Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

MASALAH INTERNASIONAL DALAM AKUNTANSI MANAJERIAL


ETIKA DALAM LINGKUNGAN INTERNASIONAL DAN EKSPOR

Dosen Pengampu : Retno Indah Hernawati, SE,M.Si


Dibuat Oleh : Maharani Ayu L. (B12.2017.03574)
KASUS EKSPOR TUNA SALAH SATU ALASAN JOKOWI EVALUASI
PERDAGANGAN BEBAS
Jakarta - Kasus tuna Indonesia yang diekspor ke Uni Eropa kena tarif tinggi dibandingkan dengan
negara – negara lainnya menjadi salah satu pertimbangan pemerintahan Jokowi mengevaluasi
kerjasama dengan perdagangan bebas. Dalam kasus tuna, justru indonesia tertinggal dengan negara
lain karena belum menjalin Free Trade Agreement (FTA) dengan Uni Eropa.

Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional, Kemendag Bachrul Chairi mencontoh Indonesia di


ASEAN adalah produksi tuna terbesar, tetapi bea masuk tuna Indonesia di Eropa itu dikenakan
22,5%,namun Malaysia, Filipina, dan Vietnam yang sebagian tunanya datang dari perairan Indonesia,
itu hanya dikenakan bea masuk impor 0%.

“Akibat 22,5% itu kita sudah sulit bersaing dengan mereka. Alasannya, mereka sudah melalukan apa
yang disebut FTA dengan Eropa. Indonesia ketinggalan dalam hal ini,” kata Bachrul usai rakor soal
FTA di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa (17/3/2015).

Kasus serupa juga terjadi di Jepang, tuna asal Indonesia harus kena bea masuk impor 7,5%,
sedangkan di negara lain hanya 0% padahal Indonesia sudah ada kerjasama perdagangan bebas
bilaterlal dengan Jepang yaitu Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).

Menurut Bachrul dengan posisi Indonesia yang belum masuk FTA dengan kawasan lain, dan adanya
FTA yang sudah berlaku namun belum memberikan keuntungan, maka investor kurang tertarik masuk
Indonesia. Alasannya investor akan memilih masuk ke negara yang sudah banyak perdagangan bebas,
sehingga pasarnya akan lebih luas da besar.

“Walau Indonesia punya demografi tenaga kerja yang cukup, infrastruktur akan membaik, tetap kalau
pasarnya cuma 250 juta jiwa mereka kurang tertarik, karena mereka mampu lebih dari 250 juta
penduduk,” Jelasnya.

Bachrul mengatakan, posisi pemerintahan saat ini terus mendukung adanya FTA namun akan
dievaluasi dari sisi keuntungan bagi Indonesia, terutama dari mendorong ekspor dan menarik investasi
ke dalam negeri.

“Kalau kita tidak terbuka, kita kehilangan ‘kereta’ dengan negara lainnya, kita kehilangan investasi,
kita kehilangan kemampuan mendorong ekonomi yang kita harapkan,” katanya.

Terkait dengan Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), telah disepakati akan
dievaluasi. Pemerintah Indonesia sudah melakukan pertemuan dengan Jepang.

“FTA kebijakan Jokowi-JK dalam rangka mengamankan ekspor Indonesia,” katanya.


Ia mengaku dalam rapat internal pemerintah, ada beberapa Kementrian menyarankan agar beberapa
FTA untuk dihentikan, namun kini arahnya berubah, yaitu FTA diminta untuk terus lanjutkan dengan
evaluasi.

“umumnya masalah FTA tidak jalan tadi karena masalah transposisi, belum disetujuinya kesepakatan
dengan negara. Contohnya, misal perdagangan untuk pulpen, disepakati 0%, waktu kita lakukan
transposisi justru dikenakan jadi 15% bea masuk. Harusnya itu 0%,” Katanya.

Dapat kita lihat bahwa kerjasama antar negara memang sangat perlu dilakukan tidak hanya dari aspek
politik, dalam bidang ekonomi pun juga sangat penting. Dari kasus diatas, bahwa kegiatan ekspor
Indonesia terhadap negara lain ada permasalahan yang menjadi evaluasi bagi pemerintah Indonesia
mengenai bea masuk ikspor tuna ke negara Eropa,perlu kita ketahui bahwa Indonesia benyak
mengekspor tuna ke negara lain, alasan kuat mengapa Indonesia terkena bea masuk impor yang besar
karena Indoensia belum menjalin kerjasama dengan Uni Eropa dimana perjanjian tersbut bernama
FTA. Dalam akuntansi manajerial, mungkin ini termasuk dalam Etika dalam lingkungan
internasional, bahwa di setiap negara memiliki kebiasaan dan peraturan yang berbeda – beda, maka
Indonesia perlu mengevaluasi kembali untuk menghadapi perdagangan bebas dengan melakukan
perjajian dengan Uni Eropa. Sebagai negara berkembang setidaknya negara kita harus memiliki
pondasi yang kuat, maka perlu sekali peraturan apalagi dalam perdagangan bebas saat ini. Apabila
perjanjian dapat dilakukan dengan baik mungkin bea masuk impor bisa dapat diturunkan, dan menarik
banyak investor untuk ikut kerja sama. Karena lemahnya dan kurang tegasnya perjanjian/perturan
tersebut makan tidak hanya Eropa yang mengenakan bea masuk impor yang tinggi terhadap
Indonesia, Jepang pun menaikkan bea masuk impor tuna dengan alasan yang sama karena Indonesia
belum melakukan kerjasama dengan Uni Eropa.

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa, kerjasama mungkin hal yang gampang namun apabila kita
bekerjasama dengan memandang sebelah mata kita akan mendapat kerugian sendiri. Saat ini masalah
perekonomian Indonesia memang sedang goyah dengan adanya ketidakpastian di tingkat global,
adanya perang dagang Amerika Serikat dengan China dan kenaikan harga minyak dunia. Kurs rupiah
juga ikut melemah yang kita takutkan Indonesia kembali mengalami krisis ekonomi yang sangat
mengerikan, dan devisa terus mengalami penurunan, namun dalam artikel lain yang saya baca
Indonesia masih dalam kategori aman dan masih mampu membiayai impor selama 6,95 bulan.

Kita kembali lagi dalam kasus diatas, bahwa kegiatan ekspor juga berkaitan satu sama lain tidak
hanya etika namun resiko lain yang dihadapi Indonesia juga masalah resiko terhadap nilai tukar,
perjanjian, dan penerapan harga – harga lainnya dalam kegiatan ekspor sangat perlu dievaluasi
mengingat perekonomian Indonesia mengalami guncangan.
Namun kasus ekspor tuna kali ini yang menjadi sorotan pemerintah, karena dalam bidang ekonomi
kerjasama Indonesia dengan Uni Eropa berjalan dengan baik. Terbukti dari tingginya minat
perusahaan – perusahaan Eropa untuk melakukan ekspor ke Indonesia. Uni Eropa juga merupakan
sumber Foregin Direct Investment (FDI) terbesar keempat untuk Indonesia.

Pada dasarnya dari kedua belah pihak ingin mendapatkan barang yang baik dan perlakuan yang baik
juga, maka tidak salah sebagai konsumen (Uni Eropa) ingin mendapatkan barang yang bagus dan
berkualitas, dan sebagai produsen (Indonesia) ingin memberikan yang terbaik dalam melakukan
transaksi. Maka, sangat perlu bagi perintah melakukan perbaikan dan peningkatan dalam kualitas
produk yang dieksporkan. Dengan meningkatan produk seperti keaslian dan penangkapannya serta
izin sah yang sesuai dengan permintaan konsumen perlu diperketat dan diperjelas dengan begitu
kerjasama dan perjanjian akan terlaksana dan menurunkan ataupun menghapuskan bea masuk impor
untuk Indonesia ke Uni Eropa. Disini akuntan manajemen harus benar – benar paham dan menyadari
bahwa ada aturan – aturan yang sudah dibuat harus taat dipatuhi, apabila terjadi penyelewengan
sanksi ekspor lebih berat sekitar dua kali kerugian pendapatan bisa juga lebih banyak karena peraturan
di negara satu dengan negara lainnya berbeda, dan akuntan manajerial juga harus bisa memastikan
data transaksi ataupun data lainnya yang berhubungan dengan ekspor barang ataupun jasa harus benar
dan tersimpan datanya. Pengendalian Internal yang dijalankanpun harus baik, dan sehat artinya tidak
ada kecurangan apapun ataupun penyelewengan. Akuntan menejerial tidak melulu mengurus
keuangan dan melakukan penjurnalan, namun harus menghitungkan berbagai transaksi yang
diterapkan dalam proses ekspor impor di perusahaan ataupun di negaranya.

Dalam kasus ini strategi akuntan manajerial perlu memberikan keputusan yang strategis dengan
berdasarkan informasi keuangan dan operasional, memperhitungkan kerugian apabila membiarkan
Uni Eropa memberikan bea masuk impor terhadap Indonesia dengan tarif yang tinggi, memberikan
keputusan kepada pemerintahan Indonesia bahwa perlu melakukan perjanjian FTA namun ada poin
poin tertentu yang mungkin harus dikaji kembali kelebihan dan kekurangannya, memberikan porduk
yang kualitasnya lebih baik lagi, dan melakukan evaluasi internal untuk lebih baik lagi agar kegiatan
ekspor berjalan baik dan menguntungkan kedua belah pihak sesuai keinginan masing – masing negara
yang bersangkutan.
Referensi
https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-2861721/kasus-ekspor-tuna-salah-satu-
alasan-jokowi-evaluasi-perdagangan-bebas
https://m.kumparan.com/amp/kabarpaspasuruan/upaya-peningkatan-daya-saing-ekspor-di-
indonesia-1545197698653274566
Buku akuntansi manajerial Salemba Empat Bab 14 Masalah Internasional dalam Akuntansi
Manajemen

Anda mungkin juga menyukai