PENDAHULUAN
Latar Belakang
PEMBAHASAN
Menurut Peter van Bergeijk (2009), diplomasi ekonomi adalah serangkaian aktivitas
(baik menyangkut metode maupun proses dalam pengambilan keputusan internasional)
yang terkait dengan kegiatan ekonomi lintas batas (ekspor, impor, investasi, pinjaman,
bantuan dan migrasi) yang dilakukan oleh aktor negara dan non-negara di dunia
nyata.Lebih jauh, Bergeijk menyebut bahwa aktivitas diplomasi ekonomi setidaknya
meliputi tiga hal.1
berfungsinya pasar dan atau untuk mengatasi kegagalan pasar serta untuk
mengurangi biaya dan risiko transaksi lintas batas.
2. Penggunaan aset ekonomi dan relasi untuk memperkuat kerjasama dan mutualisme
hubungan yang stabil secara politik sehingga tercapainya keamanan ekonomi.
3. Konsolidasi iklim politik dan lingkungan ekonomi politik internasional yang tepat
untuk memfasilitasi dan melembagakan tujuan ekonomi.
Jadi, diplomasi ekonomi dilihat sebagai aktivitas yang dilakukan oleh perwakilan
negara dengan status diplomatik, mulai dari para pengambil keputusan tingkat tinggi
seperti kepala negara, menteri, anggota parlemen hingga dubes dan utusan diplomatik di
bawahnya untuk melakukan diskusi mengenai peluang-peluang bisnis dan investasi antara
negara asal dan negara tujuan. Dan yang menjadi tujuan pokoknya adalah mendorong
terciptanya pengembangan usaha melalui serangkaian aktivitas promosi dan fasilitasi
bisnis dari adanya hubungan diplomasi ekonomi ini.
Pada laporan akhir tahun 2011, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia hanya
memberikan satu indikator bagi keberhasilan diplomasi ekonomi Indonesia yakni adanya
peningkatan dalam volume perdagangan Indonesia dengan mitra-mitra dagangnya. Jadi
dapat dilihat bahwa diplomasi ekonomi disini diimplementasikan oleh pemerintah untuk
mengukur bagaimana stabilitas ekonomi negara. Jadi terkait diplomasi ekonomi, maka
indikator tunggal ini saja tidaklah cukup untuk dapat menyimpulkan sukses tidaknya
diplomasi ekonomi Indonesia.
Selama ini Kementerian Luar Negeri melakukan diplomasi ekonomi melalui empat
elemen, yaitu ;
Promosi Investasi dan Perdagangan mempunyai peranan sangat penting dalam dunia
diplomasi, ini dibuktikan dengan dibuatnya sebuah kebijakan-kebijakan perdagangan dan
promosi oleh berbagai negara yang ada di dunia ini untuk mempromosikan kepentingan
ekonomi negara mereka dan juga citra mereka di luar negeri dengan cara memfasilitasi
2024,"https://www.kemendag.go.id/storage/article/content_upload/transparansi_kerja/PERMENDAG
%20NOMOR%2046%20TAHUN%202020-compress.pdf, 29 Maret 2021.
3Makmun Syahdullah, "Urgensi Diplomasi Ekonomi,"https://investor.id/opinion/urgensi-diplomasi-
ekonomi , 29 Maret 2021
ekspor dan impor serta mendorong perdagangan dengan negara lain sehingga dapat
menarik banyak Investor Asing dan juga Konsumen dari luar negeri, dengan begitu hal ini
diharapkan dapat menyebabkan peningkatan investasi bagi negara mereka, yang dimana
hal ini dapat menyebabkan semakin baiknya neraca transaksi dan neraca perdagangan
negara tersebut guna memajukan kesejahteraan negara mereka dan mendapatkan untung
yang sebesar-besarnya.4
Selain itu dengan dibukanya hubungan perdagangan antar negara-negara yang ada di
dunia ini juga disinyalir dapat menimbulkan hal yang positif, yaitu dapat terciptanya
sebuah hubungan regional, bilateral, maupun multilateral bagi negara-negara yang
melakukan transaksi perdagangan, hal ini bernilai positif dikarenakan dengan diadakannya
berbagai hubungan diplomatik tersebut dapat menciptakan sebuah aliansi antar negara-
negara tersebut guna mendapatkan bantuan dan saling melengkapi antar negara-negara
tersebut tidak hanya dari segi Ekonomi saja melainkan juga dari segi Politik, Sosial
Budaya, dan juga Kesehatan.
Salah satu contoh Promosi Investasi yang dilakukan oleh Indonesia adalah saat
Pemerintah memanfaatkan ajang pertemuan para ekonom dunia di World Economic Forum
(WEF) pada tanggal 19-21 April 2016 di Jakarta untuk mempromosikan investasi di
Indonesia kepada investor asing. Pertemuan ini disinyalir sebagai media untuk mendorong
para pelaku usaha dunia dan juga investor asing untuk melihat Indonesia sebagai tempat
yang menarik untuk investasi, dalam forum tersebut juga membahas isu terkait
perdagangan, ketahanan pangan, ketahanan energi, strategi investasi, infrastruktur hingga
kesehatan, diharapkan forum ini mampu untuk menjalin kerjasama perdagangan dengan
negara lain, sehingga target ekspor perdagangan RI bisa mencapai 300 persen hingga tahun
2019 kedepan.5
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang memiliki arti sebagai suatu cara hidup yang
terbentuk dari banyak unsur seperti agama, politik, adat istiadat, bahasa, dan seni yang
mana berkembang pada sekelompok orang atau masyarakat 6. Kebudayaan merupakan hasil
kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan dan adat istiadat. Kebudayaan
menunjuk pada berbagai aspek kehidupan meliputi cara – cara berperilaku, kepercayaan
dan sikap – sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia untuk suatu masyarakat atau
kelompok tertentu. Jadi dari penjelasan – penjelasan diatas, dapat kita artikan bahwa
kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat yang
mencakup kepercayaan, adat istiadat dan norma – norma artistik yang diperoleh bukan dari
4 Ganewati Wuylandari et al., Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Arus Perubahan Politik
Internasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, p. 112
5 https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20150407191638-92-44900/pemerintah-akan-promosi-investasi-
di-world-economic-forum
6LiterasiPublik, PengertianBudayadanKebudayaan/ LiterasiPublik(daring), 18 November 2018,
https://www.literasipublik.com/pengertian-budaya-dan-kebudayaan, diakses 29 Maret 2021.
sebagai usaha untuk mempengaruhi orang atau organisasi lain di luar negaranya dengan
cara positif sehingga mengubah cara pandang orang tersebut terhadap suatu negara.
Berdasarkan semua definisi itu, dapat dikatakan bahwa diplomasi publik berfungsi untuk
mempromosikan kepentingan nasional melalui pemahaman, menginformasikan, dan
mempengaruhi publik di luar negeri. Karenanya, diplomasi publik merupakan salah satu
instrumen soft power.
Dalam diplomasi publik, perlu dipahami bahwa proses diplomasinya tidak hanya di
luar negeri tapi juga di dalam negeri. Evan Potter mengatakan bahwa permasalahan
diplomasi publik tidak hanya tantangan terhadap kebijakan luar negeri, tetapi juga
merupakan tantangan nasional. Esensi dari diplomasi publik adalah `membuat orang lain
berada di pihak anda`, sedangkan permasalahan dalam diplomasi publik adalah bagaimana
mempengaruhi opini dan perilaku orang lain. Dalam hal ini, yang dimaksud orang bukan
hanya pemangku kebijakan, tetapi juga khalayak atau publik.Penerapan diplomasi publik
tidak terlepas dari pengkomunikasian kebijakan luar negeri terhadap publik manca. Ciri
utama dalam diplomasi publik adalah melibatkan semua stakeholder dalam prosesnya.
Stakeholder di sini tidak hanya Departemen Luar Negeri, tetapi juga lintas departemen
dalam pemerintah, swasta, NGO, media, dan individu. Dengan porsi keterlibatan yang
beragam dan besar tersebut, maka rancangan strategi komunikasi harus dikedepan
kan.Sebagai instrumen soft power, perkembangan diplomasi publik tergolong pesat.
Pesatnya perkembangan ini dipicu oleh kenyataan bahwa upaya -upaya yang dilakukan
oleh pemerintah dalam diplomasi jalur pertama dianggap telah gagal mengatasi konflik
-konflik antarnegara. Kegagalan diplomasi jalur pertama telah mengembangkan pemikiran
untuk meningkatkan diplomasi publik sebagai cara alternatif untuk menyelesaikan konflik
-konflik antarnegara. Hal ini terjadi karena diplomasi publik memiliki ciri sebagai
kelompok bukan pemerintah, bentuk nya yang informal efektif dalam menurunkan tensi
ketegangan, menghilangkan ketakutan, dan meningkatkan saling ketergantungan di antara
para pihak.
Istilah Multi Track Diplomacy (MTD) merupakan kerangka konseptual yang didesain
sedemikian rupa untuk merefleksikan aktivitas yang bertujuan mewujudkan perdamaian.
Munculnya aktor-aktor dalam MTD ini merupakan perluasan dari track pertama, yakni
negara. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, banyak penstudi baru dalam Ilmu
Hubungan Internasional yang beranggapan bahwa aktor dalam Hubungan Internasional
hanyalah presiden, duta besar, menteri luar negeri dan representasi negara lainnya. Namun,
pada kenyataanya aktor dalam Hubungan Internasional itu sangatlah beragam. Menurut
para akademisi HI, munculnya MTD karena adanya kepercayaan yang menyatakan bahwa
peran track one akan kurang efektif dalam mewujudkan perdamaian. Mengingat isu dalam
Hubungan Internasional 2 sangatlah luas, sehingga perlu aktor lain selain negara.
Runtuhnya Tembok Berlin dan Perang Dingin yang terjadi antara kutub Barat dan kutub
Timur merupakan contoh bahwa peran pemerintah saja tidak dapat mewujudkan
perdamaian yang diinginkan oleh hampir seluruh masyarakat dunia.
1) Track One Diplomacy: Government, dalam track atau jalur pemerintahan ini,
segala upaya conflict resolution akan dilakukan melalui jalur formal dan oleh
pemerintah serta lembaga-lembaga yang melekat pada sebuah negara. Baik yang
berasal dari eksekutif, legislatif dan yudikatif.
2) Non-government/ professional or Peace making through Conflict Resolution,
dalam usahanya mewujudkan resolusi konflik, kelompok nonpemerintah atau
kalangan profesional juga memiliki fungsi mewujudkan kondisi yang damai.
Adapun upaya yang dilakukannya bersifat preventif, penyelesaian, dan menjaga
hubungan antar negara yang dilakukan oleh kelompok nonstate actors.
3) Business or Peace-making through Commerce, kelompok bisnis juga memiliki
peran penting dalam upayanya mewujudkan perdamaian. Yakni melalui
penyediaan kesempatan untuk melakukan kegiatan bisnis kepada masyarakat.
Sehingga, dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat mengurangi kesenjangan
ekonomi yang terjadi di antara masyarakat.
4) Private Citizen, or Peace-making through Personal Involvement, track ini meliputi
kegiatan yang dilakukan oleh para individu atau masyarakat dalam mewujudkan
perdamaian di dunia. Keterlibatan kelompok ini juga sering disebut sebagai
“citizen diplomacy” dengan berbagai jenis kegiatan, misalnya program pertukaran
pemuda, kelompok volunteer, non-government organization serta kelompok-
kelompok kepentingan lainnya yang diisi oleh masyarakat yang memiliki visi dan
misi yang sama dalam mewujudkan perdamaian.
5) Research, Training and Education or Peace-making through Learning, pada track
yang kelima ini, aktor yang terlibat sangat erat kaitannya dengan kalangan
akademisi dan peneliti. Mereka memiliki tiga pekerjaan yang terhubung satu sama
lain, di antaranya: 1) penelitian yang terdiri dari akademisi di perguruan tinggi dan
kelompok think tanks; 2) pelatihan yang menyasar kelompok masyarakat tertentu
dengan pembelajaran mengenai eknik-teknik bernegosiasi, diplomasi, mediasi,
resolusi konflik serta menjadi pihak ketiga dalam upaya penyelesaian masalah
misalnya sebagai fasilitator; kemudian 3) pendidikan, yakni melalui
penyelenggaraan program pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai pada
jenjang perguruan tinggi dengan menyajikan kurikulum yang fokus pada upaya
mewujudkan rasa saling toleransi dan penghargaan terhadap HAM (Hak Asasi
Manusia).
6) Activism, or Peacemaking through Advocacy, dalam track ini aktor yang berperan
dalam mewujudkan perdamaian adalah mereka yang memperjuangkan hak-hak
masyarakat dalam bidang tertentu, misalnya para aktivis lingkungan, pejuang
HAM, pejuang kesetaraan hukum dan gender, serta berbagai kelompok pejuang
lainnya. Kelompok ini juga memiliki taktik khusus dalam meperjuangkan
keinginankeinginan yang dimilikinya, yakni melalui advokasi.
7) Religious, or Peacemaking through Faith in Action, para pemuka agama yang
berada di banyak negara, secara umum mungkin hanya terlihat berperan sebagai
pengayom bagi masyarakat yang menganut agama yang sama dengan para
pemuka agama tersebut. Namun dalam MTD, para pemuka memiliki peran yang
lebih besar dari sekedar pengayom umatnya saja.
8) Funding or Peace-making through Providing Resources, kelompok ini dapat
dikategorikan sebagai kelompok penyedia dana dan banyak dihubungkan dengan
para filantropis yang bertugas untuk memfasilitasi track atau aktor-aktor yang
berjuang dalam mewujudkan perdamaian. Banyak di antara para lembaga donorini
juga aktif bekerjasama dengan para kelompok masyarakat dalam
memperjuangkan isu-isu tertentu. Misalnya isu lingkungan hidup, HAM, dan
kesetaraan gender.
9) Communications and the Media or Peacemaking through Information, sebagai
track terakhir, peran media dalam mewujudkan perdamaian sangatlah penting.
Media ibarat sebuah koin, memiliki 2 sisi, yakni sisi baik dan buruk. Media di
tangan seorang yang mencintai perdamaian akan memproduksi konten-konten
yang memperjuangkan perdamaian. Namun, apabila media berada di tangan
seorang yang menyukai pertikaian, maka media cenderung dipenuhi dengan
provokasi. Apalagi di saat sekarang, kemajuan teknologi informasi dan
informatika menjadikan media dapat mudah diakses dimanapun dan kapanpun.9
Dengan adanya revolusi teknologi informasi ini, diplomasi digital seringkali dikaitkan
dengan internet dan media sosial dalam berdiplomasi.Berkembangnya media sosial
menjadikan diplomasi digital pun semakin berkembang dan semakin memudahkan orang-
orang untuk berdiplomasi. Terutama di masa pandemic covid-19 saat ini. Diplomasi yang
9 Ilham Dadang K. Alexandra Frisca Mujiono. Multi Track Diplomacy: Teori dan Studi Kasus,
Kalimantan Timur: Mulawarman University Press, 2019
10Putri Athifah Fitriah, 21st Century Statecraft: Diplomasi Digital Amerika Serikat Era Presiden Obama,
Vol. 7, No. 2, 2017, https://ojs.unikom.ac.id/index.php/jipsi/article/view/552/395, 30 Maret 2021.
awalnya hanya dilaksanakan dalam bentuk tatap muka, sekarang dapat dilakukan melalui
media sosial yang ada, seperti facebook, twitter, instagram, dan lainnya.11Kemampuan
media sosial dapat memberikan kemudahan pada politik internasional dan juga aktivitas
sosial yang terjadi. Media sosial juga dapat menghubungkan tiap individu, negara, dan
aktor non-negara. Diplomasi menggunakan media sosial juga dapat menguntungkan aktor-
aktor yang terlibat di dalamnya karena terjadinya pertukaran ide atau gagasan lintas
wilayah yang dapat menciptakan komunikasi dua arah. Keuntungan tersebut dapat
membuat jangkauan informasi yang lebih luas dan juga tidak mengeluarkan biaya yang
sangat mahal. Diplomasi digital ini juga sering disebut dengan istilah e-diplomacy, cyber
diplomacy. Terdapat berbagai macam platform media sosial yang berpotensi sebagai alat
diplomasi dan penyebarluasan informasi,namun hanya beberapa yang popular digunakan
oleh para aktor diplomasi, salah satunya seperti twitter. Oleh karena itu diplomasi yang
dilakukan melalui platform twitter disebut juga dengan twiplomacy.
Konsep diplomasi digital ini lahir dari konsep diplomasi publik. Hal ini terjadi karena
adanya perkembangan teknologi informasi yang memudahkan dalam memperluas jaringan
yang mengakibatkan para aktor-aktor diplomasi dalam menjalankan perannya. Sehingga
hal tersebut kemudian juga berdampak terhadap praktik diplomasi dan upaya pemerintah
dalam meraih perhatian publik dengan tanpa adanya sekat diplomatik. Oleh karena itu,
diplomasi digital ini tidak hanya dilakukan oleh diplomat saja, melainkan individu
masyarakat atau influencer juga dapat melakukannya yang disebut sebagaimulti-track
diplomacy yang dimana entitas selain institusi pemerintah juga dapat melakukan
diplomasi12
Menurut Fergus Hanson (2012), diplomasi digital dapat dikaitkan dengan delapan
tujuan umum, seperti:13
11Sapta Dwikardana dkk, Transformasi Strategi Diplomasi di Era Digital: Identifikasi Postur
Diplomasi Digital di Indonesia,
http://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/4719/lpdsc189_Sapta
%20Dwikardana_Transformasi%20strategi%20diplomasi-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y, 30 Maret 2021,
hlm. 25-26.
12 Diplomasi Digital: Pencitraan Cina Lewat Media Sosial Selama Pandemi,
https://theconversation.com/diplomasi-digital-pencitraan-cina-lewat-media-sosial-selama-pandemi-139216,
30 Maret 2021.
13 Sapta Dwikardana dkk, Transformasi Strategi Diplomasi di Era Digital: Identifikasi Postur
Diplomasi Digital di Indonesia,
http://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/4719/lpdsc189_Sapta
%20Dwikardana_Transformasi%20strategi%20diplomasi-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y, 30 Maret 2021,
hlm.28.
Konsuler adalah wakil negara yang siap ditaruh di bagian negara yang sampai saat
ini belum merdeka. Hubungan konsuler dapat dibangun dengan mencapai kesepakatan
dengan negara asing. Perwakilan konsuler adalah layanan publik yang berlokasi di negara /
wilayah asing, tetapi hanya menangani urusan perdagangan dan transportasi, dan tidak
melibatkan masalah yang bersifat politik. Perwakilan konsuler tidak harus berada di negara
atau wilayah yang merdeka, tetapi juga dapat berada di wilayah tanpa pemerintahannya.
Banyak negara telah menandatangani perjanjian konsuler, yang menetapkan lokasi
konsulat dan luas wilayah kerja konsulat. Untuk keamanan wilayahnya, negara penerima
bebas menolak acara pembukaan konsulat dimana saja. Fungsi konsuler hanya terbatas
pada urusan administrasi. Menurut Pasal 5 Konvensi Wina, disebutkan bahwa tugas
seorang konsuler antara lain :
Hasil dari konvensi Wina (1963) memberi konsulat hak istimewa, kekebalan dan
kemudahan, dengan maksud untuk mempercepat dan memfasilitasi aktivitas mereka di
negara penerima. Adapun kekebalan dan hak istimewanya antara lain :
1. Kekebalan untuk memasuki wilayah kantor konsulat tidak dapat diganggu gugat
dan pejabat pemerintah daerah tidak diizinkan masuk kecuali izin kepala
perwakilan
2. Pembebasan penggunaan metode komunikasi untuk kegiatan resmi konsuler
3. Konsulat bebas berkomunikasi ke negara pengirimnya
4. Konsuler dinyatakan kebal kecuali kasus yurisdiksi kriminal
5. Pembebasan fiskal, kedutaan dan konsulat dibebaskan dari pajak nasional dan
lokal di negara tempat mereka berada
6. Konsuler bebas pajak untuk dirinya
7. Barang yang diimpor oleh perwakilan konsuler untuk keperluan konsuler resmi
dibebaskan dari bea masuk14
Diplomasi selebriti merupakan cara diplomasi yang kerap kita lihat akhir-akhir ini,
diplomasi dengan cara ini digunakan karena tidak dapat dipungkiri pengaruh media di abad
ke-21 memberikan dampak yang besar dalam menggiring opini dan mempengaruhi citra
negara, organisasi atau lembaga lainnya di hadapan publik.
Namun begitu, diplomasi selebriti juga tidak terlepas dari kritik yang menganggap
bahwa diplomasi selebriti tidak selalu kredibel, diplomasi selebriti juga dinilai hanya alat
kepopuleran yang digunakan untuk memanipulasi opini publik. Jika kita kembali ke tahun
1966 saat diplomasi selebriti pertama diperkenalkan, UNICEF mengadakan kerjasama
dengan Marlon Bando seorang aktor terkenal dari Amerika Serikat. Marlon saat itu dikenal
dengan komitmennya terhadap masalah keadilan, namun disisi lain ia juga menggunakan
pamor selebritinya untuk kemudian mendapatkan simpati politik.16
Diplomasi selebriti yang seperti layaknya dua ujung mata pedang tentu memerlukan
kehati-hatian dalam prosesnya. Hal tersebut patut kita pahami dan sadari bahwa tidak
semua selebriti paham dengan dinamika politik dan isu-isu global sehingga dalam
pemilihan duta atau diplomat selebriti diperlukan individu yang benar-benar memiliki
keahlian dan kemampuan di bidangnya.
1. Fungsi Representasi, yaitu diplomat mewakili suatu negara dalam negosiasi dan
mewakili negaranya sendiri di negara lain.
2. Fungsi negosiasi, yaitu negara dapat melakukan negosiasi atau negosiasi dengan
negara lain dengan adanya kegiatan diplomasi tersebut.
3. Fungsi pelaporan, yaitu sebagai bentuk pelaporan dan perlindungan kepentingan
negara dan warganya di negara lain.
Pada hakikatnya hukum diplomatik merupakan bagian dari hukum internasional, dan
beberapa sumber hukumnya sama dengan hukum internasional, seperti konvensi
internasional yang ada. Hukum diplomasi adalah hukum internasional yang mengatur
hubungan diplomatik antara negara merdeka dan negara kedaulatan penuh. Hukum
diplomatik kadang-kadang disebut "hukum diplomatik dan konsuler" karena tidak hanya
menjadi kriteria untuk pengelolaan perwakilan diplomatik, tetapi juga kriteria untuk
perwakilan konsuler. Hukum diplomatik juga erat kaitannya dengan pemberian kekebalan
khusus kepada pejabat diplomatik dan konsuler beserta keluarganya, dengan tujuan
melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka oleh negaranya masing-masing tanpa
adanya campur tangan apapun.
Jadi kesimpulan dari hukum diplomatik adalah hubungan antar negara yang diakui
sebagai perwakilan diplomatik dengan tujuan pertukaran misi diplomatik untuk
meningkatkan kerjasama dan persahabatan.17
Concerning Acquisition of Nationality, 1963) dibuat pada tanggal 24 April 1063 di Wina
dan mulai berlaku pada 19 maret 1967.18
Sumber utama hukum diplomatik dan konsuler adalah Konvensi Wina mengenai
Hubungan Diplomatik Tahun 1961 (Vienna Convention on Diplomatic Relations) dan
Konvensi Wina mngenai Hubungan Konsuler pada tahun 1963 (Vienna Convention on
Consular Relations). Dalam kedua Konvensi ini dinyatakan mengenai agen diplomatic atau
konsuler memiliki kekebalan dan keistimewaan agar mereka dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya secara maksimal. Dalam pelaksanaan hubungan internasional terdapat misi
diplomatik dan konsuler. Misi diplomatic memiliki beberapa fungsi seperti melindungi
kepentingan negara pengirim di negara penerima dengan cara-cara yang diberlakukan
berdasarkan hukum internasional dan bernegosiasi dengan pemerintah di negara penerima.
Sedangkan perwakilan konsuler merupakan dinas publik suatu negara yang terletak di luar
negeri yang hanya mengurusi masalah perdagangan dan pelayaran, bukan masalah yang
bersifat politis serta memiliki tugas mengurusui semua kepentingan negara pengirim di
negara penerima yang menyangkut berbagai bidang seperti bidang komersil, perkapalan,
dan melayani kepentingan warga negaranya di luar negeri yang bersifat keprdataan dan
tidak termasuk kepentingan politik. Indonesia adalah negara yang meratifikasi Konvensi
Wina 1961 dan 1963 sehingga Indonesia harus melaksanakan kewajiban berdasarkan
konvensi tersebut dan memberikan kekebalan bagi agen diplomatic dan konsuler.19
18 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Pengesahan Konvensi Wina mengenai Hubungan
Diplomatik beserta Protokol Opsionalnya Mengenai Hal Memperoleh Kewarganegaraan.( Sekretarian
Jendral DPR RI, 2016), hlm 1, https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/756 diakses pada 29 Maret 2021
19 Luh Putu Yeyen Karista Putri, Suatra Putrawan, “Pengujian Kekebalan Diplomatik Dan Konsuler
Amerika
Serikat Berdasarkan Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Studi Kasus Terhadap Putusan Mahkamah
Agung
Republik Indonesia No. 673k/Pdt.Sus/2012)”
ia dapat diadili oleh peradilan negaranya apabila hukum pidana negaranya memberikan
wewenang untuk mengadili dan menghukum kejahatn yang dilakukan warganegaranya di
luar negeri.20 Pada pasal 31 Konvensi Wina, pejabat diplomatic memiliki kekebalan
yurisdiksional, pidana, perdata dan administrative di negara penerima. Kecuali dalam hal-
hal seperti (a) tindakan yang nyata terkait dengan benda tetap milik pribadi yang terletak di
negara penerima, kecuali yang dikuasai atas nama negara pengirim untuk menjalankan
misi; (b) tindakan terkait agen diplomatic terlibat eksekutor, administrator, ahli waris
perseorangan dan tindak atas nama negara pengirim; (c) tindakan berupa aktifitas
professional dan komersil yang dilakukan di negara penerima di luar tugas resminya.21 Para
pejabat diplomat juga tidak membayar pajak di negara penerima.
Konvensi Wina 1963 memberikan kekebalan kepada para pejabat konsuler untuk
memperlancar dan mempermudah tugasnya. Hak istimewa dan kekebalan tersebut
diantaranya:22
1. Kekebalan terhadap kantor konsuler yang tidak boleh diganggu gugat serta
petugas negara setempat tidak diperkenankan masuk kecuali dengan izin kepala
perwakilan;
2. Kekebalan alat komunikasi yang dapat digunakan dengan bebas untuk kegiatan
resmi konsuler;
3. Kebebasan berkomunikasi antara konsulat dengan negara pengirimnya.
4. Kekebalan pribadi konsulat tetapi dalam keadaan tertentu pejabat konsuler tidak
kebal terhadap yurisdiksi criminal;
5. Kekbalan fiscal yang membebaskan kantor konsuler dari pajak nasional dan lokal
di negara penerima;
6. Bebas dari pajak pribadi;
7. Pembebasan bea masuk terhadp barang yang diimpor oleh perwakilan konsuler
untuk keperluan resmi.
Dalam wacana dan teori hubungan internasional, soft power sendiri relatif baru dikenal
dalam pelaksanaan politik luar negeri dan diplomasi, termasuk dalam resolusi konflik.
Joseph Nye, Jr., mendefinisikan soft power sebagai suatu kekuatan immaterial yang lebih
menekankan pada citra non-kekerasan, dibandingkan dengan hard power yang lebih
mengedepankan tindakan militer dan sanksi (Nye, 2004: 5). Pedenkatan soft powe lebih
menekankan pada kekuatan non-militer, soft power lebih mengutamakan pendekatan
dengan kekuatan non-fisik yang berhubungan dengan “citra” suatu negara. soft power
memengaruhi pihak lain dengan cara membangun citra positif dan nilai (value). Sumber-
sumber kekuatab untuk membangun citra positif dapat dilakukan dengan promosi nilai-
nilai yang terkadnung dalam kebudayaan, cita-cita politik (seperti demokrasi), dan ide
besar yang terkandung dalam kebijakan politik (Nye, 2006: 10-13)
Pendekatan soft power ini jika diterapkan dalam hubungan antar negara, terutama
dalam hubungan antar negara yang kuat dan negara yang lemah, dipercaya lebih efektif
untuk memengaruhi negara lain. Mengingat soft power lebih menekankan upaya
mencitrakan diri secara positif melalui kebudayaan, nilai dan ide besar dalam kebijakan
politik, maka negara yang lebih lemahpun tidak akan merasa ditekan secara politik ketika
ia dipengaruhi oleh negara kuat. Kalaupun negara lemah tersebut terpengaruh oleh negara
lain, itu lebih karena negara lemah tersebut merasa kagum atau memiliki kesan positif
terhadap ide dan nilai yang dipromosikan oleh negara lain.
Dalam konteks relasi antar-negara, hubungan baik akan lebih mudah dicapai bila
dilakukan melalui pendekatan soft power, karena soft power lebih mengedepankan
pencitraan diri dengan menumbuhkan kekaguman/ketertarikan (charms) tanpa kekerasan
(disarms). Disadari bahwa mulanya soft power ini diperkenalkan oleh Nye untuk
menjelaskan interaksi hubungan politik antar-negara: bagaimana suatu negara dengan
segala kehebatannya, baik nilai dan kebijakan di bidang politik, ekonomi, maupun sosial
budaya, dapat memengaruhi negara lain, sehingga yang terakhir ini secara sukarela
mengikuti keinginan pihak pertama, misalnya mencontoh kebijakan atau kerja sama karena
didorong oleh kekaguman.23
Power Politik dalam diplomasi terbagi menjadi tiga macam, Soft power, Hard power,
dan smart power, dari ketiga definisi menegenai power bermakna dan berfokus mengenai
penjelasan penggunaan power oleh suatu actor terhadap actor lainnya. Sedangkan maksud
dari hard power lebih menekankan pada paksaan dan sanksi, ada beberapa definisi –
definisi mengenai apa itu hard power. Joseph S.Nye menjelaskan bahwa hard power adalah
menggunakan kekuatan dengan cara paksaan dan berupa pembayaran”
23 Dr. Darmansjah Djumala, M.A. (2013) “soft power unutk Aceh resolusi konflik dan politik
desentralisasi” hal. 3-5
untuk mematuhi keinginan suatu Negara atau meyakinkan Negara lawan untuk mematuhi
Negara tersebut dengan cara melalui ancaman atau penggunaan kekuatan, tujuan diplomasi
hard power adalah menunjukkan kekuatan yang besar berupa kekuatan militer, dan
berusaha membunuh musuh atau mengalahkan musuh terhadap lawannya, hard power juga
sangat bertumpu pada pemberian sanksi di suatu Negara atau penggunan aksi militer di
suatu Negara. Kekuatan hard power bersifat absolute bersifat mutlak (zero sum-game).
dengan pondasi kekuatan yang keras, ketakutan, kesedihan dan kecurigaan. Dari
penjelasan ini bisa disimpulkan bahwa hard power merupakan penggunaan paksaan,
sanksi, kekuatan dan paksaan melalui intervensi militer, diplomasi paksaan dan sanksi
ekonomi24
Pemaknaan power bukanlah hanya sebatas ‘hard power’ yang hanya mencakup aspek
militer dan ekonomi. Menurut Nye, perubahan yang terjadi adalah power menjadi kurang
tangible dari sebelumnya, menarik pihak lain dan mempengaruhinya, serta power adalah
bentuk budaya yang mengakar dalam ideologi di dalam suatu institusi. Power suatu negara
haruslah bersifat atraktif dibading koersif melalui pendekatan budaya, ideologi politik, dan
kebijakan. Dalam konteks ini, power yang dimaksud disebut sebagai ‘soft power’ (Meyer,
2007). Namun, dengan munculnya ‘soft power’, bukan berarti ‘hard power’ sama sekali
hilang. Tidak bisa dipungkiri, tidak semua permasalahan dapat diselesaikan melalui cara-
cara ‘halus’. Rencana Presiden Kim Jong Un untuk menguji coba nuklir tidak dapat
dihentika begitu saja meskipun dia menyukai film hollywood. Perang sektarian di Afrika
tidak dapat selesai hanya dengan keberadaan McDonald di sana. Penyelesaian masalah
terorisme tanpa ada tindakan militer hanya mendatangkan kesia-siaan. ‘Hard power’ dapat
meningkatkan pengaruh dari ‘soft power’. Sebaliknya, melalui ‘soft power’ cengkaraman
‘hard power’ dari satu negara ke negara lain dapat lebih kuat dan efektif.
struktur yang multipolar bahkan lebih rumit dengan keterlibatan banyaknya aktor-aktor
non-negara yang berperan (Nye, Get Smart: Combining Hard and Soft Power, 2009).
Penerapan ‘smart power’ tercermin dalam formulasi kebijakan luar negeri Amerika
Serikat pada rezim Obama saat ini. Tujuan kebijakan luar negeri AS adalah menjaga 1)
keamanan rakyat AS, negara, dan sekutunya; 2) mempromosikan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan merata di dalam dan luar negeri; 3) memperkuat posisinya dalam
kepemimpinan global untuk melindungi bumi dan menjunjung tinggi martabat individu; 4)
menjaga dan memajukan nilai-nilai AS. Tujuan-tujuan tersebut dicapai dengan cara: 1)
Penggunaan daya tawar strategis AS; 2) Bekerja sama dengan partner militer dan agen
pemerintah AS; 3) Berpartner dengan NGO, pihak swasta, dan Organisasi Internasional; 4)
Menggunakan teknologi modern untuk berkomunikasi dengan masyarakat luas; 5)
Menitahkan negosiator yang dapat menjaga kepentingan AS dari partner negosiasinnya
(Clinton, 2009).
Dalam kaitannya dengan Tujuan Nasional Indonesia sesuai yang diamanatkan pada
Pembukaan UUD 45 alinea ke-4 khususnya yang berkaitan dengan upaya untuk
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan juga melaksanakan ketertiban dunia dapat
dilaksanakan dengan menerapkan smart power yang proporsional. Penerapan smart power
dalam mencapai tujuan ini membutuhkan angkatan bersenjata yang kuat sebagai hard
power yang diiringi oleh berbagai upaya soft power dengan mengedepankan diplomasi
pada berbagai bidang militer termasuk di dalamnya adalah dengan melaksanakan airpower
diplomacy.Airpower adalah kemampuan untuk memproyeksikan kekuatan militer di udara
atau ruang angkasa oleh atau dari suatu wahana yang beroperasi di atas permukaan bumi.
Sedangkan airpowerdiplomacy dapat dipahami sebagi pembangun partnership oleh
angkatan udara. Airpower diplomacy dibentuk oleh penerapan soft power yang berguna
dalam memperkuat hubungan internasional yang sudah ada dan membentuk sebuah
hubungan baru. Sedangkan menurut Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan
prajurit TNI harus dapat membedakan kekuatan militer yang soft power dan hard
power.dengan membedakan dua cara kekutana militer tersebut,dan jika dapat di padukan
,inilah yang di sebut strategi TNI yang smart power.”paduan penggunaan soft power dan
hard power inlah yang kita sebut dengan smart power ,harus jadi mindset dan strategi dan
Tentara Nasional Indonesia sekarang dan ke depan”
Adapun bagi sebuah negara adidaya seperti Amerika Serikat, airpower diplomacy
adalah sebuah alternative effectif cost bagi penggunaan kekuatan persenjataan. Bentuk
diplomasi yang telah diterapkan adalah pelatihan dan dukungan pada angkatan udara
negara berkembang, humanitarian relief seperti keterlibatan pada musibah gempa dan
tsunami di Samudra India pada tahun 2004, badai cyclone di Burma pada tahun 2008,
gempa di Jogjakarta pada tahun 2009 dan gempa di Jepang pada tahun 2011. Banyak
pengamat menilai airpower diplomacy yang telah diterapkan Amerika Serikat dalam
berbagai misi kemanusiaan tersebut ikut berperan dalam memperbaiki hubungan antara
Amerika Serikat dengan negara- negara yang tertimpa musibah pada saat itu yaitu Jepang
dan Indonesia.
Di Indonesia, penerapan dari airpower menjadi domain dari TNI Angkatan Udara yang
mengkoordinasikan berbagai elemen yang ada untuk digunakan semaksimal mungkin
dalam mencapai tujuannasional. Indonesia telah menerapkan airpower diplomacy sebagai
bagian dari smart power pada beberapa misi humanitarian seperti bencana gempa di
Irandan di Pakistan, badai tropis Nargis di Myanmar, bencana longsor di Filipina serta
yang baru-baru ini dilaksanakanya itu pengiriman bantuan kemanusiaan di Myanmar
dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut TNI AU yang terbukti sangat efektif.
Diplomasi angkatan udara juga telah diterapkan dalam berbagai kegiatan joint operation
dalam mengamankan Selat Malaka yang dilakukan bersama antara TNI AU dengan
angkatan udara dari Malaysia, Singapura dan Thailand. Demikian juga dalam bentuk
latihan bersama maupun kegiatan lain berupa pertukaran perwira, kunjungan, seminar dan
lainnya. Penempatan seorang Atase Udara Indonesia di berbagai negara sahabat dan
penerimaan personel angkatan udara negara sahabat secara resiprokal juga merupakan
perwujudan dari airpower diplomacy.
Bagi sebuah negara berkembang dengan keterbatasan alutsista angkatan udara yang
dimiliki, tentu saja airpower diplomacy menjadi pilihan yang efektif dalam menjaga
hubungan dan kerjasama internasional sehingga tujuan nasional dalam keamanan bangsa
dan negara dapat terwujud.
PENUTUP
Kesimpulan
Diplomasi merupakan suatu kegiatan untuk menjalim hubungan antar negara dan juga
membangun citra negara. Setelah beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
diplomasi juga merupakan suatu perpaduan ilmu dan seni untuk benegosiasi baik itu dari
segi politik, ekonomi, perdagangan, pertahanan, militer, dan sosial. Kita bisa melakukan
diplomasi kecil-kecilan yaitu sesama manusia dan bisa juga di lakukan oleh antar negara
yang mana seseorang yang telah di pilih resmi oleh negara untuk menjadi sebagai utusan
negara dalam pertemuan atau menjalani tugas di luar negeri asalnya dan dia biasanya di
sebut diplomat. Dapat dilihat juga beberapa negara berbeda-beda dalam menentukan
bagaimana cara mereka menuju kepentingan yang ingin dicapai. I erdapat berbagai cara
untuk mencapai kepentingan hal tersebut dapat berupa soft power, hard power, dan bahkan
setelah perkembangan terbentuklah yang dinamakan smart power. Hal tersebut tentu
membantu setiap negara membentuk kerjasama dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku
Djumala, Darmansjah. 2013.“soft power unutk Aceh resolusi konflik dan politik
desentralisasi” p. 3-5
Referensi Internet
Luh Putu Yeyen Karista Putri, Suatra Putrawan, “Pengujian Kekebalan Diplomatik Dan
Konsuler Amerika Serikat Berdasarkan Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Studi
Kasus Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.
673k/Pdt.Sus/2012)”
PGv4-C3J3MFDthttps://www.google.com.sg/url?
q=https://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/article/view/13082&sa=U&ved=2ah
UKEwit4LnbuNfvAhUjmeYKHaELBrEQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw3j8ttuyfP
PGv4-C3J3MFDt diakses pada 29 maret 2021.
K. Ilham Dadang. Alexandra Frisca Mujiono. “Multi Track Diplomacy: Teori dan Studi
Kasus, Kalimantan Timur: Mulawarman University Pres”. 2019
Putri Athifah Fitriah, 21st Century Statecraft: Diplomasi Digital Amerika Serikat Era
Presiden Obama, Vol. 7, No. 2, 2017,
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/jipsi/article/view/552/395, 30 Maret 2021
Wuylandar, Ganewati. et al., Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Arus Perubahan
Politik Internasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, p. 112 Kementrian
Perdagangan Republik Indonesia, "LAMPIRANPERATURAN MENTERI
PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN
2020TENTANGRENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERDAGANGAN
TAHUN 2020-
2024,"https://www.kemendag.go.id/storage/article/content_upload/transparansi_kerja
/PERMENDAG%20NOMOR%2046%20TAHUN%202020-compress.pdf,