Anda di halaman 1dari 14

Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September Tahun 2015

Analisis Daya Saing Ekspor Komoditas Kopra Indonesia di Pasar Internasional


Analysis of Competitiveness Advantage of Indonesian Copra Export Commodities in The
International Market
Salman Faris Rinaldi, S.P1*, Dr. Hj. Tuti Karyani, Ir., M.SP2
1*
Alumni Jurusan Agribisnis Universitas Padjadjaran, Jatinangor, salman.faris2@yahoo.com
2
Staff Pengajar sekaligus Ketua Program Studi Agribisnis Universitas Padjadjaran, Jatinangor

ABSTRAK

Besarnya pangsa pasar dan nilai ekspor neto yang dimiliki oleh Indonesia, posisi Indonesia yang
menempati eksportir kopra terbesar pertama di dunia dan peran kopra, minyak kelapa dan
minyak goreng kelapa yang termasuk dalam lima belas besar komoditas yang berperan dalam
Kata Kunci:
ekspor Indonesia pada kelompok kelapa dan kelapa sawit menjadi potensi Indonesia untuk
 Daya Saing
meningkatkan daya saing. Namun sebelum menentukan strategi untuk meningkatkan daya
 Ekspor
saing, Indonesia harus mengetahui terlebih dahulu struktur pasar yang dijalani dan posisi daya
 Kopra saing yang dimiliki Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk : a) menganalisis struktur pasar
 Indonesia kelompok komoditi kopra yang dihadapi Indonesia dalam perdagangan kopra internasional, b)
menganalisis posisi daya saing ekspor kelompok komoditi kopra Indonesia di pasar
internasional. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada : a) komoditi kopra yang dimaksud
adalah kopra, minyak kelapa, minyak goreng kelapa. b) negara pembanding yang digunakan
adalah Belanda, Filipina, India, Malaysia dan Vietnam, c) periode analisis penelitian dari tahun
2009 sampai 2013. Desain penelitian menggunakan desain kualitatif dengan teknik penelitian
deskriptif. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data deret waktu (time series)
selama lima tahun dari tahun 2009 sampai tahun 2013 dan data primer. Teknik pengumpulan
data yaitu wawancara dan studi kepustakaan. Rancangan analisis data menggunakan
Concentration Ratio (CR4), Herfindahl Index (HI), Revealed Comparative Advantage (RCA)
dan Porter’s Diamond. Hasil penelitian menunjukkan struktur pasar ketiga komoditas (kopra,
minyak kelapa, dan minyak goreng kelapa) berupa pasar oligopoli ketat dengan rasio
konsentrasi pasar yang tinggi. Indonesia memiliki daya saing yang kuat dari segi keunggulan
komparatif pada seluruh komoditas yang diteliti, ditandai dengan nilai Indeks RCA yang lebih
besar dari satu. Keunggulan komparatif yang paling besar ada pada minyak kelapa. Dari segi
keunggulan kompetitif, Indonesia memiliki keunggulan pada SDA dan kuantitas SDM yang
banyak dan peluang pada peningkatan populasi negara pengimpor, peningkatan pendapatan
perkapita di negara pengimpor, potensi pengolahan oleh industri, diversifikasi produk menjadi
produk turunan lainnya, dan liberalisasi perdagangan. Namun Indonesia masih memiliki
kendala dalam kualitas SDM, permodalan, infrastruktur dan intervensi kebijakan pemerintah
pada kelapa yang minim

1
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, Tahun 2015

ABSTRACT

The bigest of market share and netto export value the Indonesia country own; the Indonesia
position which is the first bigest exportir in the world and the function of copra, crude coconut
oil and edible coconut oil which is included in the fifteen best Indonesia’s eksport comodity for
the copra and palm oil in Indonesia are being Indonesia’s potency to increase Indonesia’s
Keywords:
competitiveness advantage. However, the strategic to increase Indonesia’s competitiveness
 Competitive
advantage should now the market structur it self and the positioning competitor own of
ness
Indonesia. This study aims to a) to analyze the structure of copra’s market in international
 Export copra trade, b) analyze the competitive position of Indonesian copra export commodities in the
 Copra international market. The scope of this study is limited to: a) within the meaning of copra are
 Indonesia copra, crude coconut oil and edible coconut oil. b) Comparator country to needed is
Netherlands, Philippines, India, Malaysia and Vietnam, c) the research analizes period from
from 2009 until 2013. This study used qualitative descriptive study. This study uses secondary
data such as time series data for five years from 2009 until 2013 and primary data. Data
collection techniques are interviews and literature study. The design of data analysis using the
Concentration Ratio (CR4), Herfindahl Index (HI), Revealed Comparative Advantage (RCA)
and Porter's Diamond. The research results showed that three commodities (copra, coconut oil,
and coconut oil) has oligopolist tied market structure with a high level of concentration.
Indonesia had a comparative advantage in that commodities. Which characterized by RCA
index value is greater than one. The greatest comparative advantage is crude coconut oil. In
terms of competitive advantage, Indonesian’s advantage are on natural resources and quantity
of human resources. and a lot of opportunities to increase the population of the importing
country, the increase in per capita income in the importing country, the potential of processing
industry, product diversification, and trade liberalization. But Indonesia has obstacle in human
resourches quality, product quality, financial capital, infrastructure and minimize intervention
goverment policy to copra..

2
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September Tahun 2015

dari yang terbesar adalah minyak kelapa, Minyak Goreng


PENDAHULUAN Kelapa, dan yang terakhir adalah Kopra (Tabel 1).
Kelapa memiliki banyak sekali manfaat dikarenakan Ekspor
seluruh bagian tanaman tersebut dapat dimanfaatkan.
Komoditi

2009

2010

2011

2012

2013
Salah satu bagian dari kelapa yang bermanfaat adalah
daging kelapa yang dapat dijadikan daging kelapa parut
dan kopra. Kopra yang merupakan produk turunan

15.732.683 267.906.506 119.453.272

21.450.775 357.237.557 208.830.441

31.862.805 530.941.612 406.814.632

31.636.902 639.648.236 308.095.651

18.602.630 315.915.994 211.617.943


setengah jadi dari kelapa ini merupakan salah satu
penghasil devisa yang dapat diandalkan. Komoditi ini Kopra
menjadi salah satu usaha andalan pemerintah karena
memberikan pangsa pasar ekspor cukup besar diantara
komoditi pertanian lainnya. Jumlah ekspor produk kopra
umumnya menunjukkan trend yang meningkat lalu
menurun (Gambar 1). Minyak Kelapa
Daya saing komoditi kopra suatu negara produsen
kopra dapat dikaji secara umum dari kinerja pertumbuhan
ekspor kopranya. Menurut UN Comtrade (United Nation
– Comodity Trade), komoditi kopra Indonesia menguasai
31,9 persen pangsa pasar dunia dan menempati urutan Minyak Goreng Kelapa
pertama negara pengekspor terbesar di dunia pada tahun
2013. Jumlah pangsa pasar yang besar ini menjadi sangat
penting karena memberi manfaat secara ekonomi bagi Tabel 1. Jumlah Ekspor Kopra Indonesia dan Produk
negara yaitu kontribusi terhadap devisa negara serta Turunannya di Indonesia tahun 2009-2013 (dalam kg)
posisi daya saing kopra Indonesia di dunia. Sumber : UN Comtrade (United Nation – Comodity
250 Trade), diolah (2015)
Impor

2009

2010

2011

2012

2013
200 Komoditi

150
Volume Ekspor (juta kg)

189.928
54.740

54.534

14.803

65.576
Kopra
100

1.995.409
50
53.229

316
n.a

Minyak Kelapa n.a


0
2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
326.577

329.019

286.629

178.736
Belanda Filipina India
69.964

Indonesia Malaysia Vietnam Minyak Goreng Kelapa


Gambar 1. Grafik Perubahan Volume Ekspor Kopra
Indonesia dengan Beberapa Negara Produsen kopra Tabel 2. Nilai Impor Kopra Indonesia dan Produk
lainnya (dalam juta kg) Turunannya tahun 2009-2013 (kg)
Jumlah ekspor kopra Indonesia mengalami Keterangan : n.a = Data tidak tersedia
peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2012 lalu Sumber : UN Comtrade (United Nation Comodity Trade),
mengalami penurunan di tahun berikutnya (Gambar 1). diolah (2015)
Menurut Donatus Gede Sabu, Sekretaris Jenderal Forum
Komunikasi Perkelapaan Indonesia (dalam koran bisnis Menurut United Nation Comodity Trade (2015),
online, Kontan.co.id, 2013), penurunan pada tahun 2013 Indonesia adalah produsen dan eksportir komoditi kopra
ini disebabkan musim hujan di beberapa wilayah terbesar di dunia. Meskipun sebagai negara produsen
Indonesia yang membuat petani kelapa kesulitan kopra terbesar di dunia, tetapi impor beberapa jenis
menjemur kelapa sehingga sulit mendapatkan kopra yang produk kopra dan turunannya masih ada di Indonesia
bagus. seperti yang terlihat dalam Tabel 2. Menurut Badan
Meski mengalami jumlah ekspor terendah, Indonesia Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007:9), impor
tetap menempati posisi ekspor terbesar pertama. Hal ini seperti itu biasanya dilakukan untuk pengamanan
dikarenakan dunia sedang mengalami penurunan ekspor cadangan penggunaan dalam negeri jika suatu saat
kopra secara drastis terutama dari pesaing berat Indonesia diperlukan. Hal ini dikarenakan jumlah produksi kopra
di komoditas kopra yaitu Vietnam (Gambar 1). tidak stabil setiap bulannya yang disebabkan oleh faktor
Jika diurutkan berdasarkan data UN Comtrade cuaca.
(United Nation Comodity Trade) urutan jumlah ekspor Dibandingkan ekspornya, volume impor Indonesia
untuk produk kopra dan turunannya jauh lebih rendah

3
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, Tahun 2015

(Tabel 1 dan Tabel 2). Secara implisit ini berarti minyak goreng kelapa merupakan produk turunan dari
Indonesia masih merupakan pengekspor neto produk- kopra yang masuk pada lima belas besar sub
produk kopra dan turunannya seperti pada Tabel 3. kelompok hasil industri pengolahan kelapa/kelapa
Ekspor Neto sawit Kementerian Perindustrian. Sementara untuk
sub turunan kopra yang lain seperti Chocochemical

2009

2010

2011

2012

2013
Komoditi dan pakan ternak tidak termasuk karena peran mereka
tidak terlalu besar kepada total ekspor hasil industri
pengolahan kelapa/kelapa sawit.

15.677.943

21.396.241

31.848.002

31.571.326

18.412.702
2. Pada penelitian ini menggunakan pembanding negara
Kopra Belanda, Filipina, India, Malaysia dan Vietnam.
Pemilihan negara-negara tersebut berdasarkan empat
besar negara dengan jumlah ekspor terbesar selama
tahun 2009-2013 pada Kopra, Minyak Kelapa dan
267.853.277

639.647.920

313.920.585
Minyak Goreng kelapa.
#VALUE!

#VALUE!
3. Batasan periode analisis penelitian dari tahun 2009
Minyak Kelapa sampai 2013 karena keterbatasan ketersediaan data
beserta keterbatasan ketersediaan waktu penelitian

KERANGKA TEORI
119.126.695

208.501.422

406.744.668

307.809.022

211.439.207
Menurut Simanjuntak (1992:45) dalam Febriyanthi
Minyak Goreng Kelapa (2008:30), daya saing merupakan kemampuan suatu
produsen untuk memproduksi suatu komoditi dengan
biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang
Tabel 3. Nilai Ekspor Neto Kopra Indonesia dan Produk terjadi di pasar internasional, kegiatan produksi tersebut
Turunannya Thn 2009-2013 (kg) menguntungkan. Pendekatan yang dapat digunakan untuk
Keterangan : Ekspor Neto = Ekspor – Impor ; mengukur daya saing suatu komoditi menurut beliau,
#VALUE! = data tidak tersedia adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan efisiensi
Sumber : Tabel 1 dan Tabel 2, diolah (2015) dari pengusahaan komoditi tersebut. Tingkat keuntungan
dapat dilihat dari keuntungan privat dan keuntungan
Besarnya nilai ekspor kopra Indonesia dan produk sosial. Sedangkan efisiensi pengusahaan komoditi dapat
turunannya dibandingkan nilai impornya dipandang dari tingkat keunggulan komparatif dan keunggulan
sebagai potensi untuk meningkatkan daya saing agar kompetitif.
dapat menghasilkan produk kopra yang semakin Menurut Tambunan (2001:98), keunggulan
kompetitif di pasar internasional. Peningkatan daya saing komparatif dapat diukur salah satunya dengan
komoditi merupakan tantangan bagi komoditi kopra di menggunakan Balassa's Revealed Comparative
Indonesia untuk bisa tetap bertahan di era perdagangan Advantage Index (yang selanjutnya disebut RCA), yang
bebas. bertujuan untuk membandingkan pangsa pasar ekspor
Besarnya pangsa pasar dan nilai ekspor neto yang sektor tertentu suatu negara dengan pangsa pasar sektor
dimiliki oleh Indonesia, posisi Indonesia yang menempati tertentu negara atau produsen lainnya. Kelemahan metode
eksportir kopra terbesar pertama di dunia dan peran RCA adalah mengukur keunggulan komparatif dari
ketiga komoditas yang termasuk dalam lima belas besar kinerja ekspor dengan asumsi perdagangan bebas dan
komoditas yang berperan dalam ekspor Indonesia pada produk homogen, serta mengesampingkan pentingnya
kelompok kelapa dan kelapa sawit menjadi potensi permintaan domestik, ukuran pasar domestik, dan
Indonesia untuk meningkatkan daya saing. Namun perkembangannya. Selain itu, metode ini juga tidak dapat
sebelum menentukan strategi untuk meningkatkan daya membedakan antara peningkatan di dalam faktor
saing, Indonesia harus mengetahui terlebih dahulu sumberdaya dan penerapan kebijakan perdagangan yang
struktur pasar yang dijalani dan posisi daya saing yang sesuai (Silalahi, 2007). Sehingga untuk menutupi
dimiliki Indonesia. kelemahan metode RCA ini, digunakan pendekatan
keunggulan kompetitif menggunakan Porter’s Diamods
Tujuan Penulisan: yang mengukur peningkatan di dalam faktor sumber daya
1. Menganalisis struktur pasar kelompok negara dan penerapan kebijakan yang sesuai.
komoditi kopra yang dihadapi Indonesia dalam
perdagangan kopra internasional. METODE PENELITIAN
2. Menganalisis posisi daya saing ekspor kelompok Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
komoditi kopra Indonesia di pasar internasional deskriptif. Software Microsoft Excel 2013 digunakan
untuk pengolahan data dalam penelitian. Data yang
RUANG LINGKUP PENELITIAN digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
1. Yang dimaksud dengan komoditi kopra pada berupa data deret waktu (time series) selama lima tahun
penelitian ini adalah Kopra (HS 120300); Minyak dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Sumber data
Kelapa (HS 151311); Minyak Goreng kelapa (HS diperoleh dari Kementerian Perindustrian, Departemen
151319). Hal ini dikarenakan minyak kelapa dan Pertanian, Badan Pusat Statistik, Asian Pacific Coconut

4
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September Tahun 2015

Community (APCC), yang ditelusuri melalui jaringan Analisis Daya Saing


internet. Menurut Tambunan (2001:98), keunggulan
komparatif dapat diukur salah satunya dengan
Analisis Struktur Pasar menggunakan Balassa's Revealed Comparative
Pada penelitian ini digunakan Concentration Ratio Advantage Index. Untuk menutupi kelemahan metode
dan Herfindahl Index (HI) untuk mengetahui tingkat RCA ini, digunakan pendekatan keunggulan kompetitif
konsentrasi pasar kopra secara internasional. Dari analisis menggunakan Porter’s Diamods yang mengukur
tingkat konsentrasi pasar akan dapat diketahui struktur peningkatan di dalam faktor sumber daya dan penerapan
atau bentuk pasar yang dihadapi dari perdagangan kebijakan yang sesuai.
komoditi kopra yang pada akhirnya dapat menentukan Formula RCA dapat dirumuskan sebagai berikut:
tingkat persaingan yang dihadapi. Perhitungan pangsa
pasar yang dilakukan menggunakan formula sebagai
berikut:
Sij = Xij / TXj
Dimana, Sij = Pangsa pasar kopra negara i di pasar
internasional ; Xij = Nilai ekspor kopra negara i di pasar Dimana :
internasional ; TXj = Total nilai ekspor kopra di pasar X ij = nilai ekspor komoditas kopra dari negara j
internasional. ∑ X ij = total nilai ekspor seluruh komoditas dari
Formula yang sama kemudian digunakan untuk negara j
mengukur struktur pasar dan pangsa pasar suatu negara X iw = nilai ekspor komoditas kopra dari seluruh
dalam perdagangan kopra internasional, yaitu sebagai dunia
berikut: ∑X iw = total nilai ekspor seluruh komoditas dari
HI = Sij12 + Sij22 + Sij32 + … + Sijn2 seluruh dunia
Dimana, HI = Herfindahl Index; Sij = pangsa pasar Apabila nilai RCA produk suatu negara lebih besar
komoditi i (dalam hal ini adalah kopra) negara j di pasar dari 1, maka negara tersebut memiliki keunggulan
internasional ; n = jumlah negara produsen kopra di pasar komparatif atau berdaya saing kuat pada produk tersebut.
internasional Apabila nilai RCA kurang dari 1, maka negara tersebut
Kisaran nilai Herfindahl Index yang diperoleh adalah tidak memiliki keunggulan komparatif dalam produk
antara 0 dan 1 (atau 10000 yang merupakan kuadrat dari tersebut atau mempunyai daya saing yang lemah.
100 persen). Jika nilai HI mendekati 0 berarti struktur Semakin tinggi nilai RCA maka daya saing suatu negara
pasar industri yang bersangkutan cenderung mengarah akan semakin kuat.
kepada pasar persaingan (competitive market). Kemudian, Menurut Porter (1998:87), terdapat empat atribut yang
jika nilai HI mendekati 1 (atau 10.000) maka struktur dapat menciptakan keunggulan kompetitif suatu industri
pasar industri tersebut cenderung bersifat monopoli. nasional, yaitu kondisi faktor (factor conditions), kondisi
Rasio konsentrasi pasar dirumuskan sebagai berikut: permintaan (demand conditions), industri pendukung dan
CR4 = Sij1 + Sij2 + Sij3 + Sij4 terkait (related and supporting industry), serta strategi
Dimana: CR4 = nilai konsentrasi pasar empat negara perusahaan, struktur, dan persaingan (firms strategy,
produsen utama kopra di pasar internasional ; Sij = structure, and rivalry). Keempat atribut tersebut saling
pangsa pasar negara ke-i penghasil kopra di pasar berkaitan dan berhubungan satu sama lain sehingga
internasional membentuk suatu sistem yang dikenal dengan Porter’s
Menurut Internet Center For Management and Diamond (Internet Center For Management and Business
Business Administration (2007), Bentuk Struktur pasar Administration, 2014). Selain itu, tedapat dua variabel
yang dirumuskan dari nilai Herfindahl Index dan CR4 tambahan yang secara tidak langsung mempengaruhi
adalah sebagai berikut: daya saing suatu industri atau pengusahaan suatu
1. Konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan dengan nilai komoditas dalam suatu negara seperti terlihat pada
CR4 yang berkisar antara 80 hingga 100 persen, Gambar 2.
sedangkan kisaran nilai HI yaitu antara 1800 hingga
10000. Bentuk pasar yang mungkin untuk tingkat
konsentrasi tinggi adalah monopoli atau sedikit
monopoli yang cenderung oligopoli.
2. Konsentrasi pasar sedang dicirikan dengan nilai CR4
antara 50 hingga 80 persen dan nilai HI yang berkisar
antara 1000 hingga 1800. Bentuk pasar untuk tingkat
konsentrasi sedang adalah lebih banyak oligopoli.
3. Konsentrasi pasar rendah dicirikan dengan nilai CR4
antara 0 dan 50 persen dan HI antara 0 dan 1000.
Bentuk pasar yang sangat ekstrim adalah persaingan
sempurna, namun sekurang-kurangnya adalah
persaingan monopolistik

Sumber: Michael E.Porter. (1998)

5
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, Tahun 2015

Keterangan: Tabel 5. Pangsa Pasar Empat Negara Produsen Kopra


Garis ( ), menunjukkan hubungan antara atribut Terbesar di Dunia
utama Tahun
Ranking
Garis ( ), menunjukkan hubungan antara atribut 2009 2010 2011 2012 2013
tambahan terhadap atribut utama India* Vietnam* Vietnam* Indonesia* Indonesia*
Gambar 2. The National Diamond System 1
(22,3%) (36,7%) (38,7%) (27,6%) (31,9% )
Kep.
HASIL DAN PEMBAHASAN Vietnam* Indonesia* Indonesia* India*
2 Solomon
1. ANALISIS STRUKTUR PASAR (21,9%) (17,2%) (16,3%) (23,7%)
(24,9%)
1.1. Analisis Struktur Pasar Komoditas Kopra (HS Indonesia* Mesir India* India* Vietnam*
120300) 3
(19,9%) (15,1%) (13,9%) (16,5%) (21,1%)
Nilai Herfindahl Index kopra dunia selama periode Kep.
2009-2013 relatif stabil jika dibandingkan pada nilai Mesir India* Vietnam* Mesir
4 Solomon
Herfindahl Index komoditas minyak kelapa yaitu berkisar (19,9%) (12,4%) (14,5%) (15,1%)
(12,7%)
antara 1.814 hingga 2.272 dengan nilai rata-ratanya Keterangan :
sebesar 2.091,1 (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa Didalam tanda kurung merupakan pangsa pasar masing-
komoditas kopra di pasar internasional mengarah pada masing negara ; Negara dengan tanda * merupakan
struktur pasar oligopoli ketat. negara anggota APCC
Sumber : United Nations Commodity Trade Statistics
Tabel 4. Hasil Analisis Herfindahl Index dan Rasio Database, (Diolah) 2015
Konsentrasi Komoditas Kopra (HS 120300) di Pasar Dari hasil perhitungan nilai Herfindahl Index yang
Internasional Tahun 2009-2013 menunjukkan pasar kopra internasional berupa pasar
Jumlah Negara Nilai Herfindahl Nilai oligopoli ketat dan konsentrasi pasar yang lebih dari 80
Tahun
Eksportir Index CR4 (%) persen dapat diambil kesimpulan bahwa pasar komoditas
2009 28 1.814 83,9 kopra internasional berupa pasar oligopoli ketat dengan
2010 27 2.141 81,4 rasio konsentrasi pasar yang tinggi.
2011 31 2.268 81,6
1.2. Analisis Struktur Pasar Komoditas Minyak
2012 31 1.960 83,5
Kelapa (HS 151311)
2013 33 2.272 91,8 Nilai Herfindahl Index komoditas minyak kelapa
Rerata 30 2091,1 84,5 dunia selama periode 2009-2013 cenderung berfluktuatif,
Sumber : United Nations Commodity Trade Statistics berkisar antara 3.873-5.127 dengan nilai rata-rata
Database, (Diolah) 2015 Herfindahl Index sebesar 4.281,4 (Tabel 6). Hal ini
Pada periode 2009-2013, jumlah negara yang menunjukkan bahwa komoditas minyak kelapa di pasar
bertindak sebagai eksportir kopra cenderung mengalami internasional mengarah pada struktur pasar oligopoli
peningkatan dari 28 negara hingga mencapai 33 negara ketat.
dengan rata-rata 30 negara per tahunnya (Tabel 4). Hal
ini mengindikasikan bahwa dalam perdagangan kopra di Tabel 6. Hasil Analisis Herfindahl Index dan Rasio
pasar internasional persaingannya semakin ketat seiring Konsentrasi Komoditas Minyak Kelapa (HS 151311) di
dengan bertambah banyaknya negara yang terlibat dalam Pasar Internasional Tahun 2009-2013
perdagangan tersebut. Jumlah Negara Nilai Herfindahl Nilai
Tahun
Pada Tabel 4 juga dapat dilihat hasil analisis Eksportir Index CR4(%)
konsentrasi pasar dari empat negara produsen terbesar 2009 63 3.923 92,9
kopra di dunia. Selama periode 2009-2013, rata-rata nilai 2010 64 5.127 95,9
CR4 yang diperoleh adalah sebesar 84,5 persen. Hal ini
2011 62 3.873 91,8
berarti 84,5 persen dari seluruh pangsa pasar ekspor
kopra dunia dikuasai oleh empat negara terbesar tersebut 2012 71 4.026 94,1
dan sisanya 15,5 persen dikuasai oleh 26 negara eksportir 2013 70 4.457 94,0
lainnya (rata-rata 30 negara dikurangi 4 negara). Rerata 66 4.281,4 93,8
Sehingga dapat diketahui bahwa struktur pasar kopra Sumber : United Nations Commodity Trade Statistics
dunia memiliki tingkat konsentrasi pasar yang tinggi Database, (Diolah) 2015
dimana rasio konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan Pada periode 2009-2013, berdasarkan data yang
dengan nilai CR4 yang lebih dari empat puluh persen dan diperoleh dari United Nations Commodity Trade (2015),
mendekati seratus persen. jumlah negara yang bertindak sebagai eksportir minyak
kelapa cenderung berfluktuatif mulai dari yang tersedikit
sebanyak 62 negara hingga yang terbanyak mencapai 71
negara dengan rata-rata 66 negara per tahunnya (Tabel 6).
Hal ini mengindikasikan bahwa cukup banyak negara
yang tertarik dan terlibat dalam perdagangan minyak
kelapa di pasar internasional. Dibandingkan dengan
kopra, negara-negara di dunia lebih tertarik

6
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September Tahun 2015

berkecimpung di minyak kelapa. Hal ini dibuktikan semakin „longgar‟ seiring dengan berkurangnya negara
dengan jumlah rata-rata negara eksportir minyak kelapa yang terlibat dalam perdagangan tersebut. Hal ini diduga
yang lebih besar dari jumlah rata-rata negara eksportir karena adanya peralihan preferensi konsumen dari
kopra. minyak goreng berbahan baku kelapa ke minyak goreng
berbahan baku kelapa sawit dan berkembangnya industri
Tabel 7 Pangsa Pasar Empat Negara Produsen Komoditas chocochemical yang masih merupakan produk turunan
Minyak Kelapa Terbesar di Dunia dari minyak kelapa.
Pering Tahun Pada Tabel 8 juga dapat dilihat hasil analisis
kat 2009 2010 2011 2012 2013 konsentrasi pasar dari empat negara produsen terbesar
Filipina* Filipina* Filipina* Filipina* Filipina* minyak goreng kelapa di dunia. Selama periode 2009-
1
(52,2%) (67,2%) (54,2%) (44,9%) (57,5%) 2013, rata-rata nilai CR4 yang diperoleh adalah sebesar
Indonesia* Indonesia* Indonesia* Indonesia* Indonesia* 88,1 persen. Hal ini berarti 88,1 persen dari seluruh
2
(34,3%) (24,5%) (29,9%) (44,6%) (33,9%)
pangsa pasar ekspor minyak goreng kelapa dunia dikuasai
Belanda Belanda Papua* Malaysia* Sri Lanka
3 oleh empat negara terbesar tersebut dan sisanya 11,9
(4,1%) (3,1%) (5,1%) (2,5%) (1,4%)
Malaysia* Malaysia* Belanda Papua* Belanda persen dikuasai oleh 79 negara eksportir lainnya (rata-rata
4 83 negara dikurangi 4 negara). Dari hasil nilai CR4
(2,4%) (1,2%) (2,6%) (1,9%) (1,3%)
Keterangan : Didalam tanda kurung merupakan tersebut dapat diketahui bahwa struktur pasar minyak
pangsa pasar masing-masing negara. goreng kelapa dunia mengarah pada struktur pasar
Negara dengan tanda * merupakan negara anggota APCC oligopoli ketat dimana rasio konsentrasi pasar yang tinggi
Sumber : United Nations Commodity Trade Statistics dicirikan dengan nilai CR4 yang lebih dari empat puluh
Database, (Diolah) 2015 persen dan mendekati seratus persen
Dari hasil perhitungan nilai Herfindahl Index yang Tabel 9. Pangsa Pasar Empat Negara Produsen
menunjukkan pasar minyak kelapa internasional Komoditas Minyak Goreng Kelapa Terbesar di Dunia
mengarah pada pasar oligopoli ketat dan rata-rata Tahun
Peringkat
2009 2010 2011 2012 2013
konsentrasi pasar yang mencapai 93,8 persen dapat
Filipina* Filipina* Filipina* Filipina* Filipina*
diambil kesimpulan bahwa pasar komoditas minyak 1
(30,8%) (32,3%) (29,8%) (29,9%) (35,8%)
kelapa internasional berupa pasar oligopoli ketat dengan Indonesia* Indonesia* Indonesia* Indonesia* Belanda
konsentrasi pasar yang tinggi. 2
(19,7%) (23,5%) (26,2%) (24,7%) (22,8%)
Belanda Belanda Belanda Belanda Indonesia*
1.3. Analisis Struktur Pasar Komoditas Minyak 3
(19,4%) (19,3%) (20,8%) (22,2%) (18,3%)
Goreng Kelapa (HS 151319) Malaysia* Malaysia* Malaysia* Malaysia* Malaysia*
4
Nilai Herfindahl Index minyak goreng kelapa (HS (15,3%) (14,2%) (14,1%) (11,6%) (10,3%)
151319) dunia selama periode 2009-2013 relatif stabil Keterangan : didalam tanda kurung merupakan pangsa
jika dibandingkan dengan minyak kelapa, yaitu berkisar pasar masing-masing negara
antara 1.967-2.262 dengan nilai rata-rata Herfindahl Negara dengan tanda * merupakan negara anggota APCC
Index sebesar 2.152,8 (Tabel 8). Hal ini menunjukkan Sumber : United Nations Commodity Trade Statistics
bahwa komoditas minyak goreng kelapa di pasar Database, (Diolah) 2015
internasional mengarah pada struktur pasar oligopoli Dari hasil perhitungan nilai Herfindahl Index yang
ketat. menunjukkan pasar minyak goreng kelapa internasional
Tabel 8. Hasil Analisis Herfindahl Index dan Rasio mengarah pada pasar oligopoli ketat dan konsentrasi
Konsentrasi Komoditas Minyak Goreng Kelapa (HS pasar yang mencapai 91,4 persen dapat diambil
151319) di Pasar Internasional Tahun 2009-2013 kesimpulan bahwa struktur pasar komoditas minyak
Jumlah Negara Nilai Herfindahl Nilai goreng kelapa (HS 151319) internasional berupa pasar
Tahun
Eksportir Index CR4 (%) monopoli dengan konsentrasi pasar yang tinggi.
2009 85 1.967 85,1
2010 86 2.176 89,2 2. Analisis Daya Saing
Untuk mengalisis daya saing pada penelitian ini,
2011 82 2.213 90,8 peneliti menggunakan analisis keunggulan komparatif
2012 83 2.146 88,4 dan keunggulan kompetitif mengingat pendekatan
2013 80 2.262 87,2 melalui keunggulan komparatif memiliki beberapa
Rerata 83 2.152,8 88,1 kelemahan sehingga ditutupi dengan pendekatan
Sumber : United Nations Commodity Trade Statistics keunggulan kompetitif
Database, (Diolah) 2015
Pada periode 2009-2013, berdasarkan data yang 2.1. Analisis Keunggulan Komparatif
diperoleh dari UN Comtrade (United Nation Comodity 1) Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas
Trade) (2015), jumlah negara yang bertindak sebagai Kopra
eksportir minyak goreng kelapa cenderung mengalami Berdasarkan perhitungan Indeks RCA pada
penurunan dari 85 negara hingga mencapai 80 negara diperoleh hasil bahwa selama periode 2009-2013
dengan rata-rata 83 negara per tahunnya (Tabel 8). Hal Indonesia memiliki daya saing yang kuat (Indeks RCA
ini menunjukkan bahwa dalam perdagangan minyak Indonesia lebih dari satu) pada komoditas kopra. Hal ini
goreng kelapa di pasar internasional persaingannya berarti bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif

7
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, Tahun 2015

pada komoditas kopra. Jika dibandingkan dengan negara komparatif pada komoditas minyak kelapa. Jika
pembanding lainnya, nilai Indeks RCA Indonesia dibandingkan dengan nilai rata-rata negara pembanding
menempati posisi kedua terbesar setelah Vietnam yang lainnya, nilai rata-rata Indeks RCA Indonesia menempati
menempati urutan pertama (Gambar 3). posisi kedua terbesar setelah Filipina yang menempati
Pada tahun 2011, kopra Indonesia mempunyai nilai urutan pertama (Lampiran 10).
Indeks RCA terendah selama periode 2009-2013 yaitu Nilai RCA Indonesia masih terpaut jauh dengan
sebesar 14,2. Nilai Indeks RCA ini mengalami penurunan Filipina (Gambar 4). Hal ini dikarenakan nilai ekspor
sebesar 2 poin dari tahun sebelumnya yang sebesar 16,2. minyak kelapa Filipina selalu lebih besar dari Indonesia
Hal ini disebabkan, walaupun jumlah ekspor kopra (Lampiran 4), dan jumlah ekspor dari minyak kelapa rata-
Indonesia sedang mengalami titik tertinggi di periode rata menyumbang sebanyak 1% dari total ekspor seluruh
tersebut (yaitu sebesar 31,8juta US) namun peningkatan komoditas di Filipina setiap tahunnya. Sementara
ini juga diiringi dengan peningkatan ekspor kopra dari komoditas minyak kelapa Indonesia hanya menyumbang
negara lain sehingga pangsa pasar Indonesia untuk antara 0,2% sampai 0,3% kepada total ekspor seluruh
komoditas kopra menjadi kecil dan paling kecil jika komoditas Indonesia.
dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya (Tabel 5).
250
80
200

Pangsa Pasar
70
150
60
100
50
pangsa pasar

40 50
30 0
2009 2010 2011 2012 2013
20
Tahun
10
Belanda Filipina India
0 Indonesia Malaysia Vietnam
2009 2010 2011 2012 2013
tahun
Indonesia Vietnam Filipina Sumber : Lampiran 10 (diolah), 2015
Belanda Malaysia India Gambar 4. Nilai RCA Enam Negara Eksportir Komoditas
Minyak Kelapa (HS 151311) Tahun 2009-2013
Sumber : Lampiran 9 (diolah), 2015 Dari tahun ke tahun, nilai indeks RCA negara
Gambar 3. Nilai RCA Enam Negara Eksportir Komoditas Indonesia dan Malaysia relatif stabil. Sementara negara
Kopra (HS 120300) Tahun 2009-2013 Belanda cenderung menurun. Berbeda dengan tiga negara
Dari tahun ke tahun, nilai indeks RCA negara sebelumnya, indeks nilai RCA negara Filipina
Indonesia dan Filipina cenderung meningkat (Gambar 3). berfluktuatif dan negara vietnam menunjukkan trend
Berbeda dengan empat negara sebelumnya, indeks nilai peningkatan walau masih sedikit. Sementara negara India
RCA negara Vietnam, India dan Malaysia berfluktuatif terlihat tidak memiliki daya saing pada komoditas
sementara negara Belanda terlihat tidak memiliki daya Minyak Kelapa yang ditandai dengan nilai RCA yang nol
saing pada komoditas kopra yang ditandai dengan nilai (Gambar 4).
RCA yang nol. Daya saing negara India yang sangat rendah pada
Daya saing negara Belanda yang sangat rendah pada komoditas minyak kelapa diduga karena India lebih
komoditas kopra diduga karena Belanda lebih tertarik memfokuskan diri untuk ekspor pada bentuk mentah
untuk mengolah produk kopra yang relatif masih (kopra) dan produk jadi (Minyak Goreng Kelapa) dari
berbentuk mentah menjadi produk setengah jadi dan pada produk setengah jadi (minyak kelapa). Hal ini
produk jadi seperti minyak kelapa dan minyak goreng ditandai dengan jumlah ekspor India pada komoditas
kelapa. Hal ini ditandai dengan jumlah ekspor belanda kopra dan minyak goreng kelapa jauh lebih besar
pada komoditas kopra lebih kecil daripada jumlah ekspor daripada jumlah ekspor komoditas minyak kelapa
Belanda pada komoditas minyak goreng kelapa (Lampiran 3, 4 dan 5).
(Lampiran 3, 4 dan 5). Negara Belanda pun termasuk
empat besar negara yang memiliki pangsa pasar terbesar 3) Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas
pada produk minyak kelapa (Tabel 7) dan minyak goreng Minyak Goreng Kelapa (HS 151319)
kelapa (Tabel 9) Berdasarkan perhitungan Indeks RCA pada Lampiran
11 diperoleh hasil bahwa selama periode 2009-2013
2) Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas Indonesia memiliki daya saing yang kuat (Indeks RCA
Minyak Kelapa Indonesia lebih dari satu) pada komoditas minyak goreng
Berdasarkan perhitungan Indeks RCA pada Lampiran kelapa. Hal ini berarti bahwa Indonesia memiliki
10 diperoleh hasil bahwa selama periode 2009-2013 keunggulan komparatif pada komoditas minyak goreng
Indonesia memiliki daya saing yang kuat (Indeks RCA kelapa. Jika dibandingkan dengan negara pembanding
Indonesia lebih dari satu) pada komoditas minyak kelapa. lainnya, Nilai Indeks RCA Indonesia menempati posisi
Hal ini berarti bahwa Indonesia memiliki keunggulan kedua terbesar setelah Filipina. Sementara yang terkecil

8
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September Tahun 2015

adalah Vietnam yang memiliki nilai rata-rata Indeks RCA dalam perdagangan kopra dan produk turunannya di
sebesar nol selama tahun 2009 sampai 2013. pasar internasional.
Nilai RCA Indonesia masih terpaut jauh dengan Untuk mengefisiensikan bentuk ekspor, pemerintah
Filipina (Lampiran 11). Hal ini dikarenakan nilai ekspor sebaiknya fokus pada minyak kelapa karena memiliki
minyak goreng kelapa Filipina selalu lebih besar dari kenggulan komparatif yang paling besar ditunjukkan
Indonesia (Lampiran 5), dan jumlah ekspor dari minyak dengan nilai indeks RCA dan pangsa pasar paling besar.
goreng kelapa Filipina rata-rata menyumbang sebanyak Namun melihat kondisi kualitas sumber daya manusia
0,7% dari total ekspor seluruh komoditas di Filipina dan teknologi yang dimiliki Indonesia yang tergolong
setiap tahunnya. Sementara komoditas minyak kelapa rendah (berdasarkan penelitian Turukay tahun 2008),
Indonesia hanya menyumbang 0,1% kepada total ekspor pemerintah lebih disarankan untuk tetap mengekspor
seluruh komoditas Indonesia. kopra dalam bentuk kopra dan minyak kelapa karena nilai
rata-rata Indeks RCA kopra menempati posisi terbesar
140 kedua setelah minyak kelapa sementara nilai rata-rata
120 Indeks RCA minyak goreng kelapa Indonesia menempati
urutan terkecil. Hal ini berarti kopra memiliki keunggulan
100
komparatif terbesar kedua setelah minyak kelapa.
80 Sedangkan minyak goreng kelapa memiliki keunggulan
60 komparatif yang paling kecil.
40
20
2.2. Analisis Keunggulan Kompetitif
1) Faktor Sumberdaya
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Komponen sumberdaya yang merupakan potensi
yang dapat dimanfaatkan dalam pengusahaan kopra
Belanda Filipina India antara lain sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
Indonesia Malaysia Vietnam sumberdaya modal, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
sumberdaya infrastruktur.
Sumber : Lampiran 11 (diolah), 2015 (1) Sumberdaya Alam
Gambar 5. Nilai RCA Enam Negara Eksportir Komoditas Pertanaman kelapa di Indonesia merupakan yang
Minyak Goreng Kelapa (HS 151319) Tahun 2009-2013 terluas di dunia dengan pangsa 31,2% dari total luas areal
Dari tahun ke tahun, nilai indeks RCA negara Filipina kelapa dunia. Peringkat kedua diduduki Filipina (25,8%),
dan Belanda menunjukkan tren meningkat sementara disusul India (16,0%), Sri Langka (3,7%) dan Thailand
nilai indeks RCA negara Malaysia cenderung menurun. (3,1%) Pertanaman kelapa tersebar di seluruh kepulauan
Nilai Indeks RCA negara Indonesia dan India relatif Indonesia. Pada tahun 2005, total areal meliputi 3,29 juta
stabil. Sementara negara Belanda terlihat tidak memiliki ha, yakni terdistribusi di pulau Sumatera 33,8%, Jawa
daya saing pada komoditas minyak goreng kelapa yang 22,4%, Bali, NTB dan NTT 5,9%, Kalimantan 6,8%,
ditandai dengan nilai rata-rata RCA-nya yang nol. Sulawesi 22,1%, Maluku dan Papua 9%. Produk utama
(Gambar 4.4) yang dihasilkan di wilayah Sumatera adalah kopra dan
Daya saing negara Vietnam yang sangat rendah pada minyak; di Jawa kelapa butir; Bali, NTB dan NTT kelapa
komoditas minyak goreng kelapa diduga karena Vietnam butir dan minyak; Kalimantan kopra; Sulawesi minyak;
lebih tertarik untuk langsung mengekspor kopra yang Maluku dan Papua kopra. Komposisi keadaan tanaman
dimilikinya dalam bentuk mentah daripada mengolah secara nasional meliputi: tanaman belum menghasilkan
produk kopra menjadi produk jadi seperti minyak goreng (TBM) seluas 16,2% (0,63 juta ha), tanaman
kelapa. Hal ini ditandai dengan jumlah ekspor kopra menghasilkan (TM) 73,6% (2,87 juta ha), dan tanaman
Vietnam jauh lebih besar daripada jumlah ekspor tua/rusak (TT/TR) 10,1% (0,39 juta ha) (Badan Penelitian
Vietnam pada komoditas minyak kelapa dan minyak dan Pengembangan Pertanian. 2007 : 1). Menurut catatan
goreng kelapa (Lampiran 3, 4 dan 5). Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo) (dalam Direktorat
Jenderal Industri Agro, 2014), rata-rata produksi buah
Dari hasil analisis ketiga komoditas (kopra, minyak kelapa Indonesia per tahun adalah 15,5 miliar butir,
kelapa, dan minyak goreng kelapa), Indonesia memiliki dimana 60% penggunaannya dalam bentuk kopra dan
keunggulan komparatif yang kuat pada seluruh komoditas minyak dan 40% dalam bentuk lainnya (seperti kelapa
tersebut. Ditandai dengan nilai Indeks Revealed segar, dan lain lain). Menurut data dari Direktorat
Comparative Advantage yang selalu lebih besar dari satu. Jenderal Perkebunan (2014), provinsi yang memiliki
Dan nilai rata-rata Indeks RCA pada minyak kelapa tingkat produksi tertinggi ialah Provinsi Riau dan yang
adalah yang paling besar dibandingkan kopra dan minyak sedikit ialah Provinsi DKI Jakarta. Produksi kelapa
goreng kelapa. Pangsa pasar untuk minyak kelapa juga Indonesia relatif stabil setiap tahunnya
yang terbesar dibandingkan dengan komoditas yang lain.
Artinya, Minyak kelapa Indonesia memiliki keunggulan (2) Sumberdaya Manusia
komparatif yang paling besar. Perkebunan kelapa merupakan salah satu sektor
Kuatnya daya saing dan tingginya pangsa pasar kopra pertanian yang cukup banyak menyerap tenaga kerja. Hal
Indonesia dan produk turunannya di pasar internasional ini tercermin dari luasnya areal perkebunan rakyat yang
menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai posisi yang mencapai 98% dari 3,74 juta ha dan melibatkan lebih dari
cukup tangguh serta berpotensi untuk menjadi pemimpin

9
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, Tahun 2015

tiga juta rumah tangga petani di tahun 2007 (Badan Peran kelembagaan sangat menentukan dan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007 : 1). mendukung adanya ketersediaan pengetahuan dan
Berdasarkan data Direktorat Pangan dan Pertanian informasi tersebut. Lembaga penelitian memegang
(2014:120), usahatani kelapa mampu menghidupi peranan penting dalam memberikan pendampingan dan
sejumlah 37,2 juta orang di tahun 2013 (meningkat bimbingan serta inovasi teknologi dalam peningkatan
1000% dalam 7 tahun sejak tahun 2007) apabila 1 KK daya saing komoditi kopra Indonesia. Salah satu lembaga
diasumsikan terdiri dari 5 anggota keluarga. Dan internasional yang terkait dengan perkopraan nasional
menghidupi 22,3juta orang apabila diasumsikan 60% dari dan dunia adalah Asian and Pacific Coconut Community
seluruh petani kelapa memproduksi kopra (menurut (APCC) yang berada di bawah naungan Komisi Ekonomi
catatan DEKINDO (Dewan Kelapa Indonesia), dari total dan Sosial untuk Asia dan Pasific - PBB atau United
produksi kelapa, 60% kelapa diproduksi dalam bentuk Nations Economic and Social Commission for Asia and
kopra). Jumlah tersebut belum termasuk masyarakat yang the Pacific (UN-ESCAP).
terlibat dalam rantai pasok perniagaan kelapa dan industri Sumber IPTEK lainnya dapat berasal dari perguruan
perkelapaan. tinggi, media, dan jurnal-jurnal penelitian melalui
Banyaknya jumlah petani dalam perkebunan rakyat penelitian mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi
kelapa belum sepenuhnya ditunjang dengan kualitas yang berkaitan dengan budidaya ataupun aspek sosial
sumberdaya manusia yang baik. Kualitas tenaga kerja ekonomi. Dalam hal basis data peranan lembaga statistik
yang dibutuhkan dalam pengusahaan tanaman kelapa seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia juga
ditentukan oleh kemampuan petani dalam menerapkan penting dan dibutuhkan dalam mengolah data statistik
dan memanfaatkan teknologi serta teknik penanaman perkebunan kopra. Namun dikarenakan 98% produsen
yang baik. Menurut penelitian dari Turukay (2008:12) kelapa (merujuk pada data Badan Penelitian dan
menyatakan bahwa dalam hal penggunaan dan penerapan Pengembangan Pertaian (2007)) adalah petani tradisional
teknologi pada pengusahaan kopra masih minim. yang yang minim pendidikan, potensi teknologi kopra ini
ditandai dengan masih digunakannya metode pengasapan masih belum dapat dimaksimalkan.
untuk menghasilkan kopra dan masih jarangnya pelatihan
dan penyuluhan yang diberikan oleh Kementerian (4) Sumberdaya Modal
Pertanian. Padahal metode pengasapan akan Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008:15),
menghasilkan kopra yang bermutu rendah. Menurut Har modal usaha yang dimiliki petani untuk melakukan
Adi Basri, Sekertaris Jenderal Dewan Kelapa Indonesia budidaya secara baku teknis masih terbatas dari milik
(dalam bisnis.com, 2014), Indonesia masih memerlukan petani sedangkan penghasilan petani kopra masih minim
peningkatan kualitas SDM. Selama ini ekspor Indonesia dan belum adanya kredit khusus untuk pembiayaan usaha
sangat mengandalkan faktor-faktor keunggulan kopra dari pihak perbankan sebagai penyedia kredit dan
komparatif sebagai penentu utama daya saingnya, memberikan bantuan modal.
terutama daya saing harga, seperti upah buruh murah dan Berdasarkan Panel Petani Nasional yang dilakukan
sumber daya alam (SDA) berlimpah sehingga murah oleh Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
biaya pengadaannya. Ketersediaan kuantitas sumberdaya Pertanian (2006:xix) cara pembayaran sarana produksi
manusia mampu mendukung peningkatan daya saing yang dibeli lazim dibayar secara tunai terutama untuk
kopra Indonesia di pasar internasional tetapi kualitas pupuk anorganik dan pestisida. Sementara untuk bibit
sumberdaya manusianya (merujuk pada penelitian umumnya adalah hasil produksi sendiri karena harga bibit
Turukay (2008)) perlu ditingkatkan sehingga kelapa adalah yang paling mahal jika dibandingkan
produktivitas, kualitas dan daya saing kopra Indonesia dengan bibit komoditas perkebunan lain seperti teh, kopi
dapat meningkat. dan karet. Pedagang sarana produksi dan pedagang hasil
usahatani juga berfungsi sebagai lembaga permodalan
(3) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selain peran utama mereka sebagai pedagang. Meski
Pada sub bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa petani kelapa jarang meminjam modal (karena usahatani
sistem budidaya kopra Indonesia sebagian besar berupa kelapa rakyat berupa usahatani sampingan yang
perkebunan rakyat. Teknologi yang digunakan pun masih diperlakukan “seadanya”), jika petani ingin meminjam
tergolong tradisional dan dalam skala kecil. Untuk modal sarana produksi dan uang, mereka dapat
meningkatkan produktivitas tanaman yang saat ini meminjam kepada pedagang sarana produksi dan
tergolong rendah maka diperlukan bibit unggul yang pedagang hasil usahatani yang lokasinya berada didalam
berasal dari kebun induk, terutama kebun induk kelapa desa dan tanpa menggunakan agunan (jaminan).
dalam komposit (KIKDK). Saat ini sumber benih kelapa Sedangkan jika meminjam kepada lembaga keuangan
yang digunakan belum berasal dari kebun induk yang formal seperti bank umum dan bank perkreditan rakyat
dibangun khusus sebagai kebun induk yang benar, tetapi selain harus menggunakan agunan (jaminan), lokasi
dipilih dari pertanaman yang ada di berbagai daerah yang lembaga keuangan formal yang berada relatif jauh
disebut dengan blok penghasil tinggi (BPT). Walaupun (berada diluar desa) ditambah kondisi jalan yang masih
benih yang berasal dari BPT lebih baik daripada benih banyak dijumpai dalam bentuk tanah membuat petani
sapuan, ke depan perlu dibangun KIKDK sebagai sumber cenderung enggan meminjam.
benih. Penggunaan kelapa dalam unggul komposit akan
meningkatkan produksi kelapa dalam dari rata-rata 1,5 (5) Sumberdaya Infrastruktur
ton kopra/ha/tahun menjadi minimal 2,25 ton Berdasarkan Panel Petani Nasional yang dilakukan
kopra/ha/tahun dengan pemeliharaan semi intensif. oleh Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
10
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September Tahun 2015

Pertanian (PASEKP) (2006:xiii), permukaan jalan utama Sehingga jika nilai tukar turun atau naik dan jika harga
di desa berbasis perkebunan khususnya kelapa pada jual naik atau turun mereka tetap menjual hasil
umumnya aspal dan diperkeras. Namun jalan tanah masih produksinya. Bagi petani asalkan bisa mendapatkan uang
banyak dijumpai sehingga ada yang tidak dapat dilalui untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sudah cukup.
motor. Senada dengan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Masih menurut Turukay (2008:5), Nilai RCA kopra juga
Kebijakan Pertanian, menurut Badan Penelitian dan memiliki keterkaitan dengan permintaan ekspor kopra
Pengembangan Pertanian (2007 : 13) untuk daerah- Indonesia di pasar dunia (Turukay menggunakan analisa
daerah tertentu terutama di luar Jawa kondisi infrastruktur regresi berganda, pada tingkat kepercayaan 99 % untuk
pendukung seperti jalan raya kurang memadai. Dampak variabel indeks Revealed Comparative Advantage)
dari hal ini biaya usahatani menjadi tinggi dan harga jual Selain itu menurut Turukay (2008:5), Periode
menjadi kurang bersaing. Sebagai contoh, di salah satu peralihan minyak kelapa ke minyak sawit sebagai bahan
daerah sentra produksi kelapa di Indragiri Hilir hanya baku industri minyak goreng menunjukkan pengaruh
memiliki satu alternatif transportasi, yaitu transportasi air. yang signifikan pada ekspor kopra Indonesia (Turukay
Kondisi tersebut mengakibatkan kelembagaan penunjang menggunakan analisa regresi berganda, pada tingkat
cenderung menekan petani. Sebagai ilustrasi, kepercayaan 99 % untuk variabel peralihan minyak
kelembagaan pemasaran cenderung monopsoni (banyak kelapa ke minyak sawit), hal ini berarti ketika permintaan
penjual, satu pembeli), kelembagaan keuangan minyak sawit meningkat untuk industri minyak goreng
didominasi sistim barter (tukar menukar) yang merugikan dalam negeri berarti permintaan kopra untuk industri
petani, dan akses petani terhadap informasi teknologi dan minyak goreng dalam negeri berkurang sehingga ekspor
informasi pasar ekspor tidak berjalan karena kurangnya kopra dapat ditingkatkan. Minyak sawit sebagai barang
sarana dan prasarana dan minimnya pendidikan yang subtitusi kopra untuk bahan baku industri minyak goreng
dimiliki oleh petani. dalam negeri mampu mempengaruhi ekspor kopra
Untuk wilayah yang infrastrukturnya sudah Indonesia.
berkembang seperti di Jawa, kelapa masih cenderung Kondisi permintaan kopra baik permintaan domestik
dikonsumsi dalam bentuk kelapa segar, yang mana dan luar negeri juga merupakan salah satu aspek yang
konsumen utamanya adalah masyarakat perkotaan. sangat menentukan daya saing kopra Indonesia di pasar
Kondisi yang demikian mengakibatkan transportasi yang dunia. Perdagangan kopra Indonesia umumnya lebih
mahal dan rantai tataniaga yang panjang, pada gilirannya berorientasi ekspor daripada untuk konsumsi domestik
harga tingkat petani juga tertekan. (Badan Penelitian dan ditandai dengan adanya ekspor neto
Pengembangan Pertanian. 2007 : 13). Penggunaan minyak kelapa di dalam negeri yang
semakin berkurang selama tahun 2009 hingga 2012
2) Kondisi Permintaan (ditandai dengan meningkatnya jumlah ekspor minyak
Menurut Wiliawan Twishsri selaku direktur Asia kelapa, lihat Lampiran 4) diduga terkait dengan
and Pasific Coconut Community (dalam koran bisnis perubahan preferensi konsumen domestik yang lebih
online, Bisnis.com, 2014), perolehan ekspor produk menyukai penggunaan minyak kelapa sawit karena
kelapa Indonesia masih lebih rendah dibandingkan harganya lebih murah. Indonesia sebagai salah satu
dengan perolehan negara pesaing utama Filipina. negara produsen kopra yang lebih berorientasi ekspor,
Sebanyak 78,9% dari total perdagangan produk kelapa juga mengimpor produk kopra. Menurut Badan Penelitian
dunia didominasi oleh Indonesia dan Filipina. Namun, dan Pengembangan Pertanian. (2007:9), hal itu biasanya
rerata nilai ekspor produk kelapa RI per tahun adalah dilakukan untuk pengamanan cadangan penggunaan
US$1,355 juta atau lebih rendah dari Filipina yang dalam negeri.
mencapai US$1,544 juta. Dari uraian kondisi permintaan di atas, apabila
Berdasarkan hasil penelitian Turukay (2008:4), dilihat dari segi permintaan domestik, maupun
Harga merupakan faktor yang sangat penting dalam permintaan luar negeri, kopra Indonesia memiliki potensi
permintaan kopra karena harga ekspor berpengaruh yang besar dalam perdagangan kopra internasional.
terhadap permintaan ekspor kopra. Menurut Wiliawan Kondisi permintaan tersebut dapat memberikan dukungan
Twishsri selaku direktur Asia and Pasific Coconut terhadap peningkatan daya saing komoditi kopra
Community (dalam koran bisnis online, Bisnis.com, Indonesia di pasar dunia walaupun masih terdapat sedikit
2014), harga kopra Indonesia mengikuti kesepakatan kendala dalam kualitas kopra yang dihasilkan.
harga yang telah ditentukan oleh Asia and Pasific
Coconut Community. Meski Indonesia memiliki kuantitas 3) Eksistensi Industri Terkait dan Industri
ekspor yang banyak, namun Indonesia tidak dapat Pendukung
menentukan harga secara sepihak karena Indonesia sudah Industri yang terkait produksi kopra adalah industri
menjadi anggota Asia and Pasific Coconut Community. minyak kelapa dan bungkil kopra. Industri yang terkait
Jika Indonesia melanggar kesepakatan tersebut, Indonesia produksi minyak kelapa adalah industri minyak kelapa
akan mendapatkan sangsi dari Asia and Pasific Coconut sawit (sebagai industri substitusi), industri minyak goreng
Community. kelapa dan cocochemical (bahan kimia yang terbuat dari
Berdasarkan penelitian Turukay (2008:5), Bagi minyak kelapa). Sedangkan yang terkait produksi minyak
petani dalam memproduksi dan menjual kopra tidak goreng kelapa adalah pedagang partai besar, eksportir,
melihat pada pengaruh naik turunnya nilai tukar rupiah dan industri lainnya yang menggunakan minyak goreng
dan naik turunnya harga jual kopra, Hal ini disebabkan kelapa. Untuk industri dan lembaga pendukung produksi
produksi kopra 98% dihasilkan oleh perkebunan rakyat. kopra, minyak kelapa dan minyak goreng kelapa antara
11
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, Tahun 2015

lain industri sarana produksi, industri mesin dan sawit sebagai bahan baku industri minyak goreng di
peralatan, organisasi pemberantasan hama, penyuluhan Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan pada ekspor
dan organisasi petani. kopra Indonesia. Ketika permintaan minyak sawit
Berdasarkan Panel Petani Nasional yang dilakukan meningkat untuk industri minyak goreng dalam negeri
oleh Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan berarti permintaan kopra untuk industri minyak goreng
Pertanian (PASEKP) (2006:xiii), industri pendukung dalam negeri berkurang sehingga ekspor kopra dapat
yang paling berperan dalam usahatani kopra adalah kios ditingkatkan. Minyak sawit sebagai barang subtitusi
sarana produksi. Peranan kios sarana produksi di Jawa kopra untuk bahan baku industri minyak goreng dalam
lebih besar daripada diluar Jawa. Jasa pengolahan tanah negeri mampu mempengaruhi ekspor kopra Indonesia.
merupakan kegiatan yang paling jarang dilakukan. Menurut Turukay (2008:29), belum ada strategi
Industri terkait yang paling berperan adalah pedagang bersaing yang inovatif dari para petani kelapa dan
hasil panen dan jasa pasca panen. Karena kopra dapat eksportir kopra Indonesia untuk menguasai pangsa pasar
diolah menjadi minyak kelapa dan bungkil kopra dan kopra dunia. Para eksportir kopra hanya dapat
minyak kelapa dapat diolah menjadi minyak goreng mengekspor jika petani memproduksi kopra dan tidak
kelapa dan cocochemical (bahan kimia yang terbuat dari mengekspor jika petani tidak memproduksi kopra.
minyak kelapa). Peranan pedagang hasil panen dan jasa Sehingga ekspor kopra Indonesia terkesan “seadanya”.
pasca panen di luar Jawa lebih besar daripada di Jawa
(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 5) Peran Pemerintah
(PASEKP), 2006:xiv) Dalam peningkatan daya saing komoditi kopra di
Masih menurut Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan pasar internasional peranan pemerintah baik melalui
Kebijakan Pertanian (PASEKP) (2006:xiv), lembaga Kementerian Pertanian maupun Pemerintah Daerah masih
penunjang usahatani yang keberadaanya paling menonjol sangat terbatas dalam pengembangan tanaman kopra
adalah organisasi pemberantasan hama, penyuluhan dan mulai dari produksi hingga pasca panen. Pada komoditas
organisasi petani. Namun keberadaan lembaga-lembaga ini belum pernah diberlakukan kebijakan harga output
tersebut pada umumnya banyak yang tidak aktif terutama (price policy). Penentuan harga jual output selama ini
organisasi petani dan pemberantasan hama. diserahkan pada mekanisme pasar. Status komoditas yang
Dalam kenyataanya, menurut Badan Penelitian dan bukan merupakan kebutuhan dasar dan tingkat
Pengembangan Pertanian. (2007:9), peran industri penggunaan per kapita yang relatif rendah dapat menjadi
perbenihan dalam mendukung pengusahaan kopra di faktor penjelas belum adanya urgensi intervensi
Indonesia masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan harga pada produk kelapa. (Badan Penelitian
minimnya jumlah Kebun Induk Kelapa Dalam Komposit dan Pengembangan Pertanian. 2007 : 14)
(KIKDK) yang memasok benih dan bibit unggul pada Intervensi kebijakan pemerintah baru dilakukan pada
petani. Saat ini sumber benih kelapa yang digunakan kegiatan impor. Intervensi tersebut berupa penetapan bea
belum berasal dari kebun induk yang dibangun khusus masuk barang impor dan pajak penjualan yang selain
sebagai kebun induk yang benar, tetapi dipilih dari memberikan pemasukan bagi negara juga dimaksudkan
pertanaman yang ada di berbagai daerah yang disebut untuk melindungi para produsen di dalam negeri. (Badan
dengan blok penghasil tinggi (BPT). Selain itu, menurut Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007 : 14)
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
(PASEKP) (2006:xiv), petani lebih memilih Tabel 10. Kebijakan Perdagangan Kelapa Di Indonesia
memproduksi benih kelapa sendiri karena harga benih Tahun 2003
kelapa yang paling mahal jika dibandingkan dengan Ekspor Impor
benih tanaman perkebunan yang lain seperti teh, karet, Jenis produk Pajak Pajak Bea Pajak
dan kopi Ekspor lain Masuk Penjualan
Copra Nil Nil Nil Nil
4) Struktur, Persaingan, dan Strategi Crude Coconut Oil Nil Nil 5% 10%
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Refined Coconut Oil Nil Nil Nil 10%
Pertanian (2007 : 11) sebanyak 98% petani kopra Copra Meal Nil Nil 5% 10%
Indonesia adalah petani rumah tangga yang tersebar di Desiccated Coconut Nil Nil 5% 10%
seluruh Indonesia. Pendidikan mereka relatif rendah dan Coconut Cream Nil Nil 15% 10%
usahatani kopra pada umumnya hanya usaha sampingan. Products Nil Nil 5% 10%
Sehingga “potensi” yang ada pada kopra belum dapat Shell Charcoal Nil Nil 10% 10%
dimaksimalkan seutuhnya. Para eksportir hanya
Activated Carbon Nil Nil 20% 10%
mengekspor jika ada kiriman “barang” dari petani kopra,
Keterangan : nil : tidak ada kebijakan
peralatan yang digunakan petani pun masih tergolong
Sumber : Departemen Keuangan, (2004) dalam Badan
sederhana. Meski kualitas kopra yang dihasilkan oleh
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (2007 : 14)
para petani kelapa kurang memuaskan, namun menurut
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan
catatan dari United Nation Comodity Trade (2015), dari
Pertanian (2007 : 37) dukungan kebijakan yang
segi kuantitas kopra Indonesia menjadi yang terbanyak di
diperlukan untuk usahatani kelapa adalah penyediaan
dunia pada tahun 2012 dan 2013.
kredit modal untuk intensifikasi, rehabilitasi dan
Persaingan minyak kelapa terlihat jelas dengan barang
peremajaan; pembinaan teknis dan kelembagaan
substitusinya yaitu minyak sawit. Menurut Turukay
produksi; penyediaan informasi teknologi dan pasar;
(2008:8), periode peralihan minyak kelapa ke minyak
12
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September Tahun 2015

peningkatan status hukum atas kepemilikan lahan usaha; eksportir setiap tahunnya. Sementara minyak goreng
dan pengembangan infrastruktur. Sedangkan menurut kelapa menunjukkan tren penurunan jumlah negara
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi eksportir dengan rata-rata 83 negara eksportir setiap
Pertanian (2005:9), rumusan kebijakan dalam tahunnya.
pengembangan produk agroindustri kelapa, yaitu: 1. 2) Indonesia memiliki daya saing yang kuat dari segi
Perbaikan produktivitas dan kualitas bahan baku; 2. keunggulan komparatif pada kopra, minyak kelapa
Insentif Ekspor 3. Promosi ekspor dan minyak goreng kelapa. Namun memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan dari segi keunggulan
6) Peran Peluang kompetitif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Turukay (1) Keunggulan komparatif ditunjukkan dengan
(2008:8) peningkatan populasi negara pengimpor sebesar nilai Indeks Revealed Comparative Advantage
1% akan menyebabkan penambahan ekspor kopra yang selalu lebih besar dari satu. Dari ketiga
Indonesia sebesar 15,8346 % dengan asumsi faktor lain komoditas (kopra, minyak kelapa, dan minyak
tetap, Hal ini menunjukan peningkatan populasi goreng kelapa), Indonesia memiliki keunggulan
memberikan kontribusi besar untuk ekspor kopra komparatif yang paling besar pada minyak
Indonesia kepasar dunia. Populasi penduduk sebagai kelapa.
indikasi konsumsi suatu negara, berpengaruh signifikan (2) Indonesia memiliki keunggulan kompetitif pada
terhadap ekspor kopra Indonesia, ini menunjukan kuantitas sumber daya alam dan kuantitas
penggunaan kopra sebagai salah bahan baku industri sumber daya manusia yang banyak dan peluang
pangan dan non pangan. yang tersedia seperti peningkatan populasi
Turukay (2008:8) juga menuturkan bahwa negara pengimpor, peningkatan pendapatan
peningkatan pendapatan perkapita sebesar 1% akan perkapita di negara pengimpor, potensi
menyebabkan peningkatan ekspor kopra Indonesia pengolahan oleh industri, diversifikasi produk
sebesar 10,72252%, dengan asumsi faktor penentu lain menjadi produk turunan lainnya, dan liberalisasi
tetap (pada a=5% alias tingkat kepercayaan 95%). perdagangan. Namun memiliki kelemahan
Pendapatan yang meningkat diharapkan akan kompetitif dari segi kualitas sumber daya alam
meningkatkan daya beli rata-rata penduduk, sehingga dan sumber daya manusia yang kurang
bagian yang bisa dibelanjakan juga lebih banyak. berkualitas, modal yang minim, infrastruktur
Data Asia Pasific Coconut Community (dalam Badan yang minim, dukungan dari industri terkait dan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007:20) industri pendukung yang minim, belum adanya
menunjukkan bahwa konsumsi kelapa segar penduduk strategi bersaing yang inovatif, persaingan yang
Indonesia sekitar 36 butir/kapita/tahun atau 7,92 milyar ketat dengan barang substitusi, dan intervensi
butir (51,1%). Menurut Badan Penelitian dan kebijakan pemerintah yang minim.
Pengembangan Pertanian (2007:20) Bila produksi buah
kelapa nasional sebanyak 15,5 milyar butir/tahun, maka Saran
buah kelapa yang dapat diolah di sektor industri adalah 1) Untuk mengefisiensikan bentuk ekspor, pemerintah
7,58 milyar butir (48,9%). Jumlah ini dapat memenuhi sebaiknya memfokuskan diri pada pasar minyak
kebutuhan 29 unit industri dengan kapasitas 1 juta kelapa karena : 1) Keunggulan komparatif minyak
butir/hari kelapa adalah yang terbesar dibandingkan ketiga
Sekitar 90% dari bahan baku daging kelapa digunakan komoditas yang lain; 2) Pangsa pasar untuk minyak
untuk menghasilkan Minyak Kelapa Mentah dan sisanya kelapa juga yang terbesar dibandingkan dengan
terbagi untuk produk lainnya, tetapi kecenderungan untuk komoditas yang lain. 3) Dunia menunjukkan
menghasilkan Minyak Kelapa Mentah tersebut semakin ketertarikan pada pasar minyak kelapa yang ditandai
menurun, sedangkan produk turunan lainnya semakin dengan peningkatan jumlah negara eksportir. Namun
meningkat. Sesuai dinamika pasar produk, melihat kondisi kualitas sumber daya manusia dan
kecenderungan untuk menghasilkan produk oleokimia teknologi yang dimiliki Indonesia yang tergolong
(turunan dari minyak kelapa mentah) tampak semakin rendah (berdasarkan penelitian Turukay tahun 2008),
tinggi. Ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk maka pemerintah lebih disarankan untuk tetap
mengembangkan potensi kopra Indonesia (Badan mengekspor kopra dalam bentuk kopra dan minyak
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007:20). kelapa karena keunggulan komparatif kopra
menempati posisi terbesar kedua setelah minyak
PENUTUP kelapa. Caranya dengan: (1) Penyediaan informasi
Kesimpulan teknologi dan informasi pasar; (2) Pengembangan
1) Berdasarkan hasil penelitian, struktur pasar kopra, infrastruktur; (3) Perbaikan produktivitas dan kualitas
minyak kelapa, dan minyak goreng kelapa berupa bahan baku; (4) Insentif Ekspor (5) Promosi ekspor
pasar oligopoli ketat dengan rasio konsentrasi yang 2) Indonesia dapat menggunakan kekuatan dan peluang
tinggi. Ditunjukkan dengan nilai rata-rata Herfindahl yang tersedia untuk meminimalisir kelemahan yang
Index yang diatas 1.800 dan rata-rata nilai CR4 diatas ada. Diantaranya yaitu:
80 persen pada ketiga komoditas tersebut. Kopra dan (1) Untuk para petani eksportir sebaiknya
minyak kelapa menunjukkan tren peningkatan jumlah menggunakan pola produksi yang lebih teratur.
negara eksportir dengan rata-rata masing-masing Jika terdapat kelebihan produksi, sebaiknya
komoditas sebanyak 30 negara dan 66 negara disimpan dan dijual ketika sedang kekurangan
13
Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, Tahun 2015

jumlah produksi agar kuantitas penjualan Kontan.co.id. 2013. Harga kopra naik. Edisi 10
menjadi lebih stabil. Desember 2013 Diakses dari
(2) Untuk para eksportir sebaiknya menggunakan http://industri.kontan.co.id pada 06 Februari 2015
strategi bersaing yang inovatif seperti bersaing Kotler, Philip.2000. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi
melalui pelayanan yang prima, bersaing melalui terjemah. Jakarta : Penerbit Erlangga.
pemasaran, merangkul pesaing, dan lain Porter, Michael E. 1998. The Competitive Advantage of
sebagainya. Nations. London: Macmillan Press
(3) Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
riset mengenai strategi yang paling tepat untuk 2006. Panel Petani Nasional (PATANAS) : Analisis
meningkatkan daya saing kopra Indonesia di Indikator Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.
pasar internasional. Bogor : Departemen Pertanian
(4) Pemerintah diharapkan dapat membuat Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
kebijakan seperti yang telah penulis sarankan Pertanian. 2005. Laporan Akhir : Prospek
pada saran point 1 Pengembangan Agroindustri Dalam Meningkatkan
Daya Saing dan Ekspor Berdasarkan Permintaan
UCAPAN TERIMA KASIH Jenis Produk Komoditas Perkebunan Utama. Bogor
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada PT. : Departemen Pertanian
Minamas Plantation yang telah membiayai penelitian ini. Silalahi, Bayu Geo S. 2007. Daya Saing Komoditas
Nenas dan Pisang Indonesia di Pasar Internasional.
DAFTAR PUSTAKA Skripsi Program Sarjana Fakultas Pertanian. Institut
Asian and Pacific Coconut Community. About Us. Pertanian Bogor.
Diunduh dari www.apccsec.org/about.html . Tambunan, Tulus. 2001. Industrialisasi di Negara
Diakses tanggal 09 April 2015. Sedang Berkembang Kasus Indonesia. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Ghalia Indonesia
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Turukay, Martha. 2008. Analisis Permintaan Ekspor
Kelapa. Edisi Kedua. Jakarta : Departemen Kopra Indonesia Di Pasar Dunia. Jurnal
Pertanian Agroforestri. Volume III No. 2. Hlm 1. Juni
Bisnis.com. 2014. Ekspor Kelapa RI Kalah Dari Filipina. United Nation Statistics. 2015. United Nations
Melalui bisnis.com diakses pada 06 Februari 2015 Commodity Trade (UN COMTRADE) Statistics
Direktorat Jenderal Industri Agro. 2014. Potensi RI Database. http://unstats.un.org/unsd/Comtrade8.
Kuasai Pasar Kelapa Dunia. Melalui Diakses 16 Januari 2015.
http://agro.kemenperin.go.id diakses pada 27
Desember 2015
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Produksi
Perkebunan Menurut Provinsi dan Jenis Tanaman.
Badan Pusat Statistik Indonesia
Direktorat Pangan dan Pertanian. 2014. Analisis Rumah
Tangga, Lahan, Dan Usaha Pertanian Di Indonesia
: Sensus Pertanian 2013. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
Febriyanthi, Sri Anna. 2008. Analisis Daya Saing Ekspor
Komoditi Teh Indonesia di Pasar Internasional.
Skripsi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Internet Center For Management and Business
Administration. 2007. Herfindahl Index.
www.quickmba.com. Diakses tanggal 15 Desember
2014
Internet Center For Management and Business
Administration. 2007. Porter‟s Diamond National
Advantage. www.quickmba.com. Diakses tanggal
15 Desember 2014.
Kementerian Perindustrian. 2012. Peran Ekspor
Kelompok Hasil Industri Pengolahan
Kelapa/Kelapa Sawit Terhadap Total Ekspor Hasil
Industri. Diakses dari http://www.kemenperin.go.id
pada 20 Desember 2015
Kementerian Perindustrian. 2012. Perkembangan Ekspor
Indonesia Berdasarkan Sektor. Diakses dari
http://www.kemenperin.go.id/ pada 20 Desember
2015

14

Anda mungkin juga menyukai