Anda di halaman 1dari 55

PENGANTAR: EKONOMI ISLAM

1 slide 1
1.1 Pengantar

 Ekonomi Islam dapat dilihat dari dua perspektif: praktek dan


ilmu.
 Praktek - Ekonomi Islam sebagai kegiatan ekonomi yang
berlandaskan prinsip-prinsip Islam.
 Cakupannya adalah seluruh sektor perekonomian yang ada,
baik keuangan maupun sektor riil (Islamic economy).
 Ilmu -Ekonomi Islam suatu studi sosial yang mempelajari
masalah ekonomi manusia berdasarkan nilai-nilai Islam
(Islamic economics).
 Ilmu ekonomi Islam sebagai sebuah studi ilmu pengetahuan
modern baru muncul pada tahun 1970-an.

2 2
slide
1. 2. Ekonomi Islam dalam Praktek

Ekonomi Islam di Indonesia diistilahkan


sebagai ekonomi Syariah.
Global Islamic Economy Report 2013
mengartikan Islamic economy sebagai semua
sektor inti perekonomian beserta ekosistemnya
yang secara struktural dipengaruhi oleh gaya
hidup konsumen dan praktik bisnis sesuai
dengan nilai-nilai Islam.
3 3
slide
1.2.1 Ruang Lingkup Ekonomi
Syariah
 Aktivitas ekonomi yang berlandaskan Al Qur’an dan Sunah,
serta yang dilakukan oleh umat Islam secara benar dan
komprehensif merupakan aktivitas ekonomi syariah.
 Aspeknya bisa dikembangkan meliputi keuangan, filantropi,
dan sektor riil secara luas.
 Karakteristik utamanya adalah bebas dari elemen riba,
ketidakpastian (gharar), dan judi (maysir). Dengan kata lain,
ini adalah ekonom yang halal.
 Dengan definisi yang komprehensif ini, ruang lingkup
ekonomi syariah meliputi seluruh sektor perekonomian yang
dikategorikan halal dan pastinya sesuai dengan tujuan
(maqashid) Syariah.

4 4
slide
1.2.2 Kategori Halal
 Kategori halal mempunyai cakupan yang sangat luas, karena merupakan bagian tidak
terpisahkan dari ekonomi syariah.
 Dalam Undangundang No.33/2014, produk halal berarti yang telah dinyatakan halal
sesuai dengan syariat Islam. Lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
“Produk halal adalah barang dan/atau jasa yang terkait dengan
makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk
biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang
dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat yang telah
dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam”.
“Kemudian proses produk halal adalah rangkaian kegiatan untuk
menjamin kehalalan produk yang mencakup penyediaan bahan,
pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan,
dan penyajian produk “
(UU No.33/2014 tentang Jaminan Produk Halal).

5 5
slide
Gambar 1.1 Perbandingan Skor Antarsektor Halal di Indonesia

Tahun 2014-2018

Sumber: Global Islamic Economy Gateway (2018)


6 6
slide
1.3 Kondisi Ekonomi Syariah
Global
 Sektor ekonomi syariah menjadi perhatian ketika lembaga
global (Thomson Reuters) mempublikasikan potensi belanja
konsumen Muslim untuk berbagai produk konsumtif.
 Dalam berbagai laporan yang terbit sejak akhir tahun 2000-
an, industri ekonomi syariah global difokuskan pada sektor-
sektor konsumtif atau berdaya saing tinggi.
 Pada tahun 2021, consumer spending masyarakat Muslim
untuk sektor makanan dan gaya hidup diproyeksikan akan
mencapai USD 3 miliar.
 Peningkatannya mencapai 57 persen untuk sektor makanan
dan gaya hidup dan 75 persen untuk keuangan Islam jika
dihitung dari tahun dasar 2015.
 Aset perbankan syariah diproyeksikan akan mencapai angka
USD 3,5 miliar.

7 7
slide
Enam Sektor Industri Halal

 Terdapat enam industri halal yang sudah ada dalam


lingkup global, antara lain makanan, pariwisata
fesyen, media, farmasi dan kosmetika, serta
keuangan.
 Dari enam sektor yang ada, makanan halal
merupakan pilar industri halal terbesar dilihat dari
sisi revenue. Hingga tahun 2014, market share di
tingkat dunia mencapai 17 persen.
 Dari sisi permintaan, spending Muslim terhadap
makanan halal diperkirakan mencapai angka USD
1,9 miliar pada tahun 2021.

8 8
slide
Sektor Keuangan Syariah

 Sektor keuangan Syariah mengalami perkembangan yang


sangat signifikan, walaupun masih didominasi oleh
perbankan, namun potensi zakat dan wakaf, serta
crowdfunding (urun dana) cukup signifikan.
 Selain itu, instrumen pasar modal syariah seperti indeks
saham syariah dan sukuk juga sudah banyak digunakan oleh
Lembaga pemerintahan.
 Dari sisi market share global berdasarkan aset, perbankan
syariah masih 0,9 persen dibandingkan perbankan global.
 Namun demikian, pertumbuhan laju pertumbuhan majemuk
tahunan (compound annual growth rate/CAGR) terhadap
asetnya diproyeksikan meningkat sebesar 11 persen setiap
tahun.

9 9
slide
Empat Sektor Gaya Hidup

 Empat sektor gaya hidup halal lainnya juga


memiliki potensi yang cukup besar

10 10
slide
Peringkat Global Islamic
Economy Indicator
Dalam State of the Global Islamic Economy
Report 2018-2019, di antara 15 negara besar
yang disurvei untuk mengukur total pencapaian
perkembangan ekonomi syariah secara global,
Malaysia menduduki peringkat pertama untuk
hampir semua indikator atau sektor (overall
score 127).
Sedangkan Indonesia berada pada posisi
kesepuluh.

11 11
slide
Gambar 1. 3
Peringkat Global Islamic Economy Indicator 2018/2019

Sumber: State of the Global Islamic Economy (2018)


12 12
slide
Indonesia dalam Peringkat Global

 Indonesia berada di peringkat yang berbeda untuk


masing-masing klaster.
 Peringkat tertinggi diduduki oleh fesyen pada
urutan ke-2, diikuti oleh pariwisata halal yang
menduduki peringkat ke-4.
 Kemudian keuangan Islam berada pada posisi ke-
10.
 Sementara sektor lain tidak masuk dalam peringkat
10 besar yang dikeluarkan oleh GIEI.

13 13
slide
Konsumen Muslim
 Secara global, konsumen Muslim terus menjadi kelompok yang
tumbuh paling cepat di dunia. Perbandingannya adalah satu dari
empat orang di seluruh dunia adalah seorang Muslim.
 Pada 2050, total penduduk bumi yang memeluk Islam diprediksi
menjadi 2,8 miliar jiwa atau sekitar sepertiga penduduk dunia.
Mayoritas mereka berasal dari kawasan Asia Pasifik (Mastercard,
2018).
 Meski mayoritas konsumen Muslim belum sepenuhnya
mengonsumsi produk halal, namun kesadaran keagamaan mereka
semakin tinggi. Kemudian akses informasi mengenai tren halal dari
banyak negara semakin mudah.
 Biasanya mereka mendapatkan kabar komoditas ramah Muslim dari
Uni Emirat Arab, Malaysia, dan Indonesia. Di semua negara itu label
halal menjadi keharusan dan penanda suatu produk ramah Muslim.

14 14
slide
Konsumen Muslim

15 15
slide
1.4 Kondisi Ekonomi Nasional
Analisis makroekonomi Indonesia dan sektor
ekonomi syariah menggunakan pendekatan
analisis indikator makroekonomi kunci:
 Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik Bruto/
PDB)
 Distribusi PDB,
 Laju Inflasi,
 Tingkat Pengangguran.
16 16
slide
Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik
Bruto/ PDB)

Gambar 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (% yoy)

Sumber: BPS (2018)

17 17
slide
Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik
Bruto/ PDB)

 Selama periode lima tahun terakhir, pertumbuhan


ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5 persen
(yoy).
 Pada semester pertama tahun 2018, perekonomian
nasional tumbuh sebesar 5,17 persen (yoy) yaitu
berasal dari 5,06 persen (yoy) triwulan pertama dan
5,27 persen (yoy) triwulan kedua.
 Tingkat pertumbuhan di tengah berbagai tantangan
perekonomian global, mencakup risiko perang
dagang, tren kenaikan harga minyak dunia, dan
kebijakan moneter berbagai negara mitra dagang.

18 18
slide
Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik Brut
PDB)
 Berdasarkan pengeluaran, pendapatan nasional masih ditopang
konsumsi masyarakat yang pada tahun 2017 kontribusinya
mencapai 56,13 persen PDB.
 Akan tetapi, level pertumbuhan ekonomi sekitar 4,95 persen (yoy).
 Pertumbuhan investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) sekitar 6,15 persen (yoy) merupakan
pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
 Secara sektoral, pertumbuhan ini berasal dari sektor informasi dan
komunikasi yang pada tahun 2017 tumbuh 9,8 persen (yoy).
 Pertumbuhan yang pesat merupakan peluang dalam
perkembangan ekonomi digital yang mendorong pertumbuhan
sektor informasi dan komunikasi semakin pesat.
 Laju pertumbuhan tinggi juga tampak pada sektor jasa. Hal ini
merefleksikan proses transformasi pembangunan ekonomi dari
sektor primer dan sekunder ke tersier.

19 19
slide
Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik Bruto/
PDB)

 Hingga 2017, PDB Indonesia masih didominasi oleh industri


pengolahan dengan share 20,2 persen, diikuti sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan sebesar 13,1 persen.
 Sektor lain yang mendominasi PDB Indonesia adalah perdagangan
besar dan eceran, reparasi mobil-sepeda motor, konstruksi,
pertambangan, dan penggalian.
 Dari kelima sektor, hanya konstruksi yang tingkat pertumbuhannya
di atas tingkat pertumbuhan PDB.
 Hal ini seiring dengan upaya pemerintah yang menggalakkan
pembangunan infrastruktur secara nasional. Kondisi tersebut
 Pembangunan industri halal yang sebagian besar merupakan
subsektor dapat menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi
Indonesia.

20 20
slide
Inflasi

Pertumbuhan ekonomi disertai dengan tingkat


inflasi yang stabil selama beberapa tahun
terakhir.
 Menurut kelompok pengeluaran, inflasi bahan
makanan dan makanan jadi, minuman, rokok,
dan tembakau, mengalami tren menurun.
 Sedangkan kelompok pengeluaran sandang
cenderung meningkat.

21 21
slide
Inflasi

Tabel 1.1 Laju Inflasi Indonesia 2013 – 2017 (% yoy)

Sumber: BPS; Keterangan: 2013 (2007=100), 2014 - 2017


(2012=100)

22 22
slide
Tingkat pengangguran

 Tingkat pengangguran juga mengalami tren menurun dari 11,37


persen pada Maret 2013 menjadi 9,82 persen pada Maret 2018.
 Meskipun demikian hingga Februari 2018, penyerapan tenaga kerja
masih terkonsentrasi pada sektor primer, yaitu pertanian sekitar
30,46 persen dari total penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja.
 Sedangkan tenaga kerja yang terserap pada sektor industri
pengolahan sebagai sektor dengan kontribusi terbesar pada PDB
hanya 14,11 persen dari total penduduk.
 Di saat yang sama, penyerapan tenaga kerja pada sektor tersier
seperti informasi dan komunikasi serta sektor jasa masih dapat
ditingkatkan seiring dengan tingginya tingkat pertumbuhan pada
sektor-sektor tersebut.

23 23
slide
1.5 Ekonomi Syariah Nasional

Indonesia merupakan negara dengan jumlah


penduduk Muslim mencapai 87,18 persen dari
populasi 232,5 juta jiwa (Global Islamic
Economy Report 2018-2019).
 Ini adalah ukuran pangsa pasar produk dan jasa
berbasis ekonomi Syariah yang sangat besar.

24 24
slide
Dukungan Politik
 Perkembangan penting dalam lima-tahun terakhir adalah keseriusan
pemerintah memajukan ekonomi syariah.
 Penyusunan Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia
(MAKSI).
 Pembentukan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) oleh Kepala
Negara, melalui Peraturan Presiden (perpres) nomor 91 Tahun 2016.
 Pemerintah juga memprioritaskan 4 bidang utama pengembangan
ekonomi syariah:
 Penguatan sektor ril ekonomi syariah, melalui industri halal.
 Peningkatan efisiensi keuangan syariah.
 Penguatan penelitian ekonomi syariah, dengan peningkatan kualitas
sumberdaya umat Islam.
 Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).

25 25
slide
Dukungan Ekonomi

 Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia


mempengaruhi permintaan terhadap produk-produk
keuangan syariah.
 Pasar global di bidang industri halal sangat tinggi.
Peluang pengembangan industri halal di Indonesia
sangat besar. Misalnya Sumatera Barat, sebagian besar
penduduknya adalah Muslim (98 persen ). Kesadaran
masyarakatnya untuk menggunakan produk halal juga
tinggi. Belum lama ini, provinsi tersebut meraih
penghargaan sebagai destinasi kuliner halal terbaik
dalam ajang kompetisi World Halal Tourism Award
(WHTA) 2016 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA).

26 26
slide
Dukungan Ekonomi
 Menurut laporan Global Islamic Economy Report (GIEI,
2018/19), dengan 215 juta penduduk Muslim, secara agregat
Indonesia menghabiskan USD 218,8 miliar pada seluruh
sektor ekonomi syariah pada tahun 2017.
 Peringkat Indonesia untuk ekonomi syariah global meningkat
dari ke-11 menjadi ke- 10.

 Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi


makanan halal tertinggi yaitu USD 17 triliun dari total
pengeluaran makanan dan minuman halal global sebesar
USD 1,303 triliun pada tahun 2017.
 Meski mengalami peningkatan skor dalam indeks GIEI,
Indonesia dalam sektor makanan halal tetap berada di
peringkat ke-11 seperti tahun lalu.

27 27
slide
Dukungan Sosial-budaya
 Adanya daerah dengan hukum syariat Islam, yaitu
Aceh.
 Pemerintahannya memiliki misi untuk memperkuat
pelaksanaan syariat Islam secara sempurna yang
tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Aceh.
 Kesadaran masyarakat untuk beragama secara
komprehensif telah mendorong mereka berusaha
mengonversi konsumsi barang dan jasa menjadi
halal.
 Hampir seluruh lembaga keuangan mikro di Aceh
telah mengajukan penerapan prinsip syariah.

28 28
slide
Dukungan Sosial-budaya

Sumatera Barat juga memasukkan program


pembangunan mental pengamalan agama
berdasarkan semboyan tradisi mereka: adat
basandi syarak, syarak basandi kitabullah (adat
berdasarkan syariat. Syariat berdasarkan
kitabullah).

29 29
slide
Dukungan Teknologi

 Persentasenya pada sektor informasi dan komunikasi


lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkisar pada 5 persen.
 Dari 2013 hingga 2017, transaksi digital di Indonesia
telah tumbuh sebanyak 169 persen dari Rp 49 triliun ke
Rp 132 triliun.
 Pertumbuhan paling tinggi didominasi oleh transaksi
melalui aplikasi ponsel cerdas yang tumbuh sebesar 383
persen sejak 2013.
 Transaksi untuk retail melalui aplikasi yang sama
tumbuh paling tinggi sebesar 2.437 persen dari Rp 1
triliun pada 2013 hingga Rp 38 triliun pada 2017.

30 30
slide
Dukungan Teknologi

Berdasarkan perhitungan BPS, kontribusi


ekonomi digital terhadap perekonomian
Indonesia terus meningkat.
 Persentasenya mencapai 3,61 persen pada
2016. Kemudian meningkat menjadi 4 persen
pada 2017.
 Pertumbuhan ini diperkirakan akan terus terjadi
hingga mencapai 10 persen dari total nilai PDB
Indonesia pada 2018.
31 31
slide
Dukungan Teknologi

 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan data


untuk teknologi finansial (financial technology/
fintech) berbentuk P2P lending. Pertumbuhan aset
dari perusahaan P2P ini meningkat signifikan
sepanjang 2018.
 Pada September 2018, terdapat 67 perusahaan
teknologi finansial yang terdaftar di OJK.
 Dua perusahaan di antaranya merupakan kategori
syariah, yaitu PT Ammana Fintek Syariah dan PT
Dana Syariah Indonesia

32 32
slide
Dukungan Hukum

 Undang-undang nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan


Produk Halal berisikan kewajiban semua produk yang
beredar di kawasan Republik Indonesia harus memiliki
sertifikat halal, kecuali yang ada keterangan tidak halal
di kemasannya. Peratuan ini berlaku mulai 17 Oktober
2019.
 Undang-undang ini juga mengamanatkan pembentukan
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
 Wewenangnya untuk merumuskan dan menetapkan
kebijakan jaminan produk halal, norma, standar,
prosedur, dan kriteria jaminan produk halal.

33 33
slide
Dukungan Hukum

 Regulasi terkait perbankan syariah telah diterbitkan


sejak satu dekade silam. Undang-undang nomor 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menyebutkan
prinsip kegiatan usaha perbankan syariah dengan
berasaskan prinsip syariah, demokrasi, ekonomi, dan
kehati-hatian.
 Bank syariah berfungsi sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat selain juga fungsi sosial
dalam bentuk lembaga baitul mal dan menghimpun dana
sosial dalam bentuk wakaf uang.
 Bank syariah yang telah mendapatkan izin usaha wajib
mencantumkan dengan jelas kata ‘syariah’ pada
penulisan nama.

34 34
slide
Dukungan Hukum
 Berbagai peraturan lembaga juga telah diterbitkan. Sebagai
contoh, Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Republik
Indonesia nomor 3 tahun 2018 tentang Pendistribusian dan
Pendayagunaan Zakat mengatur kelompok mustahik sesuai
dengan Alquran.
 Mereka adalah fakir, miskin, amil (penghimpun dana),
mualaf, riqab, gharimin, sabilillah dan ibnu sabil.
 Zakat didistribusikan untuk bidang pendidikan, kesehatan,
kemanusiaan, dakwah, dan advokasi. Distribusi dilakukan
dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian.
 Zakat digunakan untuk pemberdayaan ekonomi, pendidikan,
dan kesehatan.

35 35
slide
Dukungan Hukum
 Dukungan pemerintah daerah juga terwujud dalam berbagai produk
kebijakan regional. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
nomor 2 tahun 2016 tentang Pariwisata Halal misalkan, bertujuan
untuk mengatur pariwisata halal di provinsi tersebut. Produk
legislasi ini menjadi pedoman pengelolaan dan pelayanan
pariwisata halal.
 Pemerintah Daerah NTB membina dan mengawasi pelaksanaan
pariwisata halal dengan melibatkan berbagai instansi.
 Mereka adalah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia,
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BPPD),
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi
Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA), Forum Komunikasi
Daerah (FKD) dan Himpunan pramuwisata Indonesia (HPI).

36 36
slide
Dukungan Lainnya

 Konferensi gaya hidup halal, yang diselenggarakan oleh Bank


Indonesia dan Indonesia Halal Lifestyle Center (Inhalec).
Konferensi ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan
menuju pertemuan tahunan IMF-World Bank 2018 dan
Indonesia Sharia Economic Festival 2018.
 Bank Indonesia bersama dengan pemerintah dan institusi
terkait berpegang pada prinsip 4 C:
 Komitmen yang kuat (commitment)
 Program yang konkrit (concrete),
 Sinergitas antara lembaga (collaborative)
 Edukasi nilai lebih dari gaya hidup halal (campaign)

37 37
slide
Dukungan Lainnya

 MUI dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-


Obatan, dan Kosmetika (LPPOM) berperan sebagai
lembaga otoritas sertifikasi halal.
 Produk yang telah disertifikasi oleh lembaga ini
sepanjang 2015 mencapai 35.62 dari 33.905
perusahaan.
 UU No.33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk
Halal menegaskan bahwa produk yang masuk,
beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia,
wajib bersertifikat halal mulai tahun 2019.

38 38
slide
1.5 Kondisi Ekonomi Regional dan Potensi
Pengembangan
Ekonomi Syariah

Pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia


tercermin dalam angka pada Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhan
PDRB.
Indikator lain untuk melihat kinerja
perekonomian adalah PDRB per Kapita.

39 39
slide
Gambar 1.5
PDB Regional Indonesia Atas Harga Berlaku
Tahun 2017

Sumber: BPS (2018) 40 40


slide
PDB Regional Indonesia Atas
Harga Berlaku Tahun 2017
 Gambar 1.5 menunjukkan PDRB seluruh provinsi di
Indonesia pada tahun 2017.
 Wilayah dengan nilai PDRB tinggi masih didominasi
provinsi yang berada di pulau Jawa. PDRB paling
tinggi disumbangkan oleh Provinsi DKI Jakarta
dengan nilai Rp 2,410 triliun.
 Posisi kedua dan ketiga masing-masing disumbang
oleh Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat
dengan nilai Rp 2,019 triliun dan Rp 1,786 triliun.

41 41
slide
Gambar 1.6
Rata-Rata Laju Pertumbuhan PDRB Wilayah
Atas Harga Konstan 2010

Sumber: BPS (2018)

42 42
slide
Rata-Rata Laju Pertumbuhan PDRB Wilayah Atas Harga
Konstan 2010

 Dari sepuluh provinsi yang ada di Sumatera, provinsi


Sumatera Barat memiliki rata-rata laju pertumbuhan tertinggi
yaitu 5.49 persen. Provinsi lainnya yang mendekati angka
tersebut adalah Bengkulu (5.22 persen), Sumatera Utara
(5.16 persen), dan Jambi (5.15 persen).
 Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat yang pesat
merupakan peluang bagi pengembangan industri halal di
wilayah tersebut.
 Di sisi lain pada daerah pulau Jawa, nilai rata-rata laju
pertumbuhan PDRB 2014 – 2017 tidak memiliki banyak
variasi.
 Rata-rata laju pertumbuhan tertinggi dimiliki oleh Provinsi DKI
Jakarta dengan nilai 5.98 persen. Posisi kedua ditempati oleh
Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata laju pertumbuhan 5.58
persen
43 43
slide
Gambar 1.7
PDB Wilayah per Kapita Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku

Sumber: BPS (2018)


44 44
slide
PDB Wilayah per Kapita Indonesia
Atas Dasar Harga Berlaku
Provinsi DKI Jakarta masih tetap mendominasi
dengan nilai PDRB Per Kapita sebesar Rp 232
juta. Sementara itu pada wilayah Sulawesi,
PDRB per kapita tertinggi berada di Provinsi
Sulawesi Selatan dengan nilai PDRB per kapita
sebesar Rp 48 juta

45 45
slide
Potensi Daya Tarik Wisata Halal Daerah

 Potensi pengembangan ekonomi syariah daerah,


selain menekankan potensi industri halal juga
mempertimbangkan potensi daya tarik wisata
halalnya.
 Berdasakan Ripparnas (Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional) 2015-
2025, beberapa destinasi halal adalah provinsi
Aceh, Sumatera Barat, Yogyakarta dan Sulawesi
Selatan.
 Hal ini di antaranya memperhitungkan aspek sosial
mencakup peran budaya dan nilai-nilai Islam pada
daerah-daerah tersebut.
46 46
slide
Tabel 1. 2 Sektor Ekonomi dan Potensi
Pengembangan Ekonomi Syariah
di 8 Provinsi di Indonesia

SEKTOR EKONOMI UTAMA SEKTOR POTENSIAL


PROPINSI (TERHADAP PDRB) PENGEMBANGAN
EKONOMI SYARIAH

• Pertanian, kehutanan, dan perikanan (29,60%)


•Keuangan syariah
• Perdagangan besar, eceran, reparasi
Aceh •Makanan & minuman halal
kendaraan bermotor (16,07%)
•Pariwisata halal
• Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan
jaminan sosial wajib (9,56%)

• Pertanian, kehutanan, dan perikanan


(23,55%) •Pariwisata halal
Sumatera Barat • Perdagangan besar, eceran, reparasi •Makanan & minuman halal
kendaraan bermotor (15,05%)
• Transportasi dan pergudangan (12,64%)

47 47
slide
Tabel 1. 2 Sektor Ekonomi dan Potensi
Pengembangan Ekonomi Syariah
di 8 Provinsi di Indonesia
SEKTOR EKONOMI UTAMA SEKTOR POTENSIAL
PROPINSI (TERHADAP PDRB) PENGEMBANGAN
EKONOMI SYARIAH

• Industri pengolahan (42,29%)


•Modest fashion
• Perdagangan besar, eceran, reparasi
Jawa Barat •Makanan & minuman halal
kendaraan bermotor (15,10%)
•Pariwisata halal
• Konstruksi (8,26%)
• Industri pengolahan (29,03%)
•Makanan & minuman halal
• Perdagangan besar, eceran, reparasi
Jawa Timur •Pariwisata halal
kendaraan bermotor (18,18%)
•UMKM
• Pertanian, kehutanan, dan perikanan
(12,80%)
• Makanan & minuman
•Industri pengolahan (13,12%) halal
Yogyakarta •Penyediaan akomodasi, makan, dan minum • Pariwisata halal
(10,32%) • Media dan rekreasi halal
•Pertanian (10,01%) • Modest fashion
48 48
slide
Tabel 1. 2 Sektor Ekonomi dan Potensi
Pengembangan Ekonomi Syariah
di 8 Provinsi di Indonesia
SEKTOR EKONOMI UTAMA SEKTOR POTENSIAL
PROPINSI (TERHADAP PDRB) PENGEMBANGAN
EKONOMI SYARIAH

• Pertanian, kehutanan, dan perikanan


(21,97%) •Pariwisata halal
Nusa Tenggara • Pertambangan dan penggalian (19,45%) •Agrikultur
Barat
•UMKM
• Perdagangan besar, eceran, reparasi
kendaraan bermotor (13,22%)
• Pertanian, kehutanan, dan perikanan
(22,9%) •Makanan & minuman halal
Sulawesi Selatan •Pariwisata halal
• Perdagangan besar, eceran, reparasi
•Kosmetik halal
kendaraan bermotor (13,9%)
• Industri pengolahan (13,7%)
• Pertambangan dan penggalian (20,75%)
•Makanan & minuman halal
Kalimantan Selatan • Pertanian, kehutanan dan perikanan
(14,59%) •Pariwisata halal
• Industri pengolahan (14,39%)

49 49
slide
Pemetaan Pemangku
Kepentingan Ekonomi Syariah
Identifikasi para pemangku kebijakan ekonomi
syariah Indonesia dilakukan berdasarkan
kategori kementerian dan lembaga yang menjadi
pemangku kepentingan KNKS, kementerian,
dan lembaga lainnya, serta asosiasi/organisasi
masyarakat.
Berbagai instansi yang ada akan memiliki peran
yang secara spesifik berkontribusi terhadap
pengembangan industri halal.

50 50
slide
Pemetaan Pemangku Kepentingan Ekonomi
Syariah

 Tabel 1.3 Pemetaan Pemangku Kepentingan Ekonomi Syariah

KATEGORI INSTANSI PERAN INDUSTRI YANG DIDUKUNG


Kementerian Agama Regulator ZISWAF, SDM, legal

Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal , media dan rekreasi halal,
Kemenko Koordinator UMKM, ekonomi digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF
Perekonomian

Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal , media dan rekreasi halal,
Bank Indonesia Regulator UMKM, ekonomi digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF, sumber daya manusia, legal

Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal , media dan rekreasi halal,
Bappenas Koordinator umkm, ekonomi digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF

OJK Regulator Ekonomi digital, keuangan syariah, SDM. Legal

LPS Regulator Keuangan Syariah, legal


Pemangku
Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal , media dan rekreasi halal,
Kepentingan Kementerian Keuangan Regulator UMKM, ekonomi digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF, legal
KNKS
Komite Nasional Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal , media dan rekreasi halal,
Kementerian BUMN Regulator
euangan Syariah UMKM, legal
( Kementerian Koperasi Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal, media dan rekreasi halal,
Regulator
dan UMKM UMKM, Legal

Makanan Halal, Pariwisata Halal, Modest Fashion, obat & kosmetik halal, media dan rekreasi halal,
Majelis Ulama UMKM, ekonomi digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF, legal, riset-pengembangan,
Regulator
legal 51
Indonesia
slide 51
Pemetaan Pemangku Kepentingan Ekonomi Syariah

Tabel 1.3 Pemetaan Pemangku Kepentingan Ekonomi Syariah

KATEGORI INSTANSI PERAN INDUSTRI YANG DIDUKUNG


Badan Penyelenggara
Jaminan Produk Halal Regulator Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal,
media dan rekreasi halal, riset-pengembangan , legal
Badan Pengelola
Keuangan Haji Regulator Keuangan syariah, ZISWAF
Kementerian Ristekdikti
Regulator SDM, riset-pengembangan
Kementerian Pendidikan Regulator SDM, riset-pengembangan
dan Kebudayaan

Kementerian PerdaganganRegulator Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal,
media dan rekreasi halal, UMKM, legal
Kementerian Perindustrian Regulator Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat & kosmetik halal,
media dan rekreasi halal, UMKM, legal
K/L Lainnya
Badan Pertanahan Regulator ZISWAF
Nasional
Kementerian Pariwisata Regulator Pariwisata halal, legal

Kementerian Pertanian Regulator Makanan halal, legal

Kementerian ESDM Regulator Energi terbarukan

Kementerian Desa, Regulator Pariwisata halal, UMKM


Pembangunan Daerah 52 52
Tertinggal dan
slide
Pemetaan Pemangku Kepentingan Ekonomi Syariah

Tabel 1.3 Pemetaan Pemangku Kepentingan Ekonomi Syariah

KATEGORI INSTANSI PERAN INDUSTRI YANG DIDUKUNG

Badan Amil
Regulator ZISWAF, legal
Zakat Nasional
Badan Wakaf
Regulator ZISWAF, legal
Indonesia
Badan
Regulator Makanan halal, obat & kosmetik halal, legal
Pengawasan
K/L Lainnya
Obat dan
Makanan
Kementerian
Regulator Media dan rekreasi halal, ekonomi digital, legal
Komunikasi dan
Informasi
Badan
Regulator Modest fashion, media, rekreasi halal, dan
Ekonomi
legal
Kreatif

53 53
slide
Pemetaan Pemangku Kepentingan Ekonomi Syaria

Tabel 1.3 Pemetaan Pemangku Kepentingan Ekonomi Syariah


KATEGORI INSTANSI PERAN INDUSTRI YANG DIDUKUNG

Organisasi
Nahdlatul SDM
Masyarakat
Ulama
Organisasi
Asosiasi/ Muhammadiyah SDM
Masyarakat
Organisasi Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat &
Masyarakat Asosiasi Industri Organisasi
kosmetik halal, media dan rekreasi halal, UMKM, ekonomi
Masyarakat digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF
Makanan halal, pariwisata halal, modest fashion, obat &
Komunitas Organisasi kosmetik halal, media dan rekreasi halal, UMKM, ekonomi
Masyarakat digital, energi terbarukan, keuangan syariah, ZISWAF, SDM,
riset-pengembangan

54 54
slide
Referensi

 Kementerian Perencanaan Pembangunan


Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional. 2019. Masterplan Ekonomi Syariah
Indonesia 2019-2024. Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional

55 55
slide

Anda mungkin juga menyukai