Anda di halaman 1dari 22

lOMoARcPSD|31243617

Resume Alat dan Instrumen Diplomasi

Diplomasi (Universitas Mataram)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)
lOMoARcPSD|31243617

ALAT DAN INSTRUMEN DIPLOMASI

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diplomasi merupakan salah satu instrumen penting dalam pelaksanaan kepentingan


nasional suatu negara. Diplomasi sebagai alat utama dalam pencapaian kepentingan
nasional yang berkaitan dengan negara lain atau organisasi internasional.Diplomasi
merupakan praktek pelaksana perundingan antar negara melalui perwakilan resmi.
Perwakilan resmi dipilih oleh negara itu sendiri tanpa ada campur tangan pihak lain atau
negara lain. Diplomasi antar negara dapat mencakup seluruh proses hubungan luar negeri,
baik merupakan pembentukan kebijakan luar negeri dan terkait pelaksanaannya. Diplomasi
dikatakan juga mencakup teknik operasional untuk mencapai kepentingan nasional di luar
batas wilayah yuridiksi. Ketergantungan antar negara yang semakin tinggi yang kemudian
menyebabkan semakin banyak jumlah pertemuan internasional dan konferensi
internasional yang dilakukan sampai saat ini.

Diplomasi terus mengalami perkembangan seiring dengan adanya saling


ketergantungan antara suatu negara dengan negara lain. Dalam kegiatan diplomasi salah
satu proses yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan cara negosiasi disamping
bentuk kegiatan diplomasi lainnya, seperti pertemuan, kunjungan, dan perjanjian-
perjanjian. Oleh karena itu negosiasi merupakan salah satu teknik dalam diplomasi untuk
menyelesaikan perbedaan secara damai dan memajukan kepentingan nasional suatu negara.
Diplomasi juga dijalankan untuk menuju suatu tujuan yang berbeda - beda seperti
diplomasi ekonomi, diplomasi kebudayaan, dll. Sehingga, menarik untuk dikaji bagaimana
jalannya implementasi diplomasi disetiap bidang tersebut.

PEMBAHASAN

Diplomasi Ekonomi (Economic Diplomacy)

Menurut Peter van Bergeijk (2009), diplomasi ekonomi adalah serangkaian aktivitas
(baik menyangkut metode maupun proses dalam pengambilan keputusan internasional)
yang terkait dengan kegiatan ekonomi lintas batas (ekspor, impor, investasi, pinjaman,
bantuan dan migrasi) yang dilakukan oleh aktor negara dan non-negara di dunia
nyata.Lebih jauh, Bergeijk menyebut bahwa aktivitas diplomasi ekonomi setidaknya
meliputi tiga hal.1

1. Penggunaan pengaruh politik dan relasi untuk mempromosikan dan atau


mempengaruhi perdagangan serta investasi internasional, untuk meningkatkan
1Sri Sayekti, "Duta Investasi danDiplomasi Ekonomi Kita,” https://analisis.kontan.co.id/news/duta-
investasi-dan-diplomasi-ekonomi-kita?_ga=2.38014691.112194092.1617010067-1258118564.1615204822,
29 Maret 2021.

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

berfungsinya pasar dan atau untuk mengatasi kegagalan pasar serta untuk
mengurangi biaya dan risiko transaksi lintas batas.
2. Penggunaan aset ekonomi dan relasi untuk memperkuat kerjasama dan mutualisme
hubungan yang stabil secara politik sehingga tercapainya keamanan ekonomi.
3. Konsolidasi iklim politik dan lingkungan ekonomi politik internasional yang tepat
untuk memfasilitasi dan melembagakan tujuan ekonomi.

Jadi, diplomasi ekonomi dilihat sebagai aktivitas yang dilakukan oleh perwakilan
negara dengan status diplomatik, mulai dari para pengambil keputusan tingkat tinggi
seperti kepala negara, menteri, anggota parlemen hingga dubes dan utusan diplomatik di
bawahnya untuk melakukan diskusi mengenai peluang-peluang bisnis dan investasi antara
negara asal dan negara tujuan. Dan yang menjadi tujuan pokoknya adalah mendorong
terciptanya pengembangan usaha melalui serangkaian aktivitas promosi dan fasilitasi
bisnis dari adanya hubungan diplomasi ekonomi ini.

Diplomasi Ekonomi di Indonesia

Sampai dengan tahun 2019, Indonesia telah memiliki 14 perjanjian PTA/FTA/CEPA


meliputi perjanjian bilateral dengan Jepang, Pakistan, Chile, EFTA, Australia, dan
Mozambik serta perjanjian dalam lingkup ASEAN, yaitu dengan ASEAN sendiri, Jepang,
India, Australia dan New Zealand (AANZ), China, dan Hong Kong. Ke-14 perjanjian yang
telah disepakati tersebut telah mencakup 22 negara mitra dagang Indonesia.

Perjanjian yang telah diimplementasikan dan telah dapat dimanfaatkan sebanyak 9


perjanjian Jepang, Pakistan, Chile, serta dalam lingkup ASEAN meliputi, ATIGA,
ASEAN-India, ASEAN-Jepang, ASEAN-Korea, ASEAN-China, dan ASEAN- Australia-
New Zealand (AANZ). Diperkirakan sampai dengan2019-2020, Indonesia akan memiliki
setidaknya 15 PTA/FTA/CEPA. Jika perjanjian dengan EU yang memiliki 28 negara
anggota dapat disepakati di tahun 2020, Indonesia akan memiliki perjanjian yang sudah
mencakup 50 negara mitra dagang yang diliberalisasi perdagangannya. Perjanjian
perdagangan internasional tidak hanya memperluas akses pasar melalui penurunan tarif,
namun juga mencarikan solusi terhadap hambatan-hambatan non tarif yang dihadapi
Indonesia di negara mitra. Dalam keanggotaannya pada ASEAN, Indonesia juga
mengambil bagian dalam perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership
(RCEP) yang melibatkan negara ASEAN dan enam negara mitra ASEAN. Selain itu
Indonesia juga sedang terlibat dalam review perjanjian ASEAN-Australia-New Zealand
FTA (AANZFTA) dan ASEAN-India FTA (AIFTA). Perundingan RCEP ini sendiri
ditargetkan untuk dapat diselesaikan di tahun 2019.Kedepannya Indonesia tidak hanya
fokus dalam memperluas perjanjian perdagangan dengan negara mitra dagang lainnya,
namun juga akan fokus terhadap perluasan produk yang dicakup dalam perjanjian yang
telah ada melalui reviu perundingan. Indonesia juga berpartisipasi dalam perundingan
dalam rangka fasilitasi perdagangan untuk mendorong ekspor Indonesia baik dalam
kerangka regional maupun multilateral.2
2Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, "LAMPIRANPERATURAN MENTERI
PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2020TENTANGRENCANA
STRATEGIS KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2020-

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

Implementasi Diplomasi Ekonomi di Indonesia

Pada laporan akhir tahun 2011, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia hanya
memberikan satu indikator bagi keberhasilan diplomasi ekonomi Indonesia yakni adanya
peningkatan dalam volume perdagangan Indonesia dengan mitra-mitra dagangnya. Jadi
dapat dilihat bahwa diplomasi ekonomi disini diimplementasikan oleh pemerintah untuk
mengukur bagaimana stabilitas ekonomi negara. Jadi terkait diplomasi ekonomi, maka
indikator tunggal ini saja tidaklah cukup untuk dapat menyimpulkan sukses tidaknya
diplomasi ekonomi Indonesia.

Selama ini Kementerian Luar Negeri melakukan diplomasi ekonomi melalui empat
elemen, yaitu ;

1. Pertama, dalam setiap pertemuan bilateral, regional, maupun multilateral, harus


memiliki diskusi bermakna mengenai ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
2. Kedua, apabila suatu isu ekonomi domestik yang membutuhkan lobi ke pihak
luar negeri, maka Kementerian Luar Negeri akan membantu.
3. Ketiga, apabila terdapat sektor yang membutuhkan promosi atau market
intelligence, maka Kementerian Luar Negeri akan memanfaatkan perwakilan
luar negeri.
4. Keempat, penyelesaian perselisihan, baik di Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO) maupun di forum-forum internasional lainnya.

Kelemahan diplomasi ekonomi Indonesia tercermin pada pasar prospektif perdagangan


Indonesia masih sangat kecil. Di kawasan Afrika hanya sebesar 3,76% dari total
perdagangan; Amerika Selatan hanya 1,77%; Amerika Utara 0,38%. Di sisi lain, Malaysia,
Brasil, dan Vietnam telah masuk ke wilayah ini dan memiliki nilai investasi yang jauh
lebih signifikan. Permasalahan yang dihadapi, hingga kini diplomasi ekonomi belum dapat
berjalan lancar dan mencapai hasil maksimal karena kesulitan koordinasi. Di samping itu,
promosi yang ala kadarnya. Akibatnya pasar nontradisional yang seharusnya menjadi
sasaran, masih tak tersentuh. Begitu halnya dengan promosi investasi juga menghadapi
masalah lama yang konsisten berulang. Kepastian hukum, masalah tanah, isu perburuan
dan ketidaksinergian kebijakan dan wewenang pemerintah pusat dan daerah membuat
calon investor masih enggan untuk datang3

Promosi Investasi dan Perdagangan (Trade and Investment Promotion)

Promosi Investasi dan Perdagangan mempunyai peranan sangat penting dalam dunia
diplomasi, ini dibuktikan dengan dibuatnya sebuah kebijakan-kebijakan perdagangan dan
promosi oleh berbagai negara yang ada di dunia ini untuk mempromosikan kepentingan
ekonomi negara mereka dan juga citra mereka di luar negeri dengan cara memfasilitasi

2024,"https://www.kemendag.go.id/storage/article/content_upload/transparansi_kerja/PERMENDAG
%20NOMOR%2046%20TAHUN%202020-compress.pdf, 29 Maret 2021.
3Makmun Syahdullah, "Urgensi Diplomasi Ekonomi,"https://investor.id/opinion/urgensi-diplomasi-
ekonomi , 29 Maret 2021

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

ekspor dan impor serta mendorong perdagangan dengan negara lain sehingga dapat
menarik banyak Investor Asing dan juga Konsumen dari luar negeri, dengan begitu hal ini
diharapkan dapat menyebabkan peningkatan investasi bagi negara mereka, yang dimana
hal ini dapat menyebabkan semakin baiknya neraca transaksi dan neraca perdagangan
negara tersebut guna memajukan kesejahteraan negara mereka dan mendapatkan untung
yang sebesar-besarnya.4

Selain itu dengan dibukanya hubungan perdagangan antar negara-negara yang ada di
dunia ini juga disinyalir dapat menimbulkan hal yang positif, yaitu dapat terciptanya
sebuah hubungan regional, bilateral, maupun multilateral bagi negara-negara yang
melakukan transaksi perdagangan, hal ini bernilai positif dikarenakan dengan diadakannya
berbagai hubungan diplomatik tersebut dapat menciptakan sebuah aliansi antar negara-
negara tersebut guna mendapatkan bantuan dan saling melengkapi antar negara-negara
tersebut tidak hanya dari segi Ekonomi saja melainkan juga dari segi Politik, Sosial
Budaya, dan juga Kesehatan.

Penerapan Promo Investasi dan Perdagangan oleh Indonesia

Salah satu contoh Promosi Investasi yang dilakukan oleh Indonesia adalah saat
Pemerintah memanfaatkan ajang pertemuan para ekonom dunia di World Economic Forum
(WEF) pada tanggal 19-21 April 2016 di Jakarta untuk mempromosikan investasi di
Indonesia kepada investor asing. Pertemuan ini disinyalir sebagai media untuk mendorong
para pelaku usaha dunia dan juga investor asing untuk melihat Indonesia sebagai tempat
yang menarik untuk investasi, dalam forum tersebut juga membahas isu terkait
perdagangan, ketahanan pangan, ketahanan energi, strategi investasi, infrastruktur hingga
kesehatan, diharapkan forum ini mampu untuk menjalin kerjasama perdagangan dengan
negara lain, sehingga target ekspor perdagangan RI bisa mencapai 300 persen hingga tahun
2019 kedepan.5

Diplomasi Kebudayaan (Cultural Diplomacy)

Kebudayaan berasal dari kata budaya yang memiliki arti sebagai suatu cara hidup yang
terbentuk dari banyak unsur seperti agama, politik, adat istiadat, bahasa, dan seni yang
mana berkembang pada sekelompok orang atau masyarakat 6. Kebudayaan merupakan hasil
kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan dan adat istiadat. Kebudayaan
menunjuk pada berbagai aspek kehidupan meliputi cara – cara berperilaku, kepercayaan
dan sikap – sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia untuk suatu masyarakat atau
kelompok tertentu. Jadi dari penjelasan – penjelasan diatas, dapat kita artikan bahwa
kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat yang
mencakup kepercayaan, adat istiadat dan norma – norma artistik yang diperoleh bukan dari

4 Ganewati Wuylandari et al., Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Arus Perubahan Politik
Internasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, p. 112
5 https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20150407191638-92-44900/pemerintah-akan-promosi-investasi-
di-world-economic-forum
6LiterasiPublik, PengertianBudayadanKebudayaan/ LiterasiPublik(daring), 18 November 2018,
https://www.literasipublik.com/pengertian-budaya-dan-kebudayaan, diakses 29 Maret 2021.

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang


didapatmelaluipendidikan formal atau informal.

Diplomasi kebudayaan adalah suatu usaha negara untuk memperjuangkan kepentingan


nasionalnya melalui kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan,
olahraga, dan kesenian maupun makro seperti propaganda dan sebagainya7. Diplomasi
Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai pertukaran ide, seni dan aspek lain
darikebudayaan antar negara untuk menciptakan mutual understanding dalam menjalankan
interaksi dengan negara lain. Sasaran utama diplomasi kebudayaan adalah pendapat umum
baik dalam level nasional maupun internasional dengan harapan pendapat umum tersebut
dapat memperngaruhi para pengambil keputusan pada pemerintah maupun organisasi
internasional. Jika para pengambil keputusan mulai terpengaruh dengan pendapat –
pendapat yang disampaikan, maka bukan tidak mungkin akan memberikan dampak bagi
keputusan apa yang akan diambil lewat diplomasi kebudayaan tersebut.

Diplomasi kebudayaan bertujuan untuk membentuk opini publik internasional sehingga


dapat mendukung kebijakan politik luar negeri suatu negara tertentu. Opini publik
internasional ini dapat terbentuk dari elemen – elemen kebudayaan seperti bahasa, ilmu
pengetahuan dan sebagainya. Dengan munculnya opini tersebut yang manadapat
memperngaruhi kebijakan politik luar negeri, memungkinkan diplomasi kebudayaan
mampu mendukung usaha pencapaian tujuan dan kepentingan nasional. Seperti bentuk
diplomasi pada umumnya, diplomasi kebudayaan juga ditujukan untuk memperjuangkan
kepentingan suatu negara melalui dimensisepertiideologi, teknologi, politik, ekonomi,
militer, sosial, kesenian dan lainnya dalam peraturan masyarakat internasional 8. Diplomasi
Kebudayaan dapat dijalankan melalui program pemerintahan, media elektronik maupun
media cetak.

Diplomasi Publik (Public Diplomacy)

Secara umum, diplomasi publik merupakan aktivitas yang dilakukan oleh


pemerintah ketika berhubungan dan berkomunikasi dengan publik mancanegara (foreign
public). Tujuannya meliputi dua hal, yaitu mempengaruhi perilaku dari negara
bersangkutan dan memfasilitasinya. Karenanya, soft power menjadi perangkat penting
dalam pelaksanaan diplomasi publik.Diplomasi publik dimaknai sebagai proses
komunikasi pemerintah terhadap publik mancanegara yang bertujuan untuk memberikan
pemahaman atas negara, sikap, institusi, budaya, kepentingan nasional, dan kebijakan-
kebijakan yang diambil oleh negaranya, diplomasi publik sebagai suatu usaha untuk
mempertinggi mutu komunikasi antara negara dengan masyarakat. Dampak yang
ditimbulkan meliputi bidang politik, ekon omi, sosial, dan dalam pelaksanaannya tidak lagi
dimonopoli oleh pemerintah. Sementara itu, Jan Mellisen mendefinisikan diplomasi publik
7Sintia C. Sutantri, “DiplomasiKebudayaan Indonesia dalam Proses
PengusulanPencakSilatSebagaiWarisanBudayaTakbenda UNESCO,” JurnalIlmuPolitikdanKomunikasi, Vol.
8, No. 1 (2018), hal. 3, https://ojs.unikom.ac.id/index.php/jipsi/article/view/876/661
8MakarimWibisono, “DiplomasiKebudayaandalamMendukungPencapaianKepentinganNasional
danPertahanan Negara, “ Vol. 4, No. 3 (2018), hal. 105,
http://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/DP/article/view/329

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

sebagai usaha untuk mempengaruhi orang atau organisasi lain di luar negaranya dengan
cara positif sehingga mengubah cara pandang orang tersebut terhadap suatu negara.
Berdasarkan semua definisi itu, dapat dikatakan bahwa diplomasi publik berfungsi untuk
mempromosikan kepentingan nasional melalui pemahaman, menginformasikan, dan
mempengaruhi publik di luar negeri. Karenanya, diplomasi publik merupakan salah satu
instrumen soft power.

Dalam diplomasi publik, perlu dipahami bahwa proses diplomasinya tidak hanya di
luar negeri tapi juga di dalam negeri. Evan Potter mengatakan bahwa permasalahan
diplomasi publik tidak hanya tantangan terhadap kebijakan luar negeri, tetapi juga
merupakan tantangan nasional. Esensi dari diplomasi publik adalah `membuat orang lain
berada di pihak anda`, sedangkan permasalahan dalam diplomasi publik adalah bagaimana
mempengaruhi opini dan perilaku orang lain. Dalam hal ini, yang dimaksud orang bukan
hanya pemangku kebijakan, tetapi juga khalayak atau publik.Penerapan diplomasi publik
tidak terlepas dari pengkomunikasian kebijakan luar negeri terhadap publik manca. Ciri
utama dalam diplomasi publik adalah melibatkan semua stakeholder dalam prosesnya.
Stakeholder di sini tidak hanya Departemen Luar Negeri, tetapi juga lintas departemen
dalam pemerintah, swasta, NGO, media, dan individu. Dengan porsi keterlibatan yang
beragam dan besar tersebut, maka rancangan strategi komunikasi harus dikedepan
kan.Sebagai instrumen soft power, perkembangan diplomasi publik tergolong pesat.
Pesatnya perkembangan ini dipicu oleh kenyataan bahwa upaya -upaya yang dilakukan
oleh pemerintah dalam diplomasi jalur pertama dianggap telah gagal mengatasi konflik
-konflik antarnegara. Kegagalan diplomasi jalur pertama telah mengembangkan pemikiran
untuk meningkatkan diplomasi publik sebagai cara alternatif untuk menyelesaikan konflik
-konflik antarnegara. Hal ini terjadi karena diplomasi publik memiliki ciri sebagai
kelompok bukan pemerintah, bentuk nya yang informal efektif dalam menurunkan tensi
ketegangan, menghilangkan ketakutan, dan meningkatkan saling ketergantungan di antara
para pihak.

Diplomacy Mutijalur (Multi-track Diplomacy)

Istilah Multi Track Diplomacy (MTD) merupakan kerangka konseptual yang didesain
sedemikian rupa untuk merefleksikan aktivitas yang bertujuan mewujudkan perdamaian.
Munculnya aktor-aktor dalam MTD ini merupakan perluasan dari track pertama, yakni
negara. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, banyak penstudi baru dalam Ilmu
Hubungan Internasional yang beranggapan bahwa aktor dalam Hubungan Internasional
hanyalah presiden, duta besar, menteri luar negeri dan representasi negara lainnya. Namun,
pada kenyataanya aktor dalam Hubungan Internasional itu sangatlah beragam. Menurut
para akademisi HI, munculnya MTD karena adanya kepercayaan yang menyatakan bahwa
peran track one akan kurang efektif dalam mewujudkan perdamaian. Mengingat isu dalam
Hubungan Internasional 2 sangatlah luas, sehingga perlu aktor lain selain negara.
Runtuhnya Tembok Berlin dan Perang Dingin yang terjadi antara kutub Barat dan kutub
Timur merupakan contoh bahwa peran pemerintah saja tidak dapat mewujudkan
perdamaian yang diinginkan oleh hampir seluruh masyarakat dunia.

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

Aktor-aktor Multy Track Diplomacy (Diplomasi Multi Jalur)

1) Track One Diplomacy: Government, dalam track atau jalur pemerintahan ini,
segala upaya conflict resolution akan dilakukan melalui jalur formal dan oleh
pemerintah serta lembaga-lembaga yang melekat pada sebuah negara. Baik yang
berasal dari eksekutif, legislatif dan yudikatif.
2) Non-government/ professional or Peace making through Conflict Resolution,
dalam usahanya mewujudkan resolusi konflik, kelompok nonpemerintah atau
kalangan profesional juga memiliki fungsi mewujudkan kondisi yang damai.
Adapun upaya yang dilakukannya bersifat preventif, penyelesaian, dan menjaga
hubungan antar negara yang dilakukan oleh kelompok nonstate actors.
3) Business or Peace-making through Commerce, kelompok bisnis juga memiliki
peran penting dalam upayanya mewujudkan perdamaian. Yakni melalui
penyediaan kesempatan untuk melakukan kegiatan bisnis kepada masyarakat.
Sehingga, dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat mengurangi kesenjangan
ekonomi yang terjadi di antara masyarakat.
4) Private Citizen, or Peace-making through Personal Involvement, track ini meliputi
kegiatan yang dilakukan oleh para individu atau masyarakat dalam mewujudkan
perdamaian di dunia. Keterlibatan kelompok ini juga sering disebut sebagai
“citizen diplomacy” dengan berbagai jenis kegiatan, misalnya program pertukaran
pemuda, kelompok volunteer, non-government organization serta kelompok-
kelompok kepentingan lainnya yang diisi oleh masyarakat yang memiliki visi dan
misi yang sama dalam mewujudkan perdamaian.
5) Research, Training and Education or Peace-making through Learning, pada track
yang kelima ini, aktor yang terlibat sangat erat kaitannya dengan kalangan
akademisi dan peneliti. Mereka memiliki tiga pekerjaan yang terhubung satu sama
lain, di antaranya: 1) penelitian yang terdiri dari akademisi di perguruan tinggi dan
kelompok think tanks; 2) pelatihan yang menyasar kelompok masyarakat tertentu
dengan pembelajaran mengenai eknik-teknik bernegosiasi, diplomasi, mediasi,
resolusi konflik serta menjadi pihak ketiga dalam upaya penyelesaian masalah
misalnya sebagai fasilitator; kemudian 3) pendidikan, yakni melalui
penyelenggaraan program pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai pada
jenjang perguruan tinggi dengan menyajikan kurikulum yang fokus pada upaya
mewujudkan rasa saling toleransi dan penghargaan terhadap HAM (Hak Asasi
Manusia).
6) Activism, or Peacemaking through Advocacy, dalam track ini aktor yang berperan
dalam mewujudkan perdamaian adalah mereka yang memperjuangkan hak-hak
masyarakat dalam bidang tertentu, misalnya para aktivis lingkungan, pejuang
HAM, pejuang kesetaraan hukum dan gender, serta berbagai kelompok pejuang
lainnya. Kelompok ini juga memiliki taktik khusus dalam meperjuangkan
keinginankeinginan yang dimilikinya, yakni melalui advokasi.
7) Religious, or Peacemaking through Faith in Action, para pemuka agama yang
berada di banyak negara, secara umum mungkin hanya terlihat berperan sebagai
pengayom bagi masyarakat yang menganut agama yang sama dengan para

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

pemuka agama tersebut. Namun dalam MTD, para pemuka memiliki peran yang
lebih besar dari sekedar pengayom umatnya saja.
8) Funding or Peace-making through Providing Resources, kelompok ini dapat
dikategorikan sebagai kelompok penyedia dana dan banyak dihubungkan dengan
para filantropis yang bertugas untuk memfasilitasi track atau aktor-aktor yang
berjuang dalam mewujudkan perdamaian. Banyak di antara para lembaga donorini
juga aktif bekerjasama dengan para kelompok masyarakat dalam
memperjuangkan isu-isu tertentu. Misalnya isu lingkungan hidup, HAM, dan
kesetaraan gender.
9) Communications and the Media or Peacemaking through Information, sebagai
track terakhir, peran media dalam mewujudkan perdamaian sangatlah penting.
Media ibarat sebuah koin, memiliki 2 sisi, yakni sisi baik dan buruk. Media di
tangan seorang yang mencintai perdamaian akan memproduksi konten-konten
yang memperjuangkan perdamaian. Namun, apabila media berada di tangan
seorang yang menyukai pertikaian, maka media cenderung dipenuhi dengan
provokasi. Apalagi di saat sekarang, kemajuan teknologi informasi dan
informatika menjadikan media dapat mudah diakses dimanapun dan kapanpun.9

Diplomasi Digital (Digital Technology)

Diplomasi merupakan salah satu instrument dalam Hubungan Internasional yang


menjadi sebuah jalur negosiasi untuk mencapai tujuan negara ataupun tujuan pribadi. Pada
awal pembentukannya, diplomasi hanya didominasi oleh negosiasi antar negara dengan
cara mengirimkan utusannya ke negara lain. Akan tetapi seiring berkembangnya zaman,
diplomasi di dalam suatu negara mengalami perubahan.Saat ini, dunia sedang bergerak
menuju revolusi digital. Sehingga praktik diplomasi sangat dipengaruhi oleh revolusi
teknologi informasi, peningkatan peran media massa, dan peningkatan pasrtisipasi
masyarakat di dalamnya. Hal inipun secara tidak langsung mengubah tata cara pelaksanaan
diplomasi suatu negara. Oleh karena itu, muncullah era diplomasi baru yang disebut
dengan diplomasi digital. Diplomasi digital merupakan salah satu bentuk dari pesatnya
perkembangan teknologi dan informasi di dunia saat ini. Diplomasi digital mengacu pada
penggunaan teknologi komunikasi dan informasi yang luas untuk membantu aktor-aktor
dalam diplomasi untuk mengakses informasi hingga untuk menganalisis data.Penggunaan
internet dan media sosial dalam berdiplomasi ini pertama kali dicetuskan oleh Hillary
Clinton yang merupakan Sekretaris Negara pada masa pemerintahan Presiden Barack
Obama.10

Dengan adanya revolusi teknologi informasi ini, diplomasi digital seringkali dikaitkan
dengan internet dan media sosial dalam berdiplomasi.Berkembangnya media sosial
menjadikan diplomasi digital pun semakin berkembang dan semakin memudahkan orang-
orang untuk berdiplomasi. Terutama di masa pandemic covid-19 saat ini. Diplomasi yang

9 Ilham Dadang K. Alexandra Frisca Mujiono. Multi Track Diplomacy: Teori dan Studi Kasus,
Kalimantan Timur: Mulawarman University Press, 2019
10Putri Athifah Fitriah, 21st Century Statecraft: Diplomasi Digital Amerika Serikat Era Presiden Obama,
Vol. 7, No. 2, 2017, https://ojs.unikom.ac.id/index.php/jipsi/article/view/552/395, 30 Maret 2021.

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

awalnya hanya dilaksanakan dalam bentuk tatap muka, sekarang dapat dilakukan melalui
media sosial yang ada, seperti facebook, twitter, instagram, dan lainnya.11Kemampuan
media sosial dapat memberikan kemudahan pada politik internasional dan juga aktivitas
sosial yang terjadi. Media sosial juga dapat menghubungkan tiap individu, negara, dan
aktor non-negara. Diplomasi menggunakan media sosial juga dapat menguntungkan aktor-
aktor yang terlibat di dalamnya karena terjadinya pertukaran ide atau gagasan lintas
wilayah yang dapat menciptakan komunikasi dua arah. Keuntungan tersebut dapat
membuat jangkauan informasi yang lebih luas dan juga tidak mengeluarkan biaya yang
sangat mahal. Diplomasi digital ini juga sering disebut dengan istilah e-diplomacy, cyber
diplomacy. Terdapat berbagai macam platform media sosial yang berpotensi sebagai alat
diplomasi dan penyebarluasan informasi,namun hanya beberapa yang popular digunakan
oleh para aktor diplomasi, salah satunya seperti twitter. Oleh karena itu diplomasi yang
dilakukan melalui platform twitter disebut juga dengan twiplomacy.

Konsep diplomasi digital ini lahir dari konsep diplomasi publik. Hal ini terjadi karena
adanya perkembangan teknologi informasi yang memudahkan dalam memperluas jaringan
yang mengakibatkan para aktor-aktor diplomasi dalam menjalankan perannya. Sehingga
hal tersebut kemudian juga berdampak terhadap praktik diplomasi dan upaya pemerintah
dalam meraih perhatian publik dengan tanpa adanya sekat diplomatik. Oleh karena itu,
diplomasi digital ini tidak hanya dilakukan oleh diplomat saja, melainkan individu
masyarakat atau influencer juga dapat melakukannya yang disebut sebagaimulti-track
diplomacy yang dimana entitas selain institusi pemerintah juga dapat melakukan
diplomasi12

Menurut Fergus Hanson (2012), diplomasi digital dapat dikaitkan dengan delapan
tujuan umum, seperti:13

1. Knowledge Management (manajemen pengetahuan), untuk mengumpulkan


informasi dari seluruh divisi atau departemen pemeritahan dalam rangka mencapai
tujuan nasional.
2. Public Diplomacy (diplomasi publik), untuk menjaga komunikasi dengan warga
negara yang ada di luar, dan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat dan
public yang lebih luas serta dapat mempengaruhi media-media online lainnya.

11Sapta Dwikardana dkk, Transformasi Strategi Diplomasi di Era Digital: Identifikasi Postur
Diplomasi Digital di Indonesia,
http://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/4719/lpdsc189_Sapta
%20Dwikardana_Transformasi%20strategi%20diplomasi-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y, 30 Maret 2021,
hlm. 25-26.
12 Diplomasi Digital: Pencitraan Cina Lewat Media Sosial Selama Pandemi,
https://theconversation.com/diplomasi-digital-pencitraan-cina-lewat-media-sosial-selama-pandemi-139216,
30 Maret 2021.
13 Sapta Dwikardana dkk, Transformasi Strategi Diplomasi di Era Digital: Identifikasi Postur
Diplomasi Digital di Indonesia,
http://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/4719/lpdsc189_Sapta
%20Dwikardana_Transformasi%20strategi%20diplomasi-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y, 30 Maret 2021,
hlm.28.

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

3. Information Management (manajemen informasi), untuk mengatur arus informasi


dan menggunakan informasi tersebut untuk kepentingan pembuatan keputusan dan
memprediksi serta merespon perkembangan sosial politik yang ada.
4. Communication and Consular Responses (komunikasi dan respon konsuler), untuk
menjalin komunikasi terkait dengan kegiatan konsuler dengan warga negara yang
ada di luar negeri, misalnya dalam kondisi darurat.
5. Disaster Responses (respon terkait bencana), untuk alat komunikasi dalam
mengatasi bencana alam.
6. Internet Freedom (kebebasan berinternet), sebagai upaya untuk mendukung
kebebasan berekspresi dan demokrasi.
7. External Resources (sumber-sumber eksternal), untuk menciptakan mekanisme
digital dan menciptakan peluang-peluang dalam mencapai kepentingan nasional.
8. Policy Planning (perencanaan kebijakan), untuk mengoptimalisasikan koordinasi
dan perencanaan dalam mencapai kepentingan nasional.

Urusan Konsuler (Consular Affairs)

Konsuler adalah wakil negara yang siap ditaruh di bagian negara yang sampai saat
ini belum merdeka. Hubungan konsuler dapat dibangun dengan mencapai kesepakatan
dengan negara asing. Perwakilan konsuler adalah layanan publik yang berlokasi di negara /
wilayah asing, tetapi hanya menangani urusan perdagangan dan transportasi, dan tidak
melibatkan masalah yang bersifat politik. Perwakilan konsuler tidak harus berada di negara
atau wilayah yang merdeka, tetapi juga dapat berada di wilayah tanpa pemerintahannya.
Banyak negara telah menandatangani perjanjian konsuler, yang menetapkan lokasi
konsulat dan luas wilayah kerja konsulat. Untuk keamanan wilayahnya, negara penerima
bebas menolak acara pembukaan konsulat dimana saja. Fungsi konsuler hanya terbatas
pada urusan administrasi. Menurut Pasal 5 Konvensi Wina, disebutkan bahwa tugas
seorang konsuler antara lain :

1. Melindungi kepentingan negara pengirim dan kepentingan warganya di negara


pengirim
2. Mempromosikan hubungan perdagangan, ekonomi, budaya dan ilmiah
3. Amati status dan perkembangan perdagangan, ekonomi, budaya, dan sains negara
penerima
4. Menerbitkan paspor dan dokumen perjalanan untuk mengirim warga negara, visa
atau dokumen lainnya
5. Membantu mengirimkan warga negara untuk melayaninya sepeti menjadi notaris
dan pencatatan sipil
6. Menggunakan hak untuk mengontrol dan memeriksa kapal negara pengirim
7. Dan fungsi lain yang tidak dilarang oleh hukum dan peraturan negara tuan rumah.

Hasil dari konvensi Wina (1963) memberi konsulat hak istimewa, kekebalan dan
kemudahan, dengan maksud untuk mempercepat dan memfasilitasi aktivitas mereka di
negara penerima. Adapun kekebalan dan hak istimewanya antara lain :

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

1. Kekebalan untuk memasuki wilayah kantor konsulat tidak dapat diganggu gugat
dan pejabat pemerintah daerah tidak diizinkan masuk kecuali izin kepala
perwakilan
2. Pembebasan penggunaan metode komunikasi untuk kegiatan resmi konsuler
3. Konsulat bebas berkomunikasi ke negara pengirimnya
4. Konsuler dinyatakan kebal kecuali kasus yurisdiksi kriminal
5. Pembebasan fiskal, kedutaan dan konsulat dibebaskan dari pajak nasional dan
lokal di negara tempat mereka berada
6. Konsuler bebas pajak untuk dirinya
7. Barang yang diimpor oleh perwakilan konsuler untuk keperluan konsuler resmi
dibebaskan dari bea masuk14

Selebritas (Celebrity Diplomacy)

Diplomasi selebriti merupakan cara diplomasi yang kerap kita lihat akhir-akhir ini,
diplomasi dengan cara ini digunakan karena tidak dapat dipungkiri pengaruh media di abad
ke-21 memberikan dampak yang besar dalam menggiring opini dan mempengaruhi citra
negara, organisasi atau lembaga lainnya di hadapan publik.

Luasnya pengaruh Hollywood di kancah internasional telah membuat PBB


merekrutaktris dan aktor Hollywood untuk menjadi duta organisasinya. Salah satu
contohnya adalah Angelina Jolie yang menjadi Goodwill Ambassador UNHCR yang
bertugas mengampanyekan isu-isu mengenai pengungsi, kekerasan seksual, dan
konservasi.15 Sejarah Goodwill Ambassadors dimulai oleh Koffi Annan sebagai Sekretaris
Jenderal PBB yang ditunjuk pada 1997 membentuk Goodwill Ambassadors yang
terdiridari 9 individu dengan tujuan mengembangkan citra PBB dan beliau percaya bahwa
selebriti dapat memberikan pengaruh terhadap opini publik internasional terkait dengan
tujuan idealisme dan universalisme PBB. Goodwill Ambassadors sendiri terdiri dari
beberapa tingkatan mulai level internasional, nasional dan regional.

Namun begitu, diplomasi selebriti juga tidak terlepas dari kritik yang menganggap
bahwa diplomasi selebriti tidak selalu kredibel, diplomasi selebriti juga dinilai hanya alat
kepopuleran yang digunakan untuk memanipulasi opini publik. Jika kita kembali ke tahun
1966 saat diplomasi selebriti pertama diperkenalkan, UNICEF mengadakan kerjasama
dengan Marlon Bando seorang aktor terkenal dari Amerika Serikat. Marlon saat itu dikenal
dengan komitmennya terhadap masalah keadilan, namun disisi lain ia juga menggunakan
pamor selebritinya untuk kemudian mendapatkan simpati politik.16

Diplomasi selebriti yang seperti layaknya dua ujung mata pedang tentu memerlukan
kehati-hatian dalam prosesnya. Hal tersebut patut kita pahami dan sadari bahwa tidak
semua selebriti paham dengan dinamika politik dan isu-isu global sehingga dalam

14 Malahayati, M. (2014). “Hukum Internasional : Hukum Diplomatik dan Konsuler”.


15https://www.bbc.com/indonesia/majalah-46708012#:~:text=Jolie%20adalah%20duta%20Perserikatan
%20Bangsa,seksual%20dan%20krisis%20pengungsi%20global.
16Wheeler. Mark, Celebrity diplomacy: United Nations’ Goodwill Ambassadors and Messengers of
Peace, Publisher Routledge, London, 2011. P. 12.

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

pemilihan duta atau diplomat selebriti diperlukan individu yang benar-benar memiliki
keahlian dan kemampuan di bidangnya.

Diplomasi dan Hukum Internasional (International Law-Making Treaty)

Diplomasi merupakan sarana komunikasi antar pihak, termasuk negosiasi antar


perwakilan yang diakui. Menurut Norman dan Howard Perkins, diplomasi memiliki tiga
fungsi, yaitu:

1. Fungsi Representasi, yaitu diplomat mewakili suatu negara dalam negosiasi dan
mewakili negaranya sendiri di negara lain.
2. Fungsi negosiasi, yaitu negara dapat melakukan negosiasi atau negosiasi dengan
negara lain dengan adanya kegiatan diplomasi tersebut.
3. Fungsi pelaporan, yaitu sebagai bentuk pelaporan dan perlindungan kepentingan
negara dan warganya di negara lain.

Pada hakikatnya hukum diplomatik merupakan bagian dari hukum internasional, dan
beberapa sumber hukumnya sama dengan hukum internasional, seperti konvensi
internasional yang ada. Hukum diplomasi adalah hukum internasional yang mengatur
hubungan diplomatik antara negara merdeka dan negara kedaulatan penuh. Hukum
diplomatik kadang-kadang disebut "hukum diplomatik dan konsuler" karena tidak hanya
menjadi kriteria untuk pengelolaan perwakilan diplomatik, tetapi juga kriteria untuk
perwakilan konsuler. Hukum diplomatik juga erat kaitannya dengan pemberian kekebalan
khusus kepada pejabat diplomatik dan konsuler beserta keluarganya, dengan tujuan
melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka oleh negaranya masing-masing tanpa
adanya campur tangan apapun.

Jadi kesimpulan dari hukum diplomatik adalah hubungan antar negara yang diakui
sebagai perwakilan diplomatik dengan tujuan pertukaran misi diplomatik untuk
meningkatkan kerjasama dan persahabatan.17

Konvensi Vienna Tentang Hubungan Diplomatik dan Konsuler (The Vienna


Conventions on Diplomatic and Consular Relations)

Konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik dan Protokol Opsionalnya mengenai


memperoleh kewarganegaraan (Vienna Convention on Diplomatic Relations and optional
Protocol to the Vienna Convention on Diplomatic Relations Concerning Acquisition of
Nationality, 1961) dibuat pada tanggal 18 April 1961 di Wina dan mulai berlaku pada
tanggal 24 April 1964. Konvensi Wina mengenai Hubungan Konsuler beserta protocol
opsionalnya mengenai hak memperoleh kewarganegaraan (Vienna Convention on Consular
Relations and Optional Protocol to the Vienna Convention on Consular Re;ations

17Kompasiana, Apa itu Hukum Diplomatik, 2 Oktober


2019,https://www.kompasiana.com/adindawahyu6974/5d945208097f36020409fa23/apa-itu-hukum-
diplomatik#:~:text=Jadi%2C%20kesimpulan%20yang%20bisa%20kita,dengan%20suatu%20pertukaran
%20misi%20diplomatik. Diakses 30 Maret 2021

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

Concerning Acquisition of Nationality, 1963) dibuat pada tanggal 24 April 1063 di Wina
dan mulai berlaku pada 19 maret 1967.18

Sumber utama hukum diplomatik dan konsuler adalah Konvensi Wina mengenai
Hubungan Diplomatik Tahun 1961 (Vienna Convention on Diplomatic Relations) dan
Konvensi Wina mngenai Hubungan Konsuler pada tahun 1963 (Vienna Convention on
Consular Relations). Dalam kedua Konvensi ini dinyatakan mengenai agen diplomatic atau
konsuler memiliki kekebalan dan keistimewaan agar mereka dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya secara maksimal. Dalam pelaksanaan hubungan internasional terdapat misi
diplomatik dan konsuler. Misi diplomatic memiliki beberapa fungsi seperti melindungi
kepentingan negara pengirim di negara penerima dengan cara-cara yang diberlakukan
berdasarkan hukum internasional dan bernegosiasi dengan pemerintah di negara penerima.
Sedangkan perwakilan konsuler merupakan dinas publik suatu negara yang terletak di luar
negeri yang hanya mengurusi masalah perdagangan dan pelayaran, bukan masalah yang
bersifat politis serta memiliki tugas mengurusui semua kepentingan negara pengirim di
negara penerima yang menyangkut berbagai bidang seperti bidang komersil, perkapalan,
dan melayani kepentingan warga negaranya di luar negeri yang bersifat keprdataan dan
tidak termasuk kepentingan politik. Indonesia adalah negara yang meratifikasi Konvensi
Wina 1961 dan 1963 sehingga Indonesia harus melaksanakan kewajiban berdasarkan
konvensi tersebut dan memberikan kekebalan bagi agen diplomatic dan konsuler.19

Berdasarkan pasal 3 Konvensi Wina menyebutkan tugas-tugas perwakilan


diplomatik adalah mewakili negara pengirim di negara penerima, melindungi kepentingan
negara pengirim dan kepentingan warga negaranya di negara penerima, melakukan
perundingan dengan pemerintah di negara penerima, memperoleh kepastian yang sah
tentang keadaan dan perkembangan negara penerima dan melaporkannya pada negara
pengirim, dan meningkatkan hubungan persahabatan antara negara pengirim dengan
negara penerima. Adapun berakhirnya hubungan diplomatik dilakukan dengan adanya
pemberitahuan dari negara pengirim kepada negara penerima bahwa tugas diplomatiknya
telah berakhir dan adanya pemberitahuan dari negara penerima kepada negara pengirim
bahwa negara tersebut meniolak untuk mengakui pejabat diplomatic tersebut sebagai
perwakilan. Pada pasal 29 Konvensi Wina, pejabat diplomatic tidak boleh diganggu gugat,
diangkap atau ditahan dan harus diperlakukan dengan penuh rasa hormat. Hal terpenting
adalah hak diplomat untuk bebas dari yurisdiksi negara penerima. Bila pejabat diplomatik
melakukan tindakan criminal di negara penerima, maka hal tersebut menjadi kebijakan
pemerintah atau kepala perwakilannya untuk menanggalkan kekebalan diplomatiknya.
Apabila tidak diadili oleh negara penerima, maka diplomat akan bebas dari tuntutan hukum

18 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Pengesahan Konvensi Wina mengenai Hubungan
Diplomatik beserta Protokol Opsionalnya Mengenai Hal Memperoleh Kewarganegaraan.( Sekretarian
Jendral DPR RI, 2016), hlm 1, https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/756 diakses pada 29 Maret 2021

19 Luh Putu Yeyen Karista Putri, Suatra Putrawan, “Pengujian Kekebalan Diplomatik Dan Konsuler
Amerika
Serikat Berdasarkan Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Studi Kasus Terhadap Putusan Mahkamah
Agung
Republik Indonesia No. 673k/Pdt.Sus/2012)”

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

ia dapat diadili oleh peradilan negaranya apabila hukum pidana negaranya memberikan
wewenang untuk mengadili dan menghukum kejahatn yang dilakukan warganegaranya di
luar negeri.20 Pada pasal 31 Konvensi Wina, pejabat diplomatic memiliki kekebalan
yurisdiksional, pidana, perdata dan administrative di negara penerima. Kecuali dalam hal-
hal seperti (a) tindakan yang nyata terkait dengan benda tetap milik pribadi yang terletak di
negara penerima, kecuali yang dikuasai atas nama negara pengirim untuk menjalankan
misi; (b) tindakan terkait agen diplomatic terlibat eksekutor, administrator, ahli waris
perseorangan dan tindak atas nama negara pengirim; (c) tindakan berupa aktifitas
professional dan komersil yang dilakukan di negara penerima di luar tugas resminya.21 Para
pejabat diplomat juga tidak membayar pajak di negara penerima.

Konvensi Wina 1963 memberikan kekebalan kepada para pejabat konsuler untuk
memperlancar dan mempermudah tugasnya. Hak istimewa dan kekebalan tersebut
diantaranya:22

1. Kekebalan terhadap kantor konsuler yang tidak boleh diganggu gugat serta
petugas negara setempat tidak diperkenankan masuk kecuali dengan izin kepala
perwakilan;
2. Kekebalan alat komunikasi yang dapat digunakan dengan bebas untuk kegiatan
resmi konsuler;
3. Kebebasan berkomunikasi antara konsulat dengan negara pengirimnya.
4. Kekebalan pribadi konsulat tetapi dalam keadaan tertentu pejabat konsuler tidak
kebal terhadap yurisdiksi criminal;
5. Kekbalan fiscal yang membebaskan kantor konsuler dari pajak nasional dan lokal
di negara penerima;
6. Bebas dari pajak pribadi;
7. Pembebasan bea masuk terhadp barang yang diimpor oleh perwakilan konsuler
untuk keperluan resmi.

Kekuatan Lunak (Soft Power)

Dalam wacana dan teori hubungan internasional, soft power sendiri relatif baru dikenal
dalam pelaksanaan politik luar negeri dan diplomasi, termasuk dalam resolusi konflik.
Joseph Nye, Jr., mendefinisikan soft power sebagai suatu kekuatan immaterial yang lebih
menekankan pada citra non-kekerasan, dibandingkan dengan hard power yang lebih

20 Bab IX, “Hukum Diplomatik dan Konsuler”, https://repository.unimal.ac.id/2108/1/Bab%209.pdf


diakses pada 29 Maret 2021.
21 Luh Putu Yeyen Karista Putri, Suatra Putrawan, “Pengujian Kekebalan Diplomatik Dan Konsuler
Amerika
Serikat Berdasarkan Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Studi Kasus Terhadap Putusan Mahkamah
Agung
Republik Indonesia No. 673k/Pdt.Sus/2012)” Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis
internasional, Fakultas Hukum Universitas Udayana
https://www.google.com.sg/url?
q=https://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/article/view/13082&sa=U&ved=2ahUKEwit4LnbuNfvAhU
jmeYKHaELBrEQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw3j8ttuyfPPGv4-C3J3MFDt diakses pada 29 maret 2021.
22 Bab IX, “Hukum Diplomatik dan Konsuler”, https://repository.unimal.ac.id/2108/1/Bab%209.pdf
diakses pada 29 Maret 2021.

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

mengedepankan tindakan militer dan sanksi (Nye, 2004: 5). Pedenkatan soft powe lebih
menekankan pada kekuatan non-militer, soft power lebih mengutamakan pendekatan
dengan kekuatan non-fisik yang berhubungan dengan “citra” suatu negara. soft power
memengaruhi pihak lain dengan cara membangun citra positif dan nilai (value). Sumber-
sumber kekuatab untuk membangun citra positif dapat dilakukan dengan promosi nilai-
nilai yang terkadnung dalam kebudayaan, cita-cita politik (seperti demokrasi), dan ide
besar yang terkandung dalam kebijakan politik (Nye, 2006: 10-13)

Pendekatan soft power ini jika diterapkan dalam hubungan antar negara, terutama
dalam hubungan antar negara yang kuat dan negara yang lemah, dipercaya lebih efektif
untuk memengaruhi negara lain. Mengingat soft power lebih menekankan upaya
mencitrakan diri secara positif melalui kebudayaan, nilai dan ide besar dalam kebijakan
politik, maka negara yang lebih lemahpun tidak akan merasa ditekan secara politik ketika
ia dipengaruhi oleh negara kuat. Kalaupun negara lemah tersebut terpengaruh oleh negara
lain, itu lebih karena negara lemah tersebut merasa kagum atau memiliki kesan positif
terhadap ide dan nilai yang dipromosikan oleh negara lain.

Dalam konteks relasi antar-negara, hubungan baik akan lebih mudah dicapai bila
dilakukan melalui pendekatan soft power, karena soft power lebih mengedepankan
pencitraan diri dengan menumbuhkan kekaguman/ketertarikan (charms) tanpa kekerasan
(disarms). Disadari bahwa mulanya soft power ini diperkenalkan oleh Nye untuk
menjelaskan interaksi hubungan politik antar-negara: bagaimana suatu negara dengan
segala kehebatannya, baik nilai dan kebijakan di bidang politik, ekonomi, maupun sosial
budaya, dapat memengaruhi negara lain, sehingga yang terakhir ini secara sukarela
mengikuti keinginan pihak pertama, misalnya mencontoh kebijakan atau kerja sama karena
didorong oleh kekaguman.23

Kekuatan Keras (Hard Power)

Power Politik dalam diplomasi terbagi menjadi tiga macam, Soft power, Hard power,
dan smart power, dari ketiga definisi menegenai power bermakna dan berfokus mengenai
penjelasan penggunaan power oleh suatu actor terhadap actor lainnya. Sedangkan maksud
dari hard power lebih menekankan pada paksaan dan sanksi, ada beberapa definisi –
definisi mengenai apa itu hard power. Joseph S.Nye menjelaskan bahwa hard power adalah
menggunakan kekuatan dengan cara paksaan dan berupa pembayaran”

Sedangkan Ikram Sehgak mengartikan penggunaan Hard Power sebagai “kekuatan


politik, pemaksaan dan kekerasan, dan harus berpacu dengan bagaiamana kekuatan militer
yang dimiliki oleh suatu Negara

Sedangkan menurut Christian Wagner menyatakan bahwa diplomasi Hard power


adalah tindak intervensi militer, diplomasi koersif atau diplomasi yang berpa pemaksaan,
dan juga sangsi ekonomi, pendapat ini dipertegas oleh Daryl Copeland yang menyatakan
bahwa Diplomasi Hard power merupakan tindakan diplomasi yang memaksa Negara lain

23 Dr. Darmansjah Djumala, M.A. (2013) “soft power unutk Aceh resolusi konflik dan politik
desentralisasi” hal. 3-5

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

untuk mematuhi keinginan suatu Negara atau meyakinkan Negara lawan untuk mematuhi
Negara tersebut dengan cara melalui ancaman atau penggunaan kekuatan, tujuan diplomasi
hard power adalah menunjukkan kekuatan yang besar berupa kekuatan militer, dan
berusaha membunuh musuh atau mengalahkan musuh terhadap lawannya, hard power juga
sangat bertumpu pada pemberian sanksi di suatu Negara atau penggunan aksi militer di
suatu Negara. Kekuatan hard power bersifat absolute bersifat mutlak (zero sum-game).
dengan pondasi kekuatan yang keras, ketakutan, kesedihan dan kecurigaan. Dari
penjelasan ini bisa disimpulkan bahwa hard power merupakan penggunaan paksaan,
sanksi, kekuatan dan paksaan melalui intervensi militer, diplomasi paksaan dan sanksi
ekonomi24

Kekuatan Pintar (Smart Power)

Pemaknaan power bukanlah hanya sebatas ‘hard power’ yang hanya mencakup aspek
militer dan ekonomi. Menurut Nye, perubahan yang terjadi adalah power menjadi kurang
tangible dari sebelumnya, menarik pihak lain dan mempengaruhinya, serta power adalah
bentuk budaya yang mengakar dalam ideologi di dalam suatu institusi. Power suatu negara
haruslah bersifat atraktif dibading koersif melalui pendekatan budaya, ideologi politik, dan
kebijakan. Dalam konteks ini, power yang dimaksud disebut sebagai ‘soft power’ (Meyer,
2007). Namun, dengan munculnya ‘soft power’, bukan berarti ‘hard power’ sama sekali
hilang. Tidak bisa dipungkiri, tidak semua permasalahan dapat diselesaikan melalui cara-
cara ‘halus’. Rencana Presiden Kim Jong Un untuk menguji coba nuklir tidak dapat
dihentika begitu saja meskipun dia menyukai film hollywood. Perang sektarian di Afrika
tidak dapat selesai hanya dengan keberadaan McDonald di sana. Penyelesaian masalah
terorisme tanpa ada tindakan militer hanya mendatangkan kesia-siaan. ‘Hard power’ dapat
meningkatkan pengaruh dari ‘soft power’. Sebaliknya, melalui ‘soft power’ cengkaraman
‘hard power’ dari satu negara ke negara lain dapat lebih kuat dan efektif.

Berdasarkan perkembangan tersebut, Nye membuat terminologi baru yakni ‘smart


power’. ‘Smart power’ merupakan penggabungan aspek yang ada pada ‘hard power’ dan
‘soft power’. Namun, ‘smart power’ bukan berarti menggabungkan kedua ide dasar
keduanya, melainkan lebih kepada pengombinasian aspek-aspek tersebut secara mekanis.
Bentuk ‘Smart power’ yang dicetuskan oleh Nye dalam bukunya The Powers to Lead
adalah apa yang disebutnya sebagai “Contextual intelligence”. Di dalam kebijakan luar
negeri, “contextual intelligence” adalah kemampuan diagnosis intuitif yang membantu
pembuat kebijakan menyesuaikan taktik dengan tujuan untuk menciptakan smart stategies.
Amerika Serikat, yang muncul sebagai negara superpower pasca Perang Dingin,
menggunakannya sebagai bagian dari kebijakan luar negerinya. Penggunaan “contextual
intelligence” harus diawali dengan pemahaman kekuatan sekaligus keterbatasan yang
dimiliki AS. AS dapat memengaruhi dunia, namun tidak dapat mengontrolnya. Pada aspek
militer, AS bisa dikatakan sebagai unipolar dibanding dengan negara lainnya. Namun, pada
hubungan ekonomi antar negara dan hubungan transnasional, realitas yang muncul adalah

24 Themark, “Hard power vs Soft power”, https://pioneers.themakrnews.com/articles/895-Hard--power-


vs-soft-power/#.U08YLeaSzHQ, diakses 28 Maret 2021

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

struktur yang multipolar bahkan lebih rumit dengan keterlibatan banyaknya aktor-aktor
non-negara yang berperan (Nye, Get Smart: Combining Hard and Soft Power, 2009).

Penerapan ‘smart power’ tercermin dalam formulasi kebijakan luar negeri Amerika
Serikat pada rezim Obama saat ini. Tujuan kebijakan luar negeri AS adalah menjaga 1)
keamanan rakyat AS, negara, dan sekutunya; 2) mempromosikan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan merata di dalam dan luar negeri; 3) memperkuat posisinya dalam
kepemimpinan global untuk melindungi bumi dan menjunjung tinggi martabat individu; 4)
menjaga dan memajukan nilai-nilai AS. Tujuan-tujuan tersebut dicapai dengan cara: 1)
Penggunaan daya tawar strategis AS; 2) Bekerja sama dengan partner militer dan agen
pemerintah AS; 3) Berpartner dengan NGO, pihak swasta, dan Organisasi Internasional; 4)
Menggunakan teknologi modern untuk berkomunikasi dengan masyarakat luas; 5)
Menitahkan negosiator yang dapat menjaga kepentingan AS dari partner negosiasinnya
(Clinton, 2009).

Smart power dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan yang mengedepankan


perlunya angkatan bersenjata yang kuat didukung oleh upaya pembinaan hubungan
internasional, partnerships dan kerjasama di segala level. Di Indonesia sendiri, konsep
smart power telah diimplementasikan pada strategi nasional khususnya yang berkaitan
dengan international relationship. Pada event KTT G-20 tahun 2016 lalu, Presiden Joko
Widodo menegaskan bahwa cara terbaik dalam menangani terorisme internasional adalah
dengan mengedepankan smart approach, yang menyeimbangkan pendekatan soft power
dan hard power. TNI sendiri telah mengedepankan berbagai program pembangunan
alutsista dan proyeksi dalam melaksanakan berbagai penugasan termasuk di dalamnya
keterlibatan dalam combined force di berbagai misi perdamaian dunia dan operasi militer
selain perang. Dalam operasi militer yang dilakukan oleh TNI, seperti halnya pada
pembebasan pembajakan di Somalia, mengatasi gerombolan separatis bersenjata di Poso
dan pembebasan tawanan di Papua baru-baru ini, pendekatan soft power dan hard power
selalu dilakukan secara seimbang. Hal ini merupakan implementasi dari smart power yaitu
perpaduan dari hard power dalam bentuk pengembangan kekuatan bersenjata dan soft
power dalam bentuk diplomasi.

Dalam kaitannya dengan Tujuan Nasional Indonesia sesuai yang diamanatkan pada
Pembukaan UUD 45 alinea ke-4 khususnya yang berkaitan dengan upaya untuk
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan juga melaksanakan ketertiban dunia dapat
dilaksanakan dengan menerapkan smart power yang proporsional. Penerapan smart power
dalam mencapai tujuan ini membutuhkan angkatan bersenjata yang kuat sebagai hard
power yang diiringi oleh berbagai upaya soft power dengan mengedepankan diplomasi
pada berbagai bidang militer termasuk di dalamnya adalah dengan melaksanakan airpower
diplomacy.Airpower adalah kemampuan untuk memproyeksikan kekuatan militer di udara
atau ruang angkasa oleh atau dari suatu wahana yang beroperasi di atas permukaan bumi.
Sedangkan airpowerdiplomacy dapat dipahami sebagi pembangun partnership oleh
angkatan udara. Airpower diplomacy dibentuk oleh penerapan soft power yang berguna
dalam memperkuat hubungan internasional yang sudah ada dan membentuk sebuah
hubungan baru. Sedangkan menurut Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

prajurit TNI harus dapat membedakan kekuatan militer yang soft power dan hard
power.dengan membedakan dua cara kekutana militer tersebut,dan jika dapat di padukan
,inilah yang di sebut strategi TNI yang smart power.”paduan penggunaan soft power dan
hard power inlah yang kita sebut dengan smart power ,harus jadi mindset dan strategi dan
Tentara Nasional Indonesia sekarang dan ke depan”

Adapun bagi sebuah negara adidaya seperti Amerika Serikat, airpower diplomacy
adalah sebuah alternative effectif cost bagi penggunaan kekuatan persenjataan. Bentuk
diplomasi yang telah diterapkan adalah pelatihan dan dukungan pada angkatan udara
negara berkembang, humanitarian relief seperti keterlibatan pada musibah gempa dan
tsunami di Samudra India pada tahun 2004, badai cyclone di Burma pada tahun 2008,
gempa di Jogjakarta pada tahun 2009 dan gempa di Jepang pada tahun 2011. Banyak
pengamat menilai airpower diplomacy yang telah diterapkan Amerika Serikat dalam
berbagai misi kemanusiaan tersebut ikut berperan dalam memperbaiki hubungan antara
Amerika Serikat dengan negara- negara yang tertimpa musibah pada saat itu yaitu Jepang
dan Indonesia.

Di Indonesia, penerapan dari airpower menjadi domain dari TNI Angkatan Udara yang
mengkoordinasikan berbagai elemen yang ada untuk digunakan semaksimal mungkin
dalam mencapai tujuannasional. Indonesia telah menerapkan airpower diplomacy sebagai
bagian dari smart power pada beberapa misi humanitarian seperti bencana gempa di
Irandan di Pakistan, badai tropis Nargis di Myanmar, bencana longsor di Filipina serta
yang baru-baru ini dilaksanakanya itu pengiriman bantuan kemanusiaan di Myanmar
dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut TNI AU yang terbukti sangat efektif.
Diplomasi angkatan udara juga telah diterapkan dalam berbagai kegiatan joint operation
dalam mengamankan Selat Malaka yang dilakukan bersama antara TNI AU dengan
angkatan udara dari Malaysia, Singapura dan Thailand. Demikian juga dalam bentuk
latihan bersama maupun kegiatan lain berupa pertukaran perwira, kunjungan, seminar dan
lainnya. Penempatan seorang Atase Udara Indonesia di berbagai negara sahabat dan
penerimaan personel angkatan udara negara sahabat secara resiprokal juga merupakan
perwujudan dari airpower diplomacy.

Bagi sebuah negara berkembang dengan keterbatasan alutsista angkatan udara yang
dimiliki, tentu saja airpower diplomacy menjadi pilihan yang efektif dalam menjaga
hubungan dan kerjasama internasional sehingga tujuan nasional dalam keamanan bangsa
dan negara dapat terwujud.

PENUTUP

Kesimpulan

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

Diplomasi merupakan suatu kegiatan untuk menjalim hubungan antar negara dan juga
membangun citra negara. Setelah beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
diplomasi juga merupakan suatu perpaduan ilmu dan seni untuk benegosiasi baik itu dari
segi politik, ekonomi, perdagangan, pertahanan, militer, dan sosial. Kita bisa melakukan
diplomasi kecil-kecilan yaitu sesama manusia dan bisa juga di lakukan oleh antar negara
yang mana seseorang yang telah di pilih resmi oleh negara untuk menjadi sebagai utusan
negara dalam pertemuan atau menjalani tugas di luar negeri asalnya dan dia biasanya di
sebut diplomat. Dapat dilihat juga beberapa negara berbeda-beda dalam menentukan
bagaimana cara mereka menuju kepentingan yang ingin dicapai. I erdapat berbagai cara
untuk mencapai kepentingan hal tersebut dapat berupa soft power, hard power, dan bahkan
setelah perkembangan terbentuklah yang dinamakan smart power. Hal tersebut tentu
membantu setiap negara membentuk kerjasama dengan mudah.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku

Djumala, Darmansjah. 2013.“soft power unutk Aceh resolusi konflik dan politik
desentralisasi” p. 3-5

Referensi Internet

Sayekti, Sri. "Duta Investasi danDiplomasi Ekonomi Kita,”


https://analisis.kontan.co.id/news/duta-investasi-dan-diplomasi-ekonomi-kita?
_ga=2.38014691.112194092.1617010067-1258118564.1615204822, 29 Maret 2021.
Themark, “Hard power vs Soft power”, https://pioneers.themakrnews.com/articles/895-
Hard--power-vs-soft-power/U08YLeaSzHQ, diakses 28 Maret 2021

Luh Putu Yeyen Karista Putri, Suatra Putrawan, “Pengujian Kekebalan Diplomatik Dan
Konsuler Amerika Serikat Berdasarkan Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Studi
Kasus Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.
673k/Pdt.Sus/2012)”

Bab IX, “Hukum Diplomatik dan Konsuler”, https://repository.unimal.ac.id/2108/1/Bab


%209.pdf diakses pada 29 Maret 2021.

Putrawan, Suatra. “Pengujian Kekebalan Diplomatik Dan Konsuler Amerika Serikat


Berdasarkan Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Studi Kasus Terhadap Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 673k/Pdt.Sus/2012)” Program
Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis internasional, Fakultas Hukum
Universitas Udayana
https://www.google.com.sg/url?
q=https://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/article/view/13082&sa=U&ved=2ah
UKEwit4LnbuNfvAhUjmeYKHaELBrEQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw3j8ttuyfP

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

PGv4-C3J3MFDthttps://www.google.com.sg/url?
q=https://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/article/view/13082&sa=U&ved=2ah
UKEwit4LnbuNfvAhUjmeYKHaELBrEQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw3j8ttuyfP
PGv4-C3J3MFDt diakses pada 29 maret 2021.

Bab IX, “Hukum Diplomatik dan Konsuler”, https://repository.unimal.ac.id/2108/1/Bab


%209.pdf diakses pada 29 Maret 2021.

Wheeler. Mark, Celebrity diplomacy: United Nations’ Goodwill Ambassadors and


Messengers of Peace, Publisher Routledge, London, 2011. P. 12.

Malahayati, M. (2014). “Hukum Internasional : Hukum Diplomatik dan Konsuler”.


https://www.bbc.com/indonesia/majalah-46708012text=Jolie%20adalah%20duta
%20Perserikatan%20Bangsa,seksual%20dan%20krisis%20pengungsi%20global.

K. Ilham Dadang. Alexandra Frisca Mujiono. “Multi Track Diplomacy: Teori dan Studi
Kasus, Kalimantan Timur: Mulawarman University Pres”. 2019
Putri Athifah Fitriah, 21st Century Statecraft: Diplomasi Digital Amerika Serikat Era
Presiden Obama, Vol. 7, No. 2, 2017,
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/jipsi/article/view/552/395, 30 Maret 2021

Wibisono, Makarim. 2018.


“DiplomasiKebudayaandalamMendukungPencapaianKepentinganNasional
danPertahanan Negara, “ Vol. 4, No. 3 hal. 105,
http://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/DP/article/view/329

LiterasiPublik, PengertianBudayadanKebudayaan/ LiterasiPublik(daring), 18 November


2018, https://www.literasipublik.com/pengertian-budaya-dan-kebudayaan, diakses 29
Maret 2021.

Sutantri, Sintia C. “DiplomasiKebudayaan Indonesia dalam Proses


PengusulanPencakSilatSebagaiWarisanBudayaTakbenda UNESCO,”
JurnalIlmuPolitikdanKomunikasi, Vol. 8, No. 1 (2018), hal. 3,
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/jipsi/article/view/876/661

Syahdullah, Makmun. "Urgensi Diplomasi Ekonomi,"https://investor.id/opinion/urgensi-


diplomasi-ekonomi , 29 Maret 2021

Wuylandar, Ganewati. et al., Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Arus Perubahan
Politik Internasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, p. 112 Kementrian
Perdagangan Republik Indonesia, "LAMPIRANPERATURAN MENTERI
PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN
2020TENTANGRENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERDAGANGAN
TAHUN 2020-

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)


lOMoARcPSD|31243617

2024,"https://www.kemendag.go.id/storage/article/content_upload/transparansi_kerja
/PERMENDAG%20NOMOR%2046%20TAHUN%202020-compress.pdf,

Downloaded by Niccolo Joestar (niccolojoestar@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai