Anda di halaman 1dari 14

ISLAMIC MARKETING STRATEGY DALAM MEMBANGUN EKOSISTEM BISNIS HALAL

INDONESIA
Dikdik Hardjadi1, Neng Evi Kartika2, Wely Hadi Gunawan3

Universitas Kuningan

ABSTRAK

Perkembangan industri bisnis di Indonesia menjadi pangsa pasar paling potensial bagi negara-
negara lain. Bisnis syariah saat ini menjadi sebuah gaya hidup (lifestyle) seseorang di zaman
serba modern ini. Permintaan terhadap produk-produk halal dan ramah muslim (moslem
friendly) dinilai semakin meningkat. Pentingnya sebuah ekosistem bisnis halal untuk menjamin
kebaikan dan keberkahan dalam mengkonsumsi produk bagi kaum muslim perlu
diprioritaskan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan metode
kuantitatif. Jumlah Populasi Pelaku Bisnis di Kabupaten Kuningan sebanyak 55.486 Pelaku.
Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 400 Pelaku Usaha. Hasil dari penelitian ini
variabel yang diteliti yaitu Legalitas Usaha, Sertifikasi dan labelisasi Halal pada produk, dan
islamic marketing strategy memberikan pengaruh positif terhadap terwujudnya Ekosistem
Bisnis Halal Indonesia salah satunya di Kabupaten Kuningan.

ABSTRACT

The development of the business industry in Indonesia becomes the most potential market
share for other countries. Sharia business is now a lifestyle (lifestyle) of a person in this modern
era. The demand for halal and Muslim-friendly (moslem friendly) products is increasing. The
importance of a halal business ecosystem to ensure goodness and blessings in consuming
products for Muslims needs to be prioritized. This research uses descriptive research methods
with quantitative methods. The number of business people in Kuningan regency is 55,486
actors. Samples used in the study as many as 400 business people. The results of this study are
variables studied, namely Business Legality, Halal Certification and Labelization on products,
and Islamic marketing strategy has a positive influence on the realization of the Indonesian
Halal Business Ecosystem, one of which is in Kuningan Regency.

Keywords: Legalitas Usaha, Sertifikasi Dan Labelisasi Halal, Islamic Marketing Strategy ,
Ekosistem Bisnis Halal.
PENDAHULUAN
Perkembangan industri bisnis di Indonesia menjadi pangsa pasar paling potensial bagi negara-
negara lain. Untuk industri bisnis halal, Indonesia menjadi pasar paling besar dan paling
menjanjikan. Bisnis berbasis syariah kini semakin banyak diminati oleh masyarakat dunia
karena memberikan jaminan terbaik untuk setiap bisnis yang ditawarkan selain untuk
dikonsumsi juga keamanan dan kenyamanan. Perkembangan industri bisnis syariah pertama
kali dilakukan oleh sektor perbankan melalui lahirnya Bank Muamalat diikuti dengan
perbankan syariah lainnya. kemudian dari sektor Kosmetik Halal melalui PT Paragon dengan
produk Wardah. Bisnis syariah saat ini menjadi sebuah gaya hidup (lifestyle) seseorang di
zaman serba modern ini. Selain itu, dari sektor pariwisata, di negara lain yang minoritas umat
muslim sudah mulai dijalankan contohnya negara Thailand yang terkenal dengan wisata
Halalnya.

Thomson (2018:6) menjelaskan bahwa saat ini permintaan terhadap produk-produk halal dan
ramah muslim (moslem friendly) dinilai semakin meningkat. Hal ini diperkirakan akan terus
meningkat pada tahun 2023 sebesar kurang lebih USD 6.816 Miliar. Adapun Rincian
permintaan Sektor Indstri Halal secara global pada tahun 2023 adalah sebagai berikut:

Sektor Jumlah
Halal Food US$ 1863
Halal Travel US$ 274
Modest Fashion US$ 361
Islamic Finance US$ 3809
Halal Media & Recreaion US$ 288
Halal Pharmaceuticals US$ 131
Halal Cosmetics US$ 90
Sumber: Thomson (2018:6)

Adanya perkembangan bisnis syariah ini melahirkan banyak produk halal lainnya dari berbagai
sektor antara lain bisnis di sektor riil yang terdiri dari makanan, fashion, pariwisata dan
farmasi. Menurut Muhamed dkk (2014) yang dikutip oleh Ahyar (2020) bahwa
menghubungkan industri halal dan keuangan syariah merupakan aktivitas positif yang
melahirkan sistem harmonis dan saling mendukung satu sama lainnya.

Perkembangan bisnis syariah memberikan banyak dampak bagi masyarakat, sehingga perlu
diperhatikan dari sisi kualitas dan kontinyuitas bukan hanya kuantitas. Proses bisnis syariah
harus memiliki kehalalan yang terjamin dan terparcaya sesuai dengan aturan dan syariat
hukum islam. Penilian aspek bisnis sangat penting dilakukan sebagai sebuah evaluasi atas
kualitas bisnis syariah. Aspek penting yang harus diperhatikan dalam menjalankan bisnis
syariah yaitu sistem bisnisnya mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi sampai pada
pendistribusian pada konsumen dan finansialnya sebagai salah satu pondasi modal dasar
dalam menopang berjalannya usaha. Selain itu, penilaian yang tidak kalah penting terkait
dengan aspek finansial yaitu proses pembayaran, pembiayaan, penyimpanan dan payment
gateway dari bisnis yang dijalankan apakah kegiatan bisnis ini menggunakan lembaga
keuangan syariah atau lembaga keuangan konvensional. Jika aspek-aspek ini dijalankan sesuai
dengan syariah dalam bisnis, maka akan terbentuk ekosistem halal. Studi yang dilakukan
Thomson (2016) yang dikutip oleh Ahyar (2020) bahwa sebanyak 250 perusahaan yang terlibat
dalam bisnis produk halal belum menggunakan pembiayaan secara syariah, artinya disini masih
banyak peluang untuk membangun dan mengembangkan ekosistem halal yang berdampak
pada peningkatan nilai shariah compliance untuk semua jenis bisnis di Indonesia.

Dalam rangka mendirikan ekosistem halal dan peningkatan nilai shariah compliance terhadap
bisnis Halal di Indonesia, penting adanya untuk melengkapi kebutuhan legalitas bisnis halal.
Legalitas bisnis halal ini sering dikesampingkan oleh para pelaku bisnis halal karena masih
dianggap belum terlalu dibutuhkan. Legalitas usaha ini telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah No 6 tahun 2021 tentang penyelenggaran perizinan berusaha berbasis resiko.
Adanya legalitas usaha ini sebagai dasar hukum dalam menjalankan kegiatan usaha,
meningkatkan nilai investasi dan menjaga kualitas perizinan berusaha sebagai pelaku usaha
yang patuh hukum.

Untuk menjalankan bisnis halal, legalitas usaha pun tidak hanya berkaitan dengan NPWP, NIB,
IUMK, SIUP dan lain sebagainya, tetapi juga tidak luput dengan adanya labelisasi Halal sebagai
legalitas lanjutan untuk mewujudkan ekosistem halal di Indonesia. Belum banyak bisnis yang
memiliki legalitas usaha terutama sertifikasai halal. Selain karena tidak memahami adanya
kepentingan dalam legalisasi dan labelisasi, pelaku usaha lebih fokus dalam bagaimana
meningkatkan keuntungan untuk bisnisnya. Hal ini menjadi sangat penting adanya karena
melihat Indonesia sebagai mayoritas muslim terbesar di dunia harus memiliki kepastian hukum
supaya memiliki aminan bahwa bisnis yang dijalankannya itu benar-benar halal dan dapat
menjadi salah satu terbentuknya ekosistem bisnis halal yang diakui dan terjamin.

LANDASAN TEORI
Bisnis Syariah
Dalam Islam muamalah apapun boleh dilakukan dengan catatan saling suka dan ridlo antara
pembeli dan penjual. Tujuan bisnis syariah untuk mengembangkan harta dan memperoleh
keuntungan dengan jalan yang halal dan diridloi oleh Allah SWT. Batasan dalam bermuamalah
atau berbisnis dalam islam yaitu ketentuan halal dan haram terhadap suatu produk yang
dijadikan objek dalam jual beli bisnis. Hal utama dalam berbisnis yaitu memenuhi kebutuhan
dan keinginan masyarakat dalam artian konsumen.

Menurut Shatib yang dikutip oleh Muhammad (2018) dalam bisnis syariah ada konsep
mashlahah (Dharuriyah (kebutuhan) artinya kebutuhan utama yang menyangkut
keberlangsungan hidup manusia, Hajiyah (pelengkap) kebutuhan ini harus dipenuhi tetapi
tidak sampai kepada mengancam keberlangsungan hidup manusia. Kebutuhan ini apabila tidak
terpenuhi tidak akan menimbulkan tindakan kriminal karena perubahan prilaku, dan
Tahsiniyah (perbaikan) tahsiniyah merupakan suatu kebutuhan yang sebenarnya tidak sangat
dibutuhkan oleh konsumen, karena sifat dari kebutuhan ini adalah hanya untuk memperindah
hidup serta meningkatkan gaya hidup seseorang. Konsep mashlahah ini yang harus dilakukan
oleh kedua belah pihak yang melakukan transaksi.

Etika dalam berbisnis dapat menahan perilaku para pebisnis dari perilaku yang tidak baik dan
dapat merugikan salah satu pihak. Dalam Islam terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu larangan terhadap perilaku curang, praktik riba, merekayasa harga dan menimbun
komoditas atau ikhtikar (Zainal dkk., 2014). Dilarangnya hal-hal tersebut dikarenakan memiliki
dampak negatif, sehingga dapat merugikan salah satu pihak yang berarti terjadi ketidakadilan
Bisnis dalam Islam memiliki beberapa prinsip yang harus dijalankan oleh para pelakunya.
Prinsip-prinsip tersebut dapat menjadi acuan bagi para pelaku bisnis untuk berperilaku yang
sesuai dengan ajaran Islam. Beberapa prinsip berbisnis dalam Islam, yaitu kejujuran, keadilan,
keterbukaan, kebersamaan, orientasi bisnis dalam Islam, kejelasan akad dan logika bisnis riil
(Zainal dkk., 2014). Faisal Badroen juga pernah mengemukakan prinsip-prinsip bisnis dalam
Islam seperti yang dikutip oleh Azizah (2013), yaitu unity (persatuan/konsep tauhid),
equilibrium (keseimbangan/keadilan), free will (kehendak bebas), responsibility (tanggung
jawab) dan benevolence (ihsan).

Islamic Marketing Strategy

Islamic marketing dibangun berdasarkan filosofi yang didasarkan pada tujuan penciptaan
manusia. Islam mengatur kehidupan secara keseluruhan yang terkadnung dalam (QS3: 19
QS16: 52, QS98: 5, dan QS110: 2). Artinya marketing dalam Islam harus dilakukan secara
damai; damai dengan diri sendiri, damai dengan manusia lain, damai dalam hidup ini dan
damai di akhirat dan ketundukan penuh pada kehendak Tuhan. Pelaku usaha dapat
menyesuaikan diri dengan konsep Islamic marketing strategy melalui strategi STP (Segmenting,
Targetting dan Positioning) untuk menarik konsumen. Marketing strategy menurut Hartono
(2012:889) merupakan serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan serta aturan yang memberi
arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu dari masing-masing tingkatan serta
lokasinya.

Islamic Marketing Strategy dalam hal ini merupakan aktivitas bisnis yang dibangun dengan
dasar tujuan penciptaan manusia untuk mencapai satu tujuan yang sesuai dengan syariat islam
melalui arah usaha yang jelas segmenting, targeting dan positioningnya dalam memenuhi
kebutuhan konsumen. Ramadhani (2018) menerangkan bahwa Islamic Marketing merupakan
suatu disiplin dalam bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan
perubahan value dari inisiator kepada stakeholder nya yang dalam keseluruhannya merupakan
sebuah proses yang disesuaikan dengan akad serta ketentuan-ketentuan muamalah dalam
islam.

Islamic Marketing hadir menjadi sebuah alternatif yang dipercaya oleh masyarakat karena
nilai-nilai yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu kejujuran. Pemasaran Islam
didasarkan pada dua persyaratan dasar sebagaimana disebutkan dalam Alquran yaitu
kebutuhan fisiologis pangan, air dan sandang serta kebutuhan keamanan (QS, 20: 118-119;
QS17: 29) sedangkan pemasaran konvensional didasarkan pada keinginan (Cooke et al. .1992).
Konsumen Muslim Didefinisikan dengan konsumsi tidak berlebihan, gaya hidup dan aturan
keuangan dari keyakinan Muslim; mereka jauh dari homogen (Kearney, 2006). Karakteristik
islamic Marketing strategy mencakup keagamaan (religius), beretika, realistis, dan humanistik
(Sula dan Kartajaya, 2006). Jika seseorang memberikan empat karakteristik diatas, maka akan
mendapatkan hubungan yang baik antara lima rukun Islam dan implementasinya.

Legalitas Badan Usaha


Asas legalitas diatur dalam pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi “tiada suatu perbuatan yang
boleh dihukum, melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang yang ada
terlebih dahulu dari perbuatan itu. Legalitas perusahaan atau badan usaha merupakan unsur
terpenting sebagai sebuah jati diri dari berdirinya usaha yang legal dan sah menurut hukum
dan diakui oleh masyarakat secara luas.
Artinya legalitas perusahaan harus sah menurut undang-undang dan peraturan, dilindungi
dengan payung hukum yang dilengkapi dengan adanya berbagai dokumen yang sah menurut
aturan hukum di Indonesia. Keberlangsungan suatu usaha dipengaruhi oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah keberadaan unsur legalitas dari usaha tersebut dalam wujud kepemilikan
izin usaha yang telah disahkan secara hukum. Adanya legalitas usaha ini supaya kegiatan usaha
yang dijalankan tidak disibukkan dengan isu-isu penertiban atau pembongkaran.

Ada beberapa dokumen perizinan yang menjadi legalitas usaha antara lain nama perusahaan,
Merk, Nomor Induk Berusaha (NIB), Izin Usaha Industri, Sertifikasi dan Standar nasional.
Dengan dimilikinya dokumen legalitas usaha maka manfaat yang diperoleh pelaku usaha yaitu
terjaminnya dalam hal perlindungan dari tindakan hukum yang berhubungan dengan masalah
perizinan, promosi produk, bukti kepatuhan hukum, dan memudahkan untuk mendapatkan
jalinan kerjasama lebih luas sampai dengan akses permodalan dari lembaga keuangan yang
ada di Indonesia.

Sertifikasi dan Labelisasi Halal


Indonesia yang menjadi pasar muslim terbesar di Dunia mengharuskan untuk perhatian
terhadap produk yang beredar di Indonesia. Keberagaman produk baik lokal mapun dari luar
negeri diperlukan adanya penanda halal untuk memudahkan konsumen dalam memilih produk
halal. Oleh karena itu perlu adanya sertifikasi dan labelisasi produk dalam memberikan
jaminan produk halal kepada masyarakat khususnya warga muslim (Afroniyati 2014).

Sertifikasi dan labelisasi Halal adalah hal yang berbeda tetapi saling berkaitan satu sama lain.
Sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal melalui beberapa tahap
untuk membuktikan bahwa bahan, proses produksi dan Sistem Jaminan Halal (SJH) memenuhi
standar LPPOM MUI. (LPPOM MUI 2008). Pasca Implementasi Undang-undang Jaminan Produk
Halal Nomor 33 tahun 2014, Sertifikasi halal didefinisikan sebagai pengakuan kehalalan suatu
produk yang dikeluarkan oleh BPJPH berdasarkan fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh Majelis
Ulama Indonesia. (Panji, 2017).

Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk
sebagai tanda bahwa produk tersebut halal. Kegiatan labelisasi halal dikelola oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Undang – Undang No. 7 Tahun 1996 tentang
Pangan yang merupakan ketentuan payung tentang pangan memuat kewajiban pencantuman
label pada pangan yang dikemas minimal enam unsur, dimana unsur yang satunya adalah
keterangan tentang halal. Keterangan atau label halal pada suatu produk dapat menjadi acuan
bagi konsumen Muslim untuk memilih dan membeli produk tersebut. (Desi, 2018).

Proses mendapatkan Sertifikat halal melalui beberapa tahapan pemeriksaan untuk


membuktikan bahwa mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, dan sistem jaminan
halal produk pada suatu perusahaan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan LPPOM
MUI. (LPPOM MUI, 2008). Apabila syarat-syarat halal terpenuhi, maka pelaku usaha dapat
mendapatkan sertifikat halal untuk produknya. Sertifikat halal ini kemudian akan untuk izin
mencantumkan label halal dan nomor registrasi halal pada kemasan produk. Label halal inilah
yang biasanya digunakan oleh pelaku usaha dalam rangka memenuhi kewajiban mereka untuk
memberikan informasi kepada konsumen mengenai kehalalan produknya.

Sesuai keputusan Menteri Agama tentang Layanan Sertifikasi Halal ditetapkan bahwa BPJPH
melayani pelaku usaha yang mengajukan permohonan sertifikat halal dan menerbitkan
sertifikat halal. Himbauan halâlan thayyiban (halal dan baik) sangat perlu untuk diinformasikan
dan diformulasikan secara efektif dan operasional kepada masyarakat disertai dengan
tercukupinya sarana dan prasarana.

Ekosistem Bisnis Halal

Ekosistem bisnis adalah kegiatan usaha yang memiliki hubungan seluruh entitas saling
berkaitan satu sama lain sehingga terjadi adanya kegiatan produksi dan jual beli yang
menghasilkan keuntungan (profit). Menurut Gillani et al (2016) halal kini menjadi indikator
primadona yang bersifat universal sebagai jaminan kualitas suatu produk dan standar hidup.
Bersifat universal karena halal dapat diadopsi oleh siapa saja, bukan hanya muslim melainkan
juga dari kalangan non muslim. Industri halal berkembang dengan merambah pada sektor
makanan dan minuman, keuangan, travel, mode busana (fashion), kosmetik dan obat-obatan,
media dan hiburan, healthcare dan pendidikan. Upaya dalam melesatkan potensi dan
memanfaatkan peluang industri halal, diperlukan sinergitas yang baik antara semua elemen.
Hal ini dilakukan demi mencapai standar halal secara holistik (Faqiatul et al, 2018).

Sinergitas untuk membentuk sebuah ekosistem bisnis halal, selain sumber daya berupa
manusia, bahan baku atau alatnya, diperlukan support system sebagai pengawas dan
guidelines berjalannya kegiatan ekonomi halal di industri halal. Ekosistem Bisnis Halal ini akan
menjadi sebuah alternatif dalam keberkahan bisnis. Karena menurut Jalaludin (2010)
Religiusitas merupakan konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif,
perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif, dan perilaku agama sebagai unsur konatif. Jika
hal ini dijalankan secara komprehensif maha akan memberikan kebermanfaatan yang lebih
besar bukan hanya meningkatkan keimanan kepada yang Maha kuasa tetapi juga meningatkan
kepedulian terhadap sesama makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif.
Populasi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah Pelaku Bisnis dari berbagai klasifikasi usaha
di Kabupaten Kuningan. Jumlah Populasi Pelaku Bisnis sebanyak 55.486 Pelaku. Sampel yang
digunakan dalam penelitian sebanyak 400 Pelaku Usaha sesuai dengan rumus slovin dengan
mengambil jumlah sample minimum. Teknik pengambilan sampel menggunakan propotional
random sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Instrumen

Uji Validitas Legalitas Usaha

No Item Person Correlation Sig. (2- Keterangan


(r hitung) tailed)
Item 1
LU_1 .782** .000 Valid
LU_2 .763** .000 Valid
LU_3 .837** .000 Valid
LU_4 .752** .000 Valid
**Corelation is Significant at the 0.01 Level (2-tailed)
Sumber: Data diolah 2021

Uji Validitas Sertifikasi dan Labelisasi Halal


No Item Person Correlation Sig. (2- Keterangan
(r hitung) tailed)
Item 1
LH_1 .799** .000 Valid
LH_2 .902** .000 Valid
LH_3 .840** .000 Valid

**Corelation is Significant at the 0.01 Level (2-tailed)

Sumber: Data diolah 2021

Uji Validitas Islamic Marketing Strategy

No Item Person Correlation Sig. (2- Keterangan


(r hitung) tailed)
Item 1
IMS_1 .833** .000 Valid
IMS_2 .831** .000 Valid
IMS_3 .812** .000 Valid
*Correlation is Significant at the 0.05 level (2-tailed)
** Correlation is Significant at the 0.01 Level (2-tailed)
Sumber: data diolah (2021)
Uji Validitas Ekosistem Bisnis Halal

No Item Person Correlation Sig. (2- Keterangan


(r hitung) tailed)
Item 1
EBH_1 .770** .000 Valid
EBH_2 .788** .000 Valid
EBH_3 .806** .000 Valid
EBH_4 .709** .000 Valid
*Correlation is Significant at the 0.05 level (2-tailed)
** Correlation is Significant at the 0.01 Level (2-tailed)
Sumber: data diolah (2021)
Berdasarkan hasil perhitungan bahwa item dari setiap instrumen penelitian dari Sertifikasi dan
labelisasi Halal, islamic marketing dan ekosistem bisnis halal secara keseluruhan memiliki nilai
Sig.> 0,05 sehingga dari seluruh instrumen tersebut dinyatakan Valid.

Uji Reliabilitas
Rekapitulasi Uji Reliabilitas Legalitas Usaha, Sertifikasi dan Labelisasi Halal, Islamic
Marketing Strategy dan Ekosistem Bisnis Halal

Item Cronbach’s Alpha


RLU .801**
RLH .765**
RIMS .788**
REBH .771**
Sumber: Data diolah (2021)

Hasil dari data yang telah diolah tahun 2021, bahwa variabel Legalitas Usaha (X 1) dinyatakan
reliabel dengan nilai 0,801> 0,70. Data hasil diolah untuk Sertifikasi dan Labelisasi halal
dengan nilai 0,765 > 0,70 dinyatakan reliabel. Dan hasil untuk Ekosistem Bisnis Halal dengan
hasil perhitungan 0,771 > 0,70 juga dinyatakan reliabel.

Teknik Analis Data


Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Variabel Asymp. Sig (2-tailed) Keterangan
Legalitas Usaha .096 Normal
Sertifikasi dan Labelisasi Halal .706 Normal
Islamic Marketing Strategy .616 Normal
Ekosistem Bisnis Halal .085 Normal

Hasil yang diperoleh dari data diolah terkait dengan tiap-tiap variabel lebih besar α=0,05 maka
ke empat variabel dari penelitian ini menghasilkan distribusi normal, sehingga dapat dianalisa
lebih lanjut.
2. Uji Multikolonieritas
Model Collinearity Statistis
Tolerance VIF
JMLH_LU .937 1.067
JMLH_LH .821 1.219
JMLH_IMS .858 1.165

Berdasarkan hasil pada tabel penelitian diatas dalam model regresi tidak terjadi
multikolinieritas atau korelasi sempurna antara variabel – variabel bebas antara lain variabel
Legalitas Usaha (X1), Variabel Sertifikasi dan Labelisasi Halal (X2) dan Variabel Islamic
Marketing Startegy (X3) dimana mempunyai VIF >10 dan Tolerasni <0,1. Hal ini
mengindikasikan tidak terjadinya multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi.

3. Uji Heteroskedastisitas
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coeffisients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 5,208 ,975 5,341 ,000
JMLH_LU ,021 ,031 ,040 ,654 ,513
JMLH_LH -,013 ,043 -,019 -,298 ,766
JMLH_IMS ,082 ,043 ,121 1,911 ,057
Hasil tampilan output dengan jelas menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen
yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Unresidual.
Nilai Legalitas Usaha sebesar 0,513 nilai Sertifikasi dan Legalitas Halal sebesar 0,766 dan nilai
IMS sebesar 0,057. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikan diatas dengan tingkat
kepercayaan 0,05, jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas.

Analisis Regresi Berganda


Menurut Ferdinand (2014:106) model regresi adalah model yang digunakan untuk
menganalisis pengaruh dari beberapa variabel independent terhadap satu variabel
dependent. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi
Linier digunakan untuk mengetahui ada atau tidak nya pengaruh Legalisasi Usaha (X1),
Sertifikasi dan labelisasi Halal (X2) dan Islamic Marketing Strategy (X3) terhadap Ekosistem
Bisnis Halal (Y).
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coeffisients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 3,564 1,712 2,081 ,038
JMLH_LU ,191 ,055 ,186 3,469 ,001
JMLH_LH ,216 ,075 ,166 2,894 ,004
JMLH_IMS ,411 0,75 ,307 5,475 ,000
Sumber: Output SPSS 21.0

Persamaan regresi Y = 3,564 + 0,191 X1 + 0,216 X2 + O,411 X3

1. Konstanta sebesar 3,564 menyatakan bahwa jika tidak ada legalitas usaha, sertifikasi
dan labelisasi halal dan islamic marketing strategy maka ekosistem bisnis halal sebesar
3,564.
2. Koefisien regresi 0,191 menyatakan bahwa setiap perubahan satu satuan point nilai
legalitas usaha akan meningkatkan ekosistem bisnis halal sebesar 0,191 pada
konstanta 3,564.
3. Koefisien regresi 0,216 menyatakan bahwa setiap perubahan satu satuan point nilai
sertifikasi dan labelisasi halal akan meningkatkan ekosistem bisnis halal sebesar 0,216
pada konstanta 3,564
4. Koefisien regresi 0,411 menyatakan bahwa setiap perubahan satu satuan point nilai
harga akan meningkatkan islamic marketing strategy sebesar 0,411 pada konstanta
3,564. Melihat uji F pada tabel diatas terlihat bahwa persamaan regresi bermakna (sig
0,05) artinya persamaan regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi ekosistem
bisnis halal.

Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 ,467a ,225 ,217 8,273
Dari perhitungan hasil analisis dengan menggunakan IBM SPSS 21, dapat diketahui bahwa R
Square yaitu sebesar 0,225 maka dapat diketahui pengaruh bersama antara Legalitas Usaha,
sertifikasi dan labelisasi usaha dan Islamic Marketing Strategy terhadap Ekosistem Bisnis Halal.

Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa 22,5 % Ekosistem Bisnis Halal dipengaruhi
oleh Legalitas Usaha, sertifikasi dan labelisasi usaha dan Islamic Marketing Strategy, dimana
selebihnya yaitu 77,5 % dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruh nya
seperti faktor Pelayanan Konsumen, faktor kualitas poduk halal dan faktor keberadaan suatu
barang Halal. Dimana ketiga faktor tersebut masih mempengaruh terhadap tumbuhnya
ekosistem bisnis halal.

Uji F (Simultan)
Model Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 5706,162 3 1879,458 27,793 ,000
Residual 19641,096 287 70,421
Total 25347,258 290
a. Dependent Variable: JMLH_MB
b.Predictors: (Constant), JMLH_KM, JMLH_CE, JMLH_CM
Sumber : Output pengolahan data IBM SPSS 21
Dari uji ANOVA atau F tes didapat F sebesar 27,793 dengan signifikansi 0,000. Artinya model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi ekosistem bisnis halal (Y) atau dikatakan bahwa
variabel X1, X2, X3 berpengaruh secara nyata terhadap variabel Y.

Uji Parsial (Uji-t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent legalitas usaha, sertifikasi
dan labelisasi halal dan islamic marketing strategy secara individual atau secara parsial
mempengaruhi variabel dependent ekosistem bisnis halal. Untuk mengetahui nilai uji t ini
menggunakan bantuan program IBM SPSS 21
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coeffisients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 3,564 1,712 2,081 ,038
JMLH_LU ,191 ,055 ,186 3,469 ,001
JMLH_LH ,216 ,075 ,166 2,894 ,004
JMLH_IMS ,411 0,75 ,307 5,475 ,000

1. Pengujian hipotesis : Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai t sebesar 3,469 dan sig
0,001. Oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya legalitas usaha berpengaruh
positif terhadap ekosistem bisnis halal.
2. Pegujian hipotesis : Berdasarkan hasil analisis, diperoleh sebesar 2,894 dan sig 0,004. Oleh
karena itu Ho ditolak Ha diterima. Artinya sertifikasi dan labelisasi halal berpengaruh
positif terhadap ekosistem bisnis halal.
3. Pengujian hipotesis : Berdasarkan hasil analisis, diperoleh sebesar 5,475 dan sig 0,000.
Oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya islamic marketing strategy
berpengaruh positf terhadap ekosistem bisnis halal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada pelaku UMKM dan konsumen bebas di
Kabupaten Kuningan terhadap produk UMKM, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Legalitas usaha, sertifikasi dan labelisasi halal dan islamic marketing strategy berpengaruh
positif terhadap ekosistem bisnis halal pada produk UMKM Kabupaten Kuningan. Hal ini
terbukti dengan semakin terlihat no izin usaha dalam kemasan produk maka semakin
yakin bahwa produk tersebut aman dan halal untuk dikonsumsi, semakin jelas nomor
sertifikasi dan labelisasi halal pada kemasan maka kepercayaan konsumen untuk membeli
produk halal semakin tinggi dan islamic marketing strategy yang memiliki pengaruh dalam
hal menarik konsumen untuk memilih produk halal mampu berperan sebagai salah satu
brand positioning produk halal di benak konsumen sehingga dapat membantu
mewujudkan adanya ekosistem bisnis halal suatu produk.
2. Legalitas usaha berpengaruh positif terhadap ekosistem bisnis halal produk UMKM
Kabupaten Kuningan, sehingga semakin terlihat legalitas usaha semakin tinggi ekosistem
bisnis halal produk UMKM Kabupaten Kuningan.
3. Sertifikasi dan labelisasi halal berpengaruh positif terhadap ekosistem bisnis halal produk
UMKM Kabupaten Kuningan, sehingga semakin terlihat sertifikasi dan labelisasi halal pada
produk UMKM Kabupaten Kuningan akan meningkatkan kepercayaan dalam mewujudkan
ekosistem bisnis halal terhadap produk UMKM Kabupaten Kuningan.
4. Islamic marketing strategy berpengaruh positif terhadap ekosistem bisnis halal produk
UMKM Kabupaten Kuningan, hal ini menunjukan apabila suatu produk mampu
memberikan kepercayaan dan kenyamanan dalam kebutuhan konsumen muslim terhadap
produk UMKM Kabupaten Kuningan akan semakin tinggi untuk mewujudkan ekosistem
bisnis halal produk UMKM Kabuapten Kuningan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap ekosistem bisnis halal melalui variabel
legalitas usaha, sertifikasi dan labelisasi halal dan islamic marketing strategy. Maka peneliti
menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti terkait dengan akad jual beli produk
UMKM dengan pemilik toko atau lokasi pemasaran. Selain itu, dapat meneliti variabel
eksternal dalam membangun ekosistem bisnis halal di Indonesia.
REFERENSI

Asdhiana, I. (2014, Januari 07). Kompas. Retrieved April 29, 2015, from Kompas.com

Battour, M., & Ismail, M. N. (2014). Islamization Trends-Implcation for Tourism Market. Islamic
Tourism Journal, 73-82.

BPS. (2010). Retrieved April 30, 2015, from Biro Pusat Statistik:
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321

Chanin, O. (2015). Guide Lines on Halal Tourism Management in the Andaman Sea Cost of
Thailand. Journal of Economics and Management Vol 3, No 8, 791-794.

Events Eye. (2015). Retrieved Desember 6, 2015, from Eventseye.com:


http://www.eventseye.com/fairs/c1_trade-shows_saudi-arabia.html

Ghadami, M. (2012). The Role of Islam in the Tourism Industry. Elixir Management Arts.

Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta: Grasindo.

Kamarudin, L. M. (2013). Islamic Tourism: The Impacts to Malaysia's Tourism Industry.


Proceedings of International Conference on Tourism Development, 397-405.

Kemenpar. (2015).

Kovjanic, G. (2014). Islamic Tourism as a Factor of the Middle East Regional Development.
Turizam Vol 18, 33-43.

Lumanauw, N. (2015, Juni 12). Bebas Visa Kunjungan . Retrieved Desember 4, 2015, from
beritasatu.com: http://www.beritasatu.com/dunia/281997-presiden-teken-
erpresbebas-visa-kunjungan-wisatawan-45-negara.html

Mihrabqolbi. (2012). Budaya Arab. Retrieved Desember 2, 2015, from Mihrabqolbi.com:


http://mihrabqolbi.com/artikel/detail/21/mengenal-sekilas-budayatradisi-
masyarakatarab.html

Priyadi, U. e. (2015). Potensi Pengembangan Desa Wisata Berbasis Syariah Islam. UII, 319- 338.

Setiadi, A. C. (2015). Kajian Timur Tengah. Retrieved Desember 4, 2015,


https://kajiantimurtengah.wordpress.com/category/sosiologi-masyarakat-timur-tengah/

Siaran Pers Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif. (2014, Maret 18). Retrieved April 30,
2015, from kemenparekraf: http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?id=2555

Tourism Review. (2013, April 01). Retrieved April 30, 2015, from Tourism-Review:
http://www.tourism-review.com/indonesia-launches-sharia-tourism-projectsnews3638

Trading Economic. (2015). Retrieved Desember 1, 2015, from Trading Economic:


http://id.tradingeconomics.com/egypt/consumer-spending

Wonderful Indonesia. (2015, April 01). Retrieved April 30, 2015 , from Indonesia's Official
Tourism Website: http://indonesia.travel/id/news/detail/1666/banda-acehdiluncurkan-
sebagai-world-islamic-tourism

Abdalloh, Irwan. (2018). Pasar Modal Syariah. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Ahyar, M. K. (2020). Halal Industry and Islamic Banking: A Study of Halal Ecosystem Regulation
in Indonesia. Journal of Finance and Islamic Banking.

Azizah, Mubarroh. (2013). Etika Perilaku Periklanan Dalam Bisnis Islam. Jurnal Ekonomi Syariah
Indonesia, Vol. 3, pp. 37-48.

BEI. (2019). Press Release Detail: BEI kembali Raih Penghargaan Internasional 2019 Global
Islamic Finance Awards. Jakarta.

Fatimah, Rika. (2018). Halal Consumer in Indonesia: Nuruting the 7 Forces Halal Way of Life.
Dipresentasikan Pada Plenary Session 2nd Annual Symposium on Islamic Economy and
Halal Industry. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Hassan, Faridah. (2018). Halal Living & Consumer Lifestyle in Malaysia. Dipresentasikan Pada
Plenary Session 2nd Annual Symposium on Islamic Economy and Halal Industry. Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Khan, M. Fahim. (2013). An Alternative Approach to Analysis of Consumer Behaviour: Need for
Distinctive Islamic Theory. Journal of Islamic Business and Management.

LPPOM MUI. (2017). Sistem Pelayanan Sertifikasi Halal Online (CEROL SS23000). Diunduh pada
tanggal 1 Oktober 2018 melalui situs www.halalmui.org.

M Antara, Purnomo, Musa, Rosidah, dan Faridah, Hassan. (2016). Bridging islamic financial
literacy and halal literacy: The way forward in halal ecosystem. Procedia Economic and
Finance, Vol. 37, pp.196-202.

Muhamad. (2018). Bisnis Syariah: Transaksi & Pola Pengikatannya. Jakarta: Rajawali Pers.
Reuters, Thomson & Standard, Dinar. (2018). State of the Global Islamic Economy Report
2018/2019.

Sukarno, Fahrudin. (2010). Etika Produksi Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi Islam
AlInfaq, Vol. 1, No. 1, pp. 40-52.

Suma, Muhammad Amin. (2013). Tafsir Ayat Ekonomi: Teks, Terjemah & Tafsir. Jakarta:
Amzah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal (JPH).

Utomo, Anif Punto; Subagja, Guntur; Kushartanto, Ismi; & Zulkarnain, A. Iskandar. (2014) Dua
Dekade Ekonomi Syariah Menuju Kiblat Ekonomi Islam. Gres! Publishing, Pusat
Komunikasi Ekonomi Syariah.

Wajdi, F. (2019). JAMINAN PRODUK HALAL DI INDONESIA: Urgensi Sertifikasi dan Labelisasi
Halal. Jakarta: Rajawali Pers.
Zainal, Veithzal Rivai; Antonio, Muhammad Syafii; Hadad, Muliaman Darmansyah. (2014).
Islamic

Business Management: Praktik Manajemen Bisnis yang Sesuai Syariah Islam. Yogyakarta: BPFE.

Ahyar, Muhammad; Abdullah, Agung (2020), Membangun Bisnis dengan Ekosistem Halal,
Jurnal Pasar Modal dan Bisnis, 2(2), pp. 167-182. The Indonesian Capital Market Institute

Afroniyati, Lies, 2014. “Analisis Ekonomi Politik Sertifikasi Halal Oleh Majelis UlamaIndonesia”.
JKAP (Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik). Vol 18 (1):
37-52.https://doi.org/10.22146/jkap.6870

Lukihardianti, Arie, 2017. “Industri Makanan Bersertifikat Halal Masih Minim diJabar.”
Republika, 21 September 2017,
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/09/21/owlws1384-industri-
makanan-bersertifikat-halal-masih-minim-di-jabar

Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, Persentase Produk Yang Beredar Dan Produk Bersertifikat
Halal, diakses Kamis, 12 Agustus 2021
http://simbi.kemenag.go.id/halal/assets/collections/newsletter/files/55642c827e6

Evans AD, Evans S. 2012. Halal Market Dynamic: An Analysis. London (UK): ImaratConsultants.

Faqiatul, MW & Anissa HP, 2018. “Model Pengembangan Industri Halal Food di Indonesia.”
Jurnal Muqtasid. Vol. 9(1): 1-13

Faridah, HD, 2019. “Sertifikasi Halal Di Indonesia: Sejarah, Perkembangan, DanImplementasi.”


Journal of Halal Product and Research. Vol. 2(2): 68-78.

Handoyo, 2016. “Potensi Besar Dari Bisnis Halal.” https://nasional.kontan.co.id/news/potensi-


besar-dari-bisnis-halal

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 982 Tahun 2019 Tentang Layanan
Sertifikasi Halal

Kusnadi, Moh. 2019. “Problematika Penerapan Undang-Undang Jaminan Produk Halal Di


Indonesia”, Islamika: Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol. 1 (2): 116-132

Larasati, Ananya, dkk. (2019). “Pengaruh Label Halal Terhadap Produk Kecantikan.” Al-Maal:
Journal of Islamic Economics and Banking. Vol. 1(1): 48-64.
http://dx.doi.org/10.31000/almaal.v1i1.1815

LPPOM MUI, (2008). Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPPOM MUI. Jakarta: Lembaga
Pengkajian Pangan Obat-Obatan Dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai