Anda di halaman 1dari 13

EKSPOR DAN DAYA SAING PRODUK KOPRA INDONESIA

DI PASAR ASIA

DI SUSUN OLEH

KAREN H PIRSOUW 2017 81 017

MOH ZAKY A M 2017 81 052

NUR FITRI UTAMI 2017 81 034

HENDRY PATTIWAEL 2017 81 006

ALIF FAISAL 2017 81 021

FIRSANDI TOMIA 2017 81 014

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa ata berkat dan Rahmatnya sehingga kelompok kami dapat
menyelesikan makalah dengan Judul “DAYA SAING PRODUK KOPRA INDONESIA DI PASAR ASIA” ini tepat
pada waktu yang di tentukan , makalah ini di buat dalam rangka memenuhi tugas Perdagangan
Internasional

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ir.M. Turukay. M.Sc sebagai dosen mata kuliah Yang telah
membantu dalam menyelesikan makalah ini. Kami makalah ini dapat membawa manfaat bagi kami
sendiri maupun para pembaca.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca sangat membantu dalam kesempurnaan makalah ke depannya.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia telah melakukan ekspor komoditi kelapa dan produk olahan keberbagai Negara di dunia,
seperti Belanda, USA, Cina, Malaysia, Korea selatan dan Negara lainnya. Produk agroindustri
berbasis kelapa yang diekspor Indonesia masih tergolong produk primer dengan nilai tambah yang
rendah . potensi sumberdaya kelapa sebenarnya sangat besar dan memungkinkan untuk
pengembangan suatu agribisnis yang kuat, dengan struktur agroindustri yang saling terkait dari hulu
ke hilir. Kelapa(Coconut)merupakan komoditas unggulan bagi Indonesia dalam perdagangan
internasional. Kelapa termasuk dalam sepuluh komoditas ekspor utama. Salah satu hal yang
membuat kelapa masuk ke dalam sepuluh komoditas ekspor utama Indonesia adalah daya saingnya
yang kompetitif dalam perdagangan internasional. Sektor yang memegang peranan penting bagi
pertumbuhan perekonomian Indonesia adalah sektor perkebunan, perkebunan yang dimaksud ini
adalah kelapa , kelapa merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual yang penting bagi
petani di Indonesia.indonesia memiliki luas areal kelapa 3.556.103(ha) dan menghasilkan produksi
sebanyak 2.890.735(ton). Berdasarkan data tersebut Indonesia memiliki potensi besar dibidang
industry ekspor kelapa, salah satu produk turunan kelapa yang memiliki fungsi penting dalam
pertumbuhan ekonomi dan menambah devisa Negara Indonesia adalah kopra . menurut salah satu
ahli yang mendefinisikan kopra yaitu Woodroof(1970:43), mengatakan bahwa kopra adalah nama
untuk daging buah kelapa yang dikeringkan lalu dijemur hingga benar-benar kering baru bisa
diproduksi dan proses selanjutnya diolah menjadi minyak kelapa.

Perkembangan produksi rata-rata kelapa dunia selama periode 1999-2004 mencapai 52,5 ribu
ton/tahun. Dari semua Negara produsen didunia, Indonesia merupakan Negara produsen terbesar,
dengan rata-rata produksi 15,6 ribu ton/tahun , Filipina menempati urutan kedua 13,5 ribu
ton/tahun. Namun laju pertumbuhan produksi Filipina 3,39%, sedangkan Indonesia 1,64%
tahun(muslim, 2006). Produk kelapa yang cukup potensial untuk dipasarkan dan diperdagangkan di
pasar internasional adalah kopra, bungkil kopra dan arang tempurung.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan volume dan nilai ekspor kopra Indonesia di pasar asia?
2. Bagaimana daya saing produk kopra Indonesia di pasar asia?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui perkembangan volume dan nilai ekspor kopra Indonesia di pasar asia

2. Mengetahui daya saing produk kopra Indonesia di pasar asia


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ekspor Kopra

Negara Volme ekspor kopra (Kg)


2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Banglades - - - - 870.430 1.217.380 5.507.824
h
Japan - - - - 17.000.000 - -
Malaysia 250.000 - 3.614.591 - - - 30.000
Singapore - - - - - - -
Taiwan - - - - - 4.000.000 -
Thailand 14.885.917 34.415.171 11.428.965 18.921.386 - - -
Jumlah 15.135.917 34.415.171 15.043.556 18.921.386 17.870.430 5.217.380 5.537.824

Tabel 1 Volume Ekspor

Grafik 1 Volume Ekspor


Dari tabel 1 dapat dijelaskan bahwa jumlah volume ekspor kopra untuk tahun 2010 sebesar
15.135.917, tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 34.415.171,tahun 2012 mengalami penurunan
15.043.556, Tahun 2013 naik sebesar 18.921.386, Tahun 2014 sebesar 17.870.430, tahun 2015 sebesar
5.217.380, dan untuk tahun 2016 sebesar 5.537.824. Dari data di atas jumlah volume ekspor yang
tertinggi ialah pada tahun 2011 karena jumlah volume pada tahun 2013 sebesar 34.415.171 melonjok
tinggi sekali. Sementara yang paling rendah adalah pada tahun 2015 dengan jumlah volume sebesar
5.217.380

Sedangkan untuk Nilai ekspor kopra menurut FOB dengan satuan (US$) dapat dilihat pada tabe 2

Negara Nilai ekspor kopra FOB (US$)


2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Banglades
- - - - 996.624 1.143.083 5.216.542
h
Japan - - - - 1.327.000 - -
Malaysia 61.595 - 216.875 - - - 2.200
Singapore - - - - - - -
Taiwan - - - - - 248.000 -
Thailand 651.800 1.666.117 622.463 1.682.192 - - -
Jumlah 713.395 1.666.117 839.338 1.682.192 2.223.624 1.391.083 5.218.742

Tabel 2 Nilai Ekspor


Grafik 2 Nilai Ekspor

Dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa jumlah nilai ekspor kopra untuk tahun 2010 sebesar 713.395,tahun
2011 sebesar 1.666.117, tahun 2012 sebesar 839.338, tahun 2013 sebesar 1.682.192, tahun 2014
sebesar 2.223.624,tahun 2015 sebesar 1.391.083, dan untuk tahun 2016 sebesar 5.218.742

Dari data di atas untuk nilai ekspor yang paling tertinggi ialah pada tahun 2016 sebesar 5.218.742 dan
yang paling rendah ialah pada tahun 2010 dengan nilai 713.395.

Penyebab turunnya volume ekspor kopra salah satunya adalah harga, karena Harga merupakan faktor
yang sangat penting dalam permintaan akan suatu barang. saat harga kopra naik maka tingkat ekspor
kopra juga meningkat, penyebab kopra naik yaitu karena tidak ada negara lain atau perusahaan lain
yang mengekspor koprai sehingga hanya mengharapkan ekspor kopra dari Indonesia dan menyebabkan
harga kopra di Indonesia melonjak tinggi. Ekspor kopra juga meningkat karena produktivitas kopra di
Indonesia memiliki kualitas yang lebih baik daripada negara lainnya sehingga memenuhi kriteria yang
diinginkan.

Selain harga, Nilai tukar juga berpengaruh dalam naik dan turunnya volume ekspor kopra. Peningkatan
nilai tukar rupiah terhadap US$ berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor kopra Indonesia.
setiap terjadi kenaikan nilai tukar rupiah terhadap US$ ( rupiah melemah terhadap US$ ) sebesar 1%
akan menurunkan permintaan ekspor kopra sebesar 2,249% sebaliknya Nilai tukar rupiah yang menguat
terhadap US$ berarti harga ekspor kopra dipasar dunia kurang kompetitif dan menyebabkan eksportir
kopra Indonesia cenderung menjual di domestik saja dan permintaan ekspor akan berkurang. Nilai Tukar
Indonesia selama 26 tahun terlihat melemah dari tahun ketahun, ini juga merupakan salah satu

Hasil produksi juga dapat mempengaruhi volume ekpor kopra karena Perdagangan ekspor kopra
melakukan ekspor jika ada produksi, sehingga jika produksi banyak mereka cenderung ekspor banyak
dan jika produksi sedikit mereka cenderung ekspor sedikit. Hal ini juga disebabkan produksi kopra 98%
dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Bagi petani dalam memproduksi dan menjual kopra tidak melihat
pada pengaruh naik turunnya nilai tukar dan naik turunnya harga, sehingga jika nilai tukar turun atau
naik dan jika harga naik atau turun mereka tetap menjual hasil produksinya. Bagi petani asalkan bisa
mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan.
Populasi negara pengimpor berpengaruh signifikansi terhadap ekspor kopra Indonesia, peningkatan
populasi negara pengimpor sebesar 1 % akan menyebabkan penambahan ekspor kopra Indonesia
sebesar 15,8346 %, dan faktor penentu lain tetap. Hal ini menunjukan peningkatan populasi
memberikan kontribusi besar untuk ekspor kopra Indonesia kepasar dunia, dibandingkan variabel bebas
lainnya. Populasi penduduk sebagai indikasi konsumsi suatu negara, berpengaruh signifikan terhadap
ekspor kopra Indonesia, ini menunjukan penggunaan kopra sebagai salah bahan baku industri pangan
dan non pangan.

2.2 Daya Saing Produk Kopra Indonesia Di Pasar Asia

Menurut bustomi dan hidayat (2013:56). Keberhasilan dari sebuah negara dapat dilohat dari daya
saingnya. Daya saing merupakan konseop umum yang digunakan untuk merujuk pada komitmen
persainfgan pasar terhadap persingan internasionalk. Daya saing merupakan posisi atau kedudukan
negara dan dibandingkan negara lain. Negara memiliki peranan penting untuk membuat kebijakan
ekonomi atau politik yang menguntungkan

Daya saing dapat di analisis menggunkan analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif
mengingat pendekatan melalui keunggulan komparatif memiliki beberapa kelemahan sehingga ditutupi
dengan pendekatan keunggulan kompetitif

1. Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas Kopra

Menurut Tambunan (2001:98), keunggulan komparatif dapat diukur salah satunya dengan
menggunakan Balassa's Revealed Comparative Advantage Index

Formula RCA dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :

X ij = nilai ekspor komoditas kopra dari negara j

∑ X ij = total nilai ekspor seluruh komoditas dari negara j


X iw = nilai ekspor komoditas kopra dari seluruh dunia

∑X iw = total nilai ekspor seluruh komoditas dari seluruh dunia

Apabila nilai RCA produk suatu negara lebih besar dari 1, maka negara tersebut memiliki
keunggulan komparatif atau berdaya saing kuat pada produk tersebut. Apabila nilai RCA kurang dari
1, maka negara tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif dalam produk tersebut atau
mempunyai daya saing yang lemah. Semakin tinggi nilai RCA maka daya saing suatu negara akan
semakin kuat.

Berdasarkan perhitungan Indeks RCA diperoleh hasil bahwa Indonesia memiliki daya saing yang
kuat (Indeks RCA Indonesia lebih dari satu) pada komoditas kopra. Hal ini berarti bahwa Indonesia
memiliki keunggulan komparatif pada komoditas kopra. Jika dibandingkan dengan negara
pembanding lainnya, nilai Indeks RCA Indonesia menempati posisi kedua terbesar setelah Vietnam
yang menempati urutan pertama

2. Analisis Keunggulan Kompetitif Komoditas Kopra


1. Faktor Sumber daya

Komponen sumberdaya yang merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan dalam


pengusahaan kopra antara lain sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya
modal, ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumberdaya infrastruktur.

(1) Sumberdaya Alam


Pertanaman kelapa di Indonesia merupakan yang terluas di dunia dengan pangsa
31,2% dari total luas areal kelapa dunia. Pertanaman kelapa tersebar di seluruh
kepulauan Indonesia. Menurut catatan Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo) (dalam
Direktorat Jenderal Industri Agro, 2014), rata-rata produksi buah kelapa Indonesia per
tahun adalah 15,5 miliar butir, dimana 60% penggunaannya dalam bentuk kopra dan
minyak dan 40% dalam bentuk lainnya (seperti kelapa segar, dan lain lain). Produksi
kelapa Indonesia relatif stabil setiap tahunnya
(2) Sumberdaya Manusia
Banyaknya jumlah petani dalam perkebunan rakyat kelapa belum sepenuhnya
ditunjang dengan kualitas sumberdaya manusia yang baik. Kualitas tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam pengusahaan tanaman kelapa ditentukan oleh kemampuan petani
dalam menerapkan dan memanfaatkan teknologi serta teknik penanaman yang baik.
Indonesia masih memerlukan peningkatan kualitas SDM.
(3) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Teknologi yang digunakan pun masih tergolong tradisional dan dalam skala kecil. Untuk
meningkatkan produktivitas tanaman yang saat ini tergolong rendah maka diperlukan
bibit unggul. Lembaga penelitian memegang peranan penting dalam memberikan
pendampingan dan bimbingan serta inovasi teknologi dalam peningkatan daya saing
komoditi kopra Indonesia. Salah satu lembaga internasional yang terkait dengan
perkopraan nasional dan dunia adalah Asian and Pacific Coconut Community (APCC)
yang berada di bawah naungan Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasific - PBB
atau United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UN-
ESCAP). Sumber IPTEK lainnya dapat berasal dari perguruan tinggi, media, dan jurnal-
jurnal penelitian melalui penelitian mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkaitan dengan budidaya ataupun aspek sosial ekonomi.
(4) Sumberdaya Modal
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008:15), modal usaha yang dimiliki petani
untuk melakukan budidaya secara baku teknis masih terbatas dari milik petani
sedangkan penghasilan petani kopra masih minim dan belum adanya kredit khusus
untuk pembiayaan usaha kopra dari pihak perbankan sebagai penyedia kredit dan
memberikan bantuan modal.
(5) Sumberdaya Infrastruktur
menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007 : 13) untuk daerah-
daerah tertentu terutama di luar Jawa kondisi infrastruktur pendukung seperti jalan
raya kurang memadai. Kondisi yang demikian mengakibatkan transportasi yang mahal
dan rantai tataniaga yang panjang, pada gilirannya harga tingkat petani juga tertekan.
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007 : 13).

2. Kondisi Permintaan
Perolehan ekspor produk kelapa Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan
perolehan negara pesaing utama Filipina. Sebanyak 78,9% dari total perdagangan produk
kelapa dunia didominasi oleh Indonesia dan Filipina. Namun, rerata nilai ekspor produk
kelapa RI per tahun adalah US$1,355 juta atau lebih rendah dari Filipina yang mencapai
US$1,544 juta. Berdasarkan hasil penelitian Turukay (2008:4), Harga merupakan faktor yang
sangat penting dalam permintaan kopra karena harga ekspor berpengaruh terhadap
permintaan ekspor kopra. harga kopra Indonesia mengikuti kesepakatan harga yang telah
ditentukan oleh Asia and Pasific Coconut Community. Meski Indonesia memiliki kuantitas
ekspor yang banyak, namun Indonesia tidak dapat menentukan harga secara sepihak
karena Indonesia sudah menjadi anggota Asia and Pasific Coconut Community. Jika
Indonesia melanggar kesepakatan tersebut, Indonesia akan mendapatkan sangsi dari Asia
and Pasific Coconut Community. Apabila dilihat dari segi permintaan domestik, maupun
permintaan luar negeri, kopra Indonesia memiliki potensi yang besar dalam perdagangan
kopra internasional. Kondisi permintaan tersebut dapat memberikan dukungan terhadap
peningkatan daya saing komoditi kopra Indonesia di pasar dunia walaupun masih terdapat
sedikit kendala dalam kualitas kopra yang dihasilkan.

3. Eksistensi Industri terkait dan Industri Pendukung


Industri yang terkait produksi kopra adalah industri minyak kelapa dan bungkil kopra.
Industri yang terkait produksi minyak kelapa adalah industri minyak kelapa sawit (sebagai
industri substitusi), industri minyak goreng kelapa dan cocochemical (bahan kimia yang
terbuat dari minyak kelapa). Untuk industri dan lembaga pendukung produksi kopra,
minyak kelapa dan minyak goreng kelapa antara lain industri sarana produksi, industri
mesin dan peralatan, organisasi pemberantasan hama, penyuluhan dan organisasi petani.

4. Struktur, Persaingan, dan Strategi


Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007 : 11) sebanyak 98% petani
kopra Indonesia adalah petani rumah tangga yang tersebar di seluruh Indonesia. Pendidikan
mereka relatif rendah dan usahatani kopra pada umumnya hanya usaha sampingan.
Sehingga “potensi” yang ada pada kopra belum dapat dimaksimalkan seutuhnya.
Persaingan minyak kelapa terlihat jelas dengan barang substitusinya yaitu minyak sawit.
Menurut Turukay (2008:8), periode peralihan minyak kelapa ke minyaksawit sebagai bahan
baku industri minyak goreng di Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan pada ekspor
kopra Indonesia. Minyak sawit sebagai barang subtitusi kopra untuk bahan baku industri
minyak goreng dalam negeri mampu mempengaruhi ekspor kopra Indonesia.
5. Peran Pemerintah
Dalam peningkatan daya saing komoditi kopra di pasar internasional peranan pemerintah
baik melalui Kementerian Pertanian maupun Pemerintah Daerah masih sangat terbatas
dalam pengembangan tanaman kopra mulai dari produksi hingga pasca panen. Pada
komoditas ini belum pernah diberlakukan kebijakan harga output (price policy). Penentuan
harga jual output selama ini diserahkan pada mekanisme pasar.

6. Peran Peluang
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007:20) Bila produksi buah
kelapa nasional sebanyak 15,5 milyar butir/tahun, dari bahan baku daging kelapa digunakan
untuk menghasilkan Minyak Kelapa Mentah dan sisanya terbagi untuk produk lainnya,
tetapi kecenderungan untuk menghasilkan Minyak Kelapa Mentah tersebut semakin
menurun, sedangkan produk turunan lainnya semakin meningkat. Sesuai dinamika pasar
produk, kecenderungan untuk menghasilkan produk oleokimia (turunan dari minyak kelapa
mentah) tampak semakin tinggi. Ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk
mengembangkan potensi kopra Indonesia (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2007:20).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Daya saing dapat di analisis menggunkan analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif
mengingat pendekatan melalui keunggulan komparatif memiliki beberapa kelemahan sehingga
ditutupi dengan pendekatan keunggulan kompetitif

Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas Kopra Menurut Tambunan (2001:98), keunggulan


komparatif dapat diukur salah satunya dengan menggunakan Balassa's Revealed Comparative
Advantage Index Apabila nilai RCA produk suatu negara lebih besar dari 1, maka negara tersebut
memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing kuat pada produk tersebut.

Jika dibandingkan dengan negara pembanding lainnya, nilai Indeks RCA Indonesia menempati posisi
kedua terbesar setelah Vietnam yang menempati urutan pertama Analisis Keunggulan Kompetitif
Komoditas Kopra

1. Faktor Sumber daya


2. Kondisi Permintaan
3. Eksistensi Industri terkait dan Industri Pendukung
4. Struktur, Persaingan, dan Strategi
5. Peran Pemerintah
6. Peran Peluang

Anda mungkin juga menyukai