Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Dalam bab ini akan dilakukan proses pengumpulan data penelitian, seperti: sejarah
perusahaan, proses produksi, data kuantitatif dan data kualitatif, dan selanjutnya data dioleh
menggunakan metode supply chain operations reference (SCOR) dan analytical hierarchy
proses (AHP).
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Data Kualitatif
Data kualitatif didapatkan dengan teknik kuesioner dan wawancara dengan responden
yang expert di perusahaan. Responden penelitian ini adalah pemilik perusahaan. Desain
kuisioner ada di lampiran 2-4. Adapun data kualitatif yang dikumpulkan ialah data aliran
supply chain, key perfoemance indicator dan tingkat kepentingan attribute supply chain .
Data tersebut dijelaskan dalam uraian sebagai berikut.

4.1.1.1 Aliran supply chain UD. Agung Jaya


Aliran supply chain dapat dibagi menjadi dua liran yaitu hulu dan hilir, adapun aliran
hulu yaitu dari supplier bahan baku sampai dengan manufacture. Sedangkan aliran hilir yaitu
dari manufacture ke distributor hingga produk sampai ke tangan customer. Adapun aliran
rantai pasok UD. Agung Jaya hanya dibatasi sampai distributor saja, berikut ini adalah
gambar alirsn supply chain UD. Agung Jaya :

Supplier
Manufactur Warehouse
•Supplier
gula, •UD. Agung •gudang petis Distributor
garam, Jaya UD. Agung
dan Jaya
tepung •Distributor
ketan petis
(UD.
anugrah)
•Supplier
udang
(Petani
udang di
daerah
manyar)

Gambar 4.1.Aliran Rantai Pasok UD. Agung Jaya

54
4.1.1.2 Hasil kuisioner Dari Desain Key performance indicator
Hasil kuisioner yang diisi oleh owner `UD. Agung Jaya, data diolah sehingga
didapatkan key performance indicator yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Adapun key
performance indicator UD. Agung Jaya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 indicator performansi di UD. Agung Jaya

INDIKATOR PENGERTIAN
NO
PERFORMANSI (Dira ernawati, 2017)
A PLAN
Rencana jumlah produksi
Planning Production
bulanan
B SOURCE
Jumlah bahan baku yang
Source Reliability digunakan
Source Lead Time Lead Time bahan baku
C MAKE
Percentage of
failure Jumlah penyusutan produk
Long Life of the
Product Lama masa pakai produk
Make Item Lama waktu Pengerjaan
Responsiveness Produk
Waktu yang dibutuhkan
Sudden Request perusahaan untuk memenuhi
level perminaan konsumen apabila
terjadi peningkatan permintaan
D DELIVERY
Delivery Quantity Kapasitas pengiriman produk
Product Defects due Tingkat produk cacat akibat
to delivery pengiriman
Delivery Lead Time Lama waktu pengiriman
E RETURN
Reject Rate Of Tingkat pengembalian produk
Customer dari customer
Level of Customer Prosentase keterlambatan
Debt pembayaran customer

(Sumber : Hasil Kuisioner)

4.1.1.3 Hasil Kuisioner Dari Tingkat Kepentingan Attribute Supply Chain


Kuisioner Tingkat kepentingan performance attribute supply chain dan Process inti
SCOR yang nantinya akan diolah dengan AHP sehingga memudahkan perusahaan untuk
mengetahui attribute mana perlu dikembangkan. Data tersebut didapatkan dari hasil
55
wawancara dan penyebaran kuisioner pada pihak perusahaan yaitu Bapak Ahmad Bagus
Zunaidi. Data kuisioner tingkat kepentingan performance attribute supply chain dapat dilihat
pada tabel 4.2 yang sesuai dengan hasil penyebaran quisioner. Quisioner dapat di lihat pada
lampiran. Nilai perbandingan berpasangan untuk mengukur kinerja performance attribute
supply chain dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Kuisioner perbandingan berpasangan Performance Attribute Supply Chain

KRITERIA 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KRITERIA
AGILITY X RESPONSIVENES
S
AGILITY X RELIABILITY
AGILITY X COST
AGILITY X ASSETS
RESPONSIVE X RELIABILITY
NESS
RESPONSIVE X COST
NESS
RESPONSIVE X ASSETS
NESS
RELIABILITY X COST
RELIABILITY X ASSETS
COST X ASSETS

Tabel 4.3 Hasil Kuisioner Process inti SCOR

KRITERIA 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KRITERIA
PLAN X SOURCE
PLAN X MAKE
PLAN X DELIVERY
PLAN X RETURN
SOURCE X MAKE
SOURCE X DELIVERY
SOURCE X RETURN
MAKE X DELIVERY
MAKE X RETURN
DELIVERY X RETURN
Sumber data kuisioner

56
4.1.2 Data Kuantitatif
Dalam tahap ini data kuantitatif perusahaan terkait dengan aktifitas rantai pasok
perusahaan kemasan plastik dikumpulkan berdasarkan aktivitas industri yang berkaitan
dengan perspektif Supply Chain Operations References (SCOR) yang memiliki lima aspek,
yakni plan, source, make, deliver dan return. Adapun data yang telah dikumpulkan adalah
sebagai berikut.
4.1.2.1 Data Permintaan Customer
Adapun data yang terkait dengan aktivitas Plan adalah data permintaan customer
yang menjadi acuan untuk perencanaan jumlah petis yang harus di produksi. Pada data
permintaan terlihat perbedaan pada setiap periode yang dimana perencanaan hasil produksi
pun tidak bisa maksimal.
Data permintaan diambil dari rekapan data perusahaan selama delapan periode yang
dimana terdapat dua pengiriman pada satu Periode. Pengiriman biasanya dilakukan pada hari
selasa dan jum’at. Adapun data permintaan selama delapan periode adalah sebagai berikut :
Table 4.4 Data Permintaan UD. Agung Jaya
Periode dan Tanggal Produksi Jumlah permintaan
Periode 1
420 kg
03 April 2018 S/D 08 April 2018
Periode 2
490 kg
09 April 2018 S/D 15 April 2018
Periode 3
450 kg
16 April 2018 S/D 22 April 2018
Periode 4
600 kg
23 April 2018 S/D 29 April 2018
Periode 5
650 kg
30 April 2018 S/D 05 Mei 2018
Periode 6
440 kg
07 Mei 2018 S/D 13 Mei 2018
Periode 7
500 kg
14 Mei 2018 S/D 20 Mei 2018
Periode 8
560 kg
21 Mei 2018 S/D 27 Mei 2018
Sumber : Data Perusahaan

57
4.1.2.2 Data Kedatangan Bahan Baku
Pada aktivitas source pada perusahaan yaitu kedatangan bahan baku untuk produksi
petis. Bahan baku untuk membuat petis yaitu udang, gula, tepung ketan, dan garam. Supplier
gula, tepung ketan, dan garam yaitu UD. Anugrah yang dimana terkadang pengiriman gula
oleh supplier terlambat dikarenakan stock gula dari supplier habis. Dari hasil wawancara
dengan pihak perusahaan pengiriman oleh supplier udang di katakan telat apabila pengiriman
lebih dari 4 hari dari waktu pemesanan, untuk pengiriman gula, tepung ketan, dan garam
dikatakan telat apabila lebih dari 8 hari dari hari pemesanan. Data kedatangan bahan baku
diambil dari rekapan data perusahaan yang kemudian diolah kedalam bentuk tabel, adapun
data kedatangan bahan baku dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
4.5 Tabel Kedatangan Bahan Baku
Bahan Baku Supplier Tanggal Tanggal Berat kg Remark
Pemesanan Kedatangan

1 Udang Petani 01-Apr 03-Apr 200 Normal


Tambak
Garam UD. 24-Mar 31-Mar 100 Normal
Anugrah
Tepung UD. 24-Mar 31-Mar 100 Normal
Ketan Anugrah
Gula UD. 24-Mar 01-Apr 150 Normal
Anugrah
2 Udang Petani 05-Apr 08-Apr 200 Normal
Tambak
Garam UD. 01-Apr 07-Apr 100 Normal
Anugrah
Tepung UD. 01-Apr 06-Apr 100 Normal
Ketan Anugrah
Gula UD. 01-Apr 10-Apr 150 Late
Anugrah
3 Udang Petani 11-Apr 14-Apr 170 Normal
Tambak
Garam UD. 08-Apr 15-Apr 90 Normal
Anugrah
Tepung UD. 08-Apr 15-Apr 90 Normal
Ketan Anugrah
Gula UD. 08-Apr 15-Apr 110 Normal
Anugrah
4 Udang Petani 20-Apr 22-Apr 300 Normal
Tambak
Garam UD. 14-Apr 21-Apr 150 Normal
Anugrah
Tepung UD. 14-Apr 22-Apr 150 Normal
Ketan Anugrah
58
Gula UD. 14-Apr 23-Apr 200 Late
Anugrah
5 Udang Petani 26-Apr 29-Apr 300 Normal
Tambak
Garam UD. 20-Apr 28-Apr 120 Normal
Anugrah
Tepung UD. 20-Apr 29-Apr 120 Late
Ketan Anugrah
Gula UD. 20-Apr 29-Apr 150 Late
Anugrah
6 Udang Petani 01-Mei 05-Mei 230 Normal
Tambak
Garam UD. 26-Apr 04-Mei 120 Normal
Anugrah
Tepung UD. 26-Apr 04-Mei 120 Normal
Ketan Anugrah
Gula UD. 26-Apr 04-Mei 150 Normal
Anugrah
7 Udang Petani 19-Mei 21-Mei 200 Normal
Tambak
Garam UD. 14-Mei 22-Mei 100 Normal
Anugrah
Tepung UD. 14-Mei 22-Mei 100 Normal
Ketan Anugrah
gula UD. 14-Mei 21-Mei 120 Normal
Anugrah

Sumber Data Perusahaan

59
4.1.2.3 Data Hasil Produksi
Adapun data yang terkait dengan aktivitas make adalah data hasil produksi petis.
Menurut Pujawan & Mahendrawathi ( 2010) proses make merupakan proses pengumpulan
data proses make perusahaan ada pada table 4.6
Tabel 4.6 Data Hasil Produksi Petis

Periode dan Tanggal Permintaan (Kg) Produksi (Kg)

periode 1 03 April 2018 S/D 08


April 2018 420 500
periode 2 09 April 2018 S/D 15
April 2018 490 500
periode 3 16 April 2018 S/D 22
April 2018 450 450

periode 4 23 April 2018 S/D 29


April 2018
600 650
periode 5 30 April 2018 S/D 05
Mei 2018 650 700
periode 6 07 Mei 2018 S/D 13 Mei
2018 440 500

periode 7 14 Mei 2018 S/D 20 Mei


2018
500 500
periode 8 21 Mei 2018 S/D 27 Mei
2018 560 400
Total
4110 4200
Sumber Data Perusahaan

4.1.2.4 Data Pengiriman Produk


Data yang terkait dengan aktivitas deliver adalah data pengiriman produk jadi pada
customer. Proses return merupakan proses pengembaliam atau menerima pengembalian
produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk,
meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian dan melakukan
pengembalian.
Maka data deliver tersebut akan didapatkan informasi mengenai jumlah produk yang
defect sehingga harus return ke perusahaan. Perusahan biasanya melakukan pengiriman pada

60
hari selasa dan jum’at. Data pengiriman diambil dari hasil wawancara dan rekapan data dari
devisi pemasaran, data proses deliver dan Return di table 4.7
Tabel 4.7 Data Pengiriman Produk
Tanggal Quantitas Keterangan
Pengiriman
03-Apr-18 250 kg No return

06-Apr-18 200 kg No return

10-Apr-18 240 kg No return

13-Apr-18 250 kg Return 30 kg = 3


ember petis (ember
pecah)
17-Apr-18 250 kg No return

20-Apr-18 280 kg No return

24-Apr-18 330 kg Return 3 ember =


30 kg ember petis
(ember pecah)
27-Apr-18 330 kg No return

02-Mei-18 400 kg No return


08-Mei-18 250 kg No return
11-Mei-18 200 kg No return
15-Mei-18 240 kg No return
18-Mei-18 250 kg Return 1ember =
10 kg petis (ember
pecah)
22-Mei-18 250 kg No return
25-Mei-18 300 kg No return
Sumber Data Perusahaan

61
4.1.2.5 Data Customer Debt
Berikut ini merupakan data customer debt yang termasuk pada proses return. Data
customer debt diambil dari rekapan data perusahaan, taget dari perusahaan yaitu maksimal
keterlambatan dari pembayaran yaitu 7 hari agar flow cast dari perusahaan terganggu,
sedangkan pada kondisi dilapangan jumlah rata – rata keterlambataan customer yaitu 11,5
hari. Berikut ini adalah data dari customer debt UD. Agung Jaya di table 4.8
Tabel 4.8 customer debt
Tanggal Tanggal Jumlah
Customer Pembayaran Pelunasan Keterlambatan
Awal
Customer 1 03-Apr-18 10-Apr-18 7 Hari
Customer 2 03-Apr-18 13-Apr-18 10 Hari
Customer 3 03-Apr-18 13-Apr-18 10 Hari
Customer 4 03-Apr-18 10-Apr-18 7 Hari
Customer 5 04-Apr-18 14-Apr-18 10 Hari
Customer 6 03-Apr-18 13-Apr-18 10 Hari
Customer 7 10-Apr-18 20-Apr-18 10 Hari
Customer 8 10-Apr-18 23-Apr-18 13 Hari
Customer 9 10-Apr-18 27-Apr-18 17 Hari
Customer 10 10-Apr-18 24-Apr-18 14 Hari
Customer 11 10-Apr-18 27-Apr-18 17 Hari
Customer 12 10-Apr-18 24-Apr-18 14 Hari
Rata – Rata 11,583 Hari
Sumber Data Perusahaan

62
4.2 Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan diatas akan diolah dengan metode supply chain
operations reference (SCOR) yang dimana didalam metode SCOR terdapat beberapa level,
adapun pengolahan data dengan metode SCOR adalah sebagai berikut :

4.2.1 supply chain operations reference (SCOR) Level 1


Pada Level 1 yaitu mengidentifikasi aliran supply chain kedalam proses SCOR yaitu
plan, source, make, deliver dan return. Lalu setelah itu bencmarking antara target
perusahaan dengan realisasi perusahan yang didapatkan dari hasil kuisioner yang berfungsi
untuk mengetahui apakah kinerja supply chain sudah mencapai target atau belum. Pemetaan
level 1 pada UD. Agung Jaya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 SCOR Level 1
Proses Key Performance Target Realiasi Tingkat
SCOR Indicator pencapaian
Perusahaan Perusahaan target (TPT)

Plan Planning production Minimal produksi Produksi rata-rata


60%
3,5 ton / bln 2,1 ton / bln

Source Source Reliability Minimal 3 ton / Rata 2,095 ton /


70 %
bulan bulan

Source Lead Time Maksimal 3 hari Rata-rata 3 sd 4


(udang) hari 67%

Maksimal 7 hari Rata-rata 8 sd 9


(gula,garam dan 78 %
tepung ketan)

Make Maksimal 1% Rata – rata


Percentage of failur penyusutan produk penyusutan 3 %
34 %

Minimal long life 5 Rata – rata long life


Long Life of the bulan produk 3 bulan
60 %
Product (berdasarkan hasil
wawancara)

Make Item Minimal 700 kg / Rata-rata 525 kg /


87,5 %
Responsiveness minggu minggu

Maksimal 1 hari Rata-rata 2 hari


(rata-rata
Sudden Request level 50 %
pembuatan produk
2 hari)

63
Delivery Minimal 700 kg / Rata – rata 514 kg /
minggu minggu
Delivery Quantity (berdasarkan data 51,2 %
pengiriman pada
table 4.4)

Maksimal 3 kg Rata – rata 5 kg


kecacatan akibat produk cacat pada
Product Defects due pengiriman. setiap pengiriman
60 %
to delivery (berdasarkan data
pengiriman pada
table 4.4)

1 hari 1 hari (berdasarkan


Delivery Product 100 %
hasil wawancara)

Return Maksimal 3 kg Rata- rata reject


perbulan 6,25 kg perbulan.
Reject Rate Of (berdasarkan data 48 %
Customer pengiriman pada
table 4.4)

Maksimal jumlah Rata-rata jumlah


hari keterlambatan hari pelunasan 11,5
Level of Customer 7 hari hari (berdasarkan
Debt data customer debt 60 %
pada table 4.5)

Sumber Data Perusahaan dan Hasil Kuisioner

Contoh perhitungan tingkat pencapaian target (TPT) pada proses plan di table 4.9 :
1. Jika kondisinya maksimal

Bila aktual > target , maka


(Data Aktual−Target)
TPT = 100% - 𝑥 100% . . . . . . (3.1)
Data Aktual

Bila aktual < atau ≤Target maka TPT nya 100%

2. Jika Kondisinya minimal

Bila aktual > atau ≥ Target maka TPT nya 100%


Bila aktual < Target, maka :
(Target −Data Aktual)
TPT = 100% - 𝑥 100% . . . . . . (3.2)
Target

64
Maka perhitungan tingkat pencapaian target pada Planning Production perusahaan adalah
sebagai berikut :
(Target −Data Aktual)
TPT = 100% - 𝑥 100%
Target
(2.500 −2100)
TPT = 100% - 𝑥 100%
2500

TPT = 60 %
Perhitungan TPT untuk proses Source, Make, Deliver, Return yang ada pada tabel 4.4 sesuai
dengan perhitungan pada contoh TPT Planning Production.

4.2.2 supply chain operations reference (SCOR) Level 2


mengklasifikasikan key performance indicator (KPI) pada performance attribute
SCOR yaitu agility, responsiveness, Reability, cost, dan assets atau biasa disebut konfigurasi
supply chain. Setelah itu attribute Supply chain di bobotkan dengan AHP untuk mengetahui
mana yang paling berpengaruh nantinya bobot tersebut dikalikan dengan tingkat pencapaian
target untuk mengetahui kondisi keseluruhan rantai pasok.
Tabel 4.10 Klasifikasi KPI Berdasarkan Performance Attribute SCOR

INDIKATOR
NO PENGERTIAN
PERFORMANSI
A PLAN
A.1 RELIABILITY
A.1.1 Planning Production Rencana jumlah produksi bulanan
B SOURCE
B.1 AGILITY
B.1.2 Supplier Reliability Tingkat kesesuaian order dengan bahan
baku yang dikirim oleh supplier
B.2 RESPONSIVE
B.2.1 Source Lead Time Lead Time bahan baku
C MAKE
C.1 RELIABILITY
Percentage of
C.1.1 failure Jumlah penyusutan produk
Long Life of the
C.1.2 Product Lama masa pakai produk
C.2 RESPONSIVENESS
Make Item
C.2.1 Responsiveness Lama waktu Pengerjaan Produk

65
Waktu yang dibutuhkan perusahaan
Sudden Request untuk memenuhi perminaan konsumen
C.2.2
level apabila terjadi peningkatan permintaan
mendadak
D DELIVERY
D.1 RELIABILITY
D.1.1 Delivery Quantity Kapasitas pengiriman produk
Product Defects due
D.1.2 to delivery Tingkat produk cacat akibat pengiriman
D.2 RESPONSIVENESS
D.2.1 Delivery Lead Time Lama waktu pengiriman
E RETURN
E.1 RELIABILITY
Reject Rate Of Tingkat pengembalian produk dari
E.1.1
Customer customer

E.2 COST
Level of Customer Prosentase keterlambatan pembayaran
Debt Kustomer

(Sumber : Adaptasi dari ernawati, 2012)

4.2.2.1 Pembobotan performance attribute dan proses inti SCOR dengan metode AHP
Pembobotan menggunakan AHP bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari
performance attribute SCOR yaitu agility, reliability, respomsiveness, cost dan asset, serta
untuk mengetahui tingkat kepentingan dari lima proses inti SCOR yaitu plan, source make,
delivery dan return. Hasil dari kuisioner tingkat kepentingan performance attribute nantinya
digunakan sebagai acuan untuk membuat perbandingan berpasangan, adapun perbandingan
berpasangan hasil dari kuisioner dapat dilihat pada tabel 4.11 sampai 4.15.
Tabel 4.11 Hasil kuisioner Dari tingkat kepentingan Proses Inti SCOR
Proses Inti
Plan Source Make Delivery Return
SCOR
Plan 1 1/3 1 3 5
Source 3 1 1 3 5
Make 1 1 1 5 3
Delivery 1/3 1/3 1/5 1 1
Return 1/5 1/5 1/3 1 1

66
Tabel 4.12 Perbandingan Berpasangan Dari Proses Inti SCOR
Proses Inti Plan Source Make Delivery Return Total Eigen
SCOR

Plan 1 0,33 1 3 5 10,33 0,2588


Source 3 1 1 3 5 13 0,3257
Make 1 1 1 5 3 11 0,2756
Delivery 0,33 0,33 0,2 1 1 2,86 0,0716
Return 0,2 0,2 0,33 1 1 2,73 0,0684
Total 5,53 2,86 3,53 13 15 39,92 1,0000
Sumber Data Hasil Kuisioner
Tabel 4.13 Hasil kuisioner Dari tingkat kepentingan Performance Attribute SCOR
Performance
Agility Reliability Responsiveness Cost Asset
attribute
Agility 1 1/5 1 7 3
Reliability 5 1 1 3 4
Responsiveness 1 1 1 5 3
Cost 1/7 1/3 1/5 1 1
Asset 1/3 ¼ 1/3 1 1
Sumber Data Hasil Kuisioner
Tabel 4.14 Perbandingan Berpasangan Dari Performance Attribute SCOR
Performance Agility Reliability Responsiveness Cost Asset Total Eigen
attribute
Agility 1 0,2 1 7 3 12,2 0,285
Reliability
5 1 1 3 4 14 0,327
Responsiveness
1 1 1 5 3 11 0,257
Cost 0,14 0,33 0,2 1 1 2,67 0,062
Asset 0,33 0,25 0,33 1 1 2,91 0,068
Total 7,47 2,78 3,53 17 12 42,78 1,000

Tahap yang pertama dilakukan ialah mencari nilai eigen vector dengan cara membagi total
hasil perbandingan berpasangan dengan total keseluruhan dari perbandingan berpasangan,
adapun contoh perhitungan eigen vector pada tabel 4.12 dan 4.14 adalah sebagai berikut :

67
- 10,33 / 39,92 = 0,258 - 12,2 / 42,78 = 0,285
- 13 / 39,92 = 0,325 - 14 / 42,78 = 0,327
- 11 / 39,92 = 0,275 - 11 / 42,78 = 0,257
- 2,86 / 39,92 = 0,071 - 2,67 / 42,78 = 0,062
- 2,73 / 39,92 = 0,068 - 2,91 / 42,78 = 0,068
Kemudian menghitung hasil perbandingan attribute berpasangan kedalam matrik
perbandingan berpasangan yang bertujuan untuk mengkonvert nilai hasil kuisioner guna
memudahkan dalam mencari nilai tingkat kepentingan. Adapun contoh perhitungan matrik
perbandingan berpasangan pada proses inti SCOR di tabel 4.15 adalah sebagai berikut :

A= 1 0,2 1 7 3 1 0,2 1 7 3
5 1 1 3 4 5 1 1 3 4
1 1 1 5 3 1 1 1 5 3
0,14 0,33 0,2 1 1 0,14 0,33 0,2 1 1
0,33 0,25 0,33 1 1 0,33 0,25 0,33 1 1

=
4,97 4,46 4,59 22,6 16,8
12,74 4,99 8,92 50 29
8,69 4,6 4,99 23 18
2,46 1,138 1,2 4,97 4,34
2,38 1,226 1,44 6,71 4,98

Perhitungan matrik pada performance attribute SCOR dihitung dengan cara yang sesuai
dengan contoh perhitungan matrik dari perbandingan berpasangan diatas.

68
Tabel 4.15 Hasil Perkalian Matrik Perbandingan Berpasangan pada Proses Inti SCOR
Proses Inti Plan Source Make Delivery Return Total
SCOR
Plan 4,97 4,46 4,59 22,6 16,8 53,42
Source 12,74 4,99 8,92 50 29 105,65
Make 8,69 4,6 4,99 23 18 59,28
Delivery 2,46 1,138 1,2 4,97 4,34 14,108
Return 2,38 1,226 1,44 6,71 4,98 16,736
Total 249,194

Tabel 4.16 Hasil Perkalian Matrik Perbandingan Berpasangan pada Performance Attribute
SCOR
Performance Agility Reliability Responsiveness Cost Asset Total
attribute
Agility 4,98 3,65 4,58 16,99 17,65 47,85
Reliability 8,99 4,98 7,25 25 31 77,22
Responsiveness 7,25 4,58 4,99 19 21 56,82
Cost 2,05 1,1689 1,39 4,98 5,9 15,4889
Asset 1,66 1,126 1,26 4,85 4,99 13,886
Total
211,2649

Lalu normalisasi kan kembali, hasil penjumlahan baris dibagi dengan jumlah keseluruhannya.
Adapun contoh perhitungan normalisasi dari hasil matrik berpasangan pada tabel 4.17 dan
4.18 :
- 47,85 / 211,26 = 0,226 - 53,42 / 249,19 = 0,214
- 77,22 / 211,26 = 0,365 - 105,65 / 249,19 = 0,423
- 56,82 / 211,26 = 0,268 - 59,28 / 249,19 = 0,237
- 15,48 / 211,26 = 0,073 - 14,108 / 249,19 = 0,056
- 13,88 / 211,26 = 0,065 - 16,736 / 249,19 = 0,067
Berikut merupakan hasil normalisasi matrik berpasangan diatas yang diolah kedalam bentuk
tabel.

69
Tabel 4.17 Hasil Normalisasi Matrik Berpasangan pada Proses inti SCOR
0,226 23% Plan
0,365 37% Source

0,268 27% Make


0,0733 7% Delivery
0,0657 7% Return
100%

Tabel 4.18 Hasil Normalisasi Matrik Berpasangan pada Performance attribute


0,214 21% Agility
0,423 42% Reliability
0,237 24% Responsiveness
0,056 6% Cost
0,067 7% Asset
100%

Kemudian dilakukan perhitungan nilai Eigen maksimum yang diperoleh dengan


menjumlahkan hasil perkalian nilai normalisasi matrik berpasangan dengan jumlah kolom
pada perbandingan berpasangan yang dapat dilihat pada table 4.10 dan 4.11, adapun cara
menghitung nilai eigen maksimal adalah sebagai berikut :
Nilai eigen maksimum (λ maks) :
 (0,226 X 5,53) + (0,365 X 2,86) + (0,268 X 3,53) + (0,073 X 13) + (0,065 X 15) = 5,186
 (0,214 X 7,47) + (0,423 X 2,78) + (0,237 X 3,53) + (0,0567 X 17) + (0,067 X 12) =
5,379
Lalu menghitung nilai consistency index dengan rumus = ( λ – n ) / ( n – 1 )
 ( 5,185 – 5 ) / ( 5 – 1 ) = 0,046
 ( 5,379 – 5 ) / ( 5 – 1 ) = 0,094
Langkah selanjutnyayaitu menghitung consistency ratio dengan rumus CR = CI / RI , RI =
51,12 . karena jumlan n = 5 , Random indeks dapat dilihat pada tabel 2.5 bab 2. Adapun
contoh perhitungan consistency ratio adalah sebagai berikut :
 CR = CI / RI
CR = 0,046/ 1,12 = 0,041
 CR = CI / RI
CR = 0,094 / 1,12 = 0,084

70
Karena hasil dari CR ≤ 0,1 maka penilaian konsisten dan pengolahan data dapat dilanjutkan
ke tahap selanjutnya, berikut ini adalah perhitungan skor pada lima proses inti SCOR,

Tabel 4.19 Nilai Pengukuran Kinerja


(%)
TINGKAT
PERFORMAN KEY NILAI RATA
PROSES PENCAPAIA
BOBOT CE PERFORMANC KINERJ -
SCOR N TARGET
ATTRIBUTE E INDICATOR A (Bobot RATA
(%)
x TPT)
Planning
PLAN 0,226 RELIABILITY 60 13,56 13,56
Production
Supplier
AGILITY 70 25,55
Reliability
SOURCE 0,365 26,006
Source Lead
RESPONSIVE 72,5 26,4625
Time
Percentage of
34 9,11
failure
RELIABILITY
Long Life of the
60 16,08
Product
MAKE 0,268 Make Item 14,673
75 20,10
RESPONSIVEN Responsiveness
ESS Make volume
50 13,40
responsivenes
Delivery
51,2 3,84
Quantity
RELIABILITY
Product Defects 5,28
DELIVER 0,075 60 4,50
due to delivery
RESPONSIVEN Delivery Lead
100 7,50
ESS Time
Reject Rate Of
RELIABILITY 48 3,12
Customer
RETURN 0,065 3,51
Level of 3,9
COST 60
Customer Debt
TOTAL 63,02

Setelah itu total dari nilai rata-rata kinerja rantai pasok yaitu 63,02 di masukan kedalam nilai
skala penilaian kinerja rantai pasok berada pada skala Average, adapun skala penilaian
kinerja dapat dilihat pada table 4.20

71
Tabel 4.20 Skala Penilaian

Skala Penilaian Indikator Kinerja

< 40 POOR
41 – 50 Marginal
51 – 70 Average
71 – 90 Good
91 < Excellent

4.2.2.2 Diagram alir konfigurasi supply chain Pada Level 2


Setelah nilai dari kinerja rantai pasok diketahui selanjunya yaitu membuat diagram
alir dari pengukuran kinerja rantai pasok atau konfigurasi supply chain, berikut ini adalah
konfigurasi supply chain pada UD. Agung Jaya.

PLAN SOURCE MAKE DELIVER RETURN

AGILITY RELIABILITY RESPONSIVENES COST ASSET


S

PP SR SL PF LL IR VR DQ PD DL RR CB

Keterangan :
PP : Planning Production VR : Make Volume Responsiveness
SR : Supplier Reliability DQ : Delivery Quantity
SL : Source Lead Time PD : Product Defect due to Delivery
PF : Persentage of Failure DL : Delivery Lead TIme
LL : Long Life of Product RR : Reject Rate of Customer
IR : Make Items Responsiveness CB : Level of Customers Debit
Gambar 4.1 Configurasi Supply Chain UD. Agung Jaya

Setelah membuat hirarki tersebut lalu berikutnya yaitu membuat dekomposisi proses supply
chain UD. Agung Jaya berdasarkan tiga komponen utama yaitu Planning , Execution, dan
enable. Berikut ini adalah dekomposisi proses pada matrik level 2.

72
P1 – PLAN SUPPLY CHAIN
Identify, prioritize, and calculate the aggregate needs of the supply chain

P2 – PLAN DELIVER
P2 – PLAN MAKE
P2 – PLAN 1. Penjadwalan P2 – PLAN RETURN
1. Perencanaan
SOURCE pengiriman pada 1. Kebijakan
1. Perencanaan jumlah mesin
setiap periode pengembalian
bahan baku 2. Perencanaan
2. mengurangi produk yang
yang sesuai jam kerja
produk cacat cacat
karyawan
dengan demand karena
pengiriman

S2-Source make To order D2-Deliver made-to order


product M2-Make-to-order Product
1. Kesesuaian jumlah 1. Kesesuaian hasil 1. Pengiriman
pengiriman bahan produksi dengan produk ke
baku dengan jumlah demand tangan customer
pemesanan dengan selamat
C
S U
U S
P T
P O
L M
I SR1-Return defective product DR1-Return defective product E
E 1. Kebijaksanaan pengembalian Produk yang cacat akan diganti
termasuk dokumen pengiriman dengan produk baru R
R S
S

ENABLE :
1. Membuat dan mengelola aturan untuk setiap proses
plan, source, make, deliver dan return
2. Melakukan penilaian Kinerja pada setiap proses
3. Mengelola data
4. Mengelola persediaan
5. Mengelola aset modal
6. mengelola transportasi
7. Mengelola rantai pasokan
8. mengelola peraturan
9. Mengelola risiko dalam proses rantai pasok

Gambar 4.2 Dekomposisi proses Supply Chain UD. Agung Jaya


(Sumber adaptasi dari Pratiwi dan Sarjono , 2013)

73
Fase planning pada gambar 4.2 diatas yaitu terdapat 4 fase, yaitu
1. plan source
pada fase plan source yaitu perencanaan akan bahan baku untuk pembuatan petis
haruslah sesuai dengan permintaan jangan sampai bahan baku yang dipesan pada
supplier tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan customer.
2. plan make
Yang kedua yaitu plan make dimana saat memproduksi petis perlu direncanakan
jumlah mesin pengaduk petis agar tidak terjadi keterlambatan produksi petis dan
perencanaan jam kerja karyawan karena permintaan customer ya ng fluktuatif
perencanaan jam kerja juga harus diperhatikan.
3. plan deliver
Pada plan deliver penjadwalan pengiriman juga harus diperhatikan meskipun dalam
satu minggu pengiriman terjadi dua kali yaitu hari selasa dan jum’at maka jika ada
permintaan yang mendadak sewaktu-waktu produk yang ada pada gudang harus bisa
dikirim guna memenuhi kebutuhan customer, serta kecacatan juga harus diperhatikan
jangan sampai terdapat packaging produk yang cacat akibat pengiriman.
4. plan return
Selanjutnya yaitu plan return apabila kecacatan dalam pengiriman terjadi maka
perusahaan harus bersedia mengirim ulang produk yang cacat tersebut.
Pada fase execution yaitu terdapat enam proses yaitu
1. Source Make To Order
Dalam eksekusinya dimana permintaan customer fluktuatif perusahaan harus teliti
dalam penerimaan bahan baku, bahan baku yang diterima haruslah sesuai dengan
order perusahaan dan sesuai dengan fase plan source.
2. Make to Order
Pada produksi petis UD. Agung Jaya yaitu make to order atau memproduksi
berdasarkan jumlah permintaan customer maka dalam jumlah produksinya haruslah
sesuai dengan jumlah permintaan, atau pada produksi petis bisa di perbanyak sedikit
guna mengantisipasi permintaan yang mendadak atau mengantisipasi terjadinya
kecacatan dalam pengiriman
3. Deliver to Order

74
Pada pengiriman produk ke customer haruslah diperhatikan jangan sampai produk
atau packaging rusak karena pengiriman, karena produk yang cacat tidak akan
diterima oleh customer
4. Source return – defective produk
Guna mendapatkan produk petis yang memiliki cita rasa tinggi maka bahan baku yang
digunakan haruslah sesuai dengan setandar dari perusahaan, jangan sampai bahan
baku yang cacat atau memiliki kualitas yang dibawah standar diterima, karena produk
dari perusahaan adalah produk makanan maka akan menyebabkan rasa produk nya
berubah.
5. Deliver return – defective produk
Produk yang sudah sampai ketangan customer jika terdapat ketidak sesuaian pesanan
atau kecacatan produk, maka perusahaan harus siap mengirim ulang produk guna
memenuhi kepuasan pelanggan.
Enable, adalah suatu proses yang menyiapkan, memelihara dan mengendalikan jaringan
informasi sehingga proses planning & execution saling terkait Enable, adalah suatu proses
yang menyiapkan, memelihara dan mengendalikan jaringan informasi sehingga proses
planning & execution saling terkait. Adapun proses enable sebagai berikut :
1. Membuat dan mengelola aturan untuk setiap proses plan, source, make, deliver dan
return.
Pada setiap proses dari plan, source, make, deliver dan return sangat berpengarus
terhadap kinerja rantai pasok maka perusahaan harulah mengelola peraturan yang
sesuai dengan kebutuhan customer dan sesuai dengan kondisi perusahaan.
2. Melakukan penilaian Kinerja pada setiap proses
Penilaian kinerja pada setiap proses sangat berguna untuk mengetahui nilai dari
masing – masing proses.
3. Mengelola data
Data yang didapatkan misalnya dari data permintaan pelanggan harus dikelola agar
hasil produksi dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
4. Mengelola persediaan
Persedian haruslah tercatat dan terkelola dengan benar karena jika rekapan persediaan
berbeda dengan jumlah persediaan digudang, maka menyebabkan ketidakstabilan
produksi.
5. Mengelola aset modal
Modal merupakan suatu yang penting guna mengembangkan perusahaan.
75
6. mengelola transportasi
transportasi pada pengiriman produk harus aman bagi produk agar tidak terjadi
kecacatan dalam pengiriman.
7. Mengelola konfigurasi rantai pasokan
Rantai pasok harus dikelola dengan benar agar kinerja perusahaan dan permintaan
produk tidak menurun.
8. mengelola peraturan
peraturan yang dibuat oleh perusahaan harus dilakukan karena peraturan tersebut
bermanfaat bagi semua pihak yang ada pada aliran rantai pasok agar sesuai dengan
standar.
9. Mengelola risiko dalam proses rantai pasok
Dalam rantai pasok terdapat berbagai masalah dan juga resiko, maka setiap masalah
yang mampunyai resiko terbesar haruslah dihindari oleh perusahaan.

4.2.3 supply chain operations reference (SCOR) Level 3


Level-3 pada SCOR berfungsi sebagai diagnostik untuk SCOR level-2. Analisis
kinerja metrik dari level-1 hingga 3 disebut sebagai metrik dekomposisi, diagnosis kinerja
atau analisis akar penyebab masalah. Metrik dekomposisi adalah langkah pertama dalam
mengidentifikasi proses yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. (Proses berkaitan
antara level-1, level-2 dan level-3). Dari hasil perhitungan bobot AHP yang dilakukan pada
level 2 dengan perhitungan pada halaman 72, yang mendapatkan nilai paling besar yaitu
source dengan nilai 0,365 maka dari hasil perhitungan tersebut dari proses source yang paling
penting maka perlu adanya monitoring terhadap fase tersebut, berikut ini adalah rekapan dari
hasil wawancara dengan pihak perusahaan mengenai kendala dan usulan pencegahan pada
proses inti SCOR :
Tabel 4.18 Analisis masalah dan usulan pencegahan
Proses
Kendala Dampak Usulan Pencegahan
SCOR
 Hasil proses produksi  Menggunakan
Permintaan tidak stabil peramalan dengan
Plan Customer  Forecast bahan baku & pembobotan pada hari
fluktuatif produksi tidak akurat atau waktu tertentu
agar lebih akurat.
Source Keterlambatan  Hasil Produksi  Mencari supplier bahan

76
Bahan Baku menurun baku lain yang sesuai
dengan kebutuhan
perusahaan
Penyusutan
 Membuat standarisasi
Produk dan belum  Produktifitas Tidak
Make seperti (waktu standar
adanya waktu stabil
dan suhu maksimal)
standar
 Menggunakan kardus
Kerusakan atau alas yang empuk
 Produk di reject
Deliver packaging akibat jika terjadi
customer
pengiriman penumpukan produk
saat pengiriman
 Membuat Pembatasan
pelunasan pembayaran,
Pembayaran  Cost flow
dan tidak mengirimkan
Return customer dengan perusahaan tidak
produk jika
sistem angsuran stabil
pembayaran belum
lunas

Pada level 3, merupakan tahap dekomposisi proses - proses yang ada pada supply chain
menjadi elemen-elemen yang mendefinisikan kondisi perusahaan guna memudahkan
memonitoring kinerja pada proses source. Tahap ini terdiri dari definisi input, elemen-elemen
proses, dan output dari informasi mengenai proses elemen, metrik-metrik dari kinerja proses.
Hasil dari perhitungan AHP menunjukan bahwa source memiliki tingkat kepentingan paling
besar,. Berikut ini merupakan matrik dekomposisi pada proses source :

77
Source element proses

Input : Permintaan customer

Pengiriman
Peramalan produksi bahan baku
Bill of quantity PO material
oleh supplier

Element Peramalan Pemesanan Pembayaran


Proses Bahan Bahan Baku Kedatangan
Bahan
Baku Bahan Baku
Baku

Check invoice
Ketersediaan material Checking bahan
ketersediaan
supplier baku dan
gudang
transfer ke
gudang

Penyimpanan Bahan Baku


Output: Ketersediaan Bahan
Baku untuk produksi

Gambar 4.3 matrik dekomposisi proses source


(sumber : adaptasi dari Pratiwi dan Haryadi, 2013)
Dari matrik diatas menjelaskan tentang input,proses dan output dari source, input dari proses
source yaitu merupakan permintaan dari customer. Permintaan customer yang fluktuatif
menyababkan perusahaan kesulitan dalam menentukan jumlah produksi, permintaan cutomer
nantinya akan mempengaruhi kuantitas dalam pemesanan bahan baku atau source.
Selanjutnya yaitu proses pada source yaitu terdapat lima elemen diantaranya yaitu peramalan
bahan baku, pemesanan bahan baku, pembayaran bahan baku, kedatangan bahan baku dan
penyimpanan bahan baku. Setiap elemen pada proses source terdapat input dan juga output
berupa data dan informasi untuk elemen selanjutnya. Yang terakhir yaitu output dari proses
source adalah ketersediaan bahan baku untuk proses produksi.

78

Anda mungkin juga menyukai