Anda di halaman 1dari 11

ALIF

Sharia Economics Journal


Juni, 2022: Vol. 01 No.01, hal.: 37-47 https://doi.org/10.37010/alif.v1i1.712

Penguatan Ekosistem Halal Value Chain sebagai Pengembangan


Industri Halal Menuju Era 5.0
Strengthening the Halal Value Chain Ecosystem as the Development of the Halal Industry
Towards Era 5.0

Kholifatul Husna Asri 1, Amin Ilyas2


1
STEI Tiara (YASNI), Ciderum, Bogor, kholifatul.husnaa@gmail.com
2
STEI Tiara (YASNI), Ciderum, Bogor, aminilyasnoer@gmail.com

Abstrak
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan jenis
penelitiannya adalah literature review dari beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Metode
pengumpulan data melalui data sekunder yang didapatkan dari berbagai karya ilmiah seperti jurnal dan artikel,
serta buku, dokumentasi dan internet. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ekonomi syariah dan industri halal
merupakan sektor yang memiliki kesempatan, peluang dan berkontribusi pada nilai tambah perekonomian
melalui pemenuhan permintaan pasar. Dalam mendukung perkembangan ekonomi syariah salah satu upayanya
melalui penguatan ekosistem halal value chain yang dalamnya mencakup sejumlah industri yang berkaitan
dengan keperluan produk dan jasa halal. Ekosistem industri halal harus lebih dikuatkan dan dikembangkan agar
mampu menguasai potensi pasar global. Selain itu, upaya pengembangan ekosistem halal value chain dalam
pembangunan industri halal dimulai dari input sampai outcome-nya, terlebih dalam menghadapi era society 5.0.
Penguatan halal value chain meliputi beberapa sektor di antaranya (1) industri makanan dan minuman yang
terdiri dari bahan baku, manufaktur, retailer, pembiayaan, saluran distribusi dan teknologi. (2) stakeholders industri
halal yaitu (a) pemerintah, (b) konsumen, (c) industri dan (d) investor. Stakeholders memiliki peranan sebagai
fasilitator dan katalisator yang menghubungkan antara demand dan supply pada industri halal.
Kata Kunci: halal value chain, ekosistem industri, halal industri.

Abstract
The research method used in this study is a qualitative research, with the type of research being a literature review of
several previous studies. The method of data collection is through secondary data obtained from various scientific
works such as journals and articles, as well as books, documentation and the internet. Based on the results of the
research that the Islamic economy and the halal industry are sectors that have opportunities, opportunities and
contribute to added value to the economy through fulfilling market demand. In supporting the development of the
sharia economy, one of the efforts is through strengthening the halal value chain which includes a number of
industries related to the needs of halal products and services. The halal industrial ecosystem must be strengthened
and developed in order to be able to master the potential of the global market. In addition, efforts to develop a halal
value chain in the development of the halal industry start from the input to outcome, especially in facing the era of
society 5.0. The strengthening of halal value chain includes several sectors including (1) the food and beverage
industry consisting of raw materials, manufactures, retailers, financing, distribution channels and technology. (2)
stakeholders , namely (a) government, (b) consumers, (c) industry and (d) investors. Stakeholdersa role as facilitators
and catalysts that connect demand and supply in the halal industry..
Keywords: halal value chain, industrial ecosystem, halal industry.

37
38 | e-ISSN:

PENDAHULUAN

Pada tahun 2019 Indonesia dapat sukses menduduki peringkat ke-satu di dunia dalam
pengembangan keuangan syariah. Terlihat dari gambar di bawah ini;

Gambar 1. Skor Islamic Finance Country Index (IFCI)

Berdasarkan data tersebut, Indonesia mendapati skor 81,93. Berdasarkan Global Islamic Finance
2019, Indonesia berhasil menggantikan posisi Malaysia pada peringkat ke lima. Pada tahun 2019, aset
keuangan syariah di Indonesia tercatat sebesar US$99,2 miliar atau sekitar 3.44% dari total keseluruhan
aset keuangan syariah secara global. Meningkatnya peringkat ini tidak lepas dari dukungan pemerintah
maupun pihak swasta. Terdapat empat faktor utama pendorong ekonomi syariah global yaitu (1)
pertumbuhan penduduk (muda) muslim yang tinggi, (2) pertumbuhan ekonomi syariah yang cepat dan
besar, (3) beberapa negara fokus pada pengembangan pasar produk halal, dan (4) praktik bisnis dan life
style mendasari pada nilai-nilai etika Islam.
Ekonomi syariah tidak terbatas pada sektor keuangan syariah saja, tetapi sektor bidang produksi
barang pun tercakup di dalamnya. Ekonomi syariah dan industri halal merupakan sektor yang memiliki
kesempatan, peluang dan berkontribusi pada nilai tambah perekonomian melalui pemenuhan permintaan
pasar (Julistia, et al, 2021). Berbagai dukungan yang diberikan pemerintah melalui beberapa program di
antaranya bauran kebijakan untuk mendukung perkembangan ekonomi syariah pada tahun 2022, salah
satu upayanya melalui penguatan ekosistem halal value chain (Samori,Salleh, & Khalid, 2016: Waharini
& Purwantini, 2018). Di dalamnya mencakup sejumlah industri yang berkaitan dengan keperluan produk
dan jasa halal. Ekosistem industri halal harus lebih dikuatkan dan dikembangkan agar mampu menguasai
potensi pasar global (Fauzi, et al, 2017).
Halal value chain merupakan konsep yang mengelola ekosistem bisnis, tidak hanya berpatokan
pada sektor perdagangan, tetapi juga mengakses pada pariwisata halal dan financial (Muslihati, 2020).
Perkembangan dan perubahan life style masyarakat yang semakin kompleks diperlukan sebuah tanggapan
yang baik melalui penyesuaian rantai pasok sebagai kunci utama. Kehalalan produk telah disampaikan
oleh Allah dan Rasul-Nya melalui Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 173, yang artinya
“Bahan yang diharamkan Allah adalah bangkai, darah, babi dan hewan yang disembelih dengan nama
selain Allah”.
Ekosistem industri halal mencakup beberapa aspek di dalamnya yang perlu menjadi perhatian
diantaranya (Rachman & Syamsudin, 2019), (1) aspek pembiayaan dan pendanaan, (2) proses produksi,
dan (3) regulasi. Dalam membuat industri halal, diperlukan ekosistem halal, karakteristik ini tidak hanya
dilihat dari bahan baku dan produksi, namun juga termasuk finansial yang tercakup kekuatan regulasi,
sehingga keuangan syariah memiliki peranan krusial dalam membentuk ekosistem industri halal.

ALIF: Sharia Economics Journal


https://doi.org/10.37010/alif.v1i1.712 | 39

Produk halal merupakan produk yang ada sertifikasi halal dengan ditandai pencantuman logo halal pada
suatu kemasan. Bagi muslim, logo halal ini mencirikan produk tersebut telah memenuhi standarisasi yang
ditetapkan oleh syariat Islam. Sedangkan bagi non-muslim, lambang halal mewakili tanda kebersihan,
kualitas serta keamanan (Ambali & Bakar, 2012). Value chain atau rantai nilai sebagai rangkaian aktivitas
yang dilaksanakan suatu perusahaan guna menghasilkan produk atau jasa. Strategi value chain
memerlukan adanya integrasi dari input, pembuatan, penyaluran, marketing dan konsumsi sebagai hasil
akhir produk. Semua itu harus memperlihatkan nilai syariah (Subianto, 2018).
Kementerian Agama melalui UU No 33 Tahun 2014 mengatur jaminan produk halal di Indonesia
bahwa produsen wajib mendaftarkan produknya. Dalam proses untuk penerbitan sertifikasi halal, ada
beberapa aspek yang berpengaruh di dalamnya di antaranya BPJPH dan Lembaga Pemeriksaan Halal
(LPH). Kehadirannya UU tersebut diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 31 Tahun
2019 mengenai jaminan produk halal. peraturan ini diharapkan dapat memberikan kejelasan informasi
dan keterbukaan konsumen produk halal, beserta memberikan dorongan dalam pertumbuhan pasar
industri halal di Indonesia.
Dalam masyarakat dunia, halal menjadi lambang global yang mencirikan sebagai suatu jaminan
dari kualitas dan pilihan dari life style. Dalam bisnis, produk bersertifikasi halal dapat memberikan
keuntungan yang sangat berpengaruh bagi produsen (Supriadi, 2009: Zulfakar, et al, 2014). Dalam hal ini,
produsen dan penjual menggunakan sertifikat halal dan logo sebagai cara untuk memberikan informasi
serta meyakinkan kepada konsumen bahwa produk yang mereka jual berkualitas dan layak untuk
dikonsumsi sesuai dengan syariat agama (Yulia, 2015). Life style halal di masyarakat dunia yang semakin
meningkat dan berpengaruh pada permintaan produk halal.
Saat ini, industri halal terus berkembang dan maju pesat pada berbagai sektor, di antaranya
makanan dan minuman financial, fashion, kosmetik, obat-obatan, pariwisata atau hiburan, healthcare,
travel dan pendidikan. Hal ini diperlukan kerja sama yang baik disemua elemen sebagai upaya dalam
memanfaatkan potensi peluang industri halal (Faqiatul, et al, 2018: Pujayanti, 2020).
Keunggulan industri halal berada pada pilihan life style yang memiliki komitmen pada nilai
syariat, diantaranya memberikan kesejahteraan secara merata, tanggung jawab, ramah lingkungan, adanya
keadlian sertaa etika dalam berinvestasi dan berbisnis. Keunggulan ini memberikan karakteristik pada
integrasi nilai etika secara berbarengan dengan nilai agama, dan memberikan peluang potensi industri
halal dari konsumen muslim maupun non-muslim di dunia yang berjumlah 2,8 miliar (Azam & Abdullah,
2020).
Perubahan pada life style masyarakat terlihat pada perubahan permintaan barang halal yang
memuat akibat pada kesediaan penawaran produk halal. Strategi pada pengembangan industri halal terus
dilakukan, mulai dari regulasi sampai pengembangan Kawasan industri halal (Kementerian Perindustrian,
2018: Annisa, 2019). Berdasarkan hasil data Indonesia Halal Market Report pada tahun 2021/2022,
Indonesia merupakan pasar konsumen halal terbesar di dunia dengan nilai konsumsi produk halal
mencapai 184 miliar dolar AS pada tahun 2022. Hal ini menyiratkan bahwa Indonesia memiliki potensi
yang besar dalam mengelola kesempatan peluang industri halal baik di kancah regional, nasional dan
global (Nasution, 2020). Penduduk muslim di Indonesia mencapai 209,1 juta jiwa, angka ini mewakili
12,1 persen total populasi muslim di dunia (Mubarok & Imam, 2020).
Penguatan industri halal sangat diperlukan bagi peningkatan perekonomian. Atas dasar itu,
diperlukan peningkatan kompetensi daya saing para pelaku bisnis dalam menghadapi era society 5.0,
Indonesia diharuskan untuk menggunakan strategi digital dari bermacam lini seperti membuat platform
ekonomi digital yang mampu mengakses halal value chain ¸UMKM serta mencapai kapabilitas produksi
halal sehingga menjangkau pada skala global (Pujayanti, 2020). Strategi ini dapat memaksimalkan potensi
pasar industri halal (Mubarok & Imam, 2020).

Strengthening the Halal Value Chain Ecosystem as the Development of the Halal Industry Towards Era 5.0
Kholifatul Husna Asri1, Amin Ilyas2
40 | e-ISSN:

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan
jenis penelitiannya adalah literature review dari beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan.
Metode pengumpulan data melalui data sekunder yang didapatkan dari berbagai karya ilmiah seperti
jurnal dan artikel, serta buku, dokumentasi dan internet (Batubara, 2017). Di antara data tersebut, sebagai
data-data yang dikumpulkan dan dipublikasikan oleh lembaga-lembaga yang terpercaya, seperti Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, Kementerian Perindustrian, Badan Pusat Statistik (BPS), dan
lainnya.
Proses analisis data dilakukan secara komprehensif dengan lebih menekankan pada karakteristik
data, kualitas data, serta keterkaitan dengan konsep dan teori yang relevan. Sehingga dapat memberikan
informasi yang tepat mengenai Penguatan Ekosistem Halal Value Chain Sebagai Pengembangan Industri
Halal Menuju Era 5.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Ekonomi syariah di Indonesia mengalami perkembangan pesat dan memperlihatkan kontribusi


yang terus meningkat. Sehingga dapat dikatakan bahwa ekonomi syariah memiliki peranan penting dalam
perubahan ekonomi menuju Indonesia maju. Indonesia memiliki potensi yang besar dari nilai sectoral
industri halal (Dewi, 2019). Pengembangan industri halal menjadi kegiatan penting dalam perencanaan
strategi peningkatan ekonomi Indonesia (Zulfakar et al, 2014). Industri halal menjadi kekuatan bersaing
dalam konstelasi perdagangan internasional, hal ini karena telah menjadi dasar konsumen yang semakin
meningkat (Elasrag & Hussein, 2016). Halal menjadi karakteristik universal dalam menjamin kaulitas
produk dan standar hidup.
Industri halal memiliki keterkaitan dengan life style. Life style merupakan perilaku yang muncul
dari kegiatan seseorang atau pola hidup yang digambarkan dalam activity, interest dan opinion (Kotler &
Keller, 2006).

Gambar 2. Perilaku Konsumen Menurut Hawkins (2004)

ALIF: Sharia Economics Journal


https://doi.org/10.37010/alif.v1i1.712 | 41

Perilaku konsumen dalam menggunakan dana dan uang yang dimiliki, di mana hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam dari konsumen, seperti yang dijelaskan oleh Hawkins (2004) pada
gambar di atas, mengenai perilaku konsumen. Sejalan dengan yang disampaikan Hawkins, seorang
muslim membeli barang untuk dikonsumsi bukan hanya sebatas memenuhi kebutuhan life skill, tetapi
diharuskan taat sesuai syariat Islam yaitu halal. Halal memiliki makna sebagai sesuatu yang
diperbolehkan, sedangkan haram kebalikannya yaitu dilarang (Al Qordhowi, 1994: Astogini, Wahyudin
& Wulandari, 2012: Adinugraha & Sartika, 2019). Sejalan dengan penelitian Yusoff & Adzharuddin
(2017) bahwa masyarakat memiliki tingkat kesadaran yang tinggi dalam mencari informasi makanan
halal. Perilaku ini memperlihatkan perspektif kesadaran masyarakat akan pentingnya kehalalan pada suatu
produk yang menjadi pendorong utama dalam menjaga halal value chain.
Sertifikasi halal menjadi elemen penting yang berpengaruh dan memberikan kontribusi dalam
pengambilan keputusan pembelian suatu produk oleh konsumen. Industri halal sebagai elemen dari
ekonomi Islam. Berdasarkan the state of global Islamic economic report 2018/2019 terdapat framework
ekonomi etika global yang dapat memicu peranan ekonomi Islam pada ranah global.

Gambar 3. Global Ethical Economy Framework

Industri halal bukan lagi menjadi pelengkap pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, tetapi telah
menjadi bagian elemen penting dalam pembangunan ekonomi negara. Seperti Malaysia dan Uni Emirat
Arab (UEA) sedang menikmati pertumbuhan ekonomi negaranya dengan meningkatkan industri halal dan
menjadi kekuatan industri halal dunia. Berdasarkan State of the Global Islamic Economic Report
2019/2020 memperlihatkan bahwa umat muslim terhadap life style halal di dunia memiliki pengaruh yang
sangat besar.

Tabel 1. Kontribusi Belanja Produk Halal


No. Produk/Jasa Jumlah
1 Keuangan Islam USD 2.5 triliun
2 Makanan dan Minuman USD 1.369 triliu
3 Fashion USD 283 miliar
4 Media dan Entertainment USD 220 miliar
5 Travel dan Pariwisata USD 189 miliar
6 Farmasi USD 92 miliar
7 Kosmetik USD 64 miliar
Sumber: State of the Global Islamic Economic Report 2019/2020

Besarnya pengaruh belanja produk halal bagi umat muslim di dunia menjadi penggerak dalam
pertumbuhan ekonomi saat ini. Industri halal telah berkembang menjadi perspektif baru dalam
pertumbuhan bisnis pasar di dunia. Melalui jumlah penduduk muslim yang mencapai 3 miliar orang,
industri halal menjadi bisnis yang paling cepat meningkat dan berkembang di pasar global (Sukoso et al,
2020).

Strengthening the Halal Value Chain Ecosystem as the Development of the Halal Industry Towards Era 5.0
Kholifatul Husna Asri1, Amin Ilyas2
42 | e-ISSN:

Gambar 4 . Ekonomi Islam Secara Global (Thomson Reuters, 2019)

Salah satu faktor elemen penting dalam pertumbuhan ekonomi Islam (industri halal) yaitu adanya
peningkatan jumlah penduduk muslim di dunia. Pada tahun 2018 jumlah penduduk muslim sejumlah 1.8
miliar dan diperkirakan jumlah umat Islam akan terus meningkat pada tahun 2030 mencapai 2.2 miliar.

Gambar 5. Masa Depan Populasi Muslim Dunia (Pew Research Centre, 2017)

Berdasarkan laporan Pew Research Centre Forum on Religion & Public Life (2017) di atas, saat
ini agama Islam menjadi agama dengan jumlah populasi terbesar kedua di dunia, setelah agama Kristen.
Peningkatan populasi tersebut dapat mempengaruhi permintaan produk dan jasa halal.
Halal value chain merupakan kegiatan produksi yang dapat dipastikan kehalalannya. Hal ini
sebagai niscaya kehadiran suatu badan yang memiliki peranan untuk melakukan pengawasan, memenej,
pengujian sampai pada wewenang untuk mengambil kebijakan, evaluasi, produksi, distribusi dan
konsumsi (Guangli, et al, 2016).

ALIF: Sharia Economics Journal


https://doi.org/10.37010/alif.v1i1.712 | 43

Gambar 6. Ekosistem Industri Halal

Ekosistem yang diperlukan dalam peningkatan industri halal, mengacu pada pendekatan supply,
demand dan enabler. Dari aspek supply keberadaan sektor industri halal Indonesia (food, pariwisata,
fesyen, obat-obatan, media dan energi terbarukan) telah mempersiapkan berbagai produk yang dapat
dikonsumsi masyarakat dengan label halal. Dukungan pemerintah yang diberikan, baik sebagai regulator,
eksekutor dan evaluator dibutuhkan sebagai komponen enabler dalam ekosistem industri halal (Faisal,
2021). Ekosistem sebagai tatanan kesatuan secara keseluruhan yang mempengaruhi dinamika
perkembangan dan pertumbuhan industri halal (Annisa, 2019: Fauzi, et al, 2017; Rachman & Syamsuddin,
2019).

Gambar 7. Ekosistem Halal Value Chain

Halal lifestyle memiliki potensi yang besar dan dapat dikembangkan guna, Pertama, mendorong
pengembangan permintaan atas produk barang dan jasa berlabel halal. Kedua, pemahaman dan kesadaran
pengguna atas kebutuhan produk halal akan memberikan dorongan pada pengembangan produksi barang
dan jasa halal serta peningkatan kinerja, Ketiga, peningkatan kinerja produsen dapat mensupport dalam
peningkatan permintaan tenaga kerja ekonomi syariah.
Dalam ranah membangun strategi digital ekonomi menurut Kementerian BPPN yang disampaikan
melalui publikasi Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 yaitu 1) halal market place serta
suatu sistem pembiayaan syariah, 2) memfasilitasi pertumbuhan industri start up untuk meningkatkan
halal value chain nasional sertaa global melalui pembentukan fasilitas incubator, 3) tersedianya sistem
informasi yang terintegrasi untuk traceability produk halal. Halal supply chain mengontrol pengolahan
barang dan jasa, serta mengawasi juga batasan dari eksploitasi sumber daya alam (Pujayanti, 2020).

Strengthening the Halal Value Chain Ecosystem as the Development of the Halal Industry Towards Era 5.0
Kholifatul Husna Asri1, Amin Ilyas2
44 | e-ISSN:

Menurut Kurniawan & Azwir (2018), dalam penerapan halal value chain harus melaksanakan evaluasi
dan pengawasan ulang dari tahapan dasar (planning) hingga Do. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan
guna memaksimalkan halal value chain dengan menggabungkan metode Plan-Do-Check-Action atau
disebut dengan metode PDCA.

Gambar 8. Ekosistem Halal Value Chain

Berdasarkan siklus di atas, tahapan dalam metode PDCA (Tjiptono & Diana, 2003) yaitu (1)
menyusun plan. Tahapan pertama ini penting untuk dilakukan yang didasari poin-poin inti di antaranya
pemahaman akan proses, meminimalisir berbagai pekerjaan yang tidak perlu, menyortir kesalahan dan
merencanakan perbaikan yang berkesinambungan, (2) melaksanakan plan (do), tahap ini, organisasi
(perusahaan) melaksanakan perencanaan yang telah disusun secara bertahap, (3) pemeriksaan (check),
setelah melaksanakan dua tahap sebelumnya, kemudian perusahaan mulai membandingkan kesesuaian
antara plan dengan do, (4) Tindakan (action), perusahaan melakukan analisis efektivitas dari tiga tahapan
sebelumnya. Perpaduan antara halal value chain dan PDCA pada industri halal membawa perusahaan
guna mencapai keunggulan kompetitif dan memiliki daya saing dengan menjaga nilai-nilai kehalalan
setiap rantai prosesnya, dimulai penyediaan, pembuatan, penyimpanan, menyalurkan hingga penyerahan
kepada konsumen. Selain itu, PDCA dapat mengoptimalisasi operasional perusahaan. Sehingga,
kolaborasi yang diterapkan pada industri halal dapat meningkatkan kinerja perusahaan serta menguatkan
industri halal baik di sektor barang maupun jasa (Junior & Broday, 2019).
Selain itu, salah satu upaya dalam peningkatan dan penguatan daya saing industri. Kementerian
Perindustrian melakukan pengembangan Kawasan Industri Halal di Indonesia. Kawasan Industri Halal ini
Sebagian Kawasan industri yang telah dirancang dengan sistem dan difasilitasi guna pengembangan
industri yang hanya menghasilkan produk-produk halal yang sesuai dengan standarisasi Sistem Jaminan
Produk Halal global (Sukoso et al, 2020).
Dalam pengembangan ekosistem halal value chain sebagai upaya pembangunan industri halal
dimulai dari input sampai outcome-nya pada industri halal, terlebih dalam menghadapi era society 5.0.
berdasarkan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 untuk melakukan penguatan halal value
chain meliputi beberapa sektor di antaranya;
Pertama, industri makanan dan minuman yang terdiri dari bahan baku, manufaktur, retailer, pembiayaan,
saluran distribusi dan teknologi.

Tabel 1. Halal Value Chain


Value Chain. Industri Utama Industri Pendukung
Bahan Baku 1. Industri pertanian Industri riset dan
2. Industri perkebunan pengembangan Asosiasi
3. Industri peternakan
4. Industri perikanan dan hasil laut

ALIF: Sharia Economics Journal


https://doi.org/10.37010/alif.v1i1.712 | 45

Teknologi 1. Teknologi pengola bahan dasar pangan Industri riset dan


2. Rumah potong hewan pengembangan lembaga
3. Teknologi pertanian bioindustri pendidikan
Manufaktur 1. Industri makanan kemasan Industri riset dan
2. Industri pengolahan minuman kemasan pengembangan Asosiasi
3. Pengolahan daging, makanan laut Lembaga pendidikan
4. Pengolahan sereal, tepung, susu, kakao
5. Pengolahan sayuran, buah, kacang
6. Residu dan limbah industri makanan
7. Industri perlengkapan dan peralatan
pengendali mutu
Saluran Distribusi 1. Industri pengemasan Industri riset dan
2. Industri pengangkutan darat pengembangan Asosiasi
3. Jasa pengiriman barang Lembaga pendidikan
Retailer 1. E-commerce Industri riset dan
2. Retail store pengembangan Asosiasi
3. Pameran Lembaga pendidikan
4. Media Restoran
Pembiayaan Industri perbankan syariah IKNB syariah
Sumber: Masterplan Ekonomi Syariah (2019)

Untuk meningkatkan masing-masing rantai nilai tersebut, diperlukan pengaplikasian strategi,


diantaranya (1), standarisasi halal produk dalam negeri, promosi, literasi produk halal, dan sertifikasi halal
produk UMKM sebagai penguatan pasar dalam negeri, (2), membuka jalan rantai distribusi, melakukan
pemasaran produk halal serta adanya pembakuan kualitas makan dalam tingkat internasional sebagai
verifikasi pasar dengan tujuan ekspor dan spesialiasi produk, (3) meningkatkan efektivitas serta
memperkuat lembaga terkait halal industri dengan berbagai kegiatan diantaranya mendukung
swasembada bahan baku dan program kerja daerah unggulan, dan (4) melakukan research and
development (R&D) halal food dan pembentukan pusat halal industri disetiap wilayah daerah.
Kedua, stakeholders industri halal yaitu (1) pemerintah, (2) konsumen, (3) industri dan (4)
investor. Stakeholders memiliki peranan sebagai fasilitator dan katalisator yang menghubungkan antara
demand dan supply pada halal sektoral fesyen muslim, media dan rekreasi halal, makanan dan minuman
halal, pariwisata halal, farmasi dan kosmetol halal serta ekonomi Islam. Sehingga terbentuk berbagai
ekosistem halal di Indonesia (Ahyar & Wibowo, 2019).

Gambar 9. Industri Produk dan Jasa Halal

Strengthening the Halal Value Chain Ecosystem as the Development of the Halal Industry Towards Era 5.0
Kholifatul Husna Asri1, Amin Ilyas2
46 | e-ISSN:

PENUTUP

Salah satu faktor elemen penting dalam pertumbuhan ekonomi Islam (industri halal) yaitu adanya
peningkatan jumlah penduduk muslim di dunia. Peningkatan populasi tersebut dapat mempengaruhi
permintaan produk dan jasa halal. Industri halal bukan lagi menjadi pelengkap pertumbuhan ekonomi
suatu bangsa, tetapi telah menjadi bagian elemen penting dalam pembangunan ekonomi negara. Dalam
mendukung perkembangan ekonomi syariah salah satu upayanya melalui penguatan ekosistem halal value
chain yang dalamnya mencakup sejumlah industri yang berkaitan dengan keperluan produk dan jasa halal.
Ekosistem industri halal harus lebih dikuatkan dan dikembangkan agar mampu menguasai potensi pasar
global. Selain itu, upaya pengembangan ekosistem halal value chain dalam pembangunan industri halal
dimulai dari input sampai outcome-nya, terlebih dalam menghadapi era society 5.0. Penguatan halal value
chain meliputi beberapa sektor di antaranya (1) industri makanan dan minuman yang terdiri dari bahan
baku, manufaktur, retailer, pembiayaan, saluran distribusi dan teknologi. (2) stakeholders industri halal
yaitu (a) pemerintah, (b) konsumen, (c) industri dan (d) investor. Stakeholders memiliki peranan sebagai
fasilitator dan katalisator yang menghubungkan antara demand dan supply pada industri halal.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H. H., & Sartika, M. (2019). Halal Lifestyle di Indonesia. An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, 5(2),
57–81. https://doi.org/10.21274/AN.2019.5.2.LAY OUT.
Ahyar, M. K., & Wibowo, M.Y.P. (2019). Halal industry and Islamic banking: a study of halal ecosystem regulation
in indonesia. Journal of Finance and Islamic Banking, Vol. 2 (2): 165-182.
Al Qordhowi, Y. (1994). al-Halal wa al-Haram fi al-Islam. Bayrut: Maktabah al Islami.
Ambali, A. R., & Bakar, A. N. (2013). Ḥalāl food and products in Malaysia: People’s awareness and policy
implications. Intellectual Discourse, 21(1).
Annisa, A.A. (2019). Kopontren Dan Ekosistem Halal Value Chain. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol 5 (1) : 1-8.
Astogini, D., Wahyudin, W., & Wulandari, S. Z. (2012). Aspek Religiusitas dalam Keputusan Pembelian Produk
Halal (Studi Labelisasi Halal pada Produk Makanan dan Minuman Kemasan). Jurnal Ekonomi Bisnis
Dan Akuntansi (JEBA), 13(1).
Azam, S.E., & Abdullah, M.A. 2020. Global Halal Industry: Realities and Opportunities. IJIBE International
Journal of Islamic Business Ethics, Vol. 5 (1) : 47-59.
Dewi, W. (2019). Strategi Pengembangan Ekonomi melalui Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia. Info Singkat:
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Vol 9 (10), 19.
Elasrag., & Hussein. (2016). Halal Industry : Key Challenges And Opportunities. MPRA Paper, No. 69631, online
at https: //mpra.ub.uni-muenchen.de/69631/. Fauzi, F.A., Karia, N., & Mokhtar, M.A.M. 2
Faisal, y.A. (2021). Industri Halal dan Pengembangan Kawasan Halal Berbasis Kearifan Lokal. Pusat Studi
Manajemen dan Bisnis FEB UNPAD.
Faqiatul, M.W., Anissa H,P. (2018). Model Pengembangan Industri Halal Food di Indonesia. Jurnal Muqtasid IAIN
Salatiga, 9 (1): 1-12.
Fauzi, F.A., Karia, N., & Mokhtar, M.A.M. 2017. The antecedents of halal competency model: towards
improvement of halal certification for smes products. International Journal of Business, Economics and
Law, Vol. 14 (5):18-28.
Global Islamic Economy Report (GIEI, 2018/19). Diakeses melalui http://www. globalreligiousfutures.org/ [19
Maret 2022].
Guangli Z, et al. (2016). Halal Logistics and Supply Chain Linkage Potential Across the ThaiMalaysia Border as
a Driver of IMT-GT Economic Development. The 7th Hatyai National and International Conference. at
Hatyai University.
Hawkins, Best, Coney. (2004). Consumer Behavior, Building Marketing Strategy International Edition, Mc Graw
Hill Companies, Inc
Julistia, et al. (2021). Analisis Ekosistem Halal Value Chain Pada UMKM Di Kota Medan. Jurnal Ilmu-ilmu Sosisal
dan KeIslaman, Vol 6 (2): 247-255.
Junior, A. A., & Broday, E. E. (2019). Adopting PDCA to Loss Reduction: A Case Study in Food Industry in
Southern Brazil. International Journal for Quality Research, Vol. 13 (2), 335-348.

ALIF: Sharia Economics Journal


https://doi.org/10.37010/alif.v1i1.712 | 47

Kementerian Perindustrian. (2018). Kemenperin: Kemenperin Bikin Kawasan Industri Halal.


Kementerian Pariwisata. (2015). Laporan Akhir Kajian Pengembangan Wisata Syariah. Kementerian Pariwisata:
Jakarta.
Kotler & Keller. (2006). Manajemen Pemasaran, Edisi 12 jilid 1, Terjemahan (Molan Benyamin). Indonesia: PT.
Indeks
Kurniawan & Azwir (2018). Penerapan Metode PDCA untuk Menurunkan Tingkat Kerusakan Mesin pada Proses
Produksi Penyalutan. Jurnal Teknik Industri Vol. 3 (2): 104- 117.
Masterplan Ekonomi Syariah 2019-2014. Diakses melalui https://ubico.id/ [13 April 2022].
Mubarok, F.K., & Imam, M.K. (2020). Halal industry in indonesia, challenges and opportunites. Journal of Digital
Marketing and Halal Industry, Vol. 2 (1) : 55-64.
Muslihati. (2020). Milenial Sebagai Penggerak Ekosistem Halal Value Chain di Indonesia. Strudy of Scientific and
Behavioral Management (SSBM), Vol.1 (2): 45-55.
Nasution, L.Z. (2020). Penguatan Industri Halal bagi Daya Saing Wilayah: Tantangan dan Agenda Kebijakan.
Journal of Regional Economics Indonesia. Vol 1 (2): 33-56.
Pew Research Center’s Forum on Religion & Public Life. The Future of the Global Muslim Population Projections
for 2010-2030, January 27, 2011. Diakses melalui http://assets.pewresearch.org/ [13 April 2022].
Pujayanti, D.A. (2020). Industri Halal Sebagai Paradigma Bagi Sustainable Development Goals Di Era Revoluasi
Industri 4.0. Youth & Islamic Economic Journal, Vol 1 (1) :20-33.
Rachman, M.A., & Syamsuddin. (2019). Halal industry in indonesia: the role of sharia financial institution in
driving industrial and halal ecosystem. Al-Iqtishad, Journal of Islamic Economics, Vol. 11, No. 1, pp.
35-58
Samori, Z., Salleh, N. Z., & Khalid, M. M. (2016). Current Trends on Halal Tourism: Cases on Selected Asian
Countries. Tourism Management Perspectives, 19, 131-136.
Subianto, P. (2018). Rantai Nilai Dan Perspektif Kesadaran Masyarakat Muslim Akan Makanan Halal. Conference
on Islamic Management, Accounting, and Economics (CIMAE) Proceeding. Vol. 2,141-146.
Sukoso, et al. (2020). Ekosistem Industri Halal. Jakarta: Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah - Bank
Indonesia.
Supriadi, Y. (2009). Pengaruh Kebijakan Labelisasi Halal Terhadap Hasil Penjualan Produk. Jakarta:Universitas
Indonesia.
Tjiptono, F., & Diana, A. (2003). Perbaikan Berkesinambungan. In F. Tjiptono, & A. Diana, Total Quality
Management (TQM) – Edisi Revisi (pp. 277-279). Yogyakarta: CV Andi Offset (Penerbit Andi).
Waharini, F.M.,Purwantini, A.H. (2018). Model Pengembangan Industri Halal Food Di Indonesia. Muqtasid, Vol
9 (1): 1-13. DOI: http://dx.doi.org/10.18326/muqtasid.v9i1.1-13.
Yulia, L. (2015). Jurnal Bimas Islam, Vol 8 (1):121-162.
Yusoff, S. Z., & Adzharuddin, N. A. (2017). Factor of awareness in searching and sharing of halal food product
among Muslim families in Malaysia. In SHS Web of Conferences, 33. 75. EDP Sciences.
Zulfakar, M.H., Anuar, M.M., & Talib, M.S.A. (2014). Conseptual Framework On Halal Food Supply Chain
Integrity Enhancement. Procedia, Social and Behavioral Sciences, Vol. 121: 58-67.

Strengthening the Halal Value Chain Ecosystem as the Development of the Halal Industry Towards Era 5.0
Kholifatul Husna Asri1, Amin Ilyas2

Anda mungkin juga menyukai