Nomer 4
a) Sesuai sama alinea keempat Undang-undang dasar 1945 yang berbunyi kalau negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Atau sama pasal 1 ayat 2 yang bunyinya
'Kedaulatan ada di tangan rakyat…'. Selain itu pengalaman pada zaman Soeharto
kebebasan sangat terbatas dan akhirnya masyarakat muak dan ingin kebebasan bersuara
dan berekspresi. Maka dari itu dengan demokrasi pemerintah bisa dikontrol oleh
masyarakat.
b) Sejauh ini menurut saya demokrasi di Indonesia belum berjalan dengan sepunuhnya dan
sebenar-benarnya. Karena di kehidupan nyata masih banyak pengekakan kebebasan dan
masih banyak yang merasa ditekan kebebasannya. Dan demokrasi dalam pemilu terutama
banyak yang masih melakukan pelanggaran-pelanggaran contohnya tekananan dalam
memilih sehingga tidak terwujud Pemilu yang LUBER JURDIL.
c) 1. Berisiko kurangnya pengetahuan di antara orang-orang
Karena fakta bahwa orang-orang memiliki kekuatan untuk memilih pejabat ke kantor,
mereka akan sering tidak diberitahu tentang isu-isu politik dengan cara yang
seharusnya, yang berarti bahwa banyak dari mereka dengan kekuatan voting tidak
sepengetahuan isu-isu yang relevan seperti perlu. Ini tidak selalu ideal, karena massa
umum tanpa pemahaman masalah kemasyarakatan akan membuat pilihan yang salah
selama pemilihan seperti kelebihan dan kekurangan demokrasi konstitusional.
2. Mungkin mengalami kecurangan pemilu
Demokrasi akan menghadapi kesulitan dalam berfungsi secara efisien, terutama ketika
ada yang lebih besar untuk diurus. Pemilihan dan penghitungan suara akan menjadi
tugas yang tampaknya mustahil, yang mengarah ke beberapa bentuk korupsi, seperti
penipuan pemilih seperti ciri-ciri demokrasi orde rakyat.
3. Mungkin sulit menghindari kekurangan
Setiap sistem politik tidak datang tanpa cacat, yang berarti bahwa demokrasi bukanlah
sistem yang sempurna, terutama bahwa ada orang-orang yang berbeda memiliki
pandangan yang berbeda, membuat masalah menjadi rumit. Karena posisi pemerintah
didasarkan pada jangka pendek, sistem politik mungkin juga terfokus jangka pendek
dan tidak akan bekerja untuk pertumbuhan masyarakat jangka panjang.
4. Inefisiensi dan Ketidakpraktisan
Semakin besar demokrasi, semakin sulit memilih dan memilih penghitungan suara,
dan demokrasi menjadi sasaran penipuan pemilih. Juga, demokrasi dapat menderita
intimidasi atau balas dendam pemilih, sehingga mengambil dari sifat demokratis sejati
mereka. Masalah terbesar, bagaimanapun, demokrasi tampaknya kurang keji tapi
sebenarnya lebih bermasalah: inefisiensi. Semakin besar sistem manusia, semakin
kurang realistis bagi setiap orang untuk memilih keputusan. Bahkan dalam demokrasi
kecil, bisa ada masalah serius dengan membuat orang-orang mengetahui dan tertarik
dengan masalah yang ada.
5. Eksploitasi Minoritas
Dalam demokrasi pancasila, tidak ada yang dapat mencegah mayoritas
mengeksploitasi minoritas kecil. Untuk alasan ini, checks and balances dari struktur
keseimbangan pemerintahan pemerintah Amerika Serikat (memilih pejabat untuk
kongres dan kepresidenan) dengan struktur non-demokratis (penunjukan eksekutif dan
yudisial).
6. Cacat Aturan
Bahkan ketika setiap orang memiliki tujuan yang baik, mayoritas yang kurang
informasi dapat membuat keputusan buruk yang melukai semua orang. Ini bisa
menjadi masalah khusus setiap kali ada kebijakan untuk memberlakukan yang
memiliki implikasi halus dan rumit. Karena mayoritas menurut definisi bukan
kelompok yang berpendidikan paling tinggi, pendidikan massa menjadi faktor
pembatas dalam efektivitas demokrasi.
d) 1. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan ruang gerak bagi
sekolah/daerah tertentu untuk menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setempat
tanpa harus kehilangan orientasi nasional dan global. Kurikulum juga harus
menggariskan adanya mata pelajaran-mata pelajaran yang menggiring suasana
demokratis dalam proses belajar mengajar dan pada gilirannya dapat menanamkan nilai-
nilai demokratis pada diri anak didik.
2. Tidak ada keharusan bagi sekolah atau lembaga pendidikan untuk menggunakan bahan
belajar tertentu. Idealnya diberi kebebasan memilih sendiri bahan belajar (buku dan
media) yang mereka nilai baik. Bahan belajar sendiri juga harus dikemas dengan
mengakui bahwa setiap siswa berbeda satu sama lain dengan kelebihan dan
kekurangannya memungkinkan adanya interaksi aktif dan menempatkan sasaran didik
sebagai subyek bukan obyek pendidikan.
3. Sarana prasarana pendidikan pun harus menunjang terwujudnya nilai-nilai demokrasi
dalam praktek pendidikan atau belajar mengajara sehari-hari. Misalnya: ruang kelas
dengan meja kursi bangku tidak kaku tetapi memiliki fleksibilitas yang tinggi,
perpustakaan memiliki koleksi warna-warni yang tidak saja memotivasi siswa untuk
mengunjungi dan membaca tetapi juga memberikan alternatif pilihan sumber belajar.
4. Sebagai komponen sistem pendidikan, guru harus bersikap demokratis. Guru harus
mampu menerima perbedaan, menghargai pendapat siswa tidak memaksakan kehendak,
merasa paling tahu dan menciptakan suasana belajar yang demokratis. Peran guru bukan
sebagai satu-satunya sumber belajar karena telah/makin banyak sumber belajar lain di
sekitar kehidupan anak.
5. Proses pendidikan atau belajar mengajar hendaknya mencerminkan nilai-nilai
demokrasi.