1 slide 1
1.1 Pengantar
2 2
slide
1. 2. Ekonomi Islam dalam Praktek
4 4
slide
1.2.2 Kategori Halal
Kategori halal mempunyai cakupan yang sangat luas, karena merupakan bagian tidak
terpisahkan dari ekonomi syariah.
Dalam Undangundang No.33/2014, produk halal berarti yang telah dinyatakan halal
sesuai dengan syariat Islam. Lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
“Produk halal adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan
makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk
biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang
dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat yang telah
dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam”.
“Kemudian proses produk halal adalah rangkaian kegiatan untuk
menjamin kehalalan produk yang mencakup penyediaan bahan,
pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan,
dan penyajian produk “
(UU No.33/2014 tentang Jaminan Produk Halal).
5 5
slide
Gambar 1.1 Perbandingan Skor Antarsektor Halal di Indonesia
Tahun 2014-2018
7 7
slide
Enam Sektor Industri Halal
8 8
slide
Sektor Keuangan Syariah
9 9
slide
Empat Sektor Gaya Hidup
10 10
slide
Peringkat Global Islamic
Economy Indicator
Dalam State of the Global Islamic Economy
Report 2018-2019, di antara 15 negara besar
yang disurvei untuk mengukur total pencapaian
perkembangan ekonomi syariah secara global,
Malaysia menduduki peringkat pertama untuk
hampir semua indikator atau sektor (overall
score 127).
Sedangkan Indonesia berada pada posisi
kesepuluh.
11 11
slide
Gambar 1. 3
Peringkat Global Islamic Economy Indicator 2018/2019
13 13
slide
Konsumen Muslim
Secara global, konsumen Muslim terus menjadi kelompok yang
tumbuh paling cepat di dunia. Perbandingannya adalah satu dari
empat orang di seluruh dunia adalah seorang Muslim.
Pada 2050, total penduduk bumi yang memeluk Islam diprediksi
menjadi 2,8 miliar jiwa atau sekitar sepertiga penduduk dunia.
Mayoritas mereka berasal dari kawasan Asia Pasifik (Mastercard,
2018).
Meski mayoritas konsumen Muslim belum sepenuhnya
mengonsumsi produk halal, namun kesadaran keagamaan mereka
semakin tinggi. Kemudian akses informasi mengenai tren halal dari
banyak negara semakin mudah.
Biasanya mereka mendapatkan kabar komoditas ramah Muslim dari
Uni Emirat Arab, Malaysia, dan Indonesia. Di semua negara itu label
halal menjadi keharusan dan penanda suatu produk ramah Muslim.
14 14
slide
Konsumen Muslim
15 15
slide
1.4 Kondisi Ekonomi Nasional
Analisis makroekonomi Indonesia dan sektor
ekonomi syariah menggunakan pendekatan
analisis indikator makroekonomi kunci:
Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik Bruto/
PDB)
Distribusi PDB,
Laju Inflasi,
Tingkat Pengangguran.
16 16
slide
Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik
Bruto/ PDB)
17 17
slide
Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik
Bruto/ PDB)
18 18
slide
Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik Brut
PDB)
Berdasarkan pengeluaran, pendapatan nasional masih ditopang
konsumsi masyarakat yang pada tahun 2017 kontribusinya
mencapai 56,13 persen PDB.
Akan tetapi, level pertumbuhan ekonomi sekitar 4,95 persen (yoy).
Pertumbuhan investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) sekitar 6,15 persen (yoy) merupakan
pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Secara sektoral, pertumbuhan ini berasal dari sektor informasi dan
komunikasi yang pada tahun 2017 tumbuh 9,8 persen (yoy).
Pertumbuhan yang pesat merupakan peluang dalam
perkembangan ekonomi digital yang mendorong pertumbuhan
sektor informasi dan komunikasi semakin pesat.
Laju pertumbuhan tinggi juga tampak pada sektor jasa. Hal ini
merefleksikan proses transformasi pembangunan ekonomi dari
sektor primer dan sekunder ke tersier.
19 19
slide
Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik Bruto/
PDB)
20 20
slide
Inflasi
21 21
slide
Inflasi
22 22
slide
Tingkat pengangguran
23 23
slide
1.5 Ekonomi Syariah Nasional
24 24
slide
Dukungan Politik
Perkembangan penting dalam lima-tahun terakhir adalah keseriusan
pemerintah memajukan ekonomi syariah.
Penyusunan Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia
(MAKSI).
Pembentukan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) oleh Kepala
Negara, melalui Peraturan Presiden (perpres) nomor 91 Tahun 2016.
Pemerintah juga memprioritaskan 4 bidang utama pengembangan
ekonomi syariah:
Penguatan sektor ril ekonomi syariah, melalui industri halal.
Peningkatan efisiensi keuangan syariah.
Penguatan penelitian ekonomi syariah, dengan peningkatan kualitas
sumberdaya umat Islam.
Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
25 25
slide
Dukungan Ekonomi
26 26
slide
Dukungan Ekonomi
Menurut laporan Global Islamic Economy Report (GIEI,
2018/19), dengan 215 juta penduduk Muslim, secara agregat
Indonesia menghabiskan USD 218,8 miliar pada seluruh
sektor ekonomi syariah pada tahun 2017.
Peringkat Indonesia untuk ekonomi syariah global meningkat
dari ke-11 menjadi ke- 10.
27 27
slide
Dukungan Sosial-budaya
Adanya daerah dengan hukum syariat Islam, yaitu
Aceh.
Pemerintahannya memiliki misi untuk memperkuat
pelaksanaan syariat Islam secara sempurna yang
tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Aceh.
Kesadaran masyarakat untuk beragama secara
komprehensif telah mendorong mereka berusaha
mengonversi konsumsi barang dan jasa menjadi
halal.
Hampir seluruh lembaga keuangan mikro di Aceh
telah mengajukan penerapan prinsip syariah.
28 28
slide
Dukungan Sosial-budaya
29 29
slide
Dukungan Teknologi
30 30
slide
Dukungan Teknologi
32 32
slide
Dukungan Hukum
33 33
slide
Dukungan Hukum
34 34
slide
Dukungan Hukum
Berbagai peraturan lembaga juga telah diterbitkan. Sebagai
contoh, Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Republik
Indonesia nomor 3 tahun 2018 tentang Pendistribusian dan
Pendayagunaan Zakat mengatur kelompok mustahik sesuai
dengan Alquran.
Mereka adalah fakir, miskin, amil (penghimpun dana),
mualaf, riqab, gharimin, sabilillah dan ibnu sabil.
Zakat didistribusikan untuk bidang pendidikan, kesehatan,
kemanusiaan, dakwah, dan advokasi. Distribusi dilakukan
dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian.
Zakat digunakan untuk pemberdayaan ekonomi, pendidikan,
dan kesehatan.
35 35
slide
Dukungan Hukum
Dukungan pemerintah daerah juga terwujud dalam berbagai produk
kebijakan regional. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
nomor 2 tahun 2016 tentang Pariwisata Halal misalkan, bertujuan
untuk mengatur pariwisata halal di provinsi tersebut. Produk
legislasi ini menjadi pedoman pengelolaan dan pelayanan
pariwisata halal.
Pemerintah Daerah NTB membina dan mengawasi pelaksanaan
pariwisata halal dengan melibatkan berbagai instansi.
Mereka adalah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia,
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BPPD),
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi
Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA), Forum Komunikasi
Daerah (FKD) dan Himpunan pramuwisata Indonesia (HPI).
36 36
slide
Dukungan Lainnya
37 37
slide
Dukungan Lainnya
38 38
slide
1.5 Kondisi Ekonomi Regional dan Potensi
Pengembangan
Ekonomi Syariah
39 39
slide
Gambar 1.5
PDB Regional Indonesia Atas Harga Berlaku
Tahun 2017
41 41
slide
Gambar 1.6
Rata-Rata Laju Pertumbuhan PDRB Wilayah
Atas Harga Konstan 2010
42 42
slide
Rata-Rata Laju Pertumbuhan PDRB Wilayah Atas Harga
Konstan 2010
45 45
slide
Potensi Daya Tarik Wisata Halal Daerah
47 47
slide
Tabel 1. 2 Sektor Ekonomi dan Potensi
Pengembangan Ekonomi Syariah
di 8 Provinsi di Indonesia
SEKTOR EKONOMI UTAMA SEKTOR POTENSIAL
PROPINSI (TERHADAP PDRB) PENGEMBANGAN
EKONOMI SYARIAH
49 49
slide
Pemetaan Pemangku
Kepentingan Ekonomi Syariah
Identifikasi para pemangku kebijakan ekonomi
syariah Indonesia dilakukan berdasarkan
kategori kementerian dan lembaga yang menjadi
pemangku kepentingan KNKS, kementerian,
dan lembaga lainnya, serta asosiasi/organisasi
masyarakat.
Berbagai instansi yang ada akan memiliki peran
yang secara spesifik berkontribusi terhadap
pengembangan industri halal.
50 50
slide
Pemetaan Pemangku Kepentingan Ekonomi
Syariah
Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal , media dan rekreasi halal,
Kemenko Koordinator UMKM, ekonomi digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF
Perekonomian
Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal , media dan rekreasi halal,
Bank Indonesia Regulator UMKM, ekonomi digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF, sumber daya manusia, legal
Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal , media dan rekreasi halal,
Bappenas Koordinator umkm, ekonomi digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF
Makanan Halal, Pariwisata Halal, Modest Fashion, obat & kosmetik halal, media dan rekreasi halal,
Majelis Ulama UMKM, ekonomi digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF, legal, riset-pengembangan,
Regulator
legal 51
Indonesia
slide 51
Pemetaan Pemangku Kepentingan Ekonomi Syariah
Kementerian PerdaganganRegulator Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal,
media dan rekreasi halal, UMKM, legal
Kementerian Perindustrian Regulator Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal,
media dan rekreasi halal, UMKM, legal
K/L Lainnya
Badan Pertanahan Regulator ZISWAF
Nasional
Kementerian Pariwisata Regulator Pariwisata halal, legal
Badan Amil
Regulator ZISWAF, legal
Zakat Nasional
Badan Wakaf
Regulator ZISWAF, legal
Indonesia
Badan
Regulator Makanan halal, obat & kosmetik halal, legal
Pengawasan
K/L Lainnya
Obat dan
Makanan
Kementerian
Regulator Media dan rekreasi halal, ekonomi digital, legal
Komunikasi dan
Informasi
Badan
Regulator Modest fashion, media, rekreasi halal, dan
Ekonomi
legal
Kreatif
53 53
slide
Pemetaan Pemangku Kepentingan Ekonomi Syaria
Organisasi
Nahdlatul SDM
Masyarakat
Ulama
Organisasi
Asosiasi/ Muhammadiyah SDM
Masyarakat
Organisasi Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat &
Masyarakat Asosiasi Industri Organisasi
kosmetik halal, media dan rekreasi halal, UMKM, ekonomi
Masyarakat digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF
Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat &
Komunitas Organisasi kosmetik halal, media dan rekreasi halal, UMKM, ekonomi
Masyarakat digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF, SDM,
riset-pengembangan
54 54
slide
Referensi
55 55
slide