Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASPEK HUKUM

Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis

Dosen Pengampu: Dr. Sufyati S.H, SE., M.Si

Disusun Oleh:

Muhammad Fadhil 1810116009


Muhammad Duta Kamal 1810116020
Ibrahim 1810116048

Program Studi Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

T.A 2020-2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kekuatan dan petunjuk sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aspek Hukum” tepat pada
waktunya. Tak lupa Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi besar Muhammad
SAW sebagai panutan yang baik.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Studi Kelayakan Bisnis. Selain itu, makalah ini disusun dengan bentuk yang mudah dipahami
mengenai aspek yuridis kelayakan bisnis dan proses perijinan serta jenis badan usaha, langkah
dalam mendirikan suatu badan usaha, bentuk legalitas perusahaan dan manfaat legalitas.

Penyusun menyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna
baik dari segi penyusunan maupun isi di dalamnya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk bisa lebih baik kedepannya. Akhir kata semoga
penulisan makalah ini dapat memberikan wawasan bagi pembaca dan bisa memberi mamfaat
kepada kita semua.

Jakarta, 4 Maret 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Badan usaha atau perusahaan adalah kesatuan dari sekelompok orang atau modal
yang memiliki aktivitas yang bergerak dibidang perdagangan atau bidang usaha
lainnya dengan bertujuan untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Suatu badan
usaha / perusahaan memerlukan adanya legalitas perusahan yang merupakan sumber
informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan mengenai identitas dan hal-
hal yang menyangkut dunia usaha dan perusahaan yang didirikan, bekerja serta
berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia.
Legalitas suatu perusahaan atau badan usaha adalah merupakan unsur yang
terpenting, karena legalitas merupakan jati diri yang melegalkan atau mengesahkan
suatu badan usaha sehingga diakui oleh masyarakat. Dengan kata lain, legalitas
perusahaan harus sah menurut undang-undang dan peraturan, di mana perusahaan
tersebut dilindungi atau dipayungi dengan berbagai dokumen hingga sah di mata
hukum pada pemerintahan yang berkuasa saat itu.
Keberlangsungan suatu usaha dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah keberadaan unsur legalitas dari usaha tersebut. Dalam suatu usaha, faktor
legalitas ini berwujud pada kepemilikan izin usaha yang dimiliki. contoh dokumen
yang mendukung syahnya perusahaan tersebut adalah antara lain: akte pendirian
perusahaan tersebut oleh notaris dan di umumkan dilembaran negara, nomor pokok
wajib pajak persahaan, surat izin usaha, izin ganguan, izin lokasi, izin lingkungan,
dan banyak izin-izin lainnya sesuai bidang usahanya masing-masing
Perusahaan sebagai wahana pembangunan perekonomian diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan
peraturan perun dang-undangan. Dalam menjalankan kegiatan bisnis dalam tatanan
hukum bisnis di Indonesia dikenal tiga jenis badan usaha, yaitu badan usaha swasta,
badan usaha milik negara dan koperasi. Yang dikatakan dengan badan usaha atau
perusahaan menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib
Daftar Perusahaan adalah: setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan.
Dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan
dana atau laba.
Maka dari itu apabila seseorang ingin membuat badan usaha / perusahan haruslah
belajar terlebih dahulu mengenai aspek hokum dari badan usaha agar badan usaha
anda tidak dihentikan atau diseger oleh pemerintah dikarenakan badan usaha anda
tidak memiliki surat izin usaha perusahaan maupun tanda daftar perusahaan.

2. Rumusan Masalah
1) Apa aspek yuridis dalam studi kelayakan bisnis?
2) Bagaimana proses perijinan?
3) Apa jenis-jenis badan usaha?
4) Bagaimana langkah-langkah mendirikan badan usaha?
5) Apa bentuk-bentuk legalitas perusahaan?
6) Apa manfaat legalitas?
3. Tujuan
1) Apa aspek yuridis dalam studi kelayakan bisnis?
2) Bagaimana proses perijinan?
3) Apa jenis-jenis badan usaha?
4) Bagaimana langkah-langkah mendirikan badan usaha?
5) Apa bentuk-bentuk legalitas perusahaan?
6) Apa manfaat legalitas?
4. Manfaat
1) Dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan masyarakat akan aspek
hokum badan usaha.
2) Diharapkan dapat memberikan kontribusi dan referensi masyarakat dalam
pembuatan badan usaha yang ingin didirikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Aspek yuridis dalam studi kelayakan bisnis
Untuk menghindari adanya proyek fiktif atau perusahaan-perusahaan yang beroperasi
secara illegal dalam penyusunan studi kelayakan bisnis, maka diperlukan aspek legal yuridis.
Kata illegal yang dimaksud ialah apabila suatu perusahaan tidak memiliki ijin usaha atau proyek
yang bidang usahanya dilarang oleh Pemda/ Negara/ wilayah setempat. Aspek yuridis juga
mencakup beberapa penyusunan, seperti:
1. Bentuk badan hokum perusahaan
2. Legalitas pelaksanaan proyek
3. Identitas pelaksanaan proyek
4. Lokasi pelaksanaan proyek
5. Waktu pelaksanaan proyek
6. Cara pelaksanaan proyek
Bentuk badan hokum perusahaan
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa bentuk usaha, yaitu:
a. Perusahaan perorangan
Merupakan bentuk usaha yang tidak memiliki badan hokum. Usaha ini dimiliki oleh satu
orang dan oleh karena itu segala pengelolaan serta pengawasan usahanya dilakukan oleh
pemilik sendiri. Dimana keuntungan diterima sepenuhnya oleh pemilik, serta kerugian
juga ditanggung sepenuhnya oleh pemilik.
b. Firma
Suatu bentuk perkumpulan usaha yang didirikan oleh beberapa orang. Semua anggota
memiliki tanggung jawab yang sama termasuk tanggung jawab terhadap hutang maupun
memikul kerugian yang mungkin terjadi. Serta jika salah seorang anggota mengundurkan
diri, maka firma tersebut secara otomatis bubar.
c. Perusahaan komanditer (CV)
Suatu persekutuan yang didirikan oleh beberapa orang yang masing-masing menyerahkan
sejumlah uang dengan jumlah yang tidak perlu sama. Terdapat 2 macam sekutu usaha,
yaitu yang bersedia mengelola perusahaan dan yang hanya menanamkan dananya dalam
perusahaan.
d. Perseroan terbatas (PT)
Badan usaha yang berbentuk PT melibatkan beberapa orang yang menanamkan dananya
ke perusahaan sebagai tanda kepemilikan (saham) atas perusahaan yang bersangkutan.
Terdapat 2 macam pemegang saham, yaitu pemegang saham preferen dan pemegang
saham biasa.
e. Koperasi
Merupakan suatu usaha yang bergerak dalam bidang ekonomi untuk kesejahteraan
anggotanya.
Ketika melakukan penyusunan studi kelayakan bisnis, perlu mengetahui bentuk badan
usaha dari proyek karena masing-masing jenis bentuk usaha memiliki karakteristik yang berbeda
sehingga perlu dilakukan analisis yuridis secara berbeda.
Legalitas perusahaan
Legalitas yang dimaksud adalah apakah pendirian dan operasional perusahaan telah
memenuhi ketentuan-ketentuan pemerintah, seperti ketika memiliki:
1. Pengesahan perusahaan oleh Menteri Kehakiman
2. Tanda daftar perusahaan, surat ijin usaha perdagangan, nomor pokok wajib pajak,
keanggotaan/ sertifikasi yang dikeluarkan oleh asosiasi, dan lain-lain.
3. Untuk beberapa usaha tertentu diperlukan ijin gangguan (HO), dan analisa dampak
lingkungan (AMDAL)
4. Untuk eksportir/ importer diperlukan surat ijin khusus yang dipersyaratkan bagi eksportir/
importer
Ketentuan hokum yang terkait dengan legalitas rencana bisnis yang hendak dilakukan
oleh perusahaan, meliputi:
a. Izin lokasi
b. Akte pendirian perusahaan dari notaris
c. Pengesahan surat pendirian perusahaan dari pengadilan tinggi setempat
d. Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
e. Surat tanda daftar perusahaan
f. Surat izin tempat usaha dari pemerintah daerah setempat
g. Surat tanda rekanan dari pemerintah setempat
h. Surat izin usaha perdagangan (SIUP)
Identitas pelaksanaan proyek
Identitas pelaksanaan proyek perlu diteliti apakah ketentuan/ perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia telah terpenuhi. Hal ini perlu dilakukan dalam penelitian, misalnya:
1. Kewarganegaraan
2. Informasi bank
3. Keterlibatan perkara pidana/ perdata
4. Hubungan keluarga antar pengurus
Lokasi pelaksanaan proyek
Dalam penelitian,perihal lokasi lebih dititik beratkan pada perencanaan wilayah dan
status kepemilikan tanah.
Waktu pelaksanaan proyek
Proyek baru dapat melaksanakan kegiatan operasional apabila seuruh ijin terkait telah
lengkat dan masih berlaku.
Syarat pelaksanaan proyek
Pada beberapa proyek dibutuhkan tambahan dana pinjaman yang bersumber dari bank,
modal ventura, lembaga leasing, atau pihak ketiga lainnya. dimana biasanya terdapat beberapa
syarat khusus yang ditentukan oleh pihak kreditor dan harus dipenuhi oleh pelaksanaan proyek
sebagai debitor.

Proses perizinan
Sebelum kegiatan investasi dilakukan, perlu diperhatikan lokasi usaha yang akan
dibangun, dimana tidak akan terlepas dari pengaruh yang dapat merugikan perusahaan jika tidak
dipersiapkan dengan baik. Kemudian juga masalah pada perencanaan wilayah dan status tanah.
Dimana pada perencanaan wilayah, lokasi proyek harus disesuaikan dengan rencana wilayah
yang telah ditetapkan pemerintah agar mudah mendapatkan surat izin yang diperlukan. Lalu juga
perlu memperkirakan situasi dan kondisi lokasi pada waktu yang akan dating. Kemudian pada
status tanah tempat proyek harus jelas kepemilikannya, dan tidak akan menjadi masalah
kedepannya. Untuk mencari informasi status tanah tersebut dapat menghubungi kantor badan.
Setiap pelaksanaan suatu usaha, diperlukan perizinan. Dimana kompleksitas perizinan ini
bergantung pada badan usaha yang akan dibentuk, keterkaitan dengan pihak lain, produk yang
dihasilkan, sumber matrial yang akan digunakan, dan sumber permodalannya. Untuk
mendapatkan legalitas usaha sendiri, perlu adanya persiapan dalam perizinan sebelum
menjalankan usaha, antara lain:
1. Akta pendirian
Biasanya dalam bentuk akta notaris yang berisi keputusan pendirian oleh pendiri tentang
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga badan hokum usaha.
2. Surat keterangan domisili usaha
Surat ini dikeluarkan kepala desa sebagai bukti terkait persetujuan dari penguasa daerah
setempat. Yang mana sebelum mendapat perizinan, pihak terkait membutuhkan tanda
tangan persetujuan dari warga yang tinggal di sekitar lokasi usaha atau persetujuan
RT/RW setempat.
3. NPWP
NPWP dikeluarkan oleh kantor dinas pajak daerah tempat lokasi usaha yang didirikan.
Untuk mendapatkan NPWP, badan hokum harus menyiapkan akta notaris pendirian yang
berisi AD/ART, fotokopi KTP pemilik, dan surat keterangan domisili usaha.
4. TDP
Dalam UU no.3 tahun 1983 mewajibkan setiap pengusaha di Indonesia untuk
mendaftarkan perusahaannya di departemen industry dan perdagangan. Perusahaan
tersebut kemudia diberi nomor TDP.
5. TDUP dan SIUP
Dalam surat keputusan menteri peristundrian dan perdagangan
no.408/MPP/KEP/10/1997, setiap perusahaan di Indonesia wajib memperoleh perizinan
di bidang perdagangan yaitu SSIUP yang dikeluarkan kepala kantor departemen
peristundrian dan perdagangan. Dalam hal ini, selain perizinan bersifat umum, ada pula
perizinan yang bersifat khusus, yaitu bersifat sektoral.

Jenis-jenis badan usaha


1. BUMN
Badan Usaha Milik Negara atau bisa disebut BUMN adalah badan usaha yang modalnya
sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh pemerintah. karyawan yang bekerja di BUMN
tidak disebut pegawai negeri atau PNS melainkan karyawan BUMN. Bentuk badan usaha
ini di bagi menjadi tiga yaitu:
a. Perusahaan Jawatan
Salah satu bentuk badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki oleh pemerintah.
Badan usaha ini memiliki fokus untuk membuat sejahtera masyarakat melalui
pengabdian dan pelayanan. Hal tersebut dilakukan tanpa mengabaikan poin-poin
esensi, efektivitas, ekonomi serta pelayanan yang baik. Karena fokusnya ini perjan
tidak mendapat pemasukan untuk kebutuhan operasionalnya. Bentuk BUMN ini
sudah tidak dipergunakan dan contoh perjan adalah Perusahaan Jawatan Kereta Api
yang sekarang sudah menjadi PT. KAI.
b. Perusahaan Umum
Perusahaan Umum atau yang bisa disebut perum ini kepemilikannya sepenuhnya
dimiliki oleh negara. Perum memiliki tujuan untuk kemanfaatan dalam hal yang
umum, baik dalam bentuk jasa maupun barang. Kegiatan perusahaan umum juga
harus memperhatikan kualitas serta keuntungan dengan asas pengelolaan perusahaan.
Karyawannya berstatus sebagai pegawai negeri. Walaupun perum ini sudah
berorientasi kepada laba tetapi tetap terjadinya kerugian. Contoh dari perum adalah
Perum Pegadaian yang sekarang menjadi PT Pegadaian.
c. Perusahaan Milik Perseorangan
Perusahaan Milik Perseorangan atau Persero ini memiliki bentuk perseroan terbatas
dan memiliki tujuan untuk melayani masyarakat sekaligus mencari keuntungan
dengan harapan tidak akan terjadi kerugian. Ciri-ciri dari Persero adalah bersifat
komersial karena bertujuan mencari keuntungan.
2. BUMS
Badan Usaha Milik Swasta atau bisa disebut BUMS adalah jenis usaha yang didirikan
oleh seseorang atau sekelompok orang. Berdasarkan UUD 1945 pasal 33, bidang usaha
yang diberikan kepada pihak swasta bertugas mengelola sumber daya ekonomi yang
bersifat tidak vital dan strategis atau tidak menguasai hajat hidup orang banyak. Bentuk
dari BUMS terbagi menjadi:
a. Firma
Firma adalah badan usaha yang didirikan oleh 2 orang atau lebih yang dimana setiap
anggota memiliki tanggung jawab penuh atas perusahaan. Modal berasal dari anggota
pendiri dan keuntungannya dibagikan secara merata kepada anggota perusahaan
sesuai dengan perjanjian. Ciri-ciri dari firma adalah semua anggota firma aktif dalam
menjalankan bisnisnya.
b. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan Perseorangan adalah badan usaha yang semua kegiatan, modal dan
manajemennya diatur oleh satu orang, biasanya orang tersebut menjadi direktur
perusahaannya sehingga memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas. Ciri-ciri nya
adalah kelangsungan hidup usaha bergantung pada pemilik perusahaan, modal tidak
besar dan pengelolaan sederhana.
c. Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas atau yang sering dibilang PT adalah badan usaha yang dilindungi
oleh hokum dengan modal yang terdiri dari saham, seseorang yang dapat dikatakan
sebagai pemilik apabila memiliki sebagian saham sebesar yang ditanamkannya.
Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 perihal PT, disebutkan bahwa perusahaan
berjenis Perseroan Terbatas adalah badan usaha yang berbentuk badan hokum yang
didirikan berdasarkan perjanjian dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya telah dibagi dalam saham, atau bisa disebut juga sebagai persekutuan
modal. Pemilik modal saham bisa menjual sahamnya kepada orang lain. Oleh karena
itu, dalam PT sangat dimungkinkan terjadinya perpindahan kepemilikan perusahaan
tanpa harus membubarkan dan mendirikan ulang.
d. Persekutuan Komanditer
Persekutuan Komanditer atau biasa disebut CV (Commanditaire Vennootschap)
adalah badan usaha yang dibentuk oleh dua orang atau lebih. Keanggotaan dalam CV
ini dibagi menjadi dua yaitu sekutu aktif (komplementer) dan sekutu pasif
(komanditer). Sekutu aktif adalah sekutu yang mengelola suatu perusahaan sekaligus
memiliki hak untuk membuat perjanjian dengan pihak ketiga. Sedangkan sekutu pasif
adalah sekutu yang hanya menyerahkan modal tetapi tidak ikut campur dalam hal
pengelolaan perusahaan
3. Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang didasari oleh asas-asas kekeluargaan. Anggotanya
adalah orang-orang atau badan hokum koperasi. Berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 1922
mengenai perkoperasian bahwa:
 Koperasi bersifat terbuka, demokratis dan mandiri
 Memberikan balasan atas jasa terhadap pemodal
 Pendidikan dalam perkoperasian
 Kolaborasi antar suatu koperasi
4. Yayasan
Yayasan adalah badan usaha yang tidak mencari keuntungan dan cenderung lebih
mengutamakan kepentingan sosial dan memiliki badan hokum sendiri. Keberadaan
Yayasan sering membantu terciptanya keseimbangan sosial dalam masyarakat.

Langkah-langkah mendirikan badan usaha


Badan usaha adalah kebutuhan pokok bagi pelaku usaha yang ini membuat perusahaan yang
besar. Adapun langkah-langkah dalam mendirikan suatu badan usaha adalah:

1. Membuat Akta Perusahaan


Akta perusahaan merupakan dokumen yang dibuat dan disahkan oleh notaris terkait
dengan usaha untuk mendirikan sebuah perusahaan, baik itu perusahaan yang berbadan
hokum maupun perusahaan yang tidak berbadan hokum. Akta pendirian perusahaan ini
harus dibuat dan ditandatanganin oleh notaris yang berwenang di seluruh wilayah
Indonesia. Akta penting karena akta adalah identitas dari usaha yang dijalankan.
2. Mendapatkan Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU)
Surat ini dikeluarkan oleh kantor kelurahan atau desa, dimana perusahaan berada. Dan
setelah itu Camat akan menerbitkan surat keterangan yang sama. Persyaratan untuk
mendapatkan SKDU, yaitu fotokopi PBB tahun terakhir, Perjanjian Sewa atau kontrak
tempat usaha bagi yang berdomisili bukan di gedung perkantoran, KTP direktur, serta
IMB jika PT tidak berada di gedung perkantoran. berdasarkan Peraturan Menteru Dalam
Negeri No.19/2017 dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 503/6491/SJ pada 17
Juli 2019. Dalam praktek secara umumnya, dokumen ini digantikan dengan Surat
Pernyataan Domisili Usaha (SPDU), yang dibuat sendiri oleh permohonan perizinan
(pemilik dan penanggung jawab utama suatu usaha).
3. Mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak atau biasa disebut NPWP adalah nomor yang diberikan
kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi pajak dan dipergunakan sebagai
identitas wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya. Persyaratan dalam membuat
NPWP adalah salinan akta perusahaan dan surat keterangan domisili. Permohonan
pendaftaran NPWP diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan
keberadaan domisili Badan Usaha. Persyaratan lainnya yang dibutuhkan yaitu, NPWP
pendiri badan usaha, fotokopi KTP Direktur (fotokopi Paspor bagi WNA, khusus PT
PMA), SKDU, dan akta pendirian badan
4. Mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB)
Nomor Induk Berusaha adalah identitas pelaku usaha yang diterbitkan oleh lembaga
OSS, setelah pelaku usaha mendaftarkan yang berbentuk tigas belas digit angka acak
yang diberi pengaman dan disertai tanda tangan elektronik. NIB ini berlaku sebagai
Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Angka Pengenal Importir (API), dan Akses
Kepabeanan.
5. Mengurus Izin Usaha/Izin Komersial
Setelah mendapatkan NIB maka OSS akan mengeluarkan dua tahap izin yaitu izin usaha
dan izin komersial. Izin usaha ialah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk
memulai usaha sedangkan izin komersial adalah izin yang dikeluarkan oleh lembaga OSS
setelah pelaku mendapatkan izin usaha dan akan melakukan kegiatan usahanya.

Bentuk-bentuk Legalitas Perusahaan


a) Nama Perusahaan
Nama perusahaan mewakili identitas/jati diri dalam menjalankan usahanya yang
digunakan oleh perusahaan. Nama perusahaan terpaku pada bentuk badan usaha atau
perusahaan tersebut, diketahui oelh masyarakat, sebagai perusahaan tertentu yang
dipribadikan, serta dapat membedakan perusahaan tersebut dengan yang lainnya.
Nama perusahaan melekat pada perusahaan sehingga tidak dapat dipisahkan
dengan perusahaan tersebut. Jika perusahaan tersebut lenyap, maka nama perusahaan pun
akan lenyap juga.
Penamaan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Berdasarkan nama pribadi pengusaha
b. Berdasarkan jenis usaha yang dilakukannya
c. Berdasarkan tujuan didirikannya
Indonesia menganut asas-asas mengenai pemberian nama suatu perusahaan. Asas-asas
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pembauran nama perusahaan dengan nama pribadi
b. Pembauran bentuk perusahaan dengan nama pribadi
c. Larangan memakai nama perusahaan orang lain
d. Larangan memakai merek orang lain
e. Larangan memakai nama perusahaan yang menyesatkan

Setiap nama perusahaan yang diciptakan wajib disahkan, pengesahan dimlai sejak
dibuatnya akta pendirian di depa notaris, diumumkan di Berita Negara dan didaftarkan
dalam daftar perusahaan. Jika tidak ada pihak lain yang keberatan atau menyangkal atau
pemakaian nama perusahaan tersebut, itu berarti sudah ada pengakuan dan nama tersebut
menjadi legal atau sah untuk dipergunakan oleh perusahaan yang mendaftarkannya.
Sebaliknya jika ada pihak yang menyangkal, membantah atau tidak mengakui nama
perusahaan yang didaftarkan, pihak tersebut bisa melayangkan keberatan secara tertulis
kepada Menteri Perdagangan mengenai nama yang didaftarkan dengan menyebutkan
alasannya. Keberatan itu diberitahukan kepada pengusaha yang bersangkutan dan kantor
tempat pendaftaran perusahaan. Menteri kemudian akan memberi keputusan setelah
mendengar para pihak yang berkepentingan. Jika ternyata beralasan, menteri akan
membatalkan pendaftaran yang berarti tidak mengesahkan nama perusahaan tersebut.

b) Merek
Merek adalah alat untuk membedakan barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu
perusahaan. peraturan tentang merek diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001. menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek adalah
tanda berupa gambar, susunan warna, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda, dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Merek dapat disebut merek jika memenuhi syarat mutlak berupa terdapat daya
pembeda yang cukup (capable of distinguishing), maksudnya tanda yang dipakai(sign)
tersebut memiliki daya yang dapat membedakan barang dan jasa yang diproduksi sesuatu
perusahaan dari perusahaan lainnya. Untuk memiliki daya pembeda ini, maka merek
harus dapat memberikan penentuan atau individualisering pada barang atau jasa
bersangkutan.
Syarat dan Tata Cara Permohonan menurut Pasal 7 UU Nomor 15 Tahun 2001
adalah:
a. Permohonan diajukan tertulis dalam bahasa Indonesia, untuk merek Bahasa
asing atau di dalamnya terdapat huruf selain huruf Latin wajib disertai
terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
b. Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya dengan dilampiri bukti
pembayaran biaya.
c. Permohonan untuk dua kelas barang atau lebih dan/atau jasa dapat diajukan
dalam satu permohonan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam
surat permohonan harus dicantumkan:
1. Tanggal, bulan, dan tahun
2. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon
3. Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan mengajukan merek
melalui kuasa
4. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya
menggunakna unsur unsur warna
5. Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal
permohonan diajukan dengan Hak Prioritas

c) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)


Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan diwajibkan memiliki
Surat Izin Perusahaan Dagang (SIUP), yaitu surat izin yang diberikan oleh menteri atau
pejabat yang ditunjuk kepada pengusaha untuk melaksanakan kegiatan usaha
perdagangan secara sah, baik itu perusahaan kecil, perusahaan menengah, apalagi
perusahaan besar, terkecuali perusahaan kecil perorangan. Untuk memperoleh SIUP,
perusahaan wajib mengajukan Surat Permohonan Izin (SPI), yaitu daftar isian yang
memuat perincian data perusahaan pengusaha dan kegiatan usaha, dan pengusaha juga
wajib membayar sejumlah uang sebagai biaya administrasi.
SIUP dikeluarkan berdasarkan domisili pemilik atau penanggung jawab
perusahaan. Bagi pemilik perusahaan yang berdomisili di luar tempat kedudukan
perusahaan maka ia harus menunjuk penanggung jawab/ kuasa berdasarkan domisili yang
dikuatkan dengan KTP di tempat SIUP diterbitkan.
Tata Cara dan Prosedur Mengajukan SIUP Pemilik/penanggung jawab perusahaan
harus mengisi dan menandatangani SPI dan melampirinya dengan dokumen-dokumen
sebagai berikut:
a. Salinan/Copy Surat Pendirian Perusahaan/ Akte Notaris dan pengesahan dari
Departemen Kehakiman atau instansi yang berwenang bagi perusahaan
berbadan hukum
b. Salinan/Copy Surat Pendirian Perusahaan/Akte Notaris yang terdaftar pada
Pengadilan Negeri bagi perusahaan yang berbentuk persekutuan
c. Salinan/Copy Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemerintah Daerah bila
diwajibkan oleh UU Gangguan/Hinder Ordonnantie (HO) dan bagi yang tidak
disyaratkan cukup dengan Surat Keterangan Tempat Usaha dari pejabat
setempat
d. Copy KTP pemilik pemilik/penanggung jawab perusahaan
e. Pas foto dua lembar ukuran 3 x4 dari pemilik/pengurus perusahaan
f. Copy bukti pembayaran Uang Jaminan dan Biaya Administrasi

Manfaat Legalisasi Perusahaan

Dengan dimilikinya surat-surat izin sebagai bentuk legalitas perusahaan, maka akan
diperoleh beberapa manfaat diantaranya:

a. Sarana perlindungan hokum


Pengusaha yang sudah melegalkan perusahaannya dapat terhidar dari tindakan
pembongkaran atau penertiban dari pihak berwajib, sehingga dapat memberikan rasa
aman dan nyaman atas kelanjutan usahanya
b. Sarana promosi
Secara tidak langsung pengusaha telah melakukan serangkaian promosi dengan
mengurus dokumen-dokumen legalitas tersebut
c. Bukti kepatuhan terhadap hokum
Secara tidak langsung ia telah menegakkan budaya disiplin pada dirinya dengan
memiliki unsur legalitas tersebut menandakan bahwa pengusaha telah mematuhi
aturan hukum yang berlaku
d. Mempermudah mendapatkan suatu proyek
Dalam suatu tender, selalu mensyaratkan bahwa perusahaan harus memiliki
dokumen-dokumen hukum yang menyatakan pelegalan perusahaan tersebut.
Sehingga hal ini sangat penting nantinya untuk sarana pengembangan usaha
e. Mempermudah pengembangan usaha
Untuk pengembangan usaha pasti diperlukan dana yang cukup besar untuk
merealisasikannya. Dana yang dibutuhkan bisa diperoleh dengan proses peminjaman
kepada pihak bank, dan dokumen-dokumen legalitas ini akan menjadi salah satu
persyaratan yang diajukan pihak bank
BAB III

PENUTUP

Badan usaha atau perusahaan adalah kesatuan dari sekelompok orang atau modal yang
memiliki aktivitas yang bergerak dibidang perdagangan atau bidang usaha lainnya dengan
bertujuan untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Keberlangsungan suatu usaha dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap usaha tersebut. Oleh karena itu, sebelum
seseorang memulai suatu usaha, maka harus mempelajari apakah usaha tersebut layak untuk
dijalankan dan apakah persiapan dalam memulai usaha tersebut telah matang. Karena jika
seandainya terdapat satu atau dua hal yang terlewat dalam mempersiapkan usaha tersebut, maka
akan berdampak kepada hal lainnya.

Kemudian kita juga harus mengetahui jenis usaha apa yang akan kita bangun. Karena di
Indonesia sendiri terdapat banyak sekali jenis-jenis usaha yang tersebar, dimana memiliki
karakteristik dan tujuan yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, R. (2017). Aspek Hukum Legalitas Perusahaan atau Badan Usaha dalam Kegiatan
Bisnis. Jurnal Hukum Samudra Keadilan, 12(1), 136-145.

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip Dan Pelaksanaannya Di Indonesia, hlm. 83

Muhamad Djumhana. Hak Milik Intelektual, Sejarah, Teori, dan Praktiknya di Indonesia.
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014), hlm. 222.

Harahap, Sunarji M, M. (2018). Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan Integratif. Sumatera Utara:
FEBI UIN-SU Press.

Dararizki, K. (2021). Langkah Pendirian Badan Usaha. Diakses pada 2 Maret 2021 di
https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/364.

Lisa. (2021). Langkah-langkah dalam Pendirian Badan Usaha. Diakses pada 2 Maret 2021 di
https://www.kompasiana.com/lisa35316/60289b4ed541df59bd3a9cc3/langkah-langkah-
dalam-pendirian-badan-usaha?page=2.

Friska. (2021). Badan Usaha: Pengertian, Jenis, Bentuk dan Contoh. Diakses pada 2 Maret 2021
di https://www.jojonomic.com/blog/badan-usaha/.

Adif. (2020). Jenis-Jenis Badan Usaha yang Perlu Diketahui Dalam Dunia Bisnis. Diakses pada
2 Maret 2021 di https://www.jurnal.id/id/blog/jenis-badan-usaha/.

(2020). Aspek Yuridis Pada Sebuah Jasa Studi Kelayakan. Diakses pada 4 Maret 2020 di
https://grapadikonsultan.co.id/aspek-yuridis-pada-sebuah-jasa-studi-kelayakan/.

Anda mungkin juga menyukai