Bandung
2017
Statement of Authorship
Nama perguruan tinggi: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Dengan ini menyatakan naskah/paper yang saya ikut sertakan dalam paper
konferensi “The 17th Sharia Economic Days” yang berjudul:
Merupakan hasil karya sendiri, bukan terjemahan, belum pernah diikutkan dalam
konferensi atau kompetisi lain, dan belum pernah dimuat dimedia apapun. Saya
bersedia menanggung segala tuntutan jika dikemudian hari ada pihak yang merasa
dirugikan, baik secara pribadi maupun secara hukum. Demikian surat pernyataan
ini. Apabila terbukti ada pelanggaran, kami bersedia untuk didiskualifikasi dari
konferensi ini.
i
Implementing Halal Supply Chain in Indonesia: PEST Analysis Approach
Hari ini, produk halal tidak hanya digemari oleh masyarakat muslim tetapi juga
masyarakat nomuslim. Ini karena produk halal memberikan jaminan kualitas
produk, terutama pada isi kandungan yang dijamin higienitasnya, yang membuat
produk halal diterima semua golongan dan menyebabkan pasar produk halal kian
membesar. Karenanya membuat proses penyediaannya juga semakin kompleks,
tidak terkecuali di Indonesia. Perkembangan pasar halal indonesia dari tahun
ketahun semakin meningkat, terlebih semenjak dikeluarkannya peraturan Undang-
undang tentang Jaminan Produk Halal yang membuat semua sektor yang berkaitan
dengan produk halal diberikan kepastian hukumnya.
Meski aturannya sudah dibuatkan, tidak serta merta menjamin sebuah industri halal
menjadi kompetitif. Agar produk halal tetap kompetitif dan berkesinambungan,
diperlukan sebuah konsep manajemen yang terintegrasi dari hulu sampai ke hilir,
dalam hal ini halal supply chain, yang merupakan sebuah konsep yang memiliki
pengaturan tentang pengaliran produk, keuangan dan informasi pada rantai pasokan
halal yang sesuai dengan syariat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi halal supply chain di
Indonesia, dengan metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan analisis PEST, yang mana faktor-faktor eksternal yang penting dan
berkaitan dengan halal supply chain (HSC) akan dielaborasi dan dianalisis. Hasil
dari penelitian ditemukan bahwa ada beberapa faktor penting yang bisa berpotensi
menjadi peluang dan ancaman ketika HSC diterapkan di indonesia.
Keyword: Halal Supply Chain, SWOT, Industri Halal, Kompetitif.
ii
Daftar Isi
iii
1. Pendahuluan
1
Halal Supply Chain (HSC) dalam hal ini bisa jadi salahsatu solusi
pemecahan masalahnya. Karena dengan pasar produk halal yang semakin
kompleks—dan mengingat indonesia merupakan jumlah penduduk muslim
terbanyak didunia—dibutuhkan integrasi supply yang memadai kedalam
satu jaringan dimasing masing sektornya. Misalnya saja kebutuhan akan
industri logistik halal yang saat ini masih banyak menggunakan industri
logistik konvensional sebagai alat pendistribusi barang. Padahal industri
logistik yang telah tersertifikasi berperan penting dalam menjaga agar
produk halal tidak tercecer dengan produk haram ketika melakukan proses
distribusi(Ngah, Zainuddin, & Thurasamy, 2014).
HSC merupakan suatu proses yang concern pada integrasi dari hulu
sampai ke hilir suatu produk halal. Dimulai dari pengumpulan raw material
(perusahaan bahan baku utama/mentah), proses produksi, penyimpanan,
distribusi, dan retail bahkan sampai akhirnya ke tangan konsumen dengan
usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syariat islam kedalam satu
aliran jaringan yang terintegrasi, termasuk didalamnya aliran produk,
finansial dan informasi (Azlan et al., 2016). HSC adalah proses rantai yang
bertujuan untuk memisahkan antara produk yang haram dan tidak diketahui
kejelasannya (Omar, 2011). Tujuannya, selain demi menjaga kepercayaan
para konsumen terhadap industri halal, juga untuk meningkatkan tingkat
efektivitas dan efisiensi suatu industri.(Mohamad, Tebal, & Pinang, 2014).
2
manajer bisnis sebagai sesuatu yang bisa meningkatkan performa setiap
perusahaan yang tergabung kedalam supply chain.
2. Tinjauan pustaka
2.1. Halal Supply Chain
Untuk itu maka umat islam tidak perlu direpotkan harus mengetahui
segala jenis barang yang dibolehkan, cukup dengan mengetahui apa yang
diharamkan, maka sisanya adalah boleh (Karim, 2006). Dalam hal ini,
setidaknya ada dua kategori yang mesti diperhatikan. Pertama dilihat dari
dzatnya (dzatihi) atau kandungannya, apakah barang itu mengandung unsur
yang diharamkan seperti daging babi, anjing, dan yang kedua adalah selain
dari dzatnya (lighairi dzatihi), seperti jenis transaksinya apakah
menggunakan transaksi yang dilarang seperti riba, gharar, maysir, cara
pembuatannya apakah sudah sesuai dengan standar syariah atau tidak
(Karim, 2006). Sedangkan halal, secara sederhana merupakan segala
sesuatu yang dibolehkan menurut hukum syara (Omar, 2011). Di Indonesia,
3
term halal sudah menjadi kata yang berhubungan erat dengan perdagangan
dan selalu diaplikasikan pada term makanan. Seperti ‘makanan halal’, yang
berarti makanan tersebut secara sah menurut islam aman dan boleh di
konsumsi.
Untuk mengetahui produk mana yang sudah dijamin halal, MUI sudah
membuat rincian dan standar prosedur untuk membuat sertifikasi halal. Bagi
perusahaan yang ingin membuat sertifikasi halal mereka cukup mengikuti
persyaratan halal seperti yang tercantum dalam HAS 23000 dan panduan
sertifikasi halal (Aminuddin, 2016; MUI, 2008). Dengan adanya sertifikasi
halal, maka konsumen akan mendapatkan jaminan atas halalnya suatu
produk yang mereka makan atau gunakan. Ketika konsumen yakin atas
produk yang mereka konsumsi, maka akan meningkatkan minat konsumen
untuk membeli produk halal (Yusoff, Yusoff, 2015).
Masalah lainnya lagi adalah adalah ketika sumber bahan baku yang
digunakan berasal dari sumber dan lokasi yang berbeda-beda, apalagi jika
berasal dari luar negeri, yang memungkinkan adanya sertifikasi halal yang
dikeluarkan oleh lembaga lain selain lembaga resmi yang telah pemerintah
tetapkan (Azlan et al., 2016). Diperlukan integrasi antar lembaga sertifikasi
diberbagai negara, yang bisa mengurai kompleksitas sertifikasi produk halal
4
agar bisa menjangkau lebih dalam lagi pasar halal di tingkat global. Karena
dengan adanya proses sertifikasi yang terintegrasi akan semakin
mempermudah perusahaan dalam melakukan sertifikasi pada produk halal
yang berdampak pada efisiensi perusahaan dan meningkatkan hubungan
antar supplier (Omar, 2011).
5
Banyak peneliti yang mencoba untuk meneliti dan membuat contoh
desain HSC, seperti Azlan (2016) yang memfokuskan pada pengaruh label
halal dan respon para perusahaan terkait masalah HSC. Ia menemukan
bahwa masalah utama terkendalanya HSC dimalaysia karena perusahaan
halal dimalaysia memiliki keterbatasan dalam informasi tentang spesifikasi
halal dan penyediaan barang halal, selain itu kurangnya data perusahaan
supply dan manufaktur menyebabkan terhambatnya proses penyediaan
suatu produk. Lalu banyaknya para pengusaha yang masih minim
pengetahuan tentang HSC. Lalu Omar (2010) dengan fokus studi HSCnya
pada perusahaan ternak. Yusoff (2015) yang meneliti pengaruh penerapan
HSC terhadap keinginan untuk membeli.
6
2.2. PEST Analisis
7
3. Metode Penelitian
4. Hasil penelitian
4.1. Faktor politik
8
sebuah kemajuan bagi perkembangan industri indonesia, meski ada
beberapa kendala yang terjadi. Salahsatunya adalah Peraturan Pemerintah
yang merupakan turunan dari UU JPH sampai saat ini tak kunjung juga
disahkan. Padahal undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa aturan
tersebut mesti disahkan paling lama 2 tahun semenjak undang-undang
tersebut ditetapkan pada 2 Oktober 2014 (Suryowati, 2017). Hal ini
disebabkan karena adanya lembaga dan stakeholder yang masih keberatan
dengan beberapa poin dalam UU JPH ini, contohnya kementerian kesehatan
yang meminta agar mengecualikan produk kesehatan dan obat-obatan
kedalam sertifikasi halal (Republika, 2016).
Rasio antara total produk beredar dan total produk yang telah
tersertifikasi juga masih rendah. Dari 259.984 jumlah produk yang beredar
saat ini, hanya 7.764 saja yang telah disertifikasi atau sekitar 3% dari total
produk yang ada. Sedangkan untuk MUI wilayah provinsi dari total 150.156
9
produk yang ada sebanyak 33.310 yang telah tersertifikasi atau sekitar
22.1% (LPPOM, 2017).Talib dalam penelitiannya mengatakan sertifikasi
halal merupakan faktor pertama dalam membentuk HSC. Tanpa adanya
sistem sertifikasi yang memadai proses HSC akan sulit untuk dilakukan(Ab
Talib, Abdul Hamid, & Thoo, 2015).
10
mengherankan jika banyak pakar menyebutkan bahwa industri halal
merupakan prospek industri masadepan.
Adanya tren peningkatan konsumsi halal dan gaya hidup halal juga
mulai merambah dimasyarakat indonesia dewasa ini, terutama remaja.
Jangankan indonesia, negara dengan kawasan minoritas muslim saja
mengalami tren peningkatan didalam produksi dan konsumsi produk halal
(Lanigan, 2010). Ini disebabkan karena produk halal tidak hanya
menawarkan kepastian kehalalannya saja tapi juga jaminan kesehatan dan
11
keamanannya. Sehingga menyebabkan produk halal digemari tidak hanya
oleh muslim, tetapi juga nonmuslim (Anggara, 2017).
12
mendengarnya (Azlan et al., 2016). Sehingga selain diperlukan sosialisasi
lebih lanjut dan insentif-insentif kebijakan yang akan memudahkan
pengusaha dalam menerapkan HSC juga diperlukan (Syazwan et al., 2017).
Tidak hanya dari kalangan pengusaha, dari sudut pandang konsumen pun
juga demikian. Proses-proses yang terjadi selama HSC nyatanya tidak
terlalu berpengaruh dalam membuat keputusan mereka untuk membeli
(Ngah et al., 2014). Meskipun hal ini dibantah oleh penelitian lainnya yang
mengatakan sebaliknya (Yusoff, Yusoff, 2015). Tapi bisa disimpulkan
bahwa kesadaran masyarakat pada umumnya tentang penerapan konsep
HSC di indonesia masihlah terbilang lemah (Wachidah, 2007).
13
dilakukan (Lu, 2011). Senada dengan Chen, penggunaan IT menjadi
salahatu kunci keberhasilan dalam manajemen supply chain.
14
Namun yang perlu dicatat adalah, ada upaya LPPOM untuk menuju
kearah itu—peningkatan mutu dalam teknologi halal. Seperti dalam bidang
kajian dan riset, yakni LPPOM telah memiliki jurnal kajian akademik halal
research. Dalam hal peningkatan teknologi pelayanan sertifikasi sudah
memulai menggunakan aplikasi online (Cerol 23000), pelatihan halal juga
via online (Halo LPPOM MUI), lalu tagging barcode juga tersedia untuk
teknologi berbasis android yang diselenggarakan dengan menggandeng
GSI. Lembaga ini juga membangun teknologi berbasis QR Code Scanner,
yang mana dapat membantu konsumen untuk mengecek apakah produk itu
halal atau tidak.
Faktor Sumber
Politik
Disahkannya UU JPH (Ab Talib et al., 2015;
Belum mempunyai roadmap halal Agenor et al., 2014;
Membentuk lembaga KNKS Republika, 2016;
Rendahnya sertifikasi produk halal Suryowati, 2017)
15
Ekonomi (Anggara, 2017; Elias &
Peningkatan konsumsi halal Noone, 2011; GIFR, 2010;
ditingkat nasional maupun global Ngah et al., 2014; PEW
Potensi pasar market ASEAN Forum, 2011; PKRB, 2014;
(MEA)
WEF, 2016; Yusoff,
Lemahnya dayasaing industri
Yusoff, 2015)
Produktivitas yang tinggi
16
Politik Adanya UU JPH, Rendahnya tingkat sertifikasi
dibentuknya lembaga halal, belum mempunyai
KNKS, roadmap halal,
Ekonomi Meningkatnya konsumsi Lemahnya daya saing industri
produk halal baik
nasional maupun global,
terbukanya pasar market
ASEAN(MEA),
produktivitas tinggi
Sosial dan Ketaatan pada hukum Kurangnya pengetahuan
Budaya syariah, peningkatan tentang HSC
kesadaran dan
pengetahuan produk
halal, populasi muslim
terbesar didunia.
Teknologi Peningkatan mutu dalam Rendahnya kesiapan teknologi,
penggunaan IT, upaya resistensi pengusaha dalam
inovasi dalam sertifikasi penggunaan teknologi baru,
halal terutama HSC
Analisis PEST, seperti yang dikatakan Gupta (2013) merupakan alat yang
biasanya digunakan ketika ada sebuah produk atau konsep baru yang ditawarkan,
dengan melihat faktor-faktor eksternal sebagai acuan untuk strategi yang dilakukan
oleh sebuah usaha. Dalam hal ini faktor-faktor PEST terhadap implementasi HSC
yang telah disebutkan diatas menjadi acuan bagi para stakeholder dan lembaga
terkait untuk menganalisis dampak eksternal terutama ancaman yang dihadapi HSC
di indonesia.
Jika fokus terhadap ancaman, ternyata tingkat sertifikasi produk halal yang
masih rendah yang membuat konsep HSC sedikit sulit untuk digunakan, ini sesuai
dengan temuan Talib (2015) bahwa sertifikasi memang sangat berpengaruh dan
merupakan faktor kunci dari HSC. Selain itu adanya kekurangfahaman dan
pengetahuan dikalangan pengusaha tentang konsep HSC juga merupakan
ancaman(Tieman & Ghazali, 2014), dan menjadi penyebab perusahaan enggan
untuk menerapkan konsep HSC (Saidon, Mat Radzi, & Ab Ghani, 2015).
Rendahnya kesiapan teknologi juga mestinya dicegah melalui sosialisasi dana
bimbingan teknis yang digalakan oleh pemerintah bekerjasama dengan lembaga
terkait seperti MUI (Jaelani, 2017b). Ini agar membuat pengetahuan para pengusaha
17
tentang HSC meningkat dan mengurangi tingkat resistensi mereka terhadap konsep
baru tentang HSC.
5. Kesimpulan
Indonesia sudah memiliki modal yang tak dimiliki oleh negara muslim
manapun, yaitu jumlah penduduk muslim terbesar didunia. Jika potensi ini
dioptimalkan oleh pemerintah, apalagi indonesia memiliki tingkat produktivitas
yang tinggi, hambatan-hambatan untuk menerapkan HSC nampaknya sedikit
berkurang. Ditambah dengan adanya kesadaran masyarakat akan konsumsi produk
halal yang sekarang ini cenderung meningkat membuat potensi-potensi
implementasi HSC semakin terbuka. Meski terlihat seperti itu namun faktanya
segala tren positip industri halal nyatanya tidak selalu berbanding lurus dengan
HSC. Meski pengetahuan tentang produk halal tinggi namun pengetahuan dalam
HSC masihlah rendah. Masih banyak masyarakat yang nyatanya tidak mengetahui
18
konsep ini (Yusoff, Yusoff, 2015), bahkan beberapa dikalangan pengusaha
cenderung menghindari konsep ini ketika digunakan baik dalam sistem
manajemennya maupun teknologinya (Syazwan et al., 2017). Tapi MUI dan
lembaga terkait lainnya tetap mengupayakan terhadap adanya peningkatan mutu
terutama dalam bidang teknologi. Banyak penelitian juga menunjukkan bahwa
tingkat teknologi tidak hanya akan merubah terhadap profit perusahaan, tetapi juga
persepsi dan pemahaman banyak muslim.
Nyatanya banyak pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan baik itu oleh
pemerintah, pengusaha, bahkan masyarakat jika konsep ini ingin diterapkan secara
menyeluruh. Selain itu terdapat beberapa batasan dalam penelitian ini. Salahsatunya
analisis PEST tidak merefleksikan seluruh faktor eksternal makro suatu industri dan
dimungkinkan selalu ada perubahan disetiap waktunya (Gupta et al., 2013). Kedua
penelitian in menggunakan pendekatan kualitatif yang mana kekurangan dalam hal
pembuktian bukti empiris. Sehingga diharapkan kedepannya penelitian lainnya bisa
fokus pada pendekatan kuantitatif.
19
Daftar Pustaka
Ab Talib, M. S., Abdul Hamid, A. B., & Thoo, A. C. (2015). Critical success
factors of supply chain management: a literature survey and Pareto analysis.
EuroMed Journal of Business, 10(2), 234–263.
https://doi.org/10.1108/EMJB-09-2014-0028
Agenor, P. R., Alper, K., & Pereira da Silva, L. A. (2014). Sudden floods,
macroprudential regulation and stability in an open economy. Journal of
International Money and Finance, 48(PA), 68–100.
https://doi.org/10.1016/j.jimonfin.2014.07.007
Alam, S. S., & Sayuti, N. M. (2011). Applying the Theory of Planned Behavior (
TPB ) in halal food purchasing. International Journal of Commerce and
Management, 21(1). https://doi.org/10.1108/10569211111111676
Anir, N. A., Mohd, N., Nizam, H., & Masliyana, A. (2008). The Users
Perceptions and Opportunities in Malaysia in Introducing RFID System for
Halal Food Tracking, 5(5), 843–852.
20
Azlan, W., Hassan, W., Mohd, R., Raja, T., Ahmad, L., Hamid, A., & Megat, N.
(2016). The Perception on Halal Supply Chain Management Systems
Implementation of SMEs in Selangor, 9(September).
https://doi.org/10.17485/ijst/2016/v9i34/100843
Elias, S., & Noone, C. (2011). The Growth and Development of the Indonesian
Economy. Reserve Bank of Australia, 33–44. Retrieved from
http://www.rba.gov.au/publications/bulletin/2011/dec/pdf/bu-1211-4.pdf
Fernando, Y., Ariffin, Z., Wahid, N., Othman, R., & Hanim, S. (2010).
RECOMMENDATIONS TO STRENGTHEN HALAL FOOD SUPPLY
CHAIN FOR FOOD INDUSTRY IN MALAYSIA. Journal of Agribusiness
Marketting, 91–105.
FME. (2013). PESTLE Analysis. Retrieved October 19, 2017, from www.free-
management-ebooks.com
Gupta, A., Officer, A., & Kalan, W. (2013). Environment & PEST Analysis : An
Approach to External Business Environment. International Journal of
Modern Social Sciences, 2(1), 34–43.
Karim, A. (2006). Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan (5th ed.). Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
21
Perdagangan, Vol.56 Jul. Retrieved from
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ca
d=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiShYuG-
9TXAhWBN48KHdveARgQFggmMAA&url=http%3A%2F%2Fdjpen.keme
ndag.go.id%2Fapp_frontend%2Fadmin%2Fdocs%2Fpublication%2F622144
8614980.pdf&usg=AOvVaw32iMlw54y9ZcBqO61fGS
Lada, S., Tanakinjal, G. H., & Amin, H. (2008). Predicting intention to choose
halal products using theory of reasoned action. International Journal of
Islamic and Middle Eastern Finance and Manageme, 2(1).
https://doi.org/10.1108/17538390910946276
Lambert, D. M., Cooper, M. C., & Pagh, J. D. (1998). Supply Chain Management:
Implementation Issues and Research Opportunities. International Journal of
Logistics Management. https://doi.org/10.1108/09574099810805807
Lanigan, N. (2010). France: French halal market now up to four times bigger than
organic. Retrieved November 9, 2017, from http://halalfocus.net/2010/09/0
Lenny Koh, S. C., Demirbag, M., Bayraktar, E., Tatoglu, E., & Zaim, S. (2007).
The impact of supply chain management practices on performance of SMEs.
Industrial Management & Data Systems, 107(1), 103–124.
https://doi.org/10.1108/02635570710719089
Li, S., Ragu-nathan, B., Ragu-nathan, T. S., & Rao, S. S. (2006). The impact of
supply chain management practices on competitive advantage and
organizational performance, 34, 107–124.
https://doi.org/10.1016/j.omega.2004.08.002
22
Faculty of Leadership and Management , Universiti Sains Islam Malaysia (
USIM ),. Middle-East Journal of Scientific Research, 13, 1–4.
https://doi.org/10.5829/idosi.mejsr.2013.16.s.10021
Miles, R. E., & Snow, C. C. (2007). Organization theory and supply chain
management : An evolving research perspective. Journal of Operations
Management, 25, 459–463. https://doi.org/10.1016/j.jom.2006.05.002
Mohamad, N., Tebal, N., & Pinang, P. (2014). A Framework for the Development
of Halal Food Products in, 693–702.
Mohamed, Y. H., Rahman, A., Rahim, A., Binti, A., & Ghazli, M. (2016). Halal
Traceability in Enhancing Halal Integrity for Food Industry in Malaysia – A
Review.
MUI. (2008). Panduan Umum Sistem Jaminan Halal Lppom – Mui, 1–36.
Ngah, A. H., Zainuddin, Y., & Thurasamy, R. (2014). Barriers and enablers in
adopting Halal transportation services : A study of Malaysian Halal
Manufacturers. International Journal of Business and Management, 2(2),
49–70. https://doi.org/10.1108/JIMA-03-2014-0027
Nor, H. M., Jaafar, H. S., & Ahmad, N. (2016). Establishing a Logistics Cost
Concept in Halal Logistics : From Perspective of Logistics Service Providers
Point of View, 6, 59–63.
Omar, E. N., Jaafar, H. S., & Osman, M. R. (n.d.). Halalan Toyyiban Supply
Chain of the Food Industry, 1–12.
Omar, E. N., Jaafar, H. S., & Osman, M. R. (2010). Halal Supply Chain : A
Preliminary Study of Poultry Industry. Advance in Business Research
International Journal.
23
PEW Forum. (2011). The future of the Global Muslim Population- Projections for
2010-2030. Retrieved November 12, 2017, from
http://www.pewforum.org/The-Future-of-the-Global-Muslim-
Population.aspx
Qardhawi, Y. (1993). HALAL DAN HARAM DALAM ISLAM. Bangil: PT. Bina
Ilmu.
Rina, R., Khanapi, M., & Hasan, A. S. (2013). Novel Computerized Halal
Pharmaceuticals Supply Chain Framework for Warehouse and Procurement.
International Journal of Computer Applications, 70(10), 22–27.
Saad, M., Jones, M., & James, P. (2002). A review of the progress towards the
adoption of supply chain management (SCM) relationships in construction.
European Journal of Purchasing and Supply Management, 8(3), 173–183.
https://doi.org/10.1016/S0969-7012(02)00007-2
Saidon, I., Mat Radzi, R., & Ab Ghani, N. (2015). Food Supply Chain Integration:
Learning from the Supply Chain Superpower. International Journal of
Managing Value and Supply Chains, 6(4), 1–15.
https://doi.org/10.5121/ijmvsc.2015.6401
24
Sciences and Humanities Vol., 3(May 2007), 151–160. Retrieved from
http://www.kitlv-journals.nl/index.php/jissh/index
Syazwan, M., Talib, A., Bakar, A., Hamid, A., Zulfakar, M. H., & Jeeva, A. S.
(2017). Halal Logistics PEST Analysis : The Malaysia Perspectives, 10(14),
119–131. https://doi.org/10.5539/ass.v10n14p119
Tieman, M., & Ghazali, M. C. (2014). Halal control activities and assurance
activities in halal food logistics. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
121(September 2012), 44–57. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.1107
Wachidah, Ri. N. (2007). Pandangan konsumen ibu rumah tangga terhadap label
halal pada produk pangan di kota tangerang. Institut Pertanian Bogor.
25
Yusoff, Yusoff, & H. (2015). Halal Food Supply Chain Knowledge and Purchase
Intention. International Journal of Economics and Management, 9(9), 155–
172. Retrieved from http://www.econ.upm.edu.my/ijem%0AHalal
26