan dan
skematik desain.

BAB V KESIMPULAN
Berisikan konsep desain, detail desain dan hasil desain.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1.8. Kerangka Berpikir

“PASAR PRODUK HALAL DI BANJARMASIN”


DI PALANGKA RAYA”
Latar Belakang
M
Isu dan Fenomena: Indonesia memiliki potensi yang sangat bersar untuk mengembangkan ekonomi syariah yaitu menjadi pasar produk
halal terbesar didunia, Banjarmasin akan menjadi salah satu kota metropolitan melalui program Banjarbakula.
Fakta : Belum adanya pasar produk halal di Kalimantan.

Identifikasi Masalah
Pasar produk halal harus mampu mewadahi aktivitas pengguna bangunan baik penjual dan pembeli secara fisik maupun
non-fisik dengan memunculkan konsep pasar tradisional dengan fasilitas modern dan memiliki nilai keislaman.

Rumusan Masalah
“Bagaimana variabel dan kriteria pasar produk halal yang sesuai dengan standar kehalalan produk
serta kebutuhan pengguna gedung, akses pada sirkulasi yang mudah, aman, dan bersih melalui
arsitektur perilaku?”

Tujuan dan Sasaran


Mendapatkan variable dan kriteria desain panti sosial lansia dan anak
terlantar
Tinjauan Pustaka Pengumpulan Data Studi Banding

Analisa Pasar Produk


Teori Pasar
Halal
Arsitektur Produk
Analisa Ruang
Feed back

Perilaku Halal
Analisa Aksesibilitas
Analisa sirkulasi

Analisis Preseden

Sintesa Sintesa

VARIABEL DAN KRITERIA PASAR PRODUK HALAL


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pasar Produk Halal


2.1.1. Pengertian Pasar
Definisi atau pengertian pasar adalah tempat bertemunya antara
penjual & pembeli untuk bertransaksi jual beli barang maupun jasa. Menurut
ilmu ekonomi, pasar berkaitan dengan kegiatan bukan tempatnya. Pasar
merupakan salah satu dari berbagai macam sistem, institusi, prosedur, dan
hubungan sosial serta infrastuktur dimana terdapat usaha menjual barang, jasa
dan, tenaga kerja untuk orang-orang dengan adanya imbalan berupa uang.
Kegiatan transaksi dalam pasar ini merupakan bagian dari sistem
perekonomian.
Menurut seorang ahli bernama William J. Stanton, pasar merupakan
sekumpulan orang yang berkeinginan untuk memperoleh kepuasan
menggunakan uang yang digunakan untuk membeli barang dan berkemauan
untuk membelanjakan uang yang dipunyainya tersebut.
Menurut Kotler dan Amstrong, pasar adalah suatu perangkat yang
terdiri dari pembeli aktual dan pembeli potensial dari suatu produk barang
dan jasa. ukuran suatu pasar didasarkan pada banyaknya orang yang
membutuhkan suatu kebutuhan dan berkemampuan untuk bertransaksi.
Banyak pemasar atau pedagang yang memandang bahwa penjual maupun
pembeli merupakan sebuah pasar.
Pasar mempunyai beberapa ciri-ciri khusus yang perlu anda pahami
dan anda ketahui, diantaranya adalah :
1. Terdapat calon pembeli dan penjual.
2. Terdapat jasa ataupun barang yang hendak diperjualbelikan.
3. Terdapat proses permintaan dan penawaran dari kedua belah pihak yang
terlibat dalam transaksi tersebut.
4. Terdapat suatu interaksi antara pembeli dan penjual, baik itu langsung
maupun tidak langsung.
Secara umum, pasar mempunyai 3 fungsi utama sebagai sarana
distribusi, pembentuk harga, dan tempat promosi yang dijelaskan dalam
uraian dibawah ini.
1. Sebagai sarana distribusi, pasar merupakan sarana distribusi yang
berfungsi memperlancar proses penyaluran barang dan jasa dari produsen
kepada konsumen. Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan
dengan baik untuk menawarkan produksinya kepada seluruh konsumen
yang ada.
2. Sebagai pembentuk harga, pasar akan mampu menetapkan harga dari
suatu barang dan jasa tertentu sesuai dengan permintaan dan penawaran
yang terjadi di pasar. Setelah terjadi suatu kesepakatan, maka
terbentuklah harga. Pasar dalam hal ini mempunyai fungsi untuk
membentuk harga.
3. Sebagai sarana promosi, pasar dapat menjadi tempat bagi produsen untuk
memperkenalkan hasil produksi mereka dimana para produsen akan saling
bersaing secara sehat dalam merebut hati konsumen, mendapatkan banyak
konsumen, sekaligus memupuk keuntungan dari produk dan jasa yang
ditawarkannya.

Pasar juga mempunyai beberapa fungsi lainnya antara lain 3:


1. Tempat mencari keuntungan, dimana hakikat awal para penjual dalam
menawarkan produk dan jasanya di pasar adalah untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya
2. Tempat membentuk suatu kreatifitas agar barang dan jasa yang dijual
mempunyai ciri khas dan menarik minat konsumen.
3. Mempererat tali silaturahmi karena terdapat interaksi antara penjual dan
pembeli.
4. Melatih daya juang dan daya saing antar para penjual dan pembeli.
5. Sarana pembangunan sosial karena pasar mempunyai kedudukan dalam
sistem perekonomian yang ada dalam suatu negara.
6. Meningkatkan pemasukan negara melalui berbagai produk yang dijual di
pasar, apalagi jika sudah mencapai pasaran internasional.

3
Sumber : https://belajargiat.id/pasar/
7. Mengontrol kegiatan ekonomi karena hampir sebagian besar kegiatan
ekonomi dipusatkan dan difokuskan pada satu tempat atau satu wadah
yang disebut sebagai pasar.

Pasar dapat diklasifikasikan menjadi dua 4, yaitu :


1. Pasar Tradisional
Pengertian pasar tradisional adalah sebuah tempat bertemunya para
penjual dan pembeli serta terjadi proses jual beli secara langsung yang
melalui proses tawar menawar. Bentuk bangunan pasar tradisional ini
berupa kios, los, atau gerai. Barang yang dijual di pasar tradisional adalah
barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Mayoritas pasar tradisional masih banyak yang menjual berbagai macam
barang kebutuhan sehari hari, jasa, dan lain sebagainya. Beberapa pasar
tradisional yang masih populer di kalangan masyarakat adalah Pasar
Beringharjo di Yogyakarta, Pasar Klewer di Solo, dan Pasar Apung di
Kalimantan. Pasar tersebut masih akan terus mencoba untuk bertahan
dengan identitasnya ditengah gempuran dari banyaknya industri pasar
modern.
2. Pasar Modern
Pasar modern adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
melakukan transaksi. Namun, di pasar modern tidak terjadi proses tawar
menawar karena barang yang dijual sudah diberi label harga pas. Bentuk
pasar modern ini berada di dalam bangunan dimana para pelayanannya
dilakukan secara mandiri atau swalayan, dan bisa juga dilayani oleh
seorang pramuniaga. Barang-barang yang dijual dalam pasar modern
selain berupa bahan makanan, juga terdapat barang lainnya yang dapat
bertahan lama dan mempunyai expired date. Contoh dari pasar modern
adalah minimarket, supermarket, ataupun swalayan.

Pasar dapat dibedakan dalam beberapa jenis menurut bentuk kegiatan,


cara transaksi, waktu, dan jenis barangnya. Adapun jenis pasar menurut
bentuk kegiatannya adalah 5 :
A. Pasar Nyata

4
Sumber : https://www.kompasiana.com/ronaldinekonomi/5d9e15170d82300a57356f02/pasar
5
Sumber : https://belajargiat.id/pasar/
Pasar ini menyediakan berbagai jenis barang yang biasanya memang
diperjualbelikan. Contohnya adalah pasar swalayan dan pasar tradisional.
B. Pasar Abstrak
Pasar ini tidak dipenuhi oleh pedagang yang tawar menawar secara
langsung dan bertransaksi secara langsung, para pelaku dalam pasar ini
akan menggunakan surat dagangan saja tanpa perlu adanya pertemuan
langsung. Contohnya adalah pasar online dan pasar modal.

Jenis pasar menurut cara transaksinya dibedakan menjadi 6 :


A. Pasar Tradisional
Merupakan pasar dimana penjual dan pembelinya dapat saling tawar
menawar secara langsung. Barang yang dijual biasanya berupa barang
kebutuhan pokok keseharian.
B. Pasar Modern
Merupakan pasar yang bersifat modern dan menyediakan berbagai macam
barang yang diperjualbelikan dengan harga yang pas dan dilayani sendiri
oleh konsumen tersebut. pasar modern biasanya dapat anda temui dengan
mudah di mal ataupun pusat-pusat perbelanjaan di sebuah kota.

Menurut jenis barangnya, pasar dibedakan menjadi 7 :


A. Pasar Barang Konsumsi
Merupakan pasar yang memperjualbelikan berbagai macam barang yang
memang dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup seorang
manusia.
B. Pasar Sumber Daya Produksi
Merupakan suatu pasar yang menyediakan berbagai macam faktor-faktor
produksi tertentu, seperti mesin-msein, tenaga ahli, dan lain sebagainya.

Jenis-jenis pasar menurut waktunya, terbagi menjadi 8 :


A. Pasar harian
Diadakan setiap hari dan biasanya menjual berbagai macam barang
kebutuhan konsumsi sehari-hari.
B. Pasar mingguan

6
Sumber : https://belajargiat.id/pasar/
7
Sumber : https://belajargiat.id/pasar/
8
Sumber : https://belajargiat.id/pasar/
Hanya diadakan seminggu sekali, biasanya terdapat di daerah yang
penduduknya masih sangat jarang, misalnya pedesaan.
C. Pasar bulanan
Diadakan sebulan seali di daerah-daerah tertentu. Contohnya adalah pasar
hewan.
D. Pasar tahunan
Diadakan setahun sekali dan umumnya bersifat nasional. Contohnya
adalah pasar pameran pembangunan dan pekan raya jakarta.
E. Pasar temporer
Diselenggarkaan dalam suatu waktu tertentu dan tidak rutin. Biasanya
pasar ini diadakan guna merayakan suatu peristiwa tertentu, contohnya
adalah bazaar.

2.1.2. Pengertian Produk Halal


Pengertian produk halal terdapat dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2014 tentang Jaminan Produk halal pada Pasal 1 ayat (2) yaitu: “Produk Halal
adalah Produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam”.
Mengacu pada pengertian tersebut pangan, non Pangan, dan jasa
merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Keberadaannya sangat krusial dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi seorang muslim mengkonsumsi produk makanan dan
minuman serta menggunakan jasa yang halal dan baik merupakan hal yang tak
bisa ditawar, kecuali dalam keadaan darurat. Islam memandu umatnya untuk
hanya mengomsumsi yang halal dan baik makanan dan minuman. Kehalalan,
merupakan suatu yang fundamental bagi konsumen muslim. Bagi umat Islam
dasar hukumnya jelas. Dalam Al-Qur’an Q.S al-Maidah ayat: 3, secara eksplisit
dan kategoris telah disebutkan jenis makanan yang halal dan haram. Seperti
larangan memakan bangkai (selain ikan dan belalang), darah, daging babi, daging
hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, hewan sembelihan
untuk berhala, daging hewan tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk/diterkam binatang
buas, kecuali sempat menyembelih dengan nama Allah.
Bagi konsumen muslim, jaminan halal dari suatu produk/jasa adalah satu
hal yang sangat penting keberadaannya. Karena mengkonsumsi makanan yang
halal adalah perintah agama yang sifatnya mutlak karena bagi kaum muslimin.
Islam tidak hanya sekedar menitikberatkan pada aspek materi semata, dan juga
tidak sekedar menitikberatkan pada aspek pembinaan tubuh semata akan tetapi
Islam juga memperhatikan sesuatu yang berpengaruh terhadap akhlak, jiwa
(kepribadian) dan perilakunya. Kehalalan suatu produk menjadi pertimbangan
utama konsumen muslim untuk mengkonsumsinya. Umat Islam tentunya akan
merasa tenteram jika produk produsen benar-benar ada jaminan kehalalannya.
Dalam pasal 4 huruf (a) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK) disebutkan bahwa “hak konsumen” adalah hak
atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan
atau jasa”. Pasal ini menunjukkan bahwa setiap konsumen, termasuk konsumen
muslim yang merupakan mayoritas konsumen di Indonesia, berhak untuk
mendapatkan barang yang aman dan halal untuk dikonsumsi. Salah satu
pengertian aman bagi konsumen muslim adalah bahwa barang tersebut tidak
bertentangan dengan kaidah agamanya, dalam arti halal. Aturan tersebut
didukung dengan peraturan perundang-undangan lainnya yaitu UU No. 33 Tahun
2014 tentang Jaminan Produk Halal, Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, Undang-Undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Halal.
Permasalahannya adalah, tidak semua umat muslim memiliki pengetahuan
yang cukup untuk mengetahui apakah pangan dan barang yang akan
dikonsumsinya telah benar-benar halal. Dalam pasal 4 huruf (c) UUPK juga
disebutkan bahwa “konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas, jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa”. Pasal ini memberikan
pengertian bahwa informasi yang diberikan oleh produsen adalah benar dan telah
teruji. Konsumen juga berhak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Terhadap produk yang dinyatakan
halal, produsen wajib menjamin kehalalannya dengan terlebih dahulu mengajukan
pemeriksaan kepada pejabat yang berwenang dan telah dinyatakan kehalalannya.
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM MUI) sebagai lembaga yang mengeluarkan sertifikat halal,
badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) yang memberikan izin pemasangan
label halal dan Kementerian Agama yang bertugas melakukan sosialisasi dan
pembinaan pangan halal. Akan tetapi penerapan ajaran Islam dalam peraturan
perundang-undangan tentang pemberian Jaminan halal pada produk makanan ini
terdapat permasalahan yang muncul dalam pengaturan tentang pemberian label
halal pada makanan. Hal ini disebabkan oleh faktor kurang tegasnya peraturan
perundang-perundangan yang ada dalam mengatur tentang penerapan label halal
pada makanan sehingga masih ada produk makanan haram yang beredar di
Indonesia.
Doktrin halâlan thayyiban (halal dan baik) sangat perlu untuk
diinformasikan dan diformulasikan secara efektif dan operasional kepada
masyarakat disertai dengan tercukupinya sarana dan prasarana. Salah satu sarana
penting untuk mengawal doktrin halâlan thayyiban adalah dengan hadirnya
pranata hukum yang mapan, sentral, humanis, progresif, akamodatif dan tidak
diskriminatif yakni dengan hadirnya Undang- Undang Nomor 33 Tentang
Jaminan Produk Halal (UUJPH).
Di Indonesia itu sendiri keterangan tentang kehalalan pangan mempunyai
arti yang sangat penting dan dimaksudkan untuk melindungi masyarakat yang
beragama Islam agar terhindar dari mengonsumsi pangan yang tidak halal
(haram).
Dalam Pasal 8 ayat (1) huruf h Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi
dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mengikuti ketentuan
berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan
dalam label.
Sanksi bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan dalam Pasal 8 UU
Perlindungan Konsumen berdasarkan Pasal 62 ayat (1) UU Perlindungan
Konsumen adalah dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Dari bunyi pengaturan dalam Undang-Undang Perlindungan di atas jelas
kiranya bahwa jika penjual mencantumkan label halal, maka barang yang dijual
harus sesuai dengan label yang dicantumkan. Namun Undang-Undang
Perlindungan Konsumen tidak mengatur mengenai apakah barang yang
diperjualbelikan harus mencantumkan label halal atau tidak.
Sertifikat halal menjadi sangat penting artinya bagi konsumen muslim
karena menyangkut prinsip keagamaan dan hak konsumsen. Sementara terdapat
fakta bahwa belum semua produk makanan bersertifikat halal. Dengan demikian,
upaya untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap kepentingan
konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak untuk segera dicari
solusinya. Permasalahan ini muncul karena konsumen semakin kritis dan
membutuhkan kepastian tentang produk pangan yang dikonsumsikannya baik dari
sisi legalitas dan kualitas yang baik dan halal.
Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) pada pasal 2
termuat asas dari perlindungan konsumen yang berbunyi “Perlindungan
konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan
keselamatan konsumen serta kepastian hukum”. Disini terlihat konsumen
mendapatkan perlindungan hukum. Di Pasal 4 mengatur hak-hak konsumen dan
pasal 5 mengatur khusus tentang kewajiban konsumen. Berdasarkan dua pasal di
atas (pasal 4 dan Pasal 5), sudah jelas bahwa konsumen berhak mendapatkan
yang benar, jelas, jujur dan mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa
dan berkewajiban membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan
keselamatan. Jadi kewajiban pengusaha yang membuat produk harus memberikan
informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau
jasa serta memberikan penjelasan pengguna, perbaikan dan pemeliharaan.
Disinilah peran pemerintah harus mampu terhadap penegakan Undang-
Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) dengan cara mensosialisasikan kepada
para jemaah haji di dalam berbelanja. Berbelanja di tanah suci Mekkah adalah
hak kebutuhan dari para Jemaah tidak ada campur tangan pemerintah dalam
mengatur belanja pada suatu produk, tetapi aturan yang diterapkan di Tanah Suci
Mekkah berbeda dengan aturan yang telah diterapkan di Indonesia.
Pada level global, LPPOM MUI aktif menjalin kerja sama dengan
lembaga sertifikasi halal internasional. LPPOM MUI memprakarsai World Halal
Food Council (WHFC) atau Dewan Halal Pangan Dunia. Kongres WHFC 2004
memantapkan langkah-langkah dengan keluarnya kesepakatan antar lembaga
sertifikasi halal untuk membuat standar pemeriksaan halal yang sama untuk
seluruh negara anggota Dewan Halal Dunia. Standar halal MUI dan auditor halal
LPPOM MUI telah menjadi pedoman di Indonesia dan menjadi rujukan pada 43
lembaga sertifikasi halal luar negeri di 23 negara.
Berdasarkan panduan Sertifikat Halal Departemen Agama Tahun 2003,
produk Halal memiliki kriteria:
a) Tidak mengandung babi dan bahan makanan yang berasal dari babi.
b) Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan, seperti bahan-bahan dari
organ manusia, darah, kotoran, dan sebagainya.
c) Semua bahan yang berasal dari halal dan disembelih melalui syariat Islam.
d) Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamer.
Sertifikat yang menyatakan kehalalan suatu produk makanan dan
minuman, obat-obatan dan kosmetika oleh LP POM MUI hanya mencakup
sebatas perlindungan pada wilayah nilai hukum subtansial (dzaliyah) suatu
produk. Ketika suatu produk makanan yang sudah dinyatakan halal oleh MUI
(berlabel halal), tapi dalam kenyataannya ditemukan adanya unsur campuran
barang haram atau najis, seperti kasus mutakhir “Ajinomoto”, maka dalam kasus
ini MUI sudah mengantisipasi dengan mengadakan kebijaksanaan bahwa MUI
suatu saat akan mengadakan pemeriksaan secara mendadak dan acak melalui
laboratorium pada barang yang dinyatakan halal. Jika kemudian ditemukan
adanya unsur tercampur dengan barang haram atau najis dalam barang
bersangkutan, maka MUI akan mengumumkan langsung atas keharaman barang
tersebut melalui JURNAL HALAL LP POM MUI dan media massa lain (cetak
atau elektronika), walaupun masa berlaku sertifikat halalnya belum habis. Hal ini
dilakukan karena produsen telah menyalahi kesepakatan bahwa produsen akan
selalu tetap menjaga kehalalan produk selama masa sertifikat halal berlaku.

2.1.3. Prosedur Sertifikasi Halal MUI


Untuk menjamin kehalalan suatu produk yang telah mendapat sertifikat
halal, selain menunjuk Auditor Internal di setiap perusahaan yang bertugas
mengawasi kehalalan produknya. MUI menetapkan dan menekankan bahwa jika
sewaktu-waktu ternyata diketahui produk-produk tersebut mengandung unsur-
unsur barang haram (najis), MUI berhak mencabut sertifikat halal produk
bersangkutan. Disamping itu, setiap produk yang telah mendapat sertifikat halal
diharuskan pula memperbaharui atau memperpanjang sertifikat halalnya setiap
dua tahun, dengan prosedur dan mekanisme yang sama. Jika setelah dua tahun
terhitung sejak berlakunya sertifikat halal, perusahaan yang bersangkutan tidak
mengajukan permohonan (perpanjangan) sertifikat halal, perusahaan itu
dipandang tidak lagi berhak atas sertifikat halal dan kehalalan produk-produknya
di luar tanggung jawab MUI. Proses sertifikasi halal dapat dilihat pada Gambar
2.1.
Gambar 2.1. Proses sertifikasi halal (Sumber : http://halalmuijatim.org/wp-
content/uploads/2015/05/Prosedur-sertifikasi-halal)

2.2. Kajian Ruang


Menurut Haryadi (2010) Ruang merupakan wadah atau setting yang dapat
mempengaruhi pelaku atau pengguna ruang. Ruang sebagai salah satu komponen
arsitektur menjadi sangat penting dalam hubungan arsitektur lingkungan dan perilaku
karena fungsinya sebagai wadah kegiatan manusia. Kegiatan manusia membutuhkan
setting atau wadah kegiatan yang berupa ruang. Dari penjelasan diatas dapat diketahui
bahwa ruang dapat mempengaruhi perilaku dan sebaliknya.
Menurut Aristoteles, ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi oleh
kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya dengan
jelas dan mudah.
Rapoport (1991) dalam Haryadi B. setiawan (2010), mengungkap bahwa ruang
yang menjadi wadah dari aktivitas diupayakan untuk memenuhi kemungkinan kebutuhan
yang diperlukan manusia, yang artinya menyediakan ruang yang memberikan kepuasan
bagi pemakainya. Setting terkait langsung dengan aktivitas manusia sehingga dengan
mengidentifikasi sistem aktivitas atau perilaku yang terjadi dalam suatu ruang akan
teridentifikasi pula sistem settingnya yang terkait dengan keberadaan elemen dalam
ruang.
Haryadi dalam buku Arsitektur Lingkungan dan Perilaku menjelaskan bahwa
beberapa isu tata ruang yang penting meliputi:
1) Kecenderungan mekanisme pasar bebas dalam pemanfaatan ruang;
2) Proses akumulasi penguasaan lahan yang cenderung tak terkendali;
3) Proses marginalisasi sekelompok masyarakat karena perubahan dan akumulasi
penguasaan lahan;
4) Memudarnya nilai-nilai kultur dan sistem tradisi dalam pemanfaatan ruang.

Rapoport (1997) dalam Haryadi dan B Setiawan, setting merupakan suatu


interaksi antara manusia dan lingkungannya. Setting mencakup lingkungan tempat
komunitas berada (tanah, air, ruangan, udara, hawa, pemandangan), dan makhluk hidup
yang ada (hewan, tumbuhan, manusia). Setting ruang jalan harus didesain sesuai dengan
kebutuhan manusia dalam melakukan aktivitasnya. Sistem setting sebagai suatu
organisasi dari seting-seting ke dalam suatu sistem yang berkaitan dengan sistem
kegiatan manusia. Ini didasari dengan adanya kenyataan bahwa seseorang tidak mungkin
dapat memahami apa yang terjadi disuatu seting tanpa mengetahui apa yang terjadi di
setting-setting lain. Dengan kata lain apa yang terjadi pada suatu setting tertentu sangat
dipengaruhi oleh penggunaan setting-setting lainnya.
Berdasarkan elemen pembentuknya, setting dapat dibedakan yaitu:
1. Komponen fix, yaitu elemen yang pada dasarnya tetap atau perubahannya jarang
dan lambat seperti ruang, jalan, pedestrian, dan lain-lain.
2. Komponen semi fix, yaitu elemen-elemen yang agak tetap, dapat terjadi perubahan
cukup cepat dan mudah seperti pohon, street furniture.
3. Komponen nonfix, yaitu elemen-elemen yang berhubungan dengan perilaku
manusia dalam menggunakan ruang. Aktivitas manusia sebagai wujud dari perilaku
yang ditunjukkan mempengaruhi dan dipengaruhi olah tatanan (setting) fisik yang
terdapat dalam ruang yang menjadi wadahnya, sehingga untuk memenuhi hal
tersebut dibutuhkan adanya:
a. Kenyamanan, menyangkut keadaan lingkungan yang memberikan rasa sesuai
dengan panca indera.
b. Aksesibilitas, menyangkut kemudahan bergerak melalui dan menggunakan
lingkungan sehingga sirkulasi menjadi lancar dan tidak menyulitkan pemakai.
c. Legibilitas, menyangkut kemudahan bagi pemakai untuk dapat mengenal dan
memahami elemen-elemen dan hubungannya dalam suatu lingkungan yang
menyebabkan orang tersebut arah atau jalan.
d. Kontrol, menyangkut kondisi suatu lingkungan untuk mewujudkan
personalitas, menciptakan teori dan membatasi suatu ruang.
e. Teritorialitas, menyangkut suatu pola tingkah laku yang ada hubungannya
dengan kepemilikan atau hak seseorang/sekelompok orang atas suatu tempat.
f. Keamanan, menyangkut rasa aman terhadap berbagai gangguan baik dari
dalam maupun dari luar.

Menurut Haryadi (2010) variable pembentuk sebuah ruang dalam kaitannya


dengan perilaku pemakainya diantaranya yaitu :
1. Warna
2. Ukuran dan bentuk
3. Perabot dan penataannya
4. Unsur lingkungan ruang (akustik, suhu/penghawaan, dan pencahayaan)

2.2.1. Kenyamanan Ruang Gerak


Berdasarkan pasal 26 ayat (2) yaitu tentang kenyamanan ruang gerak
sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) merupakan kenyamanan yang diperoleh
dari dimensi ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan gerak
dalam ruang. Sejalan dengan ayat tersebut, maka dimensi ruang yang benar dan
tata letak ruang atau organisasi ruang yang tepat dalam hal ini khususnya ruang
private dan ruang public tempat berkumpul akan membantu dan mempermudah
lansia dan anak terlantar sebagai pengguna dapat bergerak dengan nyaman dalam
ruangan. Baik lansia dengan kondisi normal maupun lansia dengan keterbatasan
dan dibantu dengan alat bantu jalan.

2.2.2. Penataan Ruang


1. Tatanan Ruang Luar
Pola tatanan ruang luar dibagi menjadi 4 pola yaitu: Sistem grid
merupakan pola yang sangat cepat dan mudah diterapkan serta merupakan
pola yang baik untuk menghubungkan jaringan yang kompleks pada skala
besar atau kecil. Sistem radial merupakan jaringan yang berkesan keluar dari
pusatnya. Sistem linear, pola yang tidak rumit dan dapat memberikan
kemudahan bagi pejalan kaki dan juga penyandang cacat. Sistem organik,
pergerakan dengan kualitas abstrak bagi pencapaian menuju suatu objek
ataupun ruang harus mempertimbangkan serta dikontrol dengan benar seperti
tertera pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Sistem


Sirkulasi: Terdiri dari sistem
grid, radial, linear, dan
organic

2. Tatanan Ruang Dalam


Menurut Francis D.K. Ching
(1996, hal 184) mengatakan bahwa
pada prinsipnya, tatanan ruang
dalam pada bangunan terbagi
menjadi dua cara seperti tertera pada Gambar. 2.3. Single Loaded dan Double
gambar 2.3 yaitu: Loaded koridor
(1) Single loaded koridor adalah koridor yang terletak pada bagian yang
menghadap pada satu alur ruangan. Pada bagian yang satu biasanya
menghadap langsung kepada bukaan jendela atau ruang luar.
(2) Double loaded koridor adalah bagian koridor yang terletak diapit oleh
ruangan pada kedua bagian koridor. Sehingga aksesnya lebih luas bagi
ruangan.

a. Tinjauan Sirkulasi Ruang Luar


Menurut Peter Coleman (2006) istilah, pedestrian adalah salah satu
elemen dari rancangan kota yang berupa jalan / jalur untuk pejalan kaki
yang berada di kedua sisi maupun di salah satu sisi jalan raya dan juga
kawasan.
1. Sistem platform
Pedestrian dengan konsep platform dimana ruang gerak pejalan
kaki menjadi penghubung antar bangunan satu dengan lainnya secara
menerus baik horizontal maupun vertikal.
2. Sistem walk away
Merupakan pengembangan dari pedestrian, dimana model ini
mampu membawa pergerakan pejalan kaki secara menerus menuju
macam-macam bangunan besar dalam areal yang aktif di pusat kota.
3. Sistem pedestrianized street
Dalam sistem ini, ruang gerak pejalan kaki berada pada jalur
jalan kendaraan, dicapai dengan mengurangi ruang jalan pada satu
sisi atau dua sisi jalur jalan dan mengurangi ruang bangunan di
sepanjang tepi jalur jalan.

b. Tinjauan Sirkulasi Ruang Dalam


Ruang dalam adalah suatu ruang yang terjadi di dalam bangunan
yang terbentuknya diakibatkan oleh bentuk bangunan itu sendiri. Alat
sirkulasi vertikal adalah salah satu faktor yang berpengaruh dalam
sirkulasi ruang dalam, yang biasa digunakan sebagai alat sirkulasi
vertikal adalah tangga, escalator, ramp escalator, dan lift.

2.2.3. Bentuk Ruang


Wujud dasar ruang menurut D.K. Ching (1996) terdiri dari 3 buah, yaitu:
1. Lingkaran
Merupakan susunan sederetan titik yang memiliki jarak yang sama dan
seimbang terhadap sebuah titik tertentu di dalam lengkungan. Pertimbangan
dalam memilih wujud dasar lingkaran:
a. Kendala dalam penataan pada bentuk lengkung.
b. Pengembangan bentuk relatif banyak.
c. Orientasi aktifitas cenderung memusat.
d. Flexibilitas ruang tepat untuk penataan organisasi ruang dengan pola
memusat.
e. Karakter dinamis dengan orientasi yang banyak.
2. Bujur sangkar
Merupakan sebuah bidang datar yang mempunyai empat buah sisi yang
sama panjang dan empat buah sudit siku-siku. Pertimbangan dalam memilih
wujud dasar bujur sangkar:
a. Penataan dan pengembangan bentuk relatif mudah.
b. Kegiatan dengan berbagai orientasi dapat diwadahi.
c. Karakter bentuk formal dan netral.
d. Flexibilitas tinggi dengan penataan perabot cenderung mudah.
3. Segitiga
Sebuah bidang datar yang dibatasi oleh tiga sisi dan mempunyai tiga
buah sudut. Pertimbangan dalam memilih wujud dasar segitiga:
a. Sering mempunyai ruang sisa dan pengembangan bentuk relatif terbatas.
b. Aktifitas kegiatan lebih mengutamakan pada satu orientasi.
c. Karakter kaku dan cenderung kurang formal.
d. Flexibilitas kurang serta perlu penataan yang lebih terencana untuk
mengatasi ruang sisa.

2.2.4. Elemen Pembentuk Ruang


K.W. Smithies (1981), menyebutkan elemen pembentuk ruang
dikelompokkan menjadi:
1. Tekstur
Tekstur adalah karakter permukaan suatu bentuk. Tekstur mempengaruhi
perasaan pada waktu menyentuh, juga pada saat kualitas pemantulan cahaya
menimpa permukaan benda tersebut.
Tekstur dalam ruang tidak hanya terpusat pada tingkatan halus ke kasar
tapi juga meliputi dekorasi dan pahatan. Tekstur pada bangunan panti sosial
dapat berpengaruh dan menentukan kemudahan bagi lansia dan anak
terlantar. Baik halus maupun kasar akan memnerikan kesan berbeda pada
suatu ruang atau bangunan, misalnya pada bangunan yang menggunakan
beton expose, maka kesan yang di timbulkan adalah bangunan yang berat dan
kokoh. Pola yang di buat pada penyusun material penutup lantai (keramik,
marmer, granit, dll) akan meningkatkan kualitas suatu ruang dari ruang yang
’biasa-biasa’ saja menjadi ruang yang memiliki nilai estetika yang baik. Pola
juga dapat memperkuat atau menyamarkan kesan yang sudah ada. Misalnya
pada dinding yang tinggi atau tidak terlalu lebat di beri pola garis-garis
vertikal masa dinding tersebut akan terasa menjadi lebih tinggi, tetapi jika di
beri pola garis-gari horizontal maka akan menyamarkan ketinggiannya.
Contoh lain adalah tekstur pada material lantai atau jalur ramp dapat
menghindarkan lansia dan anak terlantar dari terpleset/jatuh dan ketidak
nyamanan saat melaluinya.
2. Warna
Dengan memberikan warna pada permukaan-permukaan bidang
pembentuk ruang (lantai, dinding, dan langit-langit) akan memberikan kesan
tertentu pada ruang yang bersangkutan kesan yang di timbulkannya lebih
bersifat psikologis dari pada bersifat fisik sebagai contoh, bila suatu ruang di
beri warna-warna lembut dan cerah, maka ruang menjadi terasa lebih luas dan
akan menyebabkan pengguna ruang menjadi lebih tenang dan nyaman.
Sebaliknya jika di beri warna-warna gelap dan warna -warna panas (merah,
kuning, jingga) akan memberikan kesan sempit atau bersemangat.
Penerapan warna sering hanya terbatas pada komposisi dan penerapan
corak, satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa warna dalam sebuah
komposisi bisa dihasilkan oleh kilau, tekstur dan transparansi sebuah
permukaan. Grandjean (1973), membuat sebuah riset yang menggambarkan
keterkaitan antara warna dalam sebuah ruang yang dikaitkan dengan efek
psikologis manusia di dalamnya yang mendukung interaksi, bahwa warna
dapat memberikan efek psikologis bagi penghuni ruangan.
Dari hasil analisis yang dilakukan pada penelitian Isaac Newton (1642-
1727), lansia cenderung memilih warna-warna yang ringan. Warna yang
terlalu terang akan dapat memberikan efek tidak nyaman bagi mata lansia.
Menurut penelitian Newton tersebut didapat bahwa warna-warna hangat
menghasilkan efek psikologis yang nyaman dan tenang sehingga warna-
warna yang cocok untuk para lansia adalah warna-warna ringan dan hangat.
Warna mempengaruhi kualitas ruang. Misalnya warna akan membuat
seolah-olah ruang menjadi lebih luas atau lebih sempit. Permainan warna
dapat menciptakan suasana-suasana ruang tertentu, salah satunya suasana
ceria untuk area playgrup anak-anak.
3. Irama
Irama diartikan sebagai pergerakan yang bercirikan pada unsurunsur atau
motif berulang yang terpola dengan interval yang teratur maupun tidak
teratur.
4. Orientasi
Pengarah dalam sebuah ruang dapat berupa elemen vertikal dan
horizontal yang salah satunya dapat dibentuk oleh susunan struktur.
5. Proporsi
Dalam arsitektur, proporsi merupakan hubungan antara bidang dengan
volume juga perbandingan antara bagian-bagian dalam sebuah komposisi.
6. Solid dan void
Solid dan void dihasilkan oleh hubungan antara material padat dengan
bidang-bidang bukaan seperti jendela dan pintu.
7. Bentuk dan wujud
Bentuk lebih sering dimaksudkan sebagai pengertian massa atau isi tiga
dimensi sementara wujud secara khusus lebih mengarah pada aspek penting
bentuk yang mewujudkan penampilannya, konfigurasi atau perletakan garis
atau kontur yang membatasi suatu gambar atau bentuk.

2.2.5. Persyaratan Pasar


A. Persyaratan Umum
1. Lokasi Pasar
Lokasi pasar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Setiap lokasi pasar harus mempunyai bukti dokumen kepemilikan
yang sah.
b. Lokasi pasar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah setempat.
c. Untuk pembangunan pasar di lokasi yang baru, terdapat persyaratan
lokasi yang harus dipenuhi yaitu:
 Jalan menuju pasar mudah diakses dan didukung dengan
transportasi umum sehingga menjamin kelancaran kegiatan
bongkar muat dan distribusi.
 Terletak di daerah yang aman dari banjir dan longsor.
 Jauh dari fasilitas yang berpotensi membahayakan, seperti
pabrik atau gudang bahan kimia berbahaya, Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum (SPBU) atau tempat pembuangan
sampah/limbah kimia dengan jarak minimal 10 m.
 Tidak terletak pada bekas tempat pembuangan sampah atau
bekas pabrik bahan kimia.
2. Kebersihan dan kesehatan
Kebersihan dan kesehatan yang ada di pasar rakyat harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Fasilitas pasar harus memenuhi ketentuan kebersihan yaitu bebas
dari binatang penular penyakit dan tempat perindukannya (tempat
berkembang biak) seperti: lalat, kecoa, tikus, dan nyamuk.
b. Fasilitas dan peralatan ruang dagang harus memenuhi ketentuan
kesehatan antara lain:
1) Tempat penjualan makanan siap saji harus menyajikan makanan
secara tertutup.
2) Tersedia tempat penyimpanan bahan pangan basah bersuhu
rendah (4 – 10) C, khususuntuk ruang dagang bahan pangan
basah.
3) Penyajian karkas daging harus digantung.
4) Penggunaan alas pemotong (talenan) yang, tidak mengandung
bahan beracun, kedap air dan mudah dibersihkan, dibedakan
untuk bahan mentah dan matang
5) Pisau untuk memotong bahan mentah dan matang harus berbeda
dan tidak berkarat.
6) Tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan.
7) Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air
yang mengalir, khususnya di tempat penjualan bahan pangan
basah.
8) Tersedia ruang disinfektan.
3. Keamanan dan kenyamanan
Keamanan dan kenyamanan yang ada di pasar rakyat harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Penataan sirkulasi yang memudahkan pengunjung dapat bergerak
dengan leluasa.
b. Bahan bangunan hendaknya berupa bahan yang memudahkan
perawatan.
B. Persyaratan Teknis
1. Ruang Dagang
Ruang dagang terdiri atas toko/kios, los dan jongko/konter/pelataran
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Toko/kios dibuat tidak menutupi arah angin.
b. Los harus dibuat modular.
c. Jongko/konter/pelataran berada pada area yang sudah ditentukan
yang tidak mengganggu akses keluar masuk pasar dan tidak
menutupi pandangan toko/kios atau los

2. Aksesibilitas dan Zonasi


 Aksesibilitas
Aksesibilitas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Seluruh fasilitas harus bisa diakses dan dimanfaatkan oleh
semua orang, termasuk penyandang cacat, dan lansia.
b. Akses kendaraan bongkar muat barang, harus berada di lokasi
yang tidak menimbulkan kemacetan.
c. Pintu masuk dan sirkulasi harus disediakan untuk menjamin
ketercapaian semua fasilitas di dalam pasar, baik ruang dagang
maupun fasilitas umum, termasuk untukmenanggulangi bahaya
kebakaran.
 Zonasi
Penataan zonasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Dikelompokkan secara terpisah untuk bahan pangan basah,
bahan pangan kering, siap saji, non pangan, dan tempat
pemotongan unggas hidup.
b. Memiliki jalur yang mudah diakses untuk seluruh konsumen dan
tidak menimbulkan penumpukan orang pada satu lokasi tertentu.
c. Tersedia papan nama yang menunjukkan keterangan lokasi
zonasi
 Area Parkir
Area parkir harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tersedia area parkir yang proporsional dengan area pasar.
b. Tersedia pemisah yang jelas antara area parkir dengan wilayah
ruang dagang.
c. Memiliki tanda masuk dan keluar kendaraan yang jelas dan
dibedakan antara jalur masuk dan keluar.
d. Area parkir dipisahkan berdasarkan jenis alat angkut, seperti:
mobil, motor, sepeda, andong/delman dan/atau becak.
e. Memiliki area yang rata, tidak menyebabkan genangan air dan
mudah dibersihkan.
 Area Bongkar Muat
Area bongkar muat sebaiknya terpisah dari tempat parkir
pengunjung. Khusus setelah digunakan untuk kegiatan bongkar muat
hewan hidup, area yang digunakan harus dibersihkan dengan metode
tertentu.
 Koridor/Gangway
Koridor/gangway harus dapat memberikan kemudahan untuk
sirkulasi pedagang dan pembeli, termasuk penyandang cacat, dalam
melakukan kegiatan transaksi dan keluar masuk barang dari area
bongkar muat ke toko/kios, los, maupun jongko/konter/pelataran.

3. Pos Ukur Ulang Dan Sidang Tera


Pos ukur ulang dan sidang tera harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Tersedia alat ukur, takar, dan timbang yang sudah ditera/ tera ulang
dan masih berlaku, serta ada penandaan untuk digunakan konsumen
dan/atau pedagang secara mandiri guna memeriksa barang yang
dibeli dan/atau diperdagangkan.
b. Tersedia ruangan permanen atau menggunakan fasilitas lainnya yang
memiliki lantai datar dan terlindung dari hujan untuk
menyelenggarakan kegiatan sidang tera/ tera ulang.
4. Fasilitas umum
 Kantor Pengelola Kantor pengelola pasar harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Merupakan ruangan tetap yang dapat berada di area pasar atau
di luar area pasar.
b. Lokasi kantor pengelola harus mudah dicapai oleh pengunjung
maupung pedagang.
c. Tersedia Standard Operating Procedures (SOP) yang
mendeskripsikan tugas, cara kerja dan alur kerja setiap jabatan.
SOP terdokumentasi dengan baik dan mudah diakses oleh pihak
yang berwenang.
 Toilet/Kamar Mandi
Toilet dan kamar mandi harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Tersedia toilet laki-laki dan perempuan yang terpisah dilengkapi
tanda atau simbol.
b. Toilet terjaga kebersihannya dan letaknya terpisah dari tempat
penjualan.
c. Pada toilet tersedia jamban leher angsa dilengkapi dengan
tempat penampungan air.
d. Tersedia ventilasi dan pencahayaan yang memadai.
e. Penampungan air yang disediakan harus bersih dan bebas jentik
f. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan
air mengalir.
g. Limbah toilet/kamar mandi dibuang ke septic tank atau lubang
peresapan yang tidak mencemari air tanah. h) Lantai dibuat
tidak licin dan mudah dibersihkan.
h. Tersedia tempat sampah yang kedap air, tertutup dan mudah
diangkat.
 Ruang Menyusui
Ruang menyusui harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tersedia ruangan tersendiri yang nyaman dan tertutup.
b. Tersedia fasilitas untuk menyimpan ASI.
c. Tersedia wastafel dengan air mengalir untuk cuci tangan dan
mencuci peralatan.
d. Lantai ruangan memiliki permukaan yang rata, tidak licin,
tidak mudah retak, mudah dibersihkan dan terbuat dari bahan
yang kedap air.
e. Memiliki ventilasi dan sirkulasi udara.
f. Penerangan dalam ruangan cukup dan tidak menyilaukan.
 CCTV
Pemasangan CCTV harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Ditempatkan di lokasi yang dapat memantau seluruh kegiatan
pasar.
b. Pemantauan CCTV hanya dapat diakses oleh pengelola pasar.
c. Tidak ditempatkan pada wilayah yang bersifat pribadi
misalnya toilet, kamar mandi, dan ruang menyusui.
 Ruang Peribadatan
Tersedia ruang untuk melakukan ibadah yang memadai pada area
pasar.
 Ruang Bersama
Tersedia ruang bersama yang digunakan untuk kegiatan komunitas
pasar.
 Pos Kesehatan
Tersedia fasilitas pelayanan kesehatan untuk pengguna pasar dalam
menanggulangi keadaan darurat, minimal Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K).
 Pos Keamanan
Tersedia pos keamanan yang memadai pada area pasar.
 Area Merokok
Tersedia ruang untuk merokok yang memenuhi syarat kesehatan.
 Ruang Disinfektan
Tersedia ruang untuk membersihkan sarana pengangkutan dan
peralatan yang digunakan untuk unggas.
 Area Penghijauan
Area penghijauan yang memadai harus tersedia pada area pasar.

5. Elemen bangunan
Elemen bangunan pasar harus mengikuti persyaratan bangunan terkait
yang sudah ditetapkan, dengan memenuhi ketentuan khusus untuk pasar
rakyat yaitu:
a. Pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua dinding harus
berbentuk lengkung (conus).
b. Bilamana bangunan berlantai dua memiliki ketinggian anak tangga
maksimal 18 cm.
c. Lantai yang selalu terkena air harus mempunyai kemiringan ke arah
saluran pembuangan air sehingga tidak terjadi genangan
d. Meja tempat penjualan mempunyai permukaan yang rata, tepi meja
berbentuk lengkung, mudah dibersihkan, dan dilengkapi dengan
lubang pembuangan air sehingga tidak menimbulkan genangan.
e. Meja tempat penjualan untuk zonasi pangan harus memiliki tinggi
minimal 60 cm dari lantai serta terbuat dari bahan tahan karat dan
bukan dari kayu.

6. Keselamatan dalam bangunan Keselamatan dalam bangunan pasar harus


memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki prosedur keselamatan pengguna bangunan dari kondisi
darurat
b. Tersedia jalur-jalur evakuasi dan titik kumpul (assembly point)
untuk kondisi darurat sesuai standar keselamatan pada bangunan.
c. Tersedia sistem pencegahan bahaya kebakaran.
d. Untuk bangunan baru, perencanaan bangunan harus mengakomodasi
kemungkinan melokalisasi bagian bangunan yang terbakar untuk
melindungi bagian bangunan lainnya.

7. Pencahayaan
Bangunan harus memiliki pencahayaan alami atau pencahayaan buatan,
termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya dengan
persyaratan tertentu untuk pencahayaan umum, area sekitar tangga, serta
area toilet dan kamar mandi.

8. Sirkulasi udara
Sistem sirkulasi udara harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Bangunan harus mempunyai ventilasi alami atau buatan sesuai
dengan fungsinya.
b. Bukaan saluran ventilasi harus dirancang untuk menghindari
gangguan hewan.
c. Teknis sistem ventilasi harus terdiri dari bukaan permanen, seperti
jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka.

9. Drainase
Drainase harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Ditutup dengan kisi sehingga saluran mudah dibersihkan.
b. Memiliki kemiringan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
sehingga mencegah genangan air.
c. Tidak ada bangunan los/kios di atas saluran drainase.

10. Ketersediaan air bersih


Penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Jaringan air bersih harus disediakan untuk melayani kebutuhan
pengguna dan kapasitasnya harus dihitung menurut jenis dan jumlah
pengguna.
b. Tersedia air bersih secara berkesinambungan dan/atau tempat
penampungan air dilengkapi dengan kran supaya air bisa mengalir.
c. Tersedia instalasi air bersih pada area bahan pangan basah.
d. Pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan melalui pengujian secara
berkala.

11. Pengelolaan air limbah


Pengelolaan air limbah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Direncanakan dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat
bahayanya serta memisahkan pembuangan air limbah yang
mengandung bahan beracun dan berbahaya dengan air limbah
domestik.
b. Limbah cair harus diolah terlebih dahulu dengan persyaratan tertentu
sebelum dibuang ke saluran pembuangan umum.
c. Tersedia saluran pembuangan limbah tertutup yang tidak melewati
area penjualan.
d. Pemeriksaan kondisi limbah cair dilakukan melalui pengujian secara
berkala.

12. Pengelolaan sampah


Persyaratan pengelolaan sampah harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Sistem pembuangan sampah direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.
b. Tersedia fasilitas pewadahan yang memadai, sehingga tidak
mengganggu kesehatan dan kenyamanan.
c. Tersedia tempat sampah yang kedap air, tertutup dan mudah
diangkat serta dipisahkan antara jenis sampah organik dan non
organik.
d. Tersedia tempat sampah yang terpisah antara sampah kering dan
basah dalam jumlah yang cukup.
e. Tempat sampah harus terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah
berkarat, kuat, tertutup, dan mudah dibersihkan.
f. Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan, dan
mudah dipindahkan.
g. Tersedia Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara yang kedap
air, kuat, mudah dibersihkan, serta mudah dijangkau petugas
pengangkut sampah.
h. Lokasi TPS terpisah dari bangunan pasar dan memiliki akses
tersendiri yang terpisah dari akses pengunjung dan area bongkar
muat barang
i. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam.
j. Terdapat kegiatan pengelolaan sampah berdasarkan prinsip 3R
reduce, reuse, dan/atau recycle (misalnya bank sampah, pembuatan
kompos) yang mempunyai nilai ekonomi.

13. Sarana telekomunikasi


Sarana telekomunikasi yang berfungsi sebagai penunjang ketersediaan
informasi harus tersedia di kantor pengelola.

C. Persyaratan pengelolaan
1. Prinsip Pengelolaan Pasar
Prinsip pengelolaan suatu pasar rakyat adalah:
a. Efisien, dalam hal penggunaan sumber daya secara terukur,
terkendali, rasional dan wajar.
b. Efektif, dalam hal pelaksanaan kegiatan operasional sesuai dengan
tujuan pengelola.
c. Produktif, dalam hal meningkatkan pendapatan pedagang.
d. Akuntabel, dalam hal pengelolaan administrasi, teknis, maupun
keuangan dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.
e. Kepentingan umum, dalam hal pelaksanaan kegiatan untuk ikut
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
f. Berwawasan lingkungan, dalam hal pelaksanaan kegiatan
operasional agar selaras dengan pengelolaan lingkungan.
g. Tanggung jawab sosial, dalam hal alokasi dana untuk pemberdayaan
komunitas pasar.
h. Gotong royong, dalam hal menjaga kebersihan, kesehatan, keamanan
dan kenyamanan pasar.

2. Tugas Pokok Dan Fungsi Pengelola Pasar


Pengelola pasar mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam hal
melaksanakan pelayanan umum di bidang pengelolaan area pasar,
membina pedagang pasar, ikut membantu stabilitas harga dan kelancaran
distribusi barang dan jasa di pasar. Fungsi pengelola pasar mencakup hal-
hal sebagai berikut:
a. Perencanaan, pembangunan, pemeliharaan dan perawatan area pasar.
b. Penyediaan, pemeliharaan dan perawatan sarana kelengkapan area
pasar.
c. Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan area pasar.
d. Pengelolaan dan pengembangan area pasar.
e. Pembinaan pedagang dalam rangka pemanfaatan area pasar.
f. Bantuan terhadap stabilitas harga barang.
g. Bantuan terhadap ketersediaan dan kelancaran distribusi barang dan
jasa.
h. Pelaksanaan dan pengembangan kerjasama.
i. Pengendalian keamanan dan ketertiban area pasar.
Pengelola pasar mempunyai tugas antara lain:
a. Melaksanakan tugas rutin, misalnya pendataan pedagang,
pendaftaran wajib retribusi pasar, penagihan retribusi pasar, potensi
pendapatan, pembukuan, pelaporan pendapatan pasar,
b. Memberikan pelayanan informasi kepada konsumen, seperti nama
pedagang, nomor dan letak los atau kios, jenis komoditi yang
diperdagangkan di pasar,
c. Menyediakan informasi mengenai zonasi pasar yang dipampang
secara jelas dan terbuka,
d. Menyediakan informasi kisaran harga komoditas tertentu yang
dipampang secara jelas dan terbuka,
e. Menyelenggarakan program pengembangan dan aktivasi pasar
melalui diversifikasi kegiatan pasar seperti penambahan jam buka
dengan aktivitas baru, festival pasar, dan promosi.
f. Menyelenggarakan program pembinaan dan pemberdayaan
pedagang serta komunitas pasar.
g. Melakukan pengawasan terhadap produk sesuai ketentuan,
berkoordinasi dengan instansi terkait.
h. Menyelenggarakan sidang tera dan tera ulang minimal 1 kali dalam
setahun, berkoordinasi dengan instansi terkait.

3. Prosedur Kerja Pengelola Pasar


Tersedia prosedur kerja atau Standard Operating Procedures (SOP) yang
mendeskripsikan tugas, cara kerja dan alur kerja setiap jabatan. SOP
terdokumentasi dengan baik dan mudah diakses meliputi:
a. Pengenaan retribusi dan pajak pasar,
b. Keamanan dan ketertiban,
c. Kebersihan dan penanganan sampah,
d. Pemeliharaan sarana pasar,
e. Penataan pedagang pasar,
f. Penanggulangan kebakaran,
g. Penataan parkir di area pasar,
h. Penataan reklame di area pasar,
i. Mekanisme pengaduan dan penanganan pengelolaan pasar,
j. Pemakaian ruang dagang,
k. Sanksi dan peringatan,
l. Pengawasan untuk memastikan tersedianya barang dagangan yang
aman, sehat, dan bebas dari bahan berbahaya serta memenuhi
ketentuan yang berlaku.
4. Struktur Pengelola Pasar
Struktur pengelola pasar adalah sebagai berikut:
a. Kepala Pasar,
b. Bidang Administrasi dan Keuangan,
c. Bidang Ketertiban dan Keamanan,
d. Bidang Pemeliharaan dan Kebersihan,
e. Bidang Pelayanan Pelanggan dan Pengembangan Komunitas.

5. Pemberdayaan Pedagang
Pemberdayaan pedagang dilakukan dengan cara:
a. Mengupayakan sumber alternatif permodalan pedagang pasar,
b. Mengupayakan sumber pasokan dan ketersediaan barang untuk
menjaga stabilitas harga,
c. Peningkatan kompetensi, pengetahuan, dan kapasitas pelayanan
pedagang pasar,
d. Memprioritaskan kesempatan memperoleh ruang dagang bagi
pedagang pasar existing apabila dilakukan revitalisasi atau relokasi;
e. Memperkuat relasi sosial berdasarkan kepercayaan dan gotong
royong.

6. Pembangunan Pasar
Pembangunan pasar rakyat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan pembangunan pasar berlaku untuk pembangunan pasar
di lokasi existing maupun di lokasi yang baru.
b. Proses pembangunan pasar meliputi proses studi kelayakan
(termasuk UKL, UPL, AMDAL), perencanaan teknis, konstruksi,
dan pengoperasian pasar,
c. Proses perencanaan teknis harus bersifat partisipatif dengan
melibatkan pemangku kepentingan,
d. Rencana untuk pembangunan pasar harus mendapatkan izin dari
pihak- pihak yang berwenang.

2.3. Konsep Tradisional Bercitra Modern


2.3.1. Tradisional
Pengertian Tradisional Menurut Para Ahli :
 Pengertian tradisional adalah rumusan, cara atau konsep yang pertama kali
lahir yang dipergunakan oleh banyak orang di masanya. (Imtima : 2007)
 Definisi tradisional adalah segala sesuatu yang diwarisi manusia dari orang
tuanya, baik itu yang jabatan, harta pusaka maupun keningratan. (M Abed Al
Jabiri : 2000)
 Arti tradisional adalah sesuatu kebiasan yang berasal dari leluhur yang
diturunkan secara turun temurun dan masih banyak dijalankan oleh
masyarakat saat ini.

Sesuatu atau seseorang dikatakan tradisional jika sikap, cara berpikir,


tindakan, atau karakteristik lainnya mengikuti adat, kebiasaan, atau norma yang
diwariskan secara turun-temurun dari orang tua terdahulu.
Karena merupakan warisan nenek moyang maka sesuatu yang tradisional
ditentukan oleh budaya tempat dimana ia lahir. Misalnya bangunan tradisional
Aceh akan sangat berbeda dengan bangunan tradisional Papua. Begitupula
bangunan tradisional Jawa akan sangat berbeda dengan bangunan tradisional
Minangkabau. Sesuatu yang tradisional bukan berarti sesuatu yang jelek.
Sebaliknya sesuatu menjadi tradisi karena dianggap paling tepat dan telah teruji
keefektifan dan keefisienannya oleh suatu kelompok masyarakat pada masa dan
tempat tertentu, bahkan kemudian diwariskan kepada anak cucunya.

2.3.2. Pasar Tradisional


Merupakan suatu pasar yang menjadi tempat terjadinya pertemuan antara
penjual dan pembeli dan terdapat suatu transaksi jual beli langsung dan
umumnya muncul suatu proses tawar menawar harga. Bangunan pasar
tradisional ini biasanya berupa kios kios, los, ataupun gerai, atau bisa juga
berupa dasaran terbuka yang digelar oleh penjual ataupun pengelola pasar.
Mayoritas pasar tradisional masih banyak yang menjual berbagai macam
barang kebutuhan sehari hari, jasa, dan lain sebagainya.
2.3.3. Modern
Istilah atau kata modern berasal dari kata latin yang berarti “sekarang ini ”.
Dalam pemakaiannya kata modern mengalami perkembangan. Istilah modern ini
terutama ditujukan untuk perubahan sistem kehidupan (  dalam kontek lebih luas :
peradaban ), yakni dari peradaban yang bersifat telah lama menjadi peradaban
yang bersifat baru.
Perlu disadari bahwa perubahan peradaban tersebut tidak dilewati begitu saja.
Setiap langkah perubahan sering mendatangkan kegoncangan dibidang sosial,
bidang politik, ekonomi dan bidang-bidang lainnya. Berbagai bentuk persiapan
untuk  melaksanakan  perubahan harus direncanakan secara baik dan cermat
untuk memudahkan bagaimana memulainya maupun untuk menghadapi akses
yang akan ditimbulkannya di dalam berbagai pranata sosial. Tujuannya adalah
agar proses perubahan tersebut sesuai dengan harapan dan dapat pula memajukan
kehidupan masyarakat pendukungnya serta meminimalisir dampak negatifnya.
Proses yang seperti ini dinamakan dengan modernisasi.
Setiap anggota masyarakat harus memiliki sikap modern, hal ini merupakan
suatu persyaratan dalam proses pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan
yang berkelanjutan akan dapat mencapai  tujuannya secara efektif dan efisien
mana-kala mayoritas masyarakatnya menghayati (internalisasi) sikap modern.
Dengan kata lain kalau dalam suatu negara atau masyarakat melaksanakan
pembangunan yang mengarah kepada pembaharuan berarti modernisasi harus
dijalankan, yang didukung oleh sikap modern  warga masyarakat.
Untuk memperjelas dan mempertegas pemahaman terhadap indikator dari sikap
modern tersebut merujuk kepada tulisan Alex Inkeles dalam buku “Modernisasi;
Dinamika Pertumbuhan”. Dalam buku itu ada 9 sikap mental modern yang dapat
mendukung proses modernisasi yaitu:
 Manusia modern memiliki kesediaan untuk menerima pengalaman-
pengalaman yang baru dan keterbukaan terhadap inovasi. Dalam hal ini
penekanannya adalah pada alam fikiran (state of mind), kesiagaan dan
kesediaan bathin menerima sesuatu yang baru dalam kehidupan.
 Manusia yang memiliki sikap modern mampu meambuat opini dan
mengutarakannya pada orang lain dengan penuh rasa tanggung jawab. Opini
meliputi semua kejadian di lingkungan kehidupannya. Tetapi ia juga dapat
menerima dan menghargai pendapat orang lain. Yang lebih penting lagi
adalah mampu menganalisis berbagai pemikiran yang mungkin bermanfaat
untuk kepentingan bersama.
 Orang modern sangat menghargai waktu. Waktu yang telah berlalu disadari
dan diyakini  tidak dapat diulang kembali. Oleh karena itu dia berorientasi
untuk masa yang akan datang. Dia menyusun jadwal yang harus dipatuhi,
dengan itu dia sangat disiplin dan selalu tepat waktu. Dia menyadari bahwa
kacaunya penggunaan waktu, bukan saja dirinya yang akan menderita resiko,
orang lainpun akan ikut menanggungnya.
 Orang modern bekerja menurut rencana (terprogram), baik rencana jangka
pendek maupun jangka panjang. Setiap program kerja sudak difikirkan
untung- ruginya dikemudian hari. Hidupnya telah terncana. Meskipun
terkadang meleset dari tujuan atau keinginannya. Namun setiap kegiatan yang
telah direncanakannya tetap lebih terarah.
 Setiap orang modern yang berkeyakinan akan kemampuannya (percaya diri),
dengan belajar akan dapat meningkatkan kemampuannya dalam menguasai
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dengan demikian terkandung
makna bahwa kegagalan bukan suatu hal yang mengharuskan dia berputus
asa.
 Manusia modern tidak percaya begitu saja pada pada keadaan. Berbagai
keadaan dapat diperhitungkan secara tertib dan dikerjakan menurut rasio. Ini
berarti selalu melakukan pendekatan ilmiah.
 Manusia modern sangat menjunjung tinggi harga diri  (fitrah manusia), sadar
akan martabat manusia, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia. Dalam hal
ini tentu terkandung makna bahwa penjajahan dan ekploitasi tidak berkenaan
di hati mereka.
 Manusia modern sangat berorientasi pada implementasi ilmu dan teknologi.
Dalam hal ini lebih mengutamakan kemanfaatannya untuk kelangsungan
hidup, bukan prestisenya.
 Orang modern lebih sadar dan percaya bahwa ganjaran yang diterima sesuai
dengan apa yang telah diusahakannya. Dia tidak mau menerima apa-apa yang
tidak ada hubungannya dengan usahanya. Dalam hal ini orang modern tidak
akan memakai atribut yang bukan prestasinya. Setiap orang yang berprestasi
layak menerima imbalan yang baik.

2.3.4. Pasar Modern


Pasar modern pada prinsipnya adalah sama dengan pasar tradisional
karena pada hakikatnya, keduanya adalah sama. Hanya saja, dalam pasar
modern, penjual dan pembeli tidak harus bertransaksi secara langsung. Dalam
pasar modern ini, konsumen atau pembeli akan melihat langsung label harga
yang telah tersedia, berada dalam sebuah bangunan dengan pelayanan yang
dilakukan sendiri ataupun sebuah swalayan, namun dapat juga dilayani oleh
pramuniaga jika tersedia. Barang-barang yang dijual dalam pasar modern
selain berupa bahan makanan, juga terdapat barang lainnya yang dapat
bertahan lama dan mempunyai expired date. Contoh dari pasar modern adalah
minimarket, supermarket, ataupun swalayan.

2.3.5. Aspek-Aspek Konsep Tradisional Bercitra Modern


Rancangan sebuah pasar tradisional patut menganut kaidah-kaidah
rancangan, dijiwai konsep dasarnya sebagai landasan berpijak di dalam
merancang sebuah pasar. Beberapa hal bisa digunakan sebagai parameter acuan
rancang sebuah pasar tradisional bercitra modern, antara lain: (Suardana, 2007)
1) Ruang kegiatan jual beli berdasarkan kelompok pedagang;
2) Mewujudkan sirkulasi yang efektif;
3) Terlindung dari pengaruh cuaca, hujan, panas mentari, bau;
4) Menyediakan ruang emergency bagi publik;
5) Manfaatkan pemasukan cahaya alami;
6) Meposisikan sirkulasi udara secara optimal;
7) Bentuk massa sederhana, dengan struktur rangka ruang bersifat fleksibel;
8) Ruang parkir yang cukup & berpeluang untuk dikembangkan;
9) Menyelesaikan secara teknis & arsitektural sanitasi lingkungan;
10) Mewujudkan rancangan yang memberi rasa aman & nyaman.

Dari 10 parameter acuan rancang sebuah pasar tradisional oleh I Nyoman


Gde Suardana, dapat disederhanakan lagi menjadi poin utama yang harus
dipenuhi dalam mewujudkan konsep tradisional bercitra modern terdiri dari :
1) Terlindung dari pengaruh cuaca, hujan, panas mentari, bau;
2) Manfaatkan pemasukan cahaya alami;
3) Meposisikan sirkulasi udara secara optimal;
4) Bentuk massa sederhana, dengan struktur rangka ruang bersifat fleksibel;
Konsep pasar tradisional bercitra modern dilakukan dengan menggunakan
parameter acuan rancang pasar oleh I Gde Suardana. Aspek utama parameter
acuan rancang sebagai perancangan pasar produk halal dengan konsep tradisional
bercitra modern adalah :
1) Zoning dan sirkulasi bangunan, Zoning adalah pembagian kawasan ke
beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karateristik semula atau diarahkan
bagi pengembangan fungsi-fungsi lain. Zoning fungsi adalah pembagian
zona-zona yang berdasarkan pengendalian pemanfaatan ruang yang mengacu
kepada aktivitas-aktivitas pada zona tersebut. Menurut Francis D.K. Ching
dalam bukunya Teori Arsitektur (1993), alur sirkulasi dapat diartikan sebagai
“tali” yang mengikat ruang-ruang suatu bangunan atau suatu deretan ruang-
ruang dalam maupun luar, menjadi saling berhubungan. Oleh karena itu kita
bergerak dalam waktu melalui suatu tahapan ruang. Kita merasakan ruang
ketika kita berada di dalamnya dan ketika kita menetapkan tempat tujuan.
2) Bentuk dan tampilan bangunan, Bentuk dalam arsitektur meliputi permukaan
luar dan ruang dalam. Pada saat yang sama, bentuk maupun ruang
mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi fisik maupun non fisik). Fungsi-
fungsi tersebut dapat dikomunikasikan kepada pengamat melalui bentuk.
Kaitan-kaitan tersebut dapat menghasilkan ekspresi bentuk. Dalam
menyatakan, keterkaitan fungsi, ruang dan bentuk dapat menghadirkan
berbagai macam ekspresi. Penagkapan ekspresi bentuk bisa sama ataupun
berbeda pada setiap pengamat, tergantung dari pengalaman dan latar belakang
pengamat.
Ciri-ciri pokok yang menunjukan bentuk, dimana ciri-ciri tersebut pada
kenyataanya dipengaruhi oleh oleh keadaan bagaimana cara kita
memandangnya. Juga merupakan sarana pokok yang memungkinkan kita
mengenal dan dan melihat serta meninjau latar belakang, persepsi kita
terhadap satu dan yang lain, sangat tergantung dari derajat ketajaman visual
dalam arsitektur. Bentuk dapat dikenali karena ia memiliki ciri-ciri visual,
yaitu (Ching, 1979) : Wujud, dimensi, warna : , tekstur, posisi, orientasi,
inersia visual.
Untuk mengevalusai atau melakukan studi pada arsitektur Fasade menurut
DK Ching (1979): “Komponen visual yang menjadi objek transformasi dan
modifikasi dari Fasade bangunan dapat diamati dengan membuat klasifikasi
melalui prinsip-prinsip gagasan formatif yang menekankan pada geometri,
simetri, kontras, ritme, proporsi dan skala
3) Teknologi bangunan.
Merupakan cara meng-konstruksikan sesuatu hingga menjadi suatu bentuk
(bangunan) yang dapat dipertanggung jawabkan dalam hal kekuatan,
keamanannya, kegunaannya (fungsi) dan lainnya sesuai maksud dan
tujuannya. teknologi bangunan yang digunakaan harus memperhatikan hal-
hal berikut :
 Terlindung dari pengaruh cuaca, hujan, panas mentari, bau
 Pemanfaatan pemasukan cahaya alami
 Optimalisasi sirkulasi udara
 Bentuk massa sederhana dengan struktur rangka ruang bersifat fleksibel

2.4. Kajian Teori Arsitektur


2.3.6. Arsitektur Perilaku
1. Pengertian Arsitektur
a. Menurut Haryadi Setiawan (1995)
Arsitektur merupakan sebuah komponen yang terdiri dari ruang-ruang
yang saling berhubungan.
b. Menurut Joyce Marcella Laurens (2004),
Arsitektur merupakan fantasi manusia, arsitektur dapat mengingatkan
masa lampau dan membuat orang dapat berfikir untuk masa depan.
c. Amos Rappoport
Amos Rappoport mengatakan bahwa arsitektur merupakan ruang lokasi
hidup manusia yang bukan hanya sekadar fisik, tapi juga menyangkut
pranata-pranata kebiasaan dasar. Pranata-pranata tersebut antara lain: tata
atur kebiasaan dan sosial masyarakat yang turut diwadahi dan
mempengaruhi arsitektur.

2. Pengertian Perilaku
a) Clovis Heimsath (1988), dijelaskan bahwa perilaku adalah suatu
kesadaran akan struktur sosial dari orang-orang, suatu gerakan bersama
secara dinamik dalam waktu.
b) Menurut  Notoatmodjo (2003), perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar.
c) Menurut Donna P. Duerk
“…That people and their behavior are part of a whole system that
includes place and environment, such that behavior and environment
cannot be empirically separated. That is to say, human behavior always
happen in a place and they cannot be fully evaluated without considering
the environmental influence.”
(…Bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari system yang
menempati tempat dan lingkungan, sehingga perilaku dan lingkungan
tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu perilaku manusia sealu
terjadi pada suatu tempat dan tidak dapat dievaluasi secara keseluruhan
tanpa pertimbangan faktor-faktor lingkungan.) (Donna P. Duerk, 1993).
d) Menurut Gary T. More, pengkajian perilaku dikaitkan dengan lingkungan
sekitar yang lebih dikenal sebagai pengkajian lingkungan-perilaku, antara
lain:
 Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan antara
lingkungan dan perilaku manusia dan penerapannya dalam proses
perancangan.
 Pengkajian lingkungan-perilaku dalam arsitektur mencakup lebih
banyak dari pada sekedar fungsi
 Meliputi unsur-unsur keindahan estetika, dimana fungsi berkaitan
dengan perilaku dan kebutuhan manusia, sedangkan estetika
berkaitan dengan pilihan dan pengalaman si pengguna. (Gary T.
More)

Kata perilaku menunjukan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan


aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan sesamanya
ataupun dengan lingkungan fisiknya (Tandal dan Egam, 2011).
Teori behaviorisme hanya menganalisa perilaku yang tampak , dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal
dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perubahan perilaku manusia sebagai pengaruh
lingkungan. Behaviorisme tidak mempersoalkan apakah manusia itu baik atau
jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui
bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti
teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang
individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku manusia
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Perilaku tertutup, adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan /
kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh
orang lain.
 Perilaku terbuka, adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek.

Perilaku sebagai suatu pendekatan arsitektur pada konsep ini perilaku


selalu dikaitkan dengan pola hubungan ruang dengan manusia, pendekatan ini
sangat objektif karena kita dituntut untuk memahami perilaku manusia/
masyarakat yang berbeda-beda dari aspek norma, psikologis, kultur
masyarakat. Dengan perbedaan tersebut maka akan tercapai konsep ruang
dengan wujud ruang yang berbeda sesuai pemakai (Adam Miraza, 2009 :49)
Jadi dapat disimpulkan bahwa arsitektur perilaku merupakan suatu
keadaan dimana seseorang akan terpengaruh oleh lingkungannya atau
sebaliknya, suatu tempat akan menimbulkan suatu tingkah seseorang untuk
bersikap atau arsitektur perilaku dapat dikatakan sebagai lingkungan binaan
yang dikelola atau dikembangkan sebagai tempat untuk melakukan segala
aktivitasnya dengan memperhatikan tanggapan dan reaksi manusia sebagai
pemakai.

3. Faktor yang mempengaruhi Behaviorisme ( Perilaku)


Perilaku manusia dan hubungannya dengan suatu setting fisik sebenarnya
tedapat keterkaitan yang erat dan pengaruh timbal balik diantara setting
tersebut dengan perilaku manusia. Dengan kata lain, apabila terdapat
perubahan setting yang disesuaikan dengan suatu kegiatan, maka akan ada
imbas atau pengaruh terhadap perilaku manusia. Variabel – variabel yang
berpengaruh terhadap perilaku manusia (Setiawan, 1995), antara lain :
 Ruang
Hal terpenting dari pengaruh ruang terhadap perilaku manusia adalah
fungsi dan pemakaian ruang tersebut. Perancangan fisik ruang memiliki
variable yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya.

 Ukuran dan bentuk


Ukuran dan bentuk ruang harus disesuaikan dengan fungsi yang akan
diwadahi, ukuran yang terlalu besar atau kecil akan mempengaruhi
psikologis pemakainya.
 Perabot dan penataannya
Bentuk penataan perabot harus disesuaikan dengan sifat dari kegiatan
yang ada di ruang tersebut. Penataan yang simetris memberi kesan
kaku, dan resmi. Sedangkan penataan asimetris lebih berkesan dinamis
dan kurang resmi.
 Warna
Warna memiliki peranan penting dalam mewujudkan suasana ruang dan
mendukuing terwujudnya perilaku-perilaku tertentu. Pada ruang,
pengaruh warna tidak hanya menimbulkan suasana panas atau dingin,
tetapi warna juga dapat mempengaruhi kualitas ruang tersebut.
 Suara, Temperatur dan Pencahayaan
Suara diukur dengan decibel, akan berpengaruh buruk bila terlalu keras.
Demikian pula dengan temperatur dan pencahayaan yang dapat
mempengaruhi psikologis seseorang.

4. Pengertian Arsitektur Perilaku


Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang dalam penerapannya selalu
menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan kaitan
perilaku dengan desain arsitektur (sebagai lingkungan fisik) yaitu bahwa
desain arsitektur dapat menjadi fasilitator terjadinya perilaku atau sebaliknya
sebagai penghalang terjadinya perilaku (JB. Watson, 1878-1958).
Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang penerapannya selalu
menyertakan pertimbangan- pertimbangan perilaku dalam perancangan
diantaranya pada hasil penelitian didalam bidang psikologi Arsitektur atau
psikologi lingkungan. Arsitektur muncul sekitar tahun 1950. Pertimbangan-
pertimbangan ini pada awalnya dibutuhkan untuk perancangan obyek-obyek.
Menurut Snyder dan Catanese (1984), arsitektur berwawasan perilaku
adalah arsitektur yang mampu menanggapi kebutuhan dan perasaan manusia
yang menyesuaikan dengan gaya hidup manusia didalamnya. Menurut Clovis
Heimsath, AIA (1988), kata “perilaku” menyatakan suatu kesadaran akan
struktur sosial dari orang-orang, suatu gerakan bersama secara dinamik dalam
waktu. Hanya dengan memikirkan suatu perilaku seseorang dalam ruang
maka perancang dapat memikirkan desain rancangannya.
Dijelaskan bahwa hubungan antara perilaku dan lingkungan yang saling
berkaitan. Contoh sebagai berikut:
 Lingkungan yang mempengaruhi perilaku manusia.
Orang cenderung menduduki suatu tempat yang biasanya diduduki
meskipun tempat tersebut bukan tempat duduk, misalnya susunan anak
tangga, bagasi mobil yang besar dan sebagainya.
 Perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan
Pada saat orang cenderung memilih jalan pintas yang dianggapnya
terdekat dari pada awal melewati pedestrian yang memutar. Sehingga
orang tersebut tanpa sadar telah membuat jalur sendiri meski telah
disediakan pedestrian.

5. Kajian Arsitektur dan Perilaku


Perilaku manusia yang dipahami sebagai pembentuk arsitektur tapi juga
arsitektur dapat membentuk perilaku manusia. Seperti yang telah
dikemukakan oleh Winston Churchill (1943) dalam Laurens (2004) “We
shape our buildings; then they shape us”.
Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhannya sendiri,
kemudian bangunan itu membentuk perilaku manusia yang hidup dalam
bangunan tersebut. Bangunan yang didesain oleh manusia yang pada awalnya
dibangun untuk pemenuhan kebutuhan manusia tersebut mempengaruhi cara
dan tingkah laku manusia itu dalam menjalani kehidupan sosial dan nilai-nilai
yang ada dalam hidup. Hal ini menyangkut kestabilan antara arsitektur dan
sosial dimana keduanya hidup berdampingan dalam keselarasan lingkungan.
Perilaku manusia itu sendiri dipahami sebagai sekumpulan perilaku yang
dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, estetika,
kekuasaan, persuasi dan/atau genetika. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku manusia yaitu sebagai berikut:
a. Genetika
b. Sikap adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku
tertentu
c. Norma sosial adalah pengaruh tekanan sosial
d. Kontrol perilaku pribadi adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit
tidaknya melakukan perilaku

Lingkungan fisik berpengaruh terhadap lingkungan secara timbal balik


dijelaskan oleh Gibson (Lang) seperti tertera pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Skema Pengaruh Lingkungan (Sumber :


http://arsibook.blogspot.com/2016/11/arsitektur-perilaku.html)

Menurut Gibson (Lang), perilaku manusia dalam hubungannya


terhadap suatu setting fisik berlangsung dan konsisten sesuai waktu dan
situasi. Karenanya pola perilaku yang khas untuk setting fisik tersebut dapat
diidentifikasikan. Tentu saja apa yang dibahas tidak lantas menjadi demikian
sederhana bahwa manusia semuanya berperilaku tetap dalam suatu tempat
dan waktu tertentu. Tapi umumnya frekuensi kegiatan yang terjadi pada suatu
setting baik tunggal ataupun berkelompok dengan setting lain menunjukkan
suatu yang konstan sepanjang waktu. Ini menunjukkan bahwa tidak hanya
karakter dan pola tetap perilaku yang dapat dideteksi dalam hubungannya
dengan suatu setting tapi juga kemungkinan yang muncul seperti pola
tanggapan perilaku yang kadang dapat berubah menjadi sebaliknya.
Berbicara tentang arsitektur keperilakuan maka perlu diketahui lebih
dahulu tentang “psikologi”, psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang
tingkah laku dan pengetahuan psikis (jiwa) manusia. Lingkungan dapat
mempengaruhi manusia secara psikologi, adapun hubungan antara
lingkungan dan perilaku adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku. Lingkungan fisik dapat
membatasi apa yang dilakukan manusia.
b. Lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku. Lingkungan fisik
dapat menentukan bagaimana kita harus bertindak.
c. Lingkungan membentuk kepribadian.
d. Lingkungan akan mempengaruhi citra diri.

6. Prinsip-Prinsip Dalam Tema Arsitektur Perilaku


Prinsip-prinsip tema arsitektur perilaku yang harus di perhatikan dalam
penerapan tema arsitektur perilaku menurut Carol Simon Weisten dan
Thomas G David, antara lain:
1. Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan
Rancangan yang harus dapat dipahami oleh pemakainya melalui
penginderaan ataupun pengimajinasian pengguna bangunan. Bentuk yang
disajikan dapat dimengerti sepenuhnya oleh pengguna bangunan. Dari
bangunan yang diamati oleh manusia syarat-syarat yang harus dipenuhi
adalah:
a. Pencerminan fungsi bangunan
b. Menunjukan skala dan proporsi yang tepat serta dapat dinikmati
c. Menunjukan bahan dan struktur yang akan digunakan dalam
bangunan
2. Mewadahi aktivitas penghuninya dengan nyaman dan menyenangkan,
Nyaman secara fisik dan psikis. Menyenangkan secara fisik dan
fisiologis
3. Memenuhi nilai estetika, komposisi dan estetika bentuk.
4. Memperhatikan kondisi dan perilaku pemakai.

2.3.7. Pemetaan Perilaku (Behavior Mapping)


Pemetaan Perilaku (behavior mapping) yaitu suatu teknik survei yang
dikembangkan oleh Ittelson sejak tahun 1970an merupakan teknik yang sangat
populer dan banyak dipakai. Menurut Ittelson, pemetaan perilaku, secara umum
akan mengikuti prosedur yang terdiri dari 5 (lima) unsur dasar, yaitu:
1. Sketsa dasar area atau seting yang akan diobservasi.
2. Definisi yang jelas tentang bentuk–bentuk perilaku yang akan diamati,
dihitung, dideskripsikan dan didiagramkan.
3. Infomasikan satu rencana waktu yang jelas pada saat kapan pengamatan akan
dilakukan.
4. Prosedur sistematis yang jelas harus diikuti selama observasi.
5. Sistem coding/penandaan yang efisien untuk lebih mengefisienkan pekerjaan
obsevasi.
Pemetaan perilaku meliputi suatu peta kenyataan atau rencana dari suatu
area pada lokasi manusia dan area menunjukan aktivitas manusia, pengamatan
terhadap perilaku pengguna ruang/bangunan berdasarkan person-center maps,
Place-Centered Maps dan phisycal trace. Berikut penjelasan ketiga model
pemetaan perilaku:
1. Person-Centered Maps
Teknik survei perilaku in menekankan pada pergerakan manusia pada
suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian teknik ini akan berkaitan
tidak hanya satu tempat atau lokasi akan tetapi dengan beberapa tempat atau
lokasi. Teknik ini pun hanya berhadapan dengan seseorang yang khusus
diamati. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan pemetaan terhadap pengguna
bangunan dan menggambarkan pola perilaku pengguna dan aktivitasnya.
2. Place-Centered Maps
Dalam penelitian ini digunakan metode place centered map untuk
melihat bagaimana manusia mengatur dirinya dalam suatu lokasi tertentu
(Sommer dkk, 1980). Teknik survei ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana manusia atau sekelompok manusia memanfaatkan, menggunakan
atau mengakomodasikan perilakunya dalam suatu situasi waktu dan tempat
tertentu.
Dalam teknik ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
membuat sketsa suatu tempat atau setting, meliputi suatu unsur fisik yang
diperkirakan mempengaruhi perilaku pengguna ruang tersebut. Peneliti dapat
menggunakan peta dasar yang telah dibuat sebelumnya. Perlu diingat adalah
bahwa peneliti harus akrab dengan situasi tempat atau area yang akan diamati
serta menentukan simbol atau tanda sketsa atas setiap perilaku. Dalam satu
kurun waktu tertentu, peneliti mencatat berbagai perilaku yang terjadi dalam
tempat tersebut dengan menggambarkan smbol-simbol pada peta dasar yang
telah disiapkan.
3. Physical Trace
Pengamatan ini bertujuan untuk mendapatkan tanda-tanda yang
ditinggalkan pengguna bangunan setelah melakukan aktifitas. Tanda-tanda ini
sebagai alat bantu dalam menganalisa hasil pengamatan tersebut.
2.3.8. Pembahasan Pola Perilaku
Menurut Tandal dan Egam (2011) Kata perilaku menunjukkan manusia
dalam aksinya, berkaitan dengan aktivitas manusia secara fisik, berupa interaksi
manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Aktivitas atau
kegiatan sebagai apa yang dikerjakan oleh seseorangan pada jarak waktu tertentu.
Rapoport (1986) mendefinisikan kegiatan selalu mengandung empat hal pokok,
yaitu pelaku, macam kegiatan, tempat, dan waktu berlangsungnya kegiatan.
Keberadaan aktifitas pendukung tidak terlepas dari adanya fungsi-fungsi
kegiatan publik yang mendominasi pengguna ruang public kota umumnya. Hal-
hal yang dibahas tentang pola perilaku ini yaitu :
1. Ruang Publik
 Defenisi dan Tipologi Ruang Publik
Ruang publik adalah ruang yang berfungsi untuk tempat
menampung aktivitas masyarakat, baik secara individu maupun secara
kelompok, dimana bentuk ruang publik ini sangat tergantung pada pola
dan susunan massa bangunan (Rustam Hakim,1987).
Berdasarkan ruang lingkupnya ruang publik dapat dibagi menjadi
beberapa tipologi (Carmona, et al ,2003) antara lain :
 External public space. Ruang publik ini berbentuk ruang luar yang
dapat diakses oleh semua orang seperti taman kota, alun-alun, jalur
pejalan kaki, dan lain sebagainya.
 Internal public space. Ruang publik ini berupa sebuah bangunan
fasilitas umum yang dikelola pemerintah dan dapat diakses oleh
warga secara bebas tanpa ada batasan tertentu, seperti kantor pos,
kantor polisi, dan pusat pelayanan warga lainnya.
 External and internal “quasi” public space. Ruang publik ini berupa
fasilitas umum yang dikelola oleh sektor privat dan ada batasan atau
aturan yang harus dipatuhi warga, seperti mall, restoran dan lain
sebagainya.

Carr dalam Carmona, et al (2003) mengemukakan adanya


keterlibatan pasif (passive engagement) dan aktif (active engagement)
dalam pemanfaatan ruang publik. Kedua bentuk pengalaman ini terjadi
sebagai akibat adanya proses interaksi tersebut, dimana pengguna ruang
publik dapat melakukan interaksi dengan cara yang berbeda. Ruang
sebagai wadah harus mampu menyediakan lingkungan yang kondusif
bagi terpenuhinya syarat interaksi, yaitu memberi peluang bagi terjadinya
kontak dan komunikasi sosial. Interaksi sosial dapat terjadi dalam bentuk
aktivitas yang pasif seperti sekedar duduk menikmati suasana atau
mengamati situasi dan dapat pula terjadi secara aktif dengan berbincang
bersama orang lain membicarakan suatu topik atau bahkan melakukan
kegiatan bersama.
Sedangkan menurut Roger Scurton (1984) setiap ruang publik
memiliki makna sebagai berikut : sebuah lokasi yang didesain seminimal
apapun, memiliki akses yang besar terhadap lingkungan sekitar, tempat
bertemunya masyarakat/pengguna ruang publik dan perilaku masyarakat
pengguna ruang publik satu sama lain mengikuti norma-norma yang
berlaku setempat.
Ruang Publik Secara Ideal Menurut Carr, ruang publik harus
memiliki tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan bermakna. Responsif
dalam arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan untuk
berbagai kegiatan dan kepentingan luas yang memiliki fungsi lingkungan
hidup. Artinya ruang publik dapat digunakan oleh masyarakat umum dari
berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta akses bagi
berbagai kondisi fisik manusia. Hal ini berarti ruang publik harus
memiliki tautan antara manusia, ruang, dan dunia luas dengan konteks
sosial. Dengan kata lain, ada sistem pemaknaan dalam ruang publik.
Gambar 2.5. Uraian faktor yang mempengaruhi ruang public
Sumber : PPS (Project for Public Space)

 Bentuk Ruang Publik


Pada umumnya ruang publik adalah ruang terbuka yang mampu
menampung kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas
bersama di udara terbuka. Ruang ini memungkinkan terjadinya
pertemuan antar manusia untuk saling berinteraksi. Karena pada ruang
ini seringkali timbul berbagai kegiatan bersama, maka ruang-ruang
terbuka ini dikategorikan sebagai ruang umum. Meskipun sebagian ahli
mengatakan umumnya ruang publik adalah ruang terbuka. Menurut
sifatnya, ruang publik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Ruang publik tertutup : adalah ruang publik yang terdapat di dalam
suatu bangunan.
2. Ruang publik terbuka : yaitu ruang publik yang berada di luar
bangunan yang sering juga disebut ruang terbuka (open space).

Menurut Ian Bentley, Public Realm, dalam menilai kualitas ruang


publik yang tanggap dan bersahabat berdasarkan beberapa hal
diantaranya adalah :
a. Permeability
Tingkatan kemampuan suatu lingkungan dalam menyediakan pilihan
akses untuk pergerakan warga dari satu tempat ke tempat lain
/lingkungan harus bersifat aksesibel.
b. Variety
Aspek yang berkaitan dengan penciptaan suasana/pengalaman ruang
 Keragaman pengalaman dicapai lewat desain bentuk elemen
ruang, kegunaan dan makna yang beragam.
 Tempat yang memiliki variasi fungsi menyediakan beragam
bentuk dan tipe bangunan hunian, komersil,dsb
c. Legibility
Kualitas yang mengakibatkan identitas suatu lingkungan atau tempat
mudah dikenali/diingat. Legibilitas lingkungan dicapai dari bentuk
desain, struktur dan pola ruang suatu tempat
d. Robustness
 Lingkungan atau tempat mampu memberikan peluang bagi
berlangsungnya berbagai aktivitas dan tujuan yang berbeda.
 Lingkungan harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi
dengan berbagai fungsi baru pada masa yang akan dating.
e. Richness
 Berkaitan dengan kemampuan suatu lingkungan untuk
meningkatkan pengalaman seseorang mengindera
lingkungannya termasuk perasaan terhibur dan memperkaya
pengalaman meruang
 Pengalaman seseorang dalam hal sensory, pemandangan
indah/bisa dilihat, diraba, penciuman /bau
f. Visual Appropriatness
Berkaitan dengan kualitas tampilan fisik lingkungan mempengaruhi
persepsi pengamat terhadap lingkungan.
g. Personalization
Pada ruang publik, hal yang perlu memperhatikan yaitu :
1. Kebutuhan individu akan privasi
2. Konfirmasi pribadi terhadap selera dan nilai tertentu melalui
bentuk/desain yang ditujukan untuk kepentingannya sendiri
3. Mengkomunikasikan hal ini kepada orang lain

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan ruang publik


secara ideal :
1. Kemudahan akses : masyarakat tentu akan merasa senang
mengunjungi tempat yang memiliki akses jalan yang bagus, dekat
dengan pemberhentian kendaraan umum, maupun mudah dijangkau
dengan berjalan kaki.
2. Desain yang fleksibel : artinya tempat tersebut bisa digunakan untuk
berbagai kegiatan. Tidak terbatas pada satu atau dua kegiatan.
3. Ketenangan : ruang terbuka akan sangat baik jika memiliki kualitas
dimana orang akan merasakan ketenangan. Anda bisa membaca,
mendengarkan musik maupun menulis dan mendapat inspirasi
dengan merasakan ketenangan.
4. Memiliki daya tarik : hal ini memungkinkan warga datang karena
tertarik dengan keistimewaan yang ada di ruang publik tersebut. Bisa
dimulai dengan membuat konsep yang unik seperti taman jomblo
atau taman lansia. Atau bisa diberikan fitur lain seperti sewa sepeda
gratis, air mancur, adanya pertunjukan serta atraksi dan sebagainya.
5. Keramahan : keramahan berhubungan dengan siapa yang akan
mengunjungi ruang publik tersebut. Ruang publik yang baik
tentunya harus bisa diakses oleh semua orang, tanpa perlu
memandang status sosial maupun umur. Dan jika ruang publik
tersebut berupa gedung atau tempat dimana perlu adanya petugas
yang berjaga, pastikan bahwa petugas yang ada selalu
mengutamakan kenyamanan para pengunjung. Dengan cara
memberikan pelayanan yang prima dan ramah

2. Teritori
Teritori (Territory) adalah satu area spesifik yang dimiliki dan
dipertahankan, baik secara fisik maupun non fisik dengan aturan dan norma-
norma tertentu (Haryadi, 2010) seperti tertera di Gambar 2.6.
Teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan
atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan ciri
pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain. Dengan demikian
penghuni tempat tersebut dapat mengontrol daerahnya atau unitnya dengan
benar, atau merupakan suatu teritorial primer. Hal itu sesuai pendapat
Holahan (1982:235) yang mengungkapkan bahwa
“Teritorialitas adalah suatu pola tingkah laku yang ada hubungannya
dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas sebuah
tempat atau suatu lokasi geografis. Pola tingkah laku ini mencakup
personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar.”
Gambar 2.6 Skema Perilaku Teritorial Manusia
Sumber : https:// portalgaruda.org/article

Fisher (1984) menyatakan bahwa kepemilikan atau hak dalam


teritorialitas ditentukan oleh persepsi dari orang atau orang-orang yang
bersangkutan sendiri. Persepsi itu bisa aktual (memang nyatanya ia benar
memiliki), tetapi juga bisa hanya merupakan kehendak untuk menguasai atau
mengontrol suatu tempat. Tingkah laku teritorialitas terhadap kamar tidur,
ruang kantor, atau batas wilayah negara misalnya, adalah tergolong aktual.
Perbedaan ruang personal dengan teritorialitas adalah; ruang personal dibawa
kemanapun seseorang pergi, sedangkan teritori memiliki implikas tertentu
yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah.
Teritorialitas yang merupakan tempat yang nyata dan jelas jarak-
jaraknya juga sangat tergantung pada lingkungan. Dikarenakan batas dan
jarak teritorial merupakan bagian dari lingkungan itu sendiri.

Elemen-Elemen Teritorialitas
Ada tiga tipe dari territory yang digunakan oleh manusia menurut
Altman (1975), yaitu:
1. Primary Territory
Territory yang paling penting. Rasa kepemilikan seseorang atau
sebuah kelompok tinggi, biasanya dimiliki secara permanen. Pemiliknya
juga memiliki kontrol secara penuh pada area tersebut, dan gangguan
(intrusi) adalah hal yang serius. Contoh: rumah, kantor.
Menurut Joyce (2004), teritori primer adalah tempat-tempat yang
sangat pribadi sifatnya, hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang
sudah sangat akrab atau yang sudah mendapat izin khusus. Frekuensi
penggunaan teritori primer ini umumnya tetap yang dapat dimiliki
perseorangan maupun sekelompok orang dengan kepentingan psikologis
yang umumnya tinggi. Contohnya yaitu ruang tidur dan ruang kantor.
2. Secondary Territory
Tidak dimiliki oleh seseorang atau sebuah kelompok, tetapi
digunakan secara reguler oleh individu atau sebuah kelompok serta
berbagi area tersebut dengan orang lain. Rasa kepemilikan akan tempat
yang termasuk secondary territory termasuk sedang. Penghuni area
tersebut dilihat sebagai salah satu dari sejumlah pengguna yang
berkualitas untuk menghuni tempat tersebut. Dapat dipersonalisasi
sampai batas tertentu selama periode waktu yang sah untuk penghuni
tersebut. Contoh: ruang kelas, kantin, perpustakaan (di mana dia/mereka
sering menempati tempat tersebut).
Khusus untuk secondary territory, Goffman membaginya ke dalam
tiga bentuk, yaitu:
- Stalls : objek teritori yang ditentukan oleh jadwal tertentu seperti
hotel, penginapan dan ruang kuliah.
- Turns : teritori yang menekankan intensitas giliran (antrian) lebih
cepat seperti telepon umum, karcis bioskop.
- Use-Space : teritori yang digunakan bersama (kelompok tertentu)
seperti museum, lapangan tembak, dan pacuan kuda.
Masih menurut Joyce, teritori sekunder adalah tempat-tempat yang
dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang sudah cukup saling
mengenal. Pengguna pada teritori ini tidaklah selalu tetap dan kendalinya
tidak sepenting teritori primer. Contoh teritori ini adalah ruang kelas atau
ruang kampus.
3. Public Territory
Tidak dimiliki oleh seseorang atau sebuah kelompok. Rasa
kepemilikan akan area tersebut rendah. Sangat susah untuk memegang
kendali atas area tersebut. Area yang termasuk public territory juga
digunakan dan dihuni oleh individu dalam jumlah yang sangat banyak
dan sebanyak mungkin. Beragi atas ruang dan semua orang memiliki hak
yang sama pada area atau ruang tersebut. Contohnya adalah pantai, mall,
taman, ruang tunggu, dan lain-lain.
Teritori publik adalah tempat-tempat yang terbuka untuk umum.
Setiap orang diperbolehkan untuk berada di tempat tersebut (Joyce,
2004). Contohnya adalah taman umum atau tempat wisata. Inti dari
prinsip ini yaitu bagaimana suatu individu dapat merasakan teritori
wilayah milik mereka yang membuat mereka nyaman hingga dapat
melaksanakan aktivitas di dalamnya dengan maksimal.
Irwin Altman menyatakan bahwa :
… Territorial behaviour is a self-other boundary regulation mechanism
that involves personalization of or marking a place or object and
communication that it is owned by a person or group.
Definisi diatas menyatakan karakter dasar dari suatu teritori yaitu :
1. Kepemilikan dan tatanan tempat.
2. Personalisasi atau penandaan wilayah.
3. Taturan atau tatanan untuk mempertahankan terhadap gangguan
4. Kemampuan berfungsi yang meliputi jangkauan kebutuhan fisik dasar
sampai kepuasan kognitif dan kebutuhan aesthetic

Teritori dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama


adalah faktor personal dimana jenis kelamin, usia, kepribadian dan tingkat
intelektual mengambil peran. Faktor yang kedua adalah faktor situasional
seperti seting fisik, iklim, dan sosial dalam suatu lingkungan mempengaruhi
teritori seseorang.

3. Ruang Personal Dan Kesumpekan (Personal Space And Crowding)


Definisi ruang privat menurut Sommer adalah sebagai batas tak nampak
disekitar seseorang, dimana orang lain tidak boleh atau merasa enggan untuk
memasukinya. Personal space merupakan konsep yang dinamis dan adaptif,
tergantung pada situasi lingkungan dan psikologis seseorang. Dengan kata
lain, jarak individu untuk mendapatkan personal space dapat bertambah atau
mengecil. Orang yang sedang dalam keadaan marah biasanya berkeinginan
untuk memperluas personal spacenya. Sebaliknya dua orang yang sedang
bercinta cenderung justru mempersempit personal space mereka.
Konsep personal space berhubungan dengan Crowding (kesumpekan).
Secara umum dapat dikatakan bahwa crowding adalah situasi dimana
seseorang atau sekelompok orang sudah tidak mampu mempertahankan
personal spacenya. Hal ini disebabkan personal spacenya telah diintervensi
oleh orang atau banyak orang. Apabila situasi crowding ini terus menerus
maka akan menimbulkan stress. Faktor utama crowding adalah idensitas
manusia yang terlalu tinggi di suatu tempat. Berdasar Loo (1977) faktor
crowding dikategorikan menjadi tiga yaitu :
 Faktor Lingkungan (environment) diklasifikasikan lagi menjadi faktor
fisik dan sosial. Faktor fisik terdiri dari : dimensi tempat, idensitas , serta
suasana suatu ruang atau tempat (warna, susunan perabot dll). Faktor
sosial terdiri dari : norma, kultur serta adat istiadat.
 Faktor Situasional menyangkut karakteristik dari hubungan antar
individu, lama serta intensitas kontak. Faktor ini menunjukan bahwa
meskipun idensitas suatu tempat tata ruang sangat tinggi, akan tetapi
secara situasional hubungan antar orang-orang tersebut intim, saling
mengenal, serta lama hubungannya maka tidak dapat dikatakan muncul
situasi crowding.
 Faktor yang ketiga adalah intrapersonal, meliputi : karakteristik dari
seseorang seperti : usia, sex, pendidikan, pengalaman, sikap.

Pengaruh Crowding Terhadap Perilaku


Bila suatu lingkungan berubah menjadi sesak, sumber-sumber yang ada
di dalamnya pun bisa menjadi berkurang. Aktivitas seseorang akan terganggu
pleh aktivitas orang lain, interaksi interpersonal yang tiak diinginkan akan
mengganggu individu dalam mencapai tujuan personalnya, gangguan
terhadap norma tempat dapat meningkatkan gejolak dan ketidaknyamanan
(Eipstein,1982) serta disorganisasin keluarga, agresi, penarikan diri secara
psikologis an menurunnya kualitas hiup (Freedman,1973).
Pengaruh negatif kesesakan tercermin dalam bentuk penurunan-
penurunan psikologis, fisiologis dan hubungan sosial individu. Pengaruh
psikologis yang ditimbulkan oleh kesesakan antara lain adalah perasaan
kurang nyaman, stress, kecemasan, suasana hari yang kurang baik, prestasi
kerja dan prestasi belajar menurun, agresivitas meningkat, dan juga gangguan
mental yang serius.
Akibat negatif kesesakan pada perilaku manusia, Brigham (1991)
mencoba menerangkan dan menjelaskannya menjadi :
1. Pelanggaran terhadap ruang pribadi dan atribusi seseorang yang menekan
perasaan yang disebabkan oleh kehadiran orang lain
2. Keterbatasan perilaku, pelanggaran privasi dan terganggunya kebebasan
memilih
3. Control pribadi yang kurang
4. Stimulus pribadi yang kurang
Pada umumnya kesesakan berakibat negatf pada perilaku seseorang,
tetapi menurut Altman (1975) dan Watson dkk. (1984), kesesakan kadang
memberikan kepuasan dan kesenangan. Hal ini tergantung pada tingkat
privasi yang diinginkan, waktu dan situasi tertentu, serta setting kejadian.
Situasi yang memberikan kepuasan dan kesenangan bisa kita temukan,
misalnya pada waktu melihat pertunjukan music, pertandingan olahraga atau
menghadiri reuni atau resepsi.
4. Adaptasi dan Adjustment
Dalam skema persepsi yang telah dibahas sebelumnya disebutkan
bahwa setelah seseorang mempersepsikan lingkungannya, ada dua
kemungkinan yang akan terjadi. Kemungkinan pertama adalah rangsang yang
dipersepsikan berada dalam batas optimal sehinga timbulah kondisi
homoestatis. Kemungkinan kedua adalah rangsang yang dipersepsikan berada
diatas batas optimal atau dibawahnya yang mengakibatkan stress dan manusia
harus melakukan perilaku penyesuaian diri. Menurut Sarwono (1992),
perilaku penyesuaian diri ini terdiri dari dua jenis, yang pertama adalah
mengubah tingkah laku agar sesuai dengan lingkungan yang disebut dengan
adaptasi dan yang kedua adalah mengubah lingkungan agar sesuai dengan
tingkah laku yang disebut adjustment.
 Adaptasi
Seperti pembahasan diatas, perilaku penyesuaian diri terhadap
lingkunga diawali dengan stress, yaitu suatu keadaan dimana lingkungan
mengancam atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraan atau
kenyamanan diri seseorang (Baum 1985:188). Reaksi terhadap stress bisa
berupa tindakan langsung maupun penyesuaian mental. Contoh dari
tindakan langsung adalah migrasi. Misal warga dari suatu wilayah
bermigrasi ke negara bagian lain dengan alasan kualitas lingkungan yang
mulai rusak, air bersih susah didapat, harga perumahan yang mahal, dan
sebagainya. Namun, masih terdapat sebagian warga yang memilih untuk
tinggal di daerah tersebut dengan anggapan daripada pindah ke tempat
lain yang belum tentu lebih baik keadaannya, lebih baik tetap tinggal di
tempat lama. Reaksi jenis ini tergolong penyesuaian mental. Karena
relativitas persepsi dan sifat manusia yang mampu belajar dari
pengalaman, perubahan tingkah laku agar sesuai dengan lingkungan baru
bisa dilakukan secara bertahap.
 Adjustment
Perubahan lingkungan agar sesuai dengan tingkah laku manusia
dapat dilihatn pada berbagai jenis rumah hunian manusia. Manusia
mengubah atau memperbaiki lingkungan yang telah ada untuk memenuhi
kebutuhan dan tingkah laku mereka. Di pedalaman Sumatera dan
Kalimantan terdapat rumah-rumah panggung agar manusia terhindar dari
banjir dan binatang buas dimana kolong panggung juga bisa dijadikan
kandang ternak, lumbung, maupun tempat penampungan air. Rumah di
permukiman kumuh kota-kota besar dibuat bersusun keatas agar dapat
menampung lebih banyak penduduk. Dari contoh kasus-kasus diatas,
dapat disimpulkan bahwa manusia selalu berusaha untuk merekayasa
lingkungan agar sesuai dengan kondisi dirinya. Proses rekayasa
lingkungan melibatkan tingkah laku merancang lingkungan dan
perwujudannya dalam bentuk nyata. Keseluruhan kegiatan dari
merancang sampai melaksanakannya itulah yang dinamakan adjustment.

2.5. Kesimpulan Tinjauan Pustaka


Berdasarkan tinjauan - tinjauan teori yang telah dijabarkan di atas maka telah
didapatkan aspek, variabel dan kriteria desain untuk pasar produk halal di Banjarmasin
seperti tertera di Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Variabel dan Kriteria Desain Pasar Produk Halal
ASPEK VARIABEL KRITERIA DESAIN
Penzoningan disesuaikan dengan kelompok ruang
Zoning dan dengan pengaturan sirkulasi yang mudah diakses
sirkulasi bangunan dengan memperhatikan kenyamanan dan keamanan

Tradisional pengguna
Bentuk dan tampilan bangunan menyesuaikan fungsi
bercitra Bentuk dan
pasar dengan mengutamakan penghawaan dan
modern tampilan bangunan
pencahayaan alami
Teknologi Penggunaaan teknologi bangunan yang modern yang
bangunan. dapat melindungi dari pengaruh cuaca, pemanfaatan
cahaya alami, dan mengoptimalkan sirkulasi udara
Arsitektur Ruang publik yang dapat menampung aktivitas
perilaku publik secara fungsional, memiliki aksesibilitas yang
Ruang Publik
mudah, nyaman dan terjadi interaksi sosial yang baik
didalamnya
Teritori Terdapat batas baik fisik atau non fisik yang jelas dan
dapat mengontrol penggunaaan ruang yang berbeda-
beda
Ruang personal yang dapat membatasi interaksi
Ruang Personal
pengguna dengan pengguna lain dan meminimalkan
Dan Kesumpekan
terjadinya kesumpekan (crowding)
Penyesuaian terhadap lingkungan yang sudah ada dan
Adaptasi dan
perubahan terhadap lingkungan yang menyesuaikan
Adjustment
dengan kebutuhan pengguna
BAB III

STUDI BANDING LITERATUR

3.1. Studi Banding Literatur


3.1.1. Geylang Serai Market, Singapura
A. Deskripsi Lokasi
Singapura punya pasar yang lekat dengan budaya Melayu,
Geylang Serai Market. Selain belanja bahan segar, di pasar ini bisa cicip
aneka makanan enak. Berlokasi di Geylang Serai, Geylang Serai Market
jadi destinasi kuliner populer foodies di Singapura seperti tertera di
Gambar 3.1. Berbeda dengan Tekka Centre yang lekat dengan budaya
India, Geylang Serai Market menawarkan nuansa Melayu yang kental.
Menilik sejarahnya, Geylang Serai Market sudah ada sejak tahun
1964. Pasar ini menjadi titik temu komunitas Melayu lokal dengan pilihan
beragam bahan makanan hingga sajian khas Melayu. Ada juga aneka
makanan India-Muslim di sini.
Lantai 1 Geylang Serai Market diperuntukkan sebagai tempat
bahan makanan segar. Mulai dari aneka rempah, ikan asin, sayur, buah,
ikan, daging sapi, daging ayam, seafood, telur dan lainnya. Ada juga toko
makanan beku dan bakery yang ramai pembeli di bagian depan pasar.
Lelah berbelanja, pengunjung bisa naik ke lantai dua. Puluhan
penjaja makanan siap memanjakan lidah. Pencinta makanan Indonesia
pasti senang karena sajian Melayu di sini tak jauh beda dengan hidangan
tanah air.

B. Luasan Site
Pasar Geylang Serai dibuka sejak tahun 1964 dan dirancang untuk
seluruh masyarakat Singapura di atas tanah 290 m² seperti tertera di
Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Lokasi Geylang Serai Market,

(Sumber : https://www.google.com/maps/place/Geylang+Serai,+Singapura/)

Pasar Geylang Serai berlokasi di pusat kota dan terletak di


Geylang Road Singapore manjadikan kawasan ini mudah di jangkau bagi
setiap orang yang ingin mengunjunginya terutama masyarakat yang ingin
mencari makanan halal. Pasar Ini buka setiap hari mulai dari jam 8 pagi
sampai jam 10 malam.

C. Kegiatan
Kegiatan di pasar Geylang Serai ini seperti pasar pada umumnya
yaitu terjadi transaksi jual beli bahan bahan makanan juga wisata kuliner
khas Indonesia, India, dan Melayu seperti tertera di Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Aktivitas di Geylang Serai


Market

(Sumber:
https://www.tripadvisor.co.id/Attraction_R
eview-g294265-d317432-Reviews-
Geylang_Serai_New_Market-
Singapore.html)

D. Elemen Fisik Ruang & Fasilitas pada Pasar Geylang Serai


Beberapa elemen fisik ruang dan fasilitas yang terlihat pada pasar Geylang
Serai yaitu :
1. Elemen Interior
a. Lantai
Lantai pada bagian dalam dan teras tanpa alas dan berbahan
keramik berwarna krem yang terkesan sejuk dan menyatu dengan
luar bangunan seperti tertera di Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Lantai di Geylang Serai Market

(Sumber : https://food.detik.com/foto-kuliner/d-4034924/seru-belanja-dan-
makan-nasi-padang-di-pasar-melayu-singapura/6/)

b. Dinding
Dinding yang digunakan pada pasar Geylang Serai ini banyak
menggunakan kisi-kisi kayu dan menggunakan beton yang
dilapisi keramik pada sekat antar kios penjual seperti tertera di
Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Dinding di Geylang Serai Market (Sumber :


https://www.befreetour.com/id/attraction/Singapore/geylang-serai)

c. Langit-Langit (Ceiling)
Bangunan pasar Geylang Serai memiliki 2 lantai dan
didalamnya langit-langit cukup tinggiyaitu berkisar 4 meter
sehingga ruangan tidak terkesan terlalu sempit seperti tertera
di Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Langit-langit di Geylang Serai Market
(Sumber:
http://www.wisatasingapura.web.id/2012/06/30/pasar-baru-geylang-serai/)
d. Furniture
Furniture pada pasar Geylang Serai hanya berupa kursi dan
meja untuk pengunjung menikmati kuliner dibagian lantai 2
seperti tertera di Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Furniture di Geylang Serai Market


(Sumber:
https://food.detik.com/foto-kuliner/d-4034924/seru-belanja-dan-makan-
nasi-padang-di-pasar-melayu-singapura/6/)

2. Pencahayaan
Pencahayaan alami pada bangunan terbilang cukup banyak melalui
koridor yang terbuka dan kisi-kisi sehingga pada siang hari
penggunaan pencahayaan buatan dapat diminimalkan. Sedangkan
pencahayaan buatan, khususnya pada malam hari pasar Geylang Serai
memanfaatkan lampu dari energi listrik seperti tertera di Gambar 3.7.
Gambar 3.7. Pencahayaan di Geylang Serai Market
(Sumber: https://www.befreetour.com/id/attraction/Singapore/geylang-serai)

3. Kebisingan
Kebisingan pada dalam ruangan berasal dari lalu lalang pengunjung
dan adanya transaksi jual beli di pasar Geylang Serai ini, lokasi pasar
berada di dekat jalan besar dan gedung-gedung.

4. Warna
Warna yang terdapat pada pasar Geylang Serai ini yaitu warna coklat,
putih, dan krem yang berasal dari material bangunan seperti tertera di
Gambar 3.8.

Gambar 3.8. Warna Bangunan di Geylang Serai Market


(Sumber:
https://www.tripadvisor.co.id/Attraction_Review-g294265-d317432-Reviews-
Geylang_Serai_New_Market-Singapore.html)
5. Fasilitas
Fasilitas yang terdapat pada pasar Geylang Serai terdiri dari fasilitas
utama yaitu berupa, pasar bahan makanan pana lantai 1, dan pusat
kuliner khas Indonesia, India, dan Melayu pada lantai 2; dan fasilitas
pendukung berupa toilet seperti tertera di Gambar 3.9.

Gambar 3.9. Fasilitas Bangunan di Geylang Serai Market


(Sumber: https://ordinarypatrons.com/2016/08/08/good-food-at-geylang-serai-
market-food-centre/)
3.1.2. Halal Park Senayan, Jakarta
A. Deskripsi Lokasi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Halal Park yang
terletak di Pintu Satu Senayan, Area Gelora Bung Karno, Jakarta, pada
Selasa 16 April 2019. Halal Park diharapkan menjadi destinasi wisata
halal sekaligus sentra aktivitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
rekreasi sampai ekonomi kerakyatan.
Untuk akses ke halal park lebih mudah melalui pintu 11 GBK di
seberang Hotel Mulia Jakarta. Halal park dilengkapi oleh berbagai stand
yang menjual aneka ragam makanan halal, dan busana muslim. Selain itu,
halal park juga dilengkapi dengan sarana bermain untuk anak-anak. Di
halal park juga tersedia tempat beribadah atau mushala. Pengunjung tidak
perlu jauh-jauh untuk melaksanakan ibadah shalat seperti tertera di
Gambar 3.10.

B. Luasan Site
Halal Park Senayan diresmikan pada tanggal 16 April 2019 dan di
rancang untuk seluruh masyarakat Indonesia terutama masyarakat di
Jakarta di atas tanah 21.000 m² seperti tertera di Gambar 3.10.
Gambar 3.10. Lokasi Halal Park Senayan
(Sumber: https://www.google.com/maps/place/Halal+Park/)

C. Pengunjung
Halal Park Senayan di komplek Gelora Bung Karno (GBK),
Jakarta Selatan manjadikan kawasan ini mudah di jangkau bagi setiap
orang yang ingin mengunjunginya baik dewasa, remaja, maupun anak-
anak. Tempat ini buka setiap hari mulai dari jam 11 siang sampai jam 9
malam.

D. Kegiatan
Kegiatan di halal park ini seperti pasar pada umumnya yaitu terjadi
transaksi jual beli, wisata kuliner, tempat bersantai,juga tempat bermain
anak seperti tertera di Gambar 3.11.

Gambar 3.11. Aktivitas Halal Park Senayan


(Sumber: https://money.kompas.com/read/2019/04/20/123500926/serba-serbi-halal-park-
dan-dampaknya-untuk-indonesia)
E. Elemen Fisik Ruang & Fasilitas pada Halal Park Senayan
Beberapa elemen fisik ruang dan fasilitas yang terlihat pada pasar Halal
Park yaitu :
1. Elemen Interior
a. Lantai
Lantai pada bagian dalam beralas sesuai dengan keinginan
pengguna kios, berbahan keramik berwarna krem yang terkesan
sejuk, pada bagian teras menggunakan lantai berbahan keramik
berwarna hitam. Pada bagian luar bangunan menggunakan paving
blok berwarna abu-abu (warna asli) seperti tertera di Gambar
3.12.
Gambar 3.12. Lantai di
Halal Park Senayan
(Sumber:
https://jakarta.tribunnews.c
om/2019/05/23/halal-park-
resmi-beroperasi-di-
bandara-soekarno-hatta )

b. Dinding
Dinding yang digunakan pada Halal Park Senayan ini didominasi
oleh bahan kaca dan beton pada beberapa bagian terutama untuk
sekat-sekat antar kios seperti tertera di Gambar 3.13.

Gambar 3.13. Dinding di


Halal Park Senayan
(Sumber:
https://www.liputan6.com/bis
nis/read/3942999/foto-
berburu-produk-di-halal-
park-senayan?page=1)

c. Langit-Langit (Ceiling)
Bangunan Halal Park Senayan hanya 1 lantai dan didalamnya
langit-langit berkisar 3 meter sehingga ruangan terkesan cukup
sempit. Nantinya Halal Park Senayan ini akan di kembangkan
sehingga terdapat 4 lantai yang mana tiap lantainya meliputi
exhibition hall, office coworking space, foodcourt, butik café and
resto seperti tertera di Gambar 3.14.

Gambar 3.14. Langit-langit di Halal Park Senayan


(Sumber: https://kumparan.com/kumparanbisnis/melihat-lebih-dekat-
kawasan-halal-park-di-senayan-apa-saja-isinya-1qtqWswDiDR

d. Furniture
Furniture pada Halal Park ini berupa kursi dan meja untuk
pengunjung bersantai dan menikmati kuliner, juga terdapat
permainan untuk anak-anak seperti tertera di Gambar 3.15.

Gambar 3.15. Layout Furniture di Halal Park Senayan


(Sumber: https://money.kompas.com/read/2019/04/20/123500926/serba-
serbi-halal-park-dan-dampaknya-untuk-indonesia)

2. Pencahayaan
Pencahayaan alami pada bangunan terbilang cukup banyak melalui
dinding-dinding dan pintu kaca sehingga pada siang hari penggunaan
pencahayaan buatan dapat diminimalkan. Sedangkan pencahayaan
buatan, khususnya pada malam hari memanfaatkan lampu dari energi
listrik seperti tertera di Gambar 3.16.
Gambar 3.16. Pencahayaan di Halal Park Senayan
(Sumber: https://jakarta.tribunnews.com/2019/05/23/halal-park-resmi-beroperasi-di-
bandara-soekarno-hatta )

3. Kebisingan
Kebisingan pada dalam ruangan berasal dari lalu lalang pengunjung
dan adanya transaksi jual beli di Halal Park ini.

4. Warna
Warna yang terdapat pada Halal Park Senayan ini menggunakan
warna-warna netral yaitu warna hitam, putih, abu-abu dan krem yang
berasal dari material bangunan seperti tertera di Gambar 3.17.

Gambar 3.17. Warna di Halal Park Senayan


(Sumber: https://travel.tempo.co/read/1197658/akhir-pekan-ke-halal-park-senayan-
ada-apa-saja-di-sana)

5. Fasilitas
Fasilitas yang terdapat pada Halal Park terdiri dari fasilitas utama
yaitu berupa exhibition hall, office coworking space, foodcourt, butik
café and resto. Fasilitas penunjang berupa toilet dan mushola seperti
tertera di Gambar 3.18.

Gambar 3.18. Fasilitas di Halal Park Senayan


(Sumber : https://travel.tempo.co/read/1197658/akhir-pekan-ke-halal-park-senayan-
ada-apa-saja-di-sana)

3.2. Kesimpulan Studi Banding


Tabel 3.1 Kesimpulan Studi Banding

Tanggapan
No Tinjauan Geylang Serai Market,
Halal Park Senayan, Jakarta
Singapura
Lokasi : lokasi Geylang Serai Lokasi : lokasi Halal Park Senayan
Market berada di pusat kota an berada di Jl. Gerbang Pemuda,
terletak di Geylang Road Gelora, Kecamatan Tanah Abang,
Singapore. Kota Jakarta, DKI Jakarta.

Konsep : Pasar Geylang Serai ini Konsep : Halal Park Senayan ini
Lokasi
memiliki bangunan dengan berfungsu sebagai wadah aktivitas
1. dan
konsep seperti rumah melayu berbasis konsep halal melalui
konsep
yang memberikan kesan pasar adaptasi nilai-nilai keislaman yang
tradisional yang aman, nyaman igabungkan dengan buda lokal
dan memberikan nuansa budaya nusantara.
Melayu yang terdapat di
Singapura.

2. Kegiatan Kegiatan yang dapat dilakukan di Kegiatan yang dapat dilakukan di


& Geylang Serai Market yaitu Halal Park Senayan yaitu bersantai
karakter berbelanja karena banyak kios karena terdapat taman dengan
kegiatan yang menjual aneka kebutuhan banyak bangku, tempat bermain
masakan dan barang pada lantai 1, anak, dan berbagai stan yang
dan menikmati jajanan makanan menawarkan aneka kebutuhan,
khas Indonesia, India, dan Melayu mulai dari makanan, minuman,
pada lantai 2. sampai busana.
3. Elemen Berikut beberapa elemen yang Berikut beberapa elemen yang
ruang terdapat di Geylang Serai Market terdapat di Halal Park Senayan
yaitu: yaitu:
1.Elemen interior 1. Elemen interior
 Lantai, pada bagian dalam  Lantai, pada bagian dalam
dan teras tanpa alas dan beralas sesuai dengan
berbahan keramik keinginan pengguna kios,
berwarna krem yang berbahan keramik berwarna
terkesan sejuk dan krem yang terkesan sejuk,
menyatu dengan luar pada bagian teras
bangunan. menggunakan lantai
 Dinding, dinding yang berbahan keramik berwarna
digunakan pada pasar hitam. Pada bagian luar
Geylang Serai ini banyak bangunan menggunakan
menggunakan kisi-kisi paving blok berwarna abu-
kayu dan menggunakan abu (warna asli).
beton yang dilapisi  Dinding, Dinding yang
keramik pada sekat antar digunakan pada Halal Park
kios penjual. Senayan ini didominasi oleh
 Ceiling, bangunan pasar bahan kaca dan beton pada
Geylang Serai memiliki 2 beberapa bagian terutama
lantai dan didalamnya untuk sekat-sekat antar kios.
langit-langit cukup  Ceiling, Bangunan Halal
tinggiyaitu berkisar 4 Park Senayan hanya 1 lantai
meter sehingga ruangan dan didalamnya langit-
tidak terkesan terlalu langit berkisar 3 meter
sempit. sehingga ruangan terkesan
 Furniture, hanya berupa cukup sempit. Nantinya
kursi dan meja untuk Halal Park Senayan ini akan
pengunjung menikmati di kembangkan sehingga
kuliner dibagian lantai 2. terdapat 4 lantai yang mana
tiap lantainya meliputi
exhibition hall, office
2.Pencahayaan, pencahayaan coworking space,
alami pada bangunan terbilang foodcourt, butik café and
cukup banyak melalui koridor rest.
yang terbuka dan kisi-kisi  Furniture, Furniture pada
sehingga pada siang hari Halal Park ini berupa kursi
penggunaan pencahayaan dan meja untuk pengunjung
buatan dapat diminimalkan. bersantai dan menikmati
Sedangkan pencahayaan buatan, kuliner, juga terdapat
khususnya pada malam hari permainan untuk anak-anak.
pasar Geylang Serai
memanfaatkan lampu dari 2. Pencahayaan, pencahayaan
energi listrik. alami pada bangunan terbilang
cukup banyak melalui dinding-
3.Kebisingan, Kebisingan pada dinding dan pintu kaca sehingga
dalam ruangan berasal dari lalu pada siang hari penggunaan
lalang pengunjung dan adanya pencahayaan buatan dapat
transaksi jual beli di pasar diminimalkan. Sedangkan
Geylang Serai ini, lokasi pasar pencahayaan buatan, khususnya
berada di dekat jalan besar dan pada malam hari memanfaatkan
gedung-gedung. lampu dari energi listrik.

4.Warna, warna yang terdapat 3. Kebisingan, Kebisingan pada


pada pasar Geylang Serai ini dalam ruangan berasal dari lalu
yaitu warna coklat, putih, dan lalang pengunjung dan adanya
krem yang berasal dari material transaksi jual beli di Halal Park
bangunan ini.

4. Warna, Warna yang terdapat


pada Halal Park Senayan ini
menggunakan warna-warna
netral yaitu warna hitam, putih,
abu-abu dan krem yang berasal
dari material bangunan

4. Fasilitas Fasilitas yang terdapat pada pasar Fasilitas yang terdapat pada Halal
Geylang Serai terdiri dari fasilitas Park terdiri dari fasilitas utama
utama yaitu berupa, pasar bahan yaitu berupa exhibition hall, office
makanan pana lantai 1, dan pusat coworking space, foodcourt, butik
kuliner khas Indonesia, India, dan café and resto. Fasilitas penunjang
Melayu pada lantai 2; dan fasilitas berupa toilet dan mushola
pendukung berupa toilet
BAB IV
ANALISIS PRESEDEN

4.1. Kidzania Indonesia, Jakarta

Gambar 4.1 Suasana di Kidzania Jakarta (Sumber : www.kidzania.co.id)

Kidzania menyediakan fasilitas bagi anak-anak dan orang tua yaitu berupa konsep
lingkungan pendidikan yang aman, unik, dan sangat realistis yang memungkinkan anak-
anak antara usia dua hingga empat belas tahun untuk di didik dengan meniru kegiatan
orang dewasa (role-playing) secara alami.

Gambar 4.2 Peta Kota Kidzania Jakarta (Sumber : https://d1eilicilqktnj.cloudfront.net/hosted_files/binaries/


2436/original/CityMapIna---25---Maret---2019-Mezanine.jpg?1561520539)
Seperti di dunia nyata, anak-anak melakukan "pekerjaan" dan baik dibayar
untuk pekerjaan mereka (sebagai polisi pemadam kebakaran, dokter, wartawan, penjaga
toko, dll) atau membayar untuk berbelanja atau dihibur. Secara fisik bangunan
merupakan taman hiburan indoor yang didalamnya terdapat berbagai fasilitas
menyerupai kota sungguhan yang dibangun dengan skala ukuran anak-anak, seperti
bangunan, jalan-jalan beraspal, kendaraan, dan lain sebagainya. Berikut ini pembagian
program ruang kidzania sesuai jenis kegiatan :
a. Kegiatan Penerima

Gambar 4.3 Loket Kidzania


(Sumber : www.kidzania.co.id)

b. Kegiatan Utama

Gambar 4.4 Kegiatan Bermain Peranan Profesi (Sumber : www.kidzania.co.id)


c. Kegiatan Penunjang

Gambar 4.5 Ruang Bermain Balita (Sumber : www.kidzania.co.id)

d. Kegiatan Pengelola

Gambar 4.6 Kantor Pengelola


Kidzania (Sumber :
www.kidzania.co.id)

Konsep Role-playing menjadi sarana universal bermain dinikmati oleh setiap


anak-anak. Selain menyenangkan, konsep ini memiliki manfaat yang sangat positif
dalam hal pendidikan, psikologis dan sarana motivasi.

4.1.1. Penerapan Arsitektur Perilaku pada Kidzania Jakarta


A. Ruang Publik
Ruang publik adalah ruang yang berfungsi untuk tempat menampung
aktivitas masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok, dimana
bentuk ruang publik ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa
bangunan.
Pada bangunan Kidzania terdapat beberapa area yang dijadikan
sebagai ruang publik, yaitu :
 Area penerima
Pada area ini merupakan tempat loket Kidzania yang cukup luas
sehingga dapat menampung cukup banyak pengunjung dengan sekat-
sekat untuk pengunjung ketika melakukan antrian pendaftaran.
Gambar 4.7 Loket Kidzania (Sumber : https://dolanyok.com/kidzania-jakarta/)

 Area bermain
Pada area ini anak-anak dapat bermain peranan profesi :
- Jasa : pemadam kebakaran, polisi & penjara, rumah sakit, bank,
farmasi, pengadilan, interior studio, jasa kemanan & deposito

Gambar 4.8 Permainan Bidang Jasa (Sumber : www.kidzania.co.id)

- Tempat tinggal : konstruksi, pengecatan rumah, rumah kaca, hotel


royal

Gambar 4.9 Permainan Bidang


Tempat Tinggal (Sumber :
www.kidzania.co.id)
- Budaya : teater, penelitian air, sekolah kuliner, sekolah sulap,
sekolah akting, universitas, laboratorium, arkeologi

Gambar 4.10 Permainan Bidang Budaya (Sumber : www.kidzania.co.id)

- Pinggir kota : trek balap, panjat gedung, tato, hotel

- Industri : pabrik teh, pabrik coklat, pabrik wafer, pabrik wafer,


pabrik mie, pabrik sepatu, innovation workshop

Gambar 4.11 Permainan Bidang Industri (Sumber : www.kidzania.co.id)

- Media : stasiun radio, studio tv, studio sulih suara, perusahaan


iklan, penerbitan surat kabar, perusahaan telepon
Gambar 4.12 Permainan Bidang Media (Sumber : www.kidzania.co.id)

- Restoran : toko hamburger, toko pizza, restoran


- Retail : salon, department store, rumah mode, minimarket,
toko kue

Gambar 4.13 Permainan Bidang Retail (Sumber : www.kidzania.co.id)

- Transportasi : transportasi publik, airport, dealer mobil, bengkel


mobil, spbu, rental mobil, safety riding school

Gambar 4.14 Permainan


Bidang Transportasi
(Sumber :
www.kidzania.co.id)
Tidak hanya untuk anak-anak, pada area ini juga terdapat ruang
bermain untuk balita.

Gambar 4.15 Ruang Bermain Balita (Sumber : www.kidzania.co.id)

 Penunjang
Tidak hanya area bermain untuk anak, terdapat juga ruang tunggu dan
bagi orang tua dan beberapa fasilitas umum berupa area parkir,
mushola, toilet, tempat makan, took souvenir, dan lain-lain.

Gambar 4.16 Parents Lounge (Sumber : www.kidzania.co.id)

Aspek keselamatan dan keamanan di kidzania menjadi prioritas


utama. Detail infrastruktur yang disediakan di semua wahana sangat ramah
terhadap anak-anak. Orang tua tidak perlu khawatir terhadap bahaya-bahaya
yang mengancam bagi keselamatan anak saat bermain dan belajar. Safety di
Kidzania diimplementasikan dengan 3 langkah, yaitu prosedurnya dan SDM
di setiap kondisi sudah sangat menguasai. Kedua, peralatan yang friendly
use mudah digunakan untuk anak- anak, selain mudah digunakan juga
ringan. Lalu infrastruktur lingkungan bermain, baik ukuran dan bentuk
kondisinya tidak berbahaya. Kidzania menjamin semua anak yang masuk
wahana akan aman, baik yang didampingi orang tua atau tidak.

B. Teritori
Teritori (Territory) adalah satu area spesifik yang dimiliki dan
dipertahankan, baik secara fisik maupun non fisik dengan aturan dan norma-
norma tertentu. Teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan
pemilikan atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan
ciri pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain. Dengan
demikian penghuni tempat tersebut dapat mengontrol daerahnya atau
unitnya dengan benar, atau merupakan suatu teritorial primer.
 Ruang luar
Kidzania Jakarta memliki teritori pada ruang luarnya yang dapat dilihat
dari pembagian ruang-ruangnya yang berdekatan namun terdapat
batasan berupa sirkulasi. Teritori ruang luar ditandai dengan kegiatan
yang berbeda yang berada di ruang-ruang yang berbeda pula, maka
tercipta teritori antar ruang dan fungsi ruang.
Gambar 4.17 Layout Denah lt. bawah Kidzania

Gambar 4.18 Layout Denah lt. bawah Kidzania

 Ruang Dalam
Pada ruang dalam teritori tercipta antara pegunjung yang satu dengan
lainnya yang ditandai dengan diletakkannya kursi dan meja yang
menjadi batas ruang individu dan kelompok pada setiap kegiatan yang
berlangsung.
Gambar 4.19 Ruang Dalam Kidzania (Sumber : www.kidzania.co.id)

C. Ruang Personal dan Kesumpekan


Definisi ruang privat menurut Sommer adalah sebagai batas tak nampak
disekitar seseorang, dimana orang lain tidak boleh atau merasa enggan
untuk memasukinya. Personal space merupakan konsep yang dinamis dan
adaptif, tergantung pada situasi lingkungan dan psikologis seseorang.
Dengan kata lain, jarak individu untuk mendapatkan personal space dapat
bertambah atau mengecil.
Konsep personal space berhubungan dengan Crowding (kesumpekan).
Secara umum dapat dikatakan bahwa crowding adalah situasi dimana
seseorang atau sekelompok orang sudah tidak mampu mempertahankan
personal spacenya. Hal ini disebabkan personal spacenya telah diintervensi
oleh orang atau banyak orang.
Tatanan perabot pada Kidzania memungkinkan terjadinya interaksi antar
individu yang berdampak positif bagi anak untuk belajar berintersi sosial
disuatu ruang. namun individu yang ada diruang tersebut dapat
mempertahankan ruang personalnya untuk meminimalisir kesumpekan yang
tercipta dari jarak-jarak yang berekatan antar individu dengan adanya kursi
dan meja sebagai batas ruang personal setiap individu.
Gambar 4.20 Ruang Personal Antar Individu Saat Berkegiatan (Sumber : www.kidzania.co.id)

D. Adaptasi dan Adjustment


Dalam skema persepsi disebutkan bahwa setelah seseorang mempersepsikan
lingkungannya, ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Kemungkinan
pertama adalah rangsang yang dipersepsikan berada dalam batas optimal
sehinga timbulah kondisi homoestatis. Kemungkinan kedua adalah rangsang
yang dipersepsikan berada diatas batas optimal atau dibawahnya yang
mengakibatkan stress dan manusia harus melakukan perilaku penyesuaian
diri. Perilaku penyesuaian diri ini terdiri dari dua jenis, yang pertama adalah
mengubah tingkah laku agar sesuai dengan lingkungan yang disebut dengan
adaptasi, dan yang kedua adalah mengubah lingkungan agar sesuai dengan
tingkah laku yang disebut adjustment.
Pada Kidzinia Jakarta banyak kegiatan yang dapat diikuti oleh anak selain
untuk hiburan sekaligus belajar sesuai dengan minat anak tersebut. Anak-
anak dapat bermain peranan profesi :
- Jasa : pemadam kebakaran, polisi & penjara, rumah sakit, bank,
farmasi, pengadilan, interior studio, jasa kemanan &deposito
- Tempat tinggal : konstruksi, pengecatan rumah, rumah kaca, hotel royal
- Budaya : teater, penelitian air, sekolah kuliner, sekolah sulap, sekolah
akting, universitas, laboratorium, arkeologi
- Pinggir kota : trek balap, panjat gedung, tato, hotel
- Industri : pabrik teh, pabrik coklat, pabrik wafer, pabrik wafer, pabrik
mie, pabrik sepatu, innovation workshop
- Media : stasiun radio, studio tv, studio sulih suara, perusahaan iklan,
penerbitan surat kabar, perusahaan telepon
- Restoran : toko hamburger, toko pizza, restoran
- Retail : salon, department store, rumah mode, minimarket,
toko kue
- Transportasi : transportasi publik, airport, dealer mobil, bengkel mobil,
spbu, rental mobil, safety riding school
Berbagai kegiatan yang terdapat di Kidzania menjadikan anak-anak
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan sekitarnya saat berkegiatan
baik dengan individu disekitarnya maupun dengan suasana ruang pada
setiap kegiatan. Aspek keselamatan dan keamanan menjadi prioritas
utama dengan detail infrastruktur yang disediakan di semua wahana
sangat ramah terhadap anak-anak. Safety di Kidzania
diimplementasikan dengan 3 langkah, yaitu prosedurnya dan SDM di
setiap kondisi sudah sangat menguasai. Kedua, peralatan yang friendly
use mudah digunakan untuk anak- anak, selain mudah digunakan juga
ringan. Lalu infrastruktur lingkungan bermain, baik ukuran dan bentuk
kondisinya tidak berbahaya. Dikarenakan mayoritas pengunjung adalah
anak-anak maka ruang-ruang yang ada di kidzinia dibuat ramah untuk
anak-anak, menarik, dan segala hal baik ukuran, warna, serta penataan
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keamanan anak-anak

4.2. Pasar Sentral Atarazanas, Spanyol

Gambar 4.21 Pasar Sentral Atarazanas (Sumber : https://www.archdaily.com/399210/ataranzas-municipal-market-


restoration-project-aranguren-and-gallegos-arquitectos)

Pasar Sentral Ataranzas merupakan bangunan unik dalam struktur besi pada akhir
abad ke-19, dengan ruang komersial dibagi menjadi tiga area untuk pemasaran buah dan
sayuran, ikan, dan daging. Pasar ini telah direnovasi sebelumnya dengan tujuan untuk
memulihkan desain asli Pasar Ataranza lama oleh arsitek Rucoba, meningkatkan
karakter dan monumentalitas arsitekturnya. Intervensi yang dikembangkan dalam
proyek dibagi menjadi dua : pertama, ke dalam perbaikan yang memengaruhi bangunan
sejenis dan dan meningkatkan kualitas pasar sentral atarazanas, yaitu dirancang terlepas
dari tata letak dan desain kios, dan kedua, ke dalam perbaikan yang berfokus pada
deskripsi desain, distribusi dan alokasi kios.
Bangunan asal dihancurkan seperti atap semen asbes dan langit-langit yang datar.
Pembongkarannya memungkinkan ruang pusat menjadi lebih besar dan koneksi visual
dari poros utama pasar sentral Ataranzas dan jendela besar, ruang di lantai tunggal tanpa
hambatan, dan dengan kios-kios pasar dimasukkan ke dalamnya.
Hal ini dilakukan untuk Ini memulihkan ide asli proyek Rucoba, yang dianggap
paling koheren dan fungsional, serta masuk akal, untuk fungsi dan pemahaman
bangunan yang sempurna. Rehabilitasi pasar berusaha untuk sepenuhnya menghormati
desain arsitektur dan tata ruang dari bangunan yang ada dengan merancang organisasi
formal dan spasial dari kios-kios yang memungkinkan pandangan ruang pasar yang
besar, sambil memberikan kenyamanan dan menyesuaikan dengan kebutuhan
pengunjung saat ini, sehingga dapat memperjelas dan meningkatkan sirkulasi pengguna
melalui unit spasial indoor-outdoor, menghilangkan hambatan arsitektur.

Gambar 4.22 Gambar Denah Pasar Sentral Atarazanas (Sumber : http://historiartemalaga.com/images/atarazanas-


plano.jpg?crc=379849921)
Gambar 4.23 Gambar Tampak Pasar Sentral Atarazanas (Sumber :
https://images.adsttc.com/media/images/51d6/f24a/e8e4/4ed5/3800/000a/medium_jpg/PLANTA_BAJA_ESQUEMA
.jpg?1413923723)

4.2.1. Penerapan Konsep Tradisional Bercitra Modern Arsitektur Perilaku pada Pasar
Sentral Atarazanas
A. Zoning dan Sirkulasi Bangunan
Zoning adalah pembagian kawasan ke beberapa zona sesuai dengan fungsi
dan karateristik semula atau diarahkan bagi p engembangan fungsi-fungsi
lain. Zoning fungsi adalah pembagian zona-zona yang berdasarkan
pengendalian pemanfaatan ruang yang mengacu kepada aktivitas-aktivitas
pada zona tersebut. Menurut Francis D.K. Ching dalam bukunya Teori
Arsitektur (1993), alur sirkulasi dapat diartikan sebagai “tali” yang mengikat
ruang-ruang suatu bangunan atau suatu deretan ruang-ruang dalam maupun
luar, menjadi saling berhubungan. Oleh karena itu kita bergerak dalam waktu
melalui suatu tahapan ruang. Kita merasakan ruang ketika kita berada di
dalamnya dan ketika kita menetapkan tempat tujuan.
pada bangunan pasar sentral atarazanas penzoningan dilakukan dengan
pembagian area yaitu area buah dan sayuran, area ikan, dan area daging.
Sirkulasi dibagian tengah dan mengelilingi kios penjual yang memungkinkan
penginjung mudah mengakses area pasar.

Keterangan :

: Jalur Masuk

: Jalur Keluar

: Toilet

: Sirkulasi
pengunjung

Gambar 4.24 Zoning Dan Sikulasi Pasar Sentral


Atarazanas (Sumber :
https://id.pinterest.com/pin/52072939419069638/)
B. Bentuk dan Tampilan Bangunan
Bentuk dalam arsitektur meliputi permukaan luar dan ruang dalam. Pada saat
yang sama, bentuk maupun ruang mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi
fisik maupun non fisik). Fungsi-fungsi tersebut dapat dikomunikasikan
kepada pengamat melalui bentuk. Kaitan-kaitan tersebut dapat menghasilkan
ekspresi bentuk. Dalam menyatakan, keterkaitan fungsi, ruang dan bentuk
dapat menghadirkan berbagai macam ekspresi. Penagkapan ekspresi bentuk
bisa sama ataupun berbeda pada setiap pengamat, tergantung dari pengalaman
dan latar belakang pengamat.
 Tampilan Luar
Pada bagian luar Pasar Sentral Atarazanas terlihat simetris dengan bagian
utama yang menggunakan kaca pada sebagian besar dindingnya dengan
warna dan gambar kegiatan masyarakat sekitar pada masa lalu dan
memiliki bentuk atap pelana yang menggunakan struktur besi. Pada
bagian samping kiri dan kanan bangunan dinding dibuat seperti gambar
kubah yang disusun besar dan kecil yang berulang dengan warna
dominan coklat dan berbahan beton.

Gambar 4.25 tampilan luar pasar sentral atarazanas


(Sumber : https://www.heatheronhertravels.com/a-mouthwatering-walkatarazanas-market-
malaga/)

 Tampilan Dalam
Pada bagian dalam atarazanas berupa ruangan besar dan luas dengan
banyak kios yang di buat berwarna sehingga menjadikannya terlihat unik
dan menarik dengan sirkulasi disekelilingnya terlihat kering bersih dan
luas sehingga pengunjung dapat merrasa nyaman berada di pasar ini.
Gambar 4.26 tampilan dalam pasar sentral atarazanas (Sumber :
https://www.myguidemalaga.com/photos)

C. Teknologi Bangunan.
Merupakan cara meng-konstruksikan sesuatu hingga menjadi suatu bentuk
(bangunan) yang dapat dipertanggung jawabkan dalam hal kekuatan,
keamanannya, kegunaannya (fungsi) dan lainnya sesuai maksud dan
tujuannya. teknologi bangunan yang digunakaan harus memperhatikan hal-
hal berikut :
 Terlindung dari pengaruh cuaca, hujan, panas mentari, bau
Bangunan Pasar Sentral Atarazanas dibuat tinggi dan tahan terhaap cuaca
di kota tersebut dengan bentuk atap segitiga dan bentuk bangunan yang
sederhana.
 Pemanfaatan pemasukan cahaya alami
Pasar Sentral Atarazanas menggunakan dinding kaca yang luas sehingga
cahaya alami dapat masuk secara maksimal kedalam bangunan
 Optimalisasi sirkulasi udara
Bangunan Pasar Sentral Atarazanas dibuat tinggi sehingga sirkulasi udara
dapat optimal an sirkulasi pengunjung yang luas menjadikan suasana
tidak terlalu sumpek.
 Bentuk massa sederhana dengan struktur rangka ruang bersifat fleksibel
Bentuk masa Pasar Sentral Atarazanas cukup sederhana, tidak
menggunakan hiasan terlalu banyak pada bangunan dengan
menggunakan dinding kaca yang luas tetapi struktur rangka tidak bersifat
fleksibel.
4.3. Kesimpulan Analisis Preseden
4.3.1. Analisis Preseden Arsitektur Perilaku pada Kidzania Jakarta
Tabel 4.1 Kesimpulan Analisis Preseden pada Kidzania Jakarta
Kidzania Jakarta

Ruang Publik √ Pada bangunan kidzania terdapat beberapa


area yang dijadikan sebagai ruang publik,
yaitu : area penerima, area bermain, dan area
penunjang dengan luas dan perabot yang
disesuaikan dengan kebutuhan pengguna
ruang dan memperhatikan aspek keselamatan
dan keamanan dengan detail infrastruktur
yang sangat ramah terhadap anak-anak.

Teritori √ Kidzania Jakarta memliki teritori pada ruang


luarnya yang dapat dilihat dari pembagian
ruang-ruangnya yang berdekatan namun
terdapat batasan berupa sirkulasi.
Pada ruang dalam teritori tercipta antara
pegunjung yang satu dengan lainnya yang
ditandai dengan diletakkannya kursi dan meja
yang menjadi batas ruang individu dan
kelompok pada setiap kegiatan yang
berlangsung.

Ruang Personal √ Tatanan perabot pada Kidzania


dan Kesumpekan memungkinkan terjadinya interaksi antar
individu yang berdampak positif bagi anak
untuk belajar berinteraksi sosial disuatu
ruang. Namun individu yang ada diruang
tersebut dapat mempertahankan ruang
personalnya untuk meminimalisir
kesumpekan yang tercipta dari jarak-jarak
yang berekatan antar individu dengan adanya
kursi dan meja sebagai batas ruang personal
setiap individu.

Adaptasi dan √ Berbagai kegiatan yang terdapat di Kidzania


Adjustment menjadikan anak-anak menyesuaikan dirinya
terhadap lingkungan sekitarnya saat
berkegiatan baik dengan individu disekitarnya
maupun dengan suasana ruang pada setiap
kegiatan.

4.3.2. Analisis Preseden Konsep Tradisional Bercitra Modern pada Pasar Sentral
Atarazanas
Tabel 4.2 Kesimpulan Analisis Preseden pada Pasar Sentral Atarazanas

Pasar Sentral Atarazanas

Zoning dan √ Pada bangunan Pasar Sentral Atarazanas


Sirkulasi penzoningan dilakukan dengan pembagian
Bangunan area yaitu area buah dan sayuran, area ikan,
dan area daging. sirkulasi dibagian tengah dan
mengelilingi kios penjual yang
memungkinkan penginjung mudah mengakses
area pasar.

Bentuk dan √ Pada bagian luar Pasar Sentral Atarazanas


Tampilan terlihat sangat tinggi dengan bagian atap yang
Bangunan berbentuk segitiga. bahan kaca sangat
dominan digunakan pada bagian dinding
depan bangunan dan menggunakan struktur
besi. pada bagian dalam atarazanas berupa
ruangan besar dan luas dengan banyak kios
yang di buat berwarna sehingga
menjadikannya terlihat unik dan menarik
dengan sirkulasi disekelilingnya terlihat
kering bersih dan luas.

Teknologi √ Bangunan Pasar Sentral Atarazanas dibuat


Bangunan tinggi dan tahan terhaap cuaca di kota tersebut
dengan bentuk atap segitiga dan bentuk
bangunan yang sederhana, menggunakan
dinding kaca yang luas sehingga cahaya alami
dapat masuk secara maksimal kedalam
bangunan, dibuat tinggi sehingga sirkulasi
udara dapat optimal an sirkulasi pengunjung
yang luas menjadikan suasana tidak terlalu
sumpek, bentuk masa pasar sentral atarazanas
cukup sederhana, tidak menggunakan hiasan
terlalu banyak pada bangunan dengan
menggunakan dinding kaca yang luas tetapi
struktur rangka tidak bersifat fleksibel.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan tinjauan pustaka, studi banding dan analisis preseden yang
telah dibahas diatas dapat disimpulkan bahwa variabel dan kriteria desain Pasar Produk Halal
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Kesimpulan variable dan kriteria desain Pasar Produk Halal

ASPEK VARIABEL KRITERIA DESAIN


Penzoningan disesuaikan dengan kelompok ruang dengan
Zoning dan sirkulasi
pengaturan sirkulasi yang mudah diakses dengan
bangunan
Tradisional memperhatikan kenyamanan dan keamanan pengguna
Bentuk dan tampilan Bentuk dan tampilan bangunan menyesuaikan fungsi pasar
bercitra
bangunan dengan mengutamakan penghawaan dan pencahayaan alami
modern Penggunaaan teknologi bangunan yang modern yang dapat
Teknologi bangunan.
melindungi dari pengaruh cuaca, pemanfaatan cahaya alami,
dan mengoptimalkan sirkulasi udara
Ruang publik yang dapat menampung aktivitas publik secara
Ruang Publik fungsional, memiliki aksesibilitas yang mudah, nyaman dan
terjadi interaksi sosial yang baik didalamnya
Teritori Terdapat batas baik fisik atau non fisik yang jelas dan dapat
mengontrol penggunaaan ruang yang berbeda-beda
Arsitektur
Ruang personal yang dapat membatasi interaksi pengguna
perilaku Ruang Personal Dan
dengan pengguna lain dan meminimalkan terjadinya
Kesumpekan
kesumpekan (crowding)
Penyesuaian terhadap lingkungan yang sudah ada dan
Adaptasi dan
perubahan terhadap lingkungan yang menyesuaikan dengan
Adjustment
kebutuhan pengguna

Anda mungkin juga menyukai