Anda di halaman 1dari 2

Nama : Gavrilla Kinanti

NIM : B10121162
Kelas : C Administrasi Publik

Kasus Dalam Perdagangan Luar Negeri

Perdagangan internasional merupakan media dan akses untuk dapat


menjalanikerjasama dalam memenuhi kebutuhan bangsa dan negara. Sebagaimana
definisisederhana tentang perdagangan internasional adalah suatu kegiatan atau
prosesaktifitas ekspor dan impor antar negara. Dengan begitu ekspor adalah proses
menjualatau mengirim suatu barang ke luar negeri. Sedangkan impor adalah suatu proses atau
kegiatan luar negeri. Pastinya banyak dari kita untuk apa memahami teori dan apa
manfaatnya mengetahui perdagangan internasional. Secara teoritis dengan memahami konsep
dan definisi teori perdagangan internasional adalah untuk mengetahui arah dan pergerakan
struktur perekonomian yang terjadi dalam waktu tertentu dan dapat menjelaskan arah
perdagangan suatu negara. Dan yang pasti dengan memahami teori dan pemahaman tekstual
perdagangan internasional bahwa dapat menentukan dan menunjukkan point keuntungan
yang akan di dapatkan dari gains from trade atau perdagangan internasional. Dan tentunya
dengan memahami tekstual dan kontekstual perdagangan internasional dapat dijadikan dalih
untuk mengatasi problem yang terjadinya defisit pada neraca pembayaran .

Dalam perdagangan Internasional tidak jarang terdapat permasalahan yang terjadi


didalamnya, dan dapat berdampak kerugian contoh kasus yang di temui adalah :

Kasus Ekspor Tuna


Kasus tuna Indonesia yang diekspor ke Uni Eropa kena tarif tinggi dibandingkan dengan
negara-negara lainnya menjadi salah satu pertimbangan pemerintahan Jokowi mengevaluasi
kerjasama perdagangan bebas. Dalam kasus tuna, justru Indonesia tertinggal dengan negara
lain karena belum menjalin Free Trade Agreement (FTA) dengan Uni Eropa.
Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional, Kemendag Bachrul Chairi mencontoh
Indonesia di ASEAN adalah produksi tuna terbesar, tetapi bea masuk tuna Indonesia di Eropa
itu dikenakan 22,5%, namun Malaysia, Filipina, dan Vietnam yang sebagian tunanya datang
dari perairan Indonesia, itu hanya dikenakan bea masuk impor 0%.

"Akibat 22,5% itu kita sudah sulit besaing dengan mereka. Alasannya, mereka sudah
melakukan apa yang disebut FTA dengan Eropa. Indonesia ketinggalan dalam hal ini," kata
Bachrul usai rakor soal FTA di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa (17/3/2015)
Kasus serupa juga terjadi di Jepang, tuna asal Indonesia harus kena bea masuk impor
7,5%, sedangkan di negara lain hanya 0%. Padahal Indonesia dan Jepang sudah ada
kerjasama perdagang bebas bilateral dengan Jepang yaitu Indonesia Japan Economic
Partnership Agreement (IJEPA).Menurut Bachrul dengan posisi Indonesia yang belum masuk
FTA dengan kawasan lain, dan adanya FTA yang sudah berlaku namun belum memberikan
keuntungan, maka investor kurang tertarik masuk Indonesia. Alasannya investor akan
memilih masuk ke negara yang sudah banyak perdagangan bebas, sehingga pasarnya akan
lebih luas dan besar.

"Walau Indonesia punya demografi tenaga kerja yang cukup, infrastruktur akan
membaik, tetap kalau pasarnya cuma 250 juta jiwa mereka kurang tertarik, karena mereka
mampu lebih dari 250 juta penduduk," jelasnya.Bachrul mengatakan, posisi pemerintahan
saat ini terus mendukung adanya FTA namun akan dievaluasi dari sisi keuntungan bagi
Indonesia, terutama dari mendorong ekspor dan menarik investasi ke dalam negeri.

"Kalau kita tidak terbuka, kita kehilangan 'kereta' dengan negara lain, kita kehilangan
investasi, kita kehilangan kemampuan mendorong ekonomi yang kita harapkan," katanya.
Terkait dengan Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), telah disepakati
akan dievaluasi. Pemerintah Indonesia sudah melakukan pertemuan dengan Jepang.
"FTA kebijakan Jokowi-JK dalam rangka mengamankan ekspor Indonesia," katanya.
Ia mengaku dalam rapat internal pemerintah, ada beberapa Kementerian menyarankan agar
beberapa FTA untuk dihentikan, namun kini arahannya berubah, yaitu FTA diminta untuk
terus lanjutkan dengan evaluasi.
"Umumnya masalah FTA tidak jalan tadi karena masalah transposisi, belum disetujuinya
kesepakatan dengan negara. Contohnya, misal perdagangan untuk pulpen, disepakati 0%,
waktu kita lakukan transposisi justru dikenakan jadi 15% bea masuk. Harusnya itu 0%,"
katanya.

Anda mungkin juga menyukai