Supplier
Manufactur Warehouse
•Supplier
gula, •UD. Agung •gudang petis Distributor
garam, Jaya UD. Agung
dan Jaya
tepung •Distributor
ketan petis
(UD.
anugrah)
•Supplier
udang
(Petani
udang di
daerah
manyar)
54
4.1.1.2 Hasil kuisioner Dari Desain Key performance indicator
Hasil kuisioner yang diisi oleh owner `UD. Agung Jaya, data diolah sehingga
didapatkan key performance indicator yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Adapun key
performance indicator UD. Agung Jaya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 indicator performansi di UD. Agung Jaya
INDIKATOR PENGERTIAN
NO
PERFORMANSI (Dira ernawati, 2017)
A PLAN
Rencana jumlah produksi
Planning Production
bulanan
B SOURCE
Jumlah bahan baku yang
Source Reliability digunakan
Source Lead Time Lead Time bahan baku
C MAKE
Percentage of
failure Jumlah penyusutan produk
Long Life of the
Product Lama masa pakai produk
Make Item Lama waktu Pengerjaan
Responsiveness Produk
Waktu yang dibutuhkan
Sudden Request perusahaan untuk memenuhi
level perminaan konsumen apabila
terjadi peningkatan permintaan
D DELIVERY
Delivery Quantity Kapasitas pengiriman produk
Product Defects due Tingkat produk cacat akibat
to delivery pengiriman
Delivery Lead Time Lama waktu pengiriman
E RETURN
Reject Rate Of Tingkat pengembalian produk
Customer dari customer
Level of Customer Prosentase keterlambatan
Debt pembayaran customer
Tabel 4.2 Hasil Kuisioner perbandingan berpasangan Performance Attribute Supply Chain
KRITERIA 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KRITERIA
AGILITY X RESPONSIVENES
S
AGILITY X RELIABILITY
AGILITY X COST
AGILITY X ASSETS
RESPONSIVE X RELIABILITY
NESS
RESPONSIVE X COST
NESS
RESPONSIVE X ASSETS
NESS
RELIABILITY X COST
RELIABILITY X ASSETS
COST X ASSETS
KRITERIA 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KRITERIA
PLAN X SOURCE
PLAN X MAKE
PLAN X DELIVERY
PLAN X RETURN
SOURCE X MAKE
SOURCE X DELIVERY
SOURCE X RETURN
MAKE X DELIVERY
MAKE X RETURN
DELIVERY X RETURN
Sumber data kuisioner
56
4.1.2 Data Kuantitatif
Dalam tahap ini data kuantitatif perusahaan terkait dengan aktifitas rantai pasok
perusahaan kemasan plastik dikumpulkan berdasarkan aktivitas industri yang berkaitan
dengan perspektif Supply Chain Operations References (SCOR) yang memiliki lima aspek,
yakni plan, source, make, deliver dan return. Adapun data yang telah dikumpulkan adalah
sebagai berikut.
4.1.2.1 Data Permintaan Customer
Adapun data yang terkait dengan aktivitas Plan adalah data permintaan customer
yang menjadi acuan untuk perencanaan jumlah petis yang harus di produksi. Pada data
permintaan terlihat perbedaan pada setiap periode yang dimana perencanaan hasil produksi
pun tidak bisa maksimal.
Data permintaan diambil dari rekapan data perusahaan selama delapan periode yang
dimana terdapat dua pengiriman pada satu Periode. Pengiriman biasanya dilakukan pada hari
selasa dan jum’at. Adapun data permintaan selama delapan periode adalah sebagai berikut :
Table 4.4 Data Permintaan UD. Agung Jaya
Periode dan Tanggal Produksi Jumlah permintaan
Periode 1
420 kg
03 April 2018 S/D 08 April 2018
Periode 2
490 kg
09 April 2018 S/D 15 April 2018
Periode 3
450 kg
16 April 2018 S/D 22 April 2018
Periode 4
600 kg
23 April 2018 S/D 29 April 2018
Periode 5
650 kg
30 April 2018 S/D 05 Mei 2018
Periode 6
440 kg
07 Mei 2018 S/D 13 Mei 2018
Periode 7
500 kg
14 Mei 2018 S/D 20 Mei 2018
Periode 8
560 kg
21 Mei 2018 S/D 27 Mei 2018
Sumber : Data Perusahaan
57
4.1.2.2 Data Kedatangan Bahan Baku
Pada aktivitas source pada perusahaan yaitu kedatangan bahan baku untuk produksi
petis. Bahan baku untuk membuat petis yaitu udang, gula, tepung ketan, dan garam. Supplier
gula, tepung ketan, dan garam yaitu UD. Anugrah yang dimana terkadang pengiriman gula
oleh supplier terlambat dikarenakan stock gula dari supplier habis. Dari hasil wawancara
dengan pihak perusahaan pengiriman oleh supplier udang di katakan telat apabila pengiriman
lebih dari 4 hari dari waktu pemesanan, untuk pengiriman gula, tepung ketan, dan garam
dikatakan telat apabila lebih dari 8 hari dari hari pemesanan. Data kedatangan bahan baku
diambil dari rekapan data perusahaan yang kemudian diolah kedalam bentuk tabel, adapun
data kedatangan bahan baku dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
4.5 Tabel Kedatangan Bahan Baku
Bahan Baku Supplier Tanggal Tanggal Berat kg Remark
Pemesanan Kedatangan
59
4.1.2.3 Data Hasil Produksi
Adapun data yang terkait dengan aktivitas make adalah data hasil produksi petis.
Menurut Pujawan & Mahendrawathi ( 2010) proses make merupakan proses pengumpulan
data proses make perusahaan ada pada table 4.6
Tabel 4.6 Data Hasil Produksi Petis
60
hari selasa dan jum’at. Data pengiriman diambil dari hasil wawancara dan rekapan data dari
devisi pemasaran, data proses deliver dan Return di table 4.7
Tabel 4.7 Data Pengiriman Produk
Tanggal Quantitas Keterangan
Pengiriman
03-Apr-18 250 kg No return
61
4.1.2.5 Data Customer Debt
Berikut ini merupakan data customer debt yang termasuk pada proses return. Data
customer debt diambil dari rekapan data perusahaan, taget dari perusahaan yaitu maksimal
keterlambatan dari pembayaran yaitu 7 hari agar flow cast dari perusahaan terganggu,
sedangkan pada kondisi dilapangan jumlah rata – rata keterlambataan customer yaitu 11,5
hari. Berikut ini adalah data dari customer debt UD. Agung Jaya di table 4.8
Tabel 4.8 customer debt
Tanggal Tanggal Jumlah
Customer Pembayaran Pelunasan Keterlambatan
Awal
Customer 1 03-Apr-18 10-Apr-18 7 Hari
Customer 2 03-Apr-18 13-Apr-18 10 Hari
Customer 3 03-Apr-18 13-Apr-18 10 Hari
Customer 4 03-Apr-18 10-Apr-18 7 Hari
Customer 5 04-Apr-18 14-Apr-18 10 Hari
Customer 6 03-Apr-18 13-Apr-18 10 Hari
Customer 7 10-Apr-18 20-Apr-18 10 Hari
Customer 8 10-Apr-18 23-Apr-18 13 Hari
Customer 9 10-Apr-18 27-Apr-18 17 Hari
Customer 10 10-Apr-18 24-Apr-18 14 Hari
Customer 11 10-Apr-18 27-Apr-18 17 Hari
Customer 12 10-Apr-18 24-Apr-18 14 Hari
Rata – Rata 11,583 Hari
Sumber Data Perusahaan
62
4.2 Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan diatas akan diolah dengan metode supply chain
operations reference (SCOR) yang dimana didalam metode SCOR terdapat beberapa level,
adapun pengolahan data dengan metode SCOR adalah sebagai berikut :
63
Delivery Minimal 700 kg / Rata – rata 514 kg /
minggu minggu
Delivery Quantity (berdasarkan data 51,2 %
pengiriman pada
table 4.4)
Contoh perhitungan tingkat pencapaian target (TPT) pada proses plan di table 4.9 :
1. Jika kondisinya maksimal
64
Maka perhitungan tingkat pencapaian target pada Planning Production perusahaan adalah
sebagai berikut :
(Target −Data Aktual)
TPT = 100% - 𝑥 100%
Target
(2.500 −2100)
TPT = 100% - 𝑥 100%
2500
TPT = 60 %
Perhitungan TPT untuk proses Source, Make, Deliver, Return yang ada pada tabel 4.4 sesuai
dengan perhitungan pada contoh TPT Planning Production.
INDIKATOR
NO PENGERTIAN
PERFORMANSI
A PLAN
A.1 RELIABILITY
A.1.1 Planning Production Rencana jumlah produksi bulanan
B SOURCE
B.1 AGILITY
B.1.2 Supplier Reliability Tingkat kesesuaian order dengan bahan
baku yang dikirim oleh supplier
B.2 RESPONSIVE
B.2.1 Source Lead Time Lead Time bahan baku
C MAKE
C.1 RELIABILITY
Percentage of
C.1.1 failure Jumlah penyusutan produk
Long Life of the
C.1.2 Product Lama masa pakai produk
C.2 RESPONSIVENESS
Make Item
C.2.1 Responsiveness Lama waktu Pengerjaan Produk
65
Waktu yang dibutuhkan perusahaan
Sudden Request untuk memenuhi perminaan konsumen
C.2.2
level apabila terjadi peningkatan permintaan
mendadak
D DELIVERY
D.1 RELIABILITY
D.1.1 Delivery Quantity Kapasitas pengiriman produk
Product Defects due
D.1.2 to delivery Tingkat produk cacat akibat pengiriman
D.2 RESPONSIVENESS
D.2.1 Delivery Lead Time Lama waktu pengiriman
E RETURN
E.1 RELIABILITY
Reject Rate Of Tingkat pengembalian produk dari
E.1.1
Customer customer
E.2 COST
Level of Customer Prosentase keterlambatan pembayaran
Debt Kustomer
4.2.2.1 Pembobotan performance attribute dan proses inti SCOR dengan metode AHP
Pembobotan menggunakan AHP bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari
performance attribute SCOR yaitu agility, reliability, respomsiveness, cost dan asset, serta
untuk mengetahui tingkat kepentingan dari lima proses inti SCOR yaitu plan, source make,
delivery dan return. Hasil dari kuisioner tingkat kepentingan performance attribute nantinya
digunakan sebagai acuan untuk membuat perbandingan berpasangan, adapun perbandingan
berpasangan hasil dari kuisioner dapat dilihat pada tabel 4.11 sampai 4.15.
Tabel 4.11 Hasil kuisioner Dari tingkat kepentingan Proses Inti SCOR
Proses Inti
Plan Source Make Delivery Return
SCOR
Plan 1 1/3 1 3 5
Source 3 1 1 3 5
Make 1 1 1 5 3
Delivery 1/3 1/3 1/5 1 1
Return 1/5 1/5 1/3 1 1
66
Tabel 4.12 Perbandingan Berpasangan Dari Proses Inti SCOR
Proses Inti Plan Source Make Delivery Return Total Eigen
SCOR
Tahap yang pertama dilakukan ialah mencari nilai eigen vector dengan cara membagi total
hasil perbandingan berpasangan dengan total keseluruhan dari perbandingan berpasangan,
adapun contoh perhitungan eigen vector pada tabel 4.12 dan 4.14 adalah sebagai berikut :
67
- 10,33 / 39,92 = 0,258 - 12,2 / 42,78 = 0,285
- 13 / 39,92 = 0,325 - 14 / 42,78 = 0,327
- 11 / 39,92 = 0,275 - 11 / 42,78 = 0,257
- 2,86 / 39,92 = 0,071 - 2,67 / 42,78 = 0,062
- 2,73 / 39,92 = 0,068 - 2,91 / 42,78 = 0,068
Kemudian menghitung hasil perbandingan attribute berpasangan kedalam matrik
perbandingan berpasangan yang bertujuan untuk mengkonvert nilai hasil kuisioner guna
memudahkan dalam mencari nilai tingkat kepentingan. Adapun contoh perhitungan matrik
perbandingan berpasangan pada proses inti SCOR di tabel 4.15 adalah sebagai berikut :
A= 1 0,2 1 7 3 1 0,2 1 7 3
5 1 1 3 4 5 1 1 3 4
1 1 1 5 3 1 1 1 5 3
0,14 0,33 0,2 1 1 0,14 0,33 0,2 1 1
0,33 0,25 0,33 1 1 0,33 0,25 0,33 1 1
=
4,97 4,46 4,59 22,6 16,8
12,74 4,99 8,92 50 29
8,69 4,6 4,99 23 18
2,46 1,138 1,2 4,97 4,34
2,38 1,226 1,44 6,71 4,98
Perhitungan matrik pada performance attribute SCOR dihitung dengan cara yang sesuai
dengan contoh perhitungan matrik dari perbandingan berpasangan diatas.
68
Tabel 4.15 Hasil Perkalian Matrik Perbandingan Berpasangan pada Proses Inti SCOR
Proses Inti Plan Source Make Delivery Return Total
SCOR
Plan 4,97 4,46 4,59 22,6 16,8 53,42
Source 12,74 4,99 8,92 50 29 105,65
Make 8,69 4,6 4,99 23 18 59,28
Delivery 2,46 1,138 1,2 4,97 4,34 14,108
Return 2,38 1,226 1,44 6,71 4,98 16,736
Total 249,194
Tabel 4.16 Hasil Perkalian Matrik Perbandingan Berpasangan pada Performance Attribute
SCOR
Performance Agility Reliability Responsiveness Cost Asset Total
attribute
Agility 4,98 3,65 4,58 16,99 17,65 47,85
Reliability 8,99 4,98 7,25 25 31 77,22
Responsiveness 7,25 4,58 4,99 19 21 56,82
Cost 2,05 1,1689 1,39 4,98 5,9 15,4889
Asset 1,66 1,126 1,26 4,85 4,99 13,886
Total
211,2649
Lalu normalisasi kan kembali, hasil penjumlahan baris dibagi dengan jumlah keseluruhannya.
Adapun contoh perhitungan normalisasi dari hasil matrik berpasangan pada tabel 4.17 dan
4.18 :
- 47,85 / 211,26 = 0,226 - 53,42 / 249,19 = 0,214
- 77,22 / 211,26 = 0,365 - 105,65 / 249,19 = 0,423
- 56,82 / 211,26 = 0,268 - 59,28 / 249,19 = 0,237
- 15,48 / 211,26 = 0,073 - 14,108 / 249,19 = 0,056
- 13,88 / 211,26 = 0,065 - 16,736 / 249,19 = 0,067
Berikut merupakan hasil normalisasi matrik berpasangan diatas yang diolah kedalam bentuk
tabel.
69
Tabel 4.17 Hasil Normalisasi Matrik Berpasangan pada Proses inti SCOR
0,226 23% Plan
0,365 37% Source
70
Karena hasil dari CR ≤ 0,1 maka penilaian konsisten dan pengolahan data dapat dilanjutkan
ke tahap selanjutnya, berikut ini adalah perhitungan skor pada lima proses inti SCOR,
Setelah itu total dari nilai rata-rata kinerja rantai pasok yaitu 63,02 di masukan kedalam nilai
skala penilaian kinerja rantai pasok berada pada skala Average, adapun skala penilaian
kinerja dapat dilihat pada table 4.20
71
Tabel 4.20 Skala Penilaian
< 40 POOR
41 – 50 Marginal
51 – 70 Average
71 – 90 Good
91 < Excellent
PP SR SL PF LL IR VR DQ PD DL RR CB
Keterangan :
PP : Planning Production VR : Make Volume Responsiveness
SR : Supplier Reliability DQ : Delivery Quantity
SL : Source Lead Time PD : Product Defect due to Delivery
PF : Persentage of Failure DL : Delivery Lead TIme
LL : Long Life of Product RR : Reject Rate of Customer
IR : Make Items Responsiveness CB : Level of Customers Debit
Gambar 4.1 Configurasi Supply Chain UD. Agung Jaya
Setelah membuat hirarki tersebut lalu berikutnya yaitu membuat dekomposisi proses supply
chain UD. Agung Jaya berdasarkan tiga komponen utama yaitu Planning , Execution, dan
enable. Berikut ini adalah dekomposisi proses pada matrik level 2.
72
P1 – PLAN SUPPLY CHAIN
Identify, prioritize, and calculate the aggregate needs of the supply chain
P2 – PLAN DELIVER
P2 – PLAN MAKE
P2 – PLAN 1. Penjadwalan P2 – PLAN RETURN
1. Perencanaan
SOURCE pengiriman pada 1. Kebijakan
1. Perencanaan jumlah mesin
setiap periode pengembalian
bahan baku 2. Perencanaan
2. mengurangi produk yang
yang sesuai jam kerja
produk cacat cacat
karyawan
dengan demand karena
pengiriman
ENABLE :
1. Membuat dan mengelola aturan untuk setiap proses
plan, source, make, deliver dan return
2. Melakukan penilaian Kinerja pada setiap proses
3. Mengelola data
4. Mengelola persediaan
5. Mengelola aset modal
6. mengelola transportasi
7. Mengelola rantai pasokan
8. mengelola peraturan
9. Mengelola risiko dalam proses rantai pasok
73
Fase planning pada gambar 4.2 diatas yaitu terdapat 4 fase, yaitu
1. plan source
pada fase plan source yaitu perencanaan akan bahan baku untuk pembuatan petis
haruslah sesuai dengan permintaan jangan sampai bahan baku yang dipesan pada
supplier tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan customer.
2. plan make
Yang kedua yaitu plan make dimana saat memproduksi petis perlu direncanakan
jumlah mesin pengaduk petis agar tidak terjadi keterlambatan produksi petis dan
perencanaan jam kerja karyawan karena permintaan customer ya ng fluktuatif
perencanaan jam kerja juga harus diperhatikan.
3. plan deliver
Pada plan deliver penjadwalan pengiriman juga harus diperhatikan meskipun dalam
satu minggu pengiriman terjadi dua kali yaitu hari selasa dan jum’at maka jika ada
permintaan yang mendadak sewaktu-waktu produk yang ada pada gudang harus bisa
dikirim guna memenuhi kebutuhan customer, serta kecacatan juga harus diperhatikan
jangan sampai terdapat packaging produk yang cacat akibat pengiriman.
4. plan return
Selanjutnya yaitu plan return apabila kecacatan dalam pengiriman terjadi maka
perusahaan harus bersedia mengirim ulang produk yang cacat tersebut.
Pada fase execution yaitu terdapat enam proses yaitu
1. Source Make To Order
Dalam eksekusinya dimana permintaan customer fluktuatif perusahaan harus teliti
dalam penerimaan bahan baku, bahan baku yang diterima haruslah sesuai dengan
order perusahaan dan sesuai dengan fase plan source.
2. Make to Order
Pada produksi petis UD. Agung Jaya yaitu make to order atau memproduksi
berdasarkan jumlah permintaan customer maka dalam jumlah produksinya haruslah
sesuai dengan jumlah permintaan, atau pada produksi petis bisa di perbanyak sedikit
guna mengantisipasi permintaan yang mendadak atau mengantisipasi terjadinya
kecacatan dalam pengiriman
3. Deliver to Order
74
Pada pengiriman produk ke customer haruslah diperhatikan jangan sampai produk
atau packaging rusak karena pengiriman, karena produk yang cacat tidak akan
diterima oleh customer
4. Source return – defective produk
Guna mendapatkan produk petis yang memiliki cita rasa tinggi maka bahan baku yang
digunakan haruslah sesuai dengan setandar dari perusahaan, jangan sampai bahan
baku yang cacat atau memiliki kualitas yang dibawah standar diterima, karena produk
dari perusahaan adalah produk makanan maka akan menyebabkan rasa produk nya
berubah.
5. Deliver return – defective produk
Produk yang sudah sampai ketangan customer jika terdapat ketidak sesuaian pesanan
atau kecacatan produk, maka perusahaan harus siap mengirim ulang produk guna
memenuhi kepuasan pelanggan.
Enable, adalah suatu proses yang menyiapkan, memelihara dan mengendalikan jaringan
informasi sehingga proses planning & execution saling terkait Enable, adalah suatu proses
yang menyiapkan, memelihara dan mengendalikan jaringan informasi sehingga proses
planning & execution saling terkait. Adapun proses enable sebagai berikut :
1. Membuat dan mengelola aturan untuk setiap proses plan, source, make, deliver dan
return.
Pada setiap proses dari plan, source, make, deliver dan return sangat berpengarus
terhadap kinerja rantai pasok maka perusahaan harulah mengelola peraturan yang
sesuai dengan kebutuhan customer dan sesuai dengan kondisi perusahaan.
2. Melakukan penilaian Kinerja pada setiap proses
Penilaian kinerja pada setiap proses sangat berguna untuk mengetahui nilai dari
masing – masing proses.
3. Mengelola data
Data yang didapatkan misalnya dari data permintaan pelanggan harus dikelola agar
hasil produksi dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
4. Mengelola persediaan
Persedian haruslah tercatat dan terkelola dengan benar karena jika rekapan persediaan
berbeda dengan jumlah persediaan digudang, maka menyebabkan ketidakstabilan
produksi.
5. Mengelola aset modal
Modal merupakan suatu yang penting guna mengembangkan perusahaan.
75
6. mengelola transportasi
transportasi pada pengiriman produk harus aman bagi produk agar tidak terjadi
kecacatan dalam pengiriman.
7. Mengelola konfigurasi rantai pasokan
Rantai pasok harus dikelola dengan benar agar kinerja perusahaan dan permintaan
produk tidak menurun.
8. mengelola peraturan
peraturan yang dibuat oleh perusahaan harus dilakukan karena peraturan tersebut
bermanfaat bagi semua pihak yang ada pada aliran rantai pasok agar sesuai dengan
standar.
9. Mengelola risiko dalam proses rantai pasok
Dalam rantai pasok terdapat berbagai masalah dan juga resiko, maka setiap masalah
yang mampunyai resiko terbesar haruslah dihindari oleh perusahaan.
76
Bahan Baku menurun baku lain yang sesuai
dengan kebutuhan
perusahaan
Penyusutan
Membuat standarisasi
Produk dan belum Produktifitas Tidak
Make seperti (waktu standar
adanya waktu stabil
dan suhu maksimal)
standar
Menggunakan kardus
Kerusakan atau alas yang empuk
Produk di reject
Deliver packaging akibat jika terjadi
customer
pengiriman penumpukan produk
saat pengiriman
Membuat Pembatasan
pelunasan pembayaran,
Pembayaran Cost flow
dan tidak mengirimkan
Return customer dengan perusahaan tidak
produk jika
sistem angsuran stabil
pembayaran belum
lunas
Pada level 3, merupakan tahap dekomposisi proses - proses yang ada pada supply chain
menjadi elemen-elemen yang mendefinisikan kondisi perusahaan guna memudahkan
memonitoring kinerja pada proses source. Tahap ini terdiri dari definisi input, elemen-elemen
proses, dan output dari informasi mengenai proses elemen, metrik-metrik dari kinerja proses.
Hasil dari perhitungan AHP menunjukan bahwa source memiliki tingkat kepentingan paling
besar,. Berikut ini merupakan matrik dekomposisi pada proses source :
77
Source element proses
Pengiriman
Peramalan produksi bahan baku
Bill of quantity PO material
oleh supplier
Check invoice
Ketersediaan material Checking bahan
ketersediaan
supplier baku dan
gudang
transfer ke
gudang
78