Anda di halaman 1dari 5

Nama : Istiati Kurrota A’yu

Npm : 20130310092
Lingkungan Bisnis di Era Perdagangan Bebas
Perjanjian Perdagangan Bebas
Mulai tanggal januari 2010, kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-China Free Trade
Agreement . China beserta enam negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia tenggara
akhirnya bergabung ke kawasan perdagangan bebas . Organisasi perdagangan dunia
mengatakan, setidaknya sekitar 400 kawasan perdagangan dijadwalkan beroperasi pada tahun
2010. Hal ini menjadikan langkah awal menuju perdagangan global liberalisasi yang luas.
Dengan berlakunya zona perdagangan bebas itu maka, Brunei Darussalam, Indonesia,
Singapura, Malaysia dan Thailand berencana menghapus tariff 90% dari produk-produk
impor bahkan ada yang mencapai 100%. Tujuannya guna mengurangi biaya perdagangan dan
cenderung mengarah pada perluasan perdagangan lintas batas antar negara yang terikat AC-
FTA
Keuntungan Atau Kerugian
Implementasi Asean-China Free Trade Agreement(ACFTA) menghadirkan serangkaian
kecemasan dikalangan perusahaan manufaktur di Indonesia, mengingat bea masuk 6.065 pos
tariff dari 12 sektor manufaktur resmi dihapukan mulai 1 januari 2010. Para pendukung
system ekonomi terbuka umumnya yakin liberalisasi perdagangan dapat menghasilkan
keuntungan ekonomi nasional. Sebaliknya mereka yang menentang system perdagangan
bebas pesimistis mengenai kesanggupan dunia usaha di Indonesia memanfaatkan liberalisasi
perdagangan ini. Mereka menilai komitmen pemerintah indonesia khusunya Kementrian
perdagangan yang terlalu kuat terhadap liberalisasi pasar akan membuat industry local
tersingkirkan dari padar domestiknya sendiri yang bisa berefek lanjut pada pemutusan
hubungan kerja ratusan ribu pekerja. Struktur industry nasional dinilai masih sangat rapuh
dalam menghadapi pasar bebas, terutama bersaing dalam produk cina yang harganya murah.
Hasil penelitaian Insutite for global justice memberikan kesimpulan bahwa perdaganagan
bebas hanya memberikan kemenangan bagi yang kuat dan kekalahan bagi yang lemah.
Pasar domestic yang menjadi tumpuan industry local akan tergerus dan pelaksanaanya
diperkirakan akan memicu peningkatan impor yang semakin deras dibandingkan dengan
ekspor produk manufaktur ke China. Konsekuensi menjalin kerjasama melalui system
liberalisasi pasar global ini seharusnya mendorong china menghapus habis seluruh kebijakan
subsidi yang dilarang keras WTO. Dengan adanya kebijakan bebas tariff bea masuk untuk
impor barang dari luar negeri akibat perdagangan bebas tentu akan merugikan penerimaan
negara yang berasal dari pajak impor dan penerimaan pemerintah yang berasal dari PPN juga
akan semakin menurun karena harga pokok rendah. Namun China sering diidentikkan dengan
Naga, terus memberi subsidi karena AS pun memberi subsidi yang begitu besar terutama
pada sector pertaniannya.
Beberapa industry china yang menikmati fasilitas itu diantaranya pertanian, sector produk
agroindustry, kimia dasar organic, besi dan baja. Dari angka ini, neraca perdangan indonesia
melawan China tumbuh negatif sedangkan dengan AS dan Jepang, Indonesia mencatat neraca
perdagangan yang sangat positif.
Ancaman dan Peluang
Bagi kalangan pengusaha khusunya elektronik hingga tekstil yang sebagian besar diimpor
dari china, harganya lebih murah dibandingkan produk local dan membuat industry dalam
negeri kelimpungan. Asosiasi pengusaha memperkirakan akan terjadi PHK masal, karena
75% pasar domestic dikuasi produk china. Kita mampu mengatasi dan melewati krisis
tersebut sampai sekarang, apalagi krisis global yang dihadapi saat ini jauh lebih ringan
dibandingkan tahun 1998. Bagi pengusaha, AC-FTA dapat dijadikan sebuah peluang yang
dapat optimis, yang berarti harus memandang bahwa hal tersebut adalah peuang.
Karakter produk china adalah harga murah kualitas rendah, sehingga kita dapat bersaing
dengan mebuat produk yang berkualitasdengan menusahakan agar harga sedikit bisa
bersaing. Sebagai contoh produk batik indonesia, banyak pedagang, konsumen atau
masyaakat masih lebih memilih membeli produk local yang masih dipercaya lebih bagus
kualitasnya.
Langkah Antisipasi
Negara indonesia akan dibanjiri produk china yang melimpah dengan harga yang murah, tapi
kita harus mengingat bahwa kita masih memiliki potensi dan produk yang tidak dimiliki oleh
negara china. Pertama, potensi dan produk harus diken=mbangkan dengan lebih inovatif
untuk mencapai keunggulan komperatif dengan china. Inovasi produk ini dibarengi dengan
meningkatnya keterampilan anak negeri indonesia untuk terus bereksplorasi menghasilkan
produk bangsa yang unik, membanggakan dan bersaing, Tentunya hal ini didukung dengan
peran pemerintah untuk mengadakan pelatihan keterampilan agar SDM lebih terampil dan
siap bersaing.
Contohnya dikorea selatan yang mewajibkan seluruh masayarakat untuk menggunakan
produk dalam negeri. Bagi yang melanggar akan dineri sanksi berupa denda kecuali bagi
mereka yang mengenakan produk yang belum diproduksi oleh negaranya. Pengusaha dengan
usaha nereka erat kaitannya dengan penyediaan lapangan kerja. Kebijakan menteri keuangan
terkait PPh tentu dapat menolong pengusaha dalam negeri. Peraturan menteri keuangan
sehubungan dengan AC-FTA belum dirilis sehingga memungkinkan untuk memperhatikan
kepentingan pengusaha dalam negeri.
Politik dan Hubungan Internasional dalam Lingkungan Bisnis Nasional
Pada masa yang silam, politik dan ekonomi merupakan suatu bidang ilmu tersendiri yang
dikenal sebagai ekonomi dan politik, yaitu pemikiran dan analisis kebijaksanaan yang hendak
digunakan untuk memajukan kekuatan dan kesejahteraan negara dalam menghadapi saingan-
saingannya. Ilmu ekonomi modern dewasa ini sudah menjadi salah satu cabang ilmu sosial
yang memilki teori, ruang lingkup serta metodologi yang relatif ketat dan terperinci.
Pemikiran yang berpangkal-tolak pada faktor kelangkaan menyebabkan ilmu ekonomi
berorientasi kuat terhadap kebijaksanaan yang rasional khususnya penentu hubungan antara
tujuan dan cara mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam memajukan kebijaksanaan
atau siasat ekonomi tertentu, seorang ahli ekonomi dapat bertanya kepada ahli ilmu politik
tentang politik manakah yang paling baik disusun untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu.
Kepentingan nasional tersebut diwujudkan salah satunya dengan pelaksanaan politik luar
negeri bebas dan aktif. Pencapaian kepentingan nasional Indonesia di dunia internasional
tidak terlepas dari perubahan lingkungan strategis baik tataran global maupun regional yang
memberikan tantangan sekaligus kesempatan bagi proses pencapaian kepentingan nasional
tersebut.
Fenomena saling ketergantungan antar negara dan saling keterkaitan antar masalah memang
telah terlihat dalam interaksi hubungan internasional. Hal ini tercermin dari pembentukan
kelompok kerja sama regional baik berlandaskan kedekatan geografis maupun fungsional
yang semakin meluas. Dalam perjalanan politik dan penyelenggaraan hubungan luar negeri
Indonesia lah banyak hal yang dilakukan dan dicapai dengan baik. Penumbuhan penguatan
citra Indonesia sebagai negara yang mampu memadukan dinamika penduduk yang mayoritas
beragama Islam dan demokrasi, perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan
nasional, penegakan hukum dan penghormatan hak asasi manusia yang tidak diskriminatif,
pendorongan pemulihan ekonomi yang lebih menjanjikan serta perlindungan warga negara
yang konsisten, merupakan dasar-dasar kebijakan yang terus dikembangkan. Seluruh
pencapaian itu sesungguhnya menjadi aset penting bagi pelaksanaan politik luar negeri dan
penyelenggaraan hubungan luar negeri Indonesia.
Di samping itu, kedudukan geo-politik yang strategis dengan kekayaan sumber daya alam ,
populasi, proses demokratisasi yang semakin baik merupakan kekuatan dan keunggulan
komparatif sebagai potensi untuk membangun kepemimpinan Indonesia di tataran global
melalui inisiatif dan kontribusi pemikiran komitmen Indonesia pada terbentuknya tatanan
hubungan internasional yang lebih adil dan berimbang.
Peta Politik dan Kegiatan Bisnis Nasional
Berbagai studi ekonomi politik atau sejarah ekonomi selalu menunjukkan adanya hubungan
yang erat dan positif antara kelembagaan politik dan hukum dengan kinerja ekonomi. Jika
kelembagaan non ekonomi hukum dan politik baik, kinerja ekonomi pun membaik. Begitulah
hubungan kausal teoritis antara variabel kelembagaan dengan kinerja ekonomi. Variabel
terakhir seperti kinerja ekonomi tersebut bisa diukur dari arus investasi yang masuk,
pertumbuhan ekonomi, kinerja industri, dan ekspor.
Para pelaku ekonomi, investor, dan pelaku pasar masih melihat bahwa institusi hukum dan
politik mudah bergoyang, tidak stabil, dan masih menyisakan ketidakpastian, yang pada
akhirnya dinilai berpengaruh secara signifikan pada dunia usaha dan kegiatan ekonomi
umumnya.
Ilustrasi Iklim Investasi Indonesia
Iklim Investasi Indonesia Positif
Kedatangan Presiden Obama ke Indonesia menurut ekonom dari Standard Cartered Bank,
Fauzi Ikhsan, secara ekonomi berdampak kecil. Menurutnya hal itu tidak terlepas dari tiga
lembaga pemeringkat dunia yang memberi indikasi positif bagi Indonesia.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2009 yang sebesar 4,5 persen, tertinggi
setelah China dan India, membuat para investor penting untuk berinvestasi di Indonesia.
Tahun lalu pertumbuhan ekonomi dunia negatif, dibanding tahun ini yang cenderung positif
dan mencapai 3,9 persen. Akibatnya menurut Fauzi, laba perusaahan dan perbankan dunia
meningkat. Investor tahu motor pertumbuhan ekonomi dunia itu adanya di Asia. Di Asia
motornya adalah China, India, dan Indonesia. Ditambah dengan suku bunga rendah yang
diperdiksi hingga akhir tahun, jadi tidak ada alasan investor asing tidak memilih Indonesia,
lanjut Fauzi.Kedatangan Obama sendiri menurut Fauzi, hanya ingin mengurang, dominasi
China. "Tujuan Obama datang ke Asia, kemudian ke Indonesia lebih bersifat geopolitis.
Penegakan HAM dan Corporate Social Responsibility
Perlindungan dan penegakan HAM telah menjadi isu penting, bukan hanya negara yang
diminta untuk mendukung pemenuhan, pemajuan, dan perlindungan HAM di Indonesia
namun peranan sektor usaha pun juga diharapkan dapat mewujudkan hal tersebut. Salah
satunya diwujudkan dalam bentuk CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Tidak hanya
sekedar memperdalam kemampuan menyajikan laporan keuangan kuantitatif tetapi juga
mampu memahami pelaporan kinerja perusahaan yang lebih bersifat kualitatif, dalam hal ini
menyangkut pengungkapan CSR suatu perusahaan. Oleh karena itu, para akuntan dan pelaku
kegiatan bisnis juga diharapkan mampu memberikan analisis atau penilaian terhadap dampak
bagi lingkungan yang disebabkan dari kegiatan bisnis tersebut.
Perusahaan sebagai entitas usaha harus dapat menjadi bagian dari masyarakat dan hidup
berdampingan secara damai dengan masyarakat sekitarnya. Pemerintahan yang bersih,
transparan dan akuntabel serta merepresentasikan kepentingan rakyat belum cukup tanpa
dukungan dari perusahaan yang sadar akan kewajibannya sebagai salah satu komponen dari
masyarakat.
Analisa Hubungan Politik, Perdagangan Bebas, HAM dan Corporate Social
Responsibility
pengaruh politik dan hubungan internasional terhadap perekonomian dan bisnis di suatu
negara, selain itu juga telah sedikit disinggung tentang Hak Asasi Manusia . Perlindungan
dan penegakan HAM telah menjadi isu penting, bukan hanya negara yang diminta untuk
mendukung pemenuhan, pemajuan, dan perlindungan HAM di Indonesia namun peranan
sektor usaha pun juga diharapkan dapat mewujudkan hal tersebut. Peran sektor bisnis dan
usaha dalam pemenuhan, pemajuan, dan perlindungan HAM di Indonesia tidak lepas dari
Global Compact yang digulirkan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dokumen PBB tentang
tanggung jawab perusahaan terhadap HAM . Bersama-sama dengan sepuluh asas Global
Compact , maka konsep Corporate Social Responsibilities sekarang merupakan bagian
pedoman melaksanakan Good Corporate Governance
Selain itu, dengan adanya partisipasi stakeholder dalam setiap kegiatan bisnis, akan
mendorong terciptanya akuntabilitas bisnis terhadap publik dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat kepada perusahaan. Pada akhirnya kegiatan bisnis dari perusahaan dengan
sendirinya akan lebih berkelanjutan.
Konsep CSR sedikit tumpang tindih dengan konsep Good Corporate Governance dan konsep
etika bisnis. Dalam GCG kita mengacu pada standar dasar yang bertujuan pada ketaatan
terhadap peraturan negara maupun aturan internal perusahaan. Misalnya, stakeholder internal,
seperti: pegawai, pemegang saham; stakeholder ekstenal: komuniti, customer, supplier, LSM,
dan stakehoder lainnya. Dengan demikian dalam CSR, perhatian manajemen tidak saja harus
ditujukan pada standar dasar ekonomi, tetapi juga pada dampak kegiatan perusahaan itu
terhadap lingkungan hidup, komuniti, sekitarnya dan masyarakat pada umumnya.
Meskipun memang pada dasarnya negara yang bertanggung jawab tentang penegakan HAM
ini, tetapi peranan perusahaan juga tidak kecil dalam turut serta menghormati HAM. Karena
GCG merupakan pedoman bagi CSR dan GCG merujuk pada penghormatan HAM, maka
pelaksanaan CSR oleh perusahaan berarti pula kewajiban perusahaan untuk menghormati
perlindungan HAM di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai