Anda di halaman 1dari 10

MATERPLAN EKONOMI SYARIAH INDONESIA 2019-2024

LANSKAP EKONOMI SYARIAH INDONESIA

RESUME
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Islam

Oleh
Ircham Nizar Fadholi
F0118052

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
A. Konteks
Ekonomi syariah di Indonesia sedang melewati tahap yang penting di tengah ketidakpastian
ekonomi global dan persaingan ekonomi kawasan yang semakin ketat. Peran dan kontribusi
ekonomi syariah terhadap perekonomian nasional masih belum signifikan, untuk disebut
sebagai pilar penting dalam membantu Indonesia menghadapi kondisi ekonomi dunia yang
semakin rentan, tak pasti, kompleks, dan ambigu. Namun, kontribusi yang masih minim ini
tidak menggambarkan kondisi dan potensi ekonomi syariah yang strategis dalam perekonomian
Indonesia sekarang dan di masa depan. Peran ekonomi syariah yang minim disebabkan
pengembangan berbagai sektor dalam ekosistem perekonomian syariah belum optimal.
Cakupan dan pengembangan ekonomi syariah yang masih condong kepada sektor keuangan
juga merupakan kendala. Perkembangan keuangan syariah yang lebih pesat dipicu oleh
beberapa faktor di antaranya: kebutuhan yang mendesak di masyarakat akan sistem keuangan
yang bebas dari riba, regulasi yang responsif terkait kebutuhan keuangan syariah, dan model
pengembangan sistem keuangan syariah yang sudah tersedia secara global untuk replikasi.
Masterplan Ekonomi Syariah ini merupakan upaya Pemerintah Republik Indonesia dan semua
pemangku kepentingan Komite Keuangan Syariah Nasional (KNKS). Fungsinya untuk
mendukung pembangunan ekonomi syariah Indonesia. Dokumen dan seluruh tahapan dalam
penyusunannya merupakan upaya untuk meningkatkan peran berbagai sektor ekonomi syariah
dalam pembangunan nasional.
a. Pengertian Ekonomi Syariah
Ekonomi syariah dalam Masterplan ini diartikan sebagai sistem ekonomi yang
berlandaskan prinsipprinsip Islam (syariah). Cakupannya adalah seluruh sektor
perekonomian yang ada, baik keuangan maupun sektor riil. Sistem ekonomi syariah juga
harus memberikan manfaat (maslahah) yang merata dan berkelanjutan bagi setiap elemen
dalam perekonomian. Pengertian ekonomi syariah dalam dokumen ini mengacu kepada
Global Islamic Economy Report 2013. Ini merupakan seri laporan global mengenai kinerja
perekonomian negara Muslim dunia. Berdasarkan laporan tersebut, Islamic economy
diartikan sebagai semua sektor inti perekonomian beserta ekosistemnya yang secara
struktural dipengaruhi oleh gaya hidup konsumen dan praktik bisnis sesuai dengan nilai-
nilai Islam. Definisi ini konsisten dengan yang diajukan oleh ekonom, seperti Frederic Pryor
(1985). Menurutnya, sistem ekonomi syariah adalah konstruksi teoretikal dari sistem
ekonomi industri, yang pelakunya mengikuti ajaran Islam.
b. Ruang Lingkup Ekonomi Syariah
Cakupan ekonomi syariah sangat luas. Apapun aktivitas ekonomi yang berlandaskan
Alquran dan sunah, serta yang dilakukan oleh umat Islam secara benar dan komprehensif
merupakan aktivitas ekonomi syariah. Aspeknya bisa dikembangkan meliputi keuangan,
filantropi, dan sektor riil secara luas. Karakteristik utamanya adalah bebas dari elemen
riba, ketidakpastian (gharar), dan judi (maysir). Dengan kata lain, ini adalah ekonomi yang
halal. Fokus utama implementasi pengembangan ekonomi syariah adalah sektor riil,
terutama yang berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Secara lebih spesifik, yang dipilih adalah sektor produksi dan jasa. Terutama yang sudah
menerapkan label halal sebagai diferensiasi dari produk lain. Produk halal adalah barang
dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi,
produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan,
atau dimanfaatkan oleh masyarakat yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat
Islam. Kemudian proses produk halal adalah rangkaian kegiatan untuk menjamin kehalalan
produk yang mencakup penyediaan bahan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan,
pendistribusian, penjualan, dan penyajian produk (UU No.33/2014 tentang Jaminan Produk
Halal).
B. Latar Belakang dan Kondisi Ekonomi Syariah
Kondisi industri syariah di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumsi
produk yang sesuai syariah atau hala di Indonesia masih dipasok dari produk-produk impor.
Pasokan produk halal yang diimpor untuk memenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri juga
secara tidak langsung mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia yang saat ini terus
mengalami peningkatan defisit. Hal ini berarti industri halal Indonesia juga memegang peranan
penting untuk dapat menekan defisit neraca perdagangan dengan membesarkan sisi produksi
industri halal.
a. Kondisi Ekonomi Syariah Global
 Makroekonomi Global
Terdapat tiga indikator utama yang digunakan dalam analisis makroekonomi global,
yaitu indikator aktivitas global (global activity indicators) yang mencakup peningkatan
produk domestik bruto (PDB/GDP growth), kemudian perdagangan dunia (world trade),
dan inflasi global (global inflation). Secara umum, ekonomi global sedang mengalami
cyclical recovery dilihat dari kondisi keuangan global, kebijakan moneter yang
akomodatif, consumer confidence index yang meningkat, serta penguatan harga berbagai
komoditas. Meskipun demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi cenderung menurun
lebih jauh. Hal ini tergambar dari capital deepening yang lemah, lambatnya pertumbuhan
produktivitas di berbagai negara, serta perubahan demografi yang kurang menguntungkan
perekonomian global. Indikator kedua yaitu perdagangan global. Pertumbuhan volume
perdagangan global (% change) dalam lima tahun terakhir mengalami tren yang positif
3%-5%, meskipun terjadi penurunan pada tahun 2015 dan 2016. Sementara itu, proyeksi
pertumbuhan volume perdagangan global 2019 dan 2020 berada di angka 4%, atau lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan pada dua tahun sebelumnya. Indikator ketiga adalah
inflasi global. Selama lima tahun terakhir, inflasi yang terjadi berada pada angka 1 – 2
persen (Bank Dunia) dan 2 – 3 persen (IMF). Angka tersebut cenderung lebih rendah jika
dibandingkan dengan proyeksinya pada 2019-2020 menurut World Economic Outlook,
yaitu 3.36 dan 3.30 persen.

 Ekonomi Syariah Global


Terdapat enam industri halal yang sudah ada dalam lingkup global, antara lain
makanan, pariwisata fesyen terkini, media dan halal, farmasi dan kosmetika, serta
keuangan. Dari enam sektor yang ada, makanan halal merupakan pilar industri halal
terbesar dilihat dari sisi revenue. Sektor lainnya yang sudah mendapatkan atensi cukup
besar dan perkembangan yang sangat signifikan adalah keuangan syariah. Walaupun
masih didominasi oleh perbankan, pengembangan keuangan syariah saat ini sudah
mengarah pada maksimalisasi potensi zakat dan wakaf, serta crowdfunding.
b. Kondisi Ekonomi Syariah Nasional
Kondisi perekonomian nasional juga dipetakan dengan analisis aspek lingkungan bisnis
secara luas melalui pendekatan politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan, dan hukum.
 Politik
Untuk memajukan ekonomi syariah, pemerintah merealisasikan penyusunan Masterplan
Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia (MAKSI) dan Pembentukan Komite Nasional
Keuangan Syariah (KNKS) oleh Kepala Negara melalui Peraturan Presiden (perpres) nomor
91 Tahun 2016. Selain dua hal di atas, pemerintah juga memprioritaskan 4 bidang utama
pengembangan ekonomi syariah:
1. Penguatan sektor ril ekonomi syariah, melalui industri halal.
2. Peningkatan efisiensi keuangan syariah.
3. Penguatan penelitian ekonomi syariah, dengan peningkatan kualitas sumber daya umat
Islam.
4. Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).

 Ekonomi
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia mempengaruhi permintaan terhadap
produk-produk keuangan syariah. Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi
makanan halal tertinggi yaitu USD 17 triliun dari total pengeluaran makanan dan minuman
halal global sebesar USD 1,303 triliun pada tahun 2017. Peringkat Indonesia untuk
ekonomi syariah global meningkat dari ke-11 menjadi ke- 10. Hal ini didorong oleh
peningkatan pada peringkat makanan halal.
 Sosial budaya
Indonesia memiliki keunggulan berupa daerah yang menerapkan hukum syariat Islam,
yaitu Aceh. Pemerintahannya memiliki misi untuk memperkuat pelaksanaan syariat Islam
secara sempurna yang tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh.
Kesadaran masyarakat untuk beragama secara komprehensif telah mendorong mereka
berusaha mengonversi konsumsi barang dan jasa menjadi halal. Misalnya terkait lembaga
keuangan mikro, berdasarkan keterangan Dinas Koperasi dan UKM Aceh, hampir seluruh
lembaga keuangan mikro di Aceh telah meminta penerapan prinsip syariah. Mereka
menunggu bantuan dari pemerintah daerah maupun pusat dalam rangka edukasi dan
sosialiasi penerapan koperasi yang murni sesuai dengan prinsip syariah.
 Teknologi
Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia menunjukkan peningkatan yang memuaskan.
Berdasarkan perhitungan BPS, kontribusi ekonomi digital terhadap perekonomian Indonesia
terus meningkat. Persentasenya mencapai 3,61 persen pada 2016. Kemudian meningkat
menjadi 4 persen pada 2017. Pertumbuhan ini diperkirakan akan terus terjadi hingga
mencapai 10 persen dari total nilai PDB Indonesia pada 2018.
 Hukum
Undang-undang nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal berisikan kewajiban
semua produk yang beredar di kawasan Republik Indonesia harus memiliki sertifikat halal,
kecuali yang ada keterangan tidak halal di kemasannya. Peratuan ini berlaku mulai 17
Oktober 2019. Sedangkan regulasi terkait perbankan syariah telah diterbitkan sejak satu
dekade silam. Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
menyebutkan prinsip kegiatan usaha perbankan syariah dengan berasaskan prinsip syariah,
demokrasi, ekonomi, dan kehati-hatian. Bank syariah berfungsi sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat selain juga fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal dan
menghimpun dana sosial dalam bentuk wakaf uang. Bank syariah yang telah mendapatkan
izin usaha wajib mencantumkan dengan jelas kata ‘syariah’ pada penulisan nama.
c. Ekonomi Syariah Nasional
Bagi Indonesia, halal adalah potensi ekonomi yang belum secara maksimal
dimanfaatkan. Meski begitu, berbagai langkah sudah diambil oleh Pemerintah dan semua
pemangku kepentingan. Dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah khususnya
sektor industri halal, Bank Indonesia bersama dengan pemerintah dan institusi terkait
berpegang pada prinsip 4 C, yaitu komitmen yang kuat dari pihak-pihak terkait
(commitment), program yang konkrit sehingga mudah untuk diimplementasikan (concrete),
sinergitas antara lembaga dan pihak terkait (collaborative) serta edukasi yang dilakukan
secara intens mengenai nilai lebih dari gaya hidup halal (campaign). Sebagai bagian dari
strategi membangun ekosistem rantai nilai halal tersebut, BI telah melaksanakan berbagai
program pengembangan ekonomi syariah di sektor pertanian, makanan, fesyen, pariwisata,
dan energi terbarukan. Sementara itu, MUI dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
Obatan, dan Kosmetika (LPPOM) berperan sebagai lembaga otoritas sertifikasi halal.
C. Kondisi Ekonomi Regional dan Potensi Pengembangan Ekonomi Syariah
Pertumbuhan ekonomi saat ini menjadi tolak ukur dalam pencapaian pembangunan ekonomi
nasional maupun daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia tercermin dalam angka
pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhan PDRB. Data tersebut
telah disediakan oleh Badan Pusat Statistik secara berkala sehingga dapat menjadi acuan
melihat kinerja masing-masing wilayah dalam level provinsi. Indikator lain untuk melihat
kinerja perekonomian yang juga mencerminkan kesejahteraan daerah adalah PDRB per Kapita.
Potensi pengembangan ekonomi syariah daerah, selain menekankan potensi industri halal juga
mempertimbangkan potensi daya tarik wisata halalnya. dalam pengembangan industri halal,
Masterplan Ekonomi Syariah di antaranya mencakup sampel beberapa daerah yaitu :
D. Metode Penyusunan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia
a. Diskusi
Pengumpulan data dan informasi melalui cara ini diselenggarakan di Jakarta dan berbagai
kota lain: Aceh, Padang, Yogyakarta, Surabaya, Mataram, Makassar, dan Banjarmasin.
Pelaksanaannya melalui dua tahap :
 FGD Jakarta tahap I
Pada tahap ini, FGD bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi awal dalam
penyusunan strategi utama Masterplan Ekonomi Syariah. Kegiatan ini dilaksanakan
untuk masing-masing klaster rantai nilai, keuangan Islam, UMKM, Ekonomi Digital serta
ekosistem masterplan ekonomi syariah.
 FGD daerah tahap I
FGD di berbagai daerah sampel secara serentak bertujuan untuk mendiskusikan potensi
pengembangan ekonomi syariah pada provinsi dari masing-masing kota tersebut serta
daerah sekitarnya. Hasil yang diperoleh di antaranya adalah gambaran kondisi terkini
ekonomi syariah daerah, rencana pembangunan ekonomi syariah daerah, termasuk
peluang dan tantangannya, serta identifikasi awal sektor potensial untuk masing-masing
daerah.
 FGD Jakarta tahap II
Kegiatan ini bertujuan untuk mengkonfirmasi draft awal Masterplan Ekonomi Syariah
Indonesia. Konsultasi khususnya atas berbagai strategi yang disusun merujuk pada data
dan informasi yang diperoleh dari FGD di Jakarta dan berbagai daerah pada tahap I serta
wawancara mendalam yang telah dilakukan. Tahap ini kembali melibatkan berbagai
pemangku kepentingan khususnya regulator kunci sebagai pelaksana strategi
pembangunan ekonomi syariah yang telah disusun.
 FGD daerah tahap II
pelaksanaan FGD ini bertujuan untuk memperoleh tanggapan dan masukan para
pemangku kepentingan ekonomi syariah di daerah atas draft awal Masterplan Ekonomi
Syariah. Tempat pelaksanaannya adalah kota-kota sampel yang sama pada FGD Daerah
Tahap I. Peserta yang dilibatkan adalah pemangku kepentingan ekonomi syariah daerah
yang semakin mengerucut pada sektor-sektor potensial daerah tersebut.
b. Wawancara mendalam dan courtesy visit
Berbagai isu terkait klaster pengembangan ekonomi syariah khususnya yang muncul dalam
FGD diperdalam melalui wawancara mendalam. Narasumber yang dilibatkan khususnya
adalah para pakar klaster terkait. Namun demikian, beberapa narasumber juga berasal dari
kalangan pelaku usaha dan regulator. Pemilihannya berdasarkan pada isu strategis yang
diangkat dan kebutuhan pengumpulan data dalam penyusunan Masterplan. Selain itu, tim
juga menyelenggarakan courtesy visit untuk menyampaikan draft masterplan ekonomi
syariah kepada berbagai institusi kunci seperti Bank Indonesia, OJK, Kementerian
Keuangan, dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Pada kunjungan tersebut
juga diperoleh masukan dan tanggapan untuk menyempurnakan Masterplan.
Rapat dan forum diskusi
Berbagai rapat juga diselenggarakan untuk membahas materi dan isi Masterplan. Forum
diskusi tersebut diselenggarakan selama periode penyusunan sejak tahap awal hingga
finalisasi. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada level teknis dan forum yang lebih tinggi
dengan melibatkan para pengambil keputusan di lembaga pemerintah maupun pemangku
kepentingan lainnya.
Konsultasi publik
Konsultasi publik atas laporan Masterplan dilakukan dalam bentuk seminar di beberapa
kampus. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh masukan dan tanggapan yang lebih luas
lagi baik dari civitas akademika maupun masyarakat umum.
Kesimpulan

Ekonomi syariah diartikan sebagai sistem ekonomi yang berlandaskan prinsipprinsip Islam
(syariah). Fokus utama implementasi pengembangan ekonomi syariah adalah sektor riil, terutama
yang berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Secara lebih spesifik,
yang dipilih adalah sektor produksi dan jasa. Terutama yang sudah menerapkan label halal sebagai
diferensiasi dari produk lain.

Kelebihan yang dapat di ambil dari sistem ekonomi syariah yaitu sistem ini dapat
menumbuhkan rasa kekeluargaan, kebersamaan, menghapus kemiskinan, mendapatkan keadilan,
tidak menguntungkan seseorang, transparan dan dapat memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi
masyarakat baik muslim maupun non-muslim. Hanya saja kekurangan dari ekonomi syariah yang
ada di Indonesia adalah belum adanya payung hukum untuk perlindungannya.

Konsep ekonomi syariah selalu mengedepankan kejujuran, transparasi dan keadilan yang
membuat sistem ini tumbuh pesat. Perekonomian dengan menggunakan sistem ekonomi syariah ini
masih di pandang sebelah mata di Indonesia, sesungguhnya sistem ini bisa menjadikan satu
alternatif untuk keluar dari masalah krisis global.

Anda mungkin juga menyukai