Anda di halaman 1dari 18

EKSPOR & IMPOR CRUDE PALM OIL (CPO) DI PT.

SMART Tbk
Diajukan untuk memenuhi syarat akhir perkuliahan mata kuliah Kepabeanan dan Bea Cukai .

OLEH:

ANGELINKHA LARASITA ENDI (1701000055)

BAYU AGUNG WIBOWO (1701000043)

TIARA ASTININGRUM (1710000)

VISCA ALMAIDAH (1701000042)

FARHAN RAMZY (1701000056)

D3 AKUNTANSI PERPAJAKAN

PERBANAS INSTITUTE

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Ekspor & Impor Crude Palm Oil (CPO) di PT. SMART Tbk” ini.Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kepabeanan dan Bea Cukai. Penulis sangat berharap bahwa
makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai ekspor dan impor dalam bidang CPO di Indonesia. Serta mengenal lebih jelas tentang
PT. SMART Tbk.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 5

I.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 5

I.2 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 5

I.3 Rumusan Masalah............................................................................................................. 5

II. PT. SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk .................... 7

II.1 Sejarah PT. SMART Tbk ................................................................................................ 7

II.2 Jenis Produk PT. SMART Tbk ....................................................................................... 8

III. CRUDE PALM OIL (CPO) ....................................................................................... 10

III.1 Perkembangan Ekspor CPO Indonesia .......................................................................... 10

III.2 Gambaran Perkembangan Ekspor CPO Indonesia ........................................................

III.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor CPO Indonesia............................ 11

IV. KESIMPULAN ......................................................................................................... 12

IV.1 Simpulan ....................................................................................................................... 12

IV.2 Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 13


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan perdagangan internasional yang menyangkut kegiatan di bidang impor


maupun ekspor akhir-akhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pesatnya kemajuan di
bidang tersebut ternyata menuntut diadakannya suatu sistem dan prosedur kepabeanan yang lebih
efektif dan efisien.

Di Indonesia sendiri kegiatan ekspor dan impor memiliki peran penting dalam
pertumbuhan ekonomi negara. Sumber ekspor dan impor pun terbagi ke dalam kedua kelompok
besar yaitu seperti ekspor migas dan ekspor non-migas.

Namun demikian Indonesia selama ini masih terus mengandalkan ekspor migas berupa
komoditi yang berasal dari bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui akan menyulitkan
Indonesia untuk masa yang akan datang. Peranan dari sisi ekspor migas makin menurun setiap
tahun, sedangkan peran ekspor non migas semakin meningkat.

Salah satu produk ekspor non migas yang berperan dalam ekspor Indonesia ialah produk
CPO.PT. SMART Tbk sendiri bergerak pada bidang pemasaran dan pengeksporan kepala sawit
atau yang lebih dikenal sebabagi CPO. Hal ini dikarenakan peningkatan permintaan luar negri
untuk konsumsi dan baku energy (biofuel) terus menigkat. Sebagai salah satu komoditas utama
pada pasar minyak nabati dunia, CPO tidak terlepas dari sasaran untuk tujuan konservasi ke
produk biodiesel.

I.2 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui perkembangan ekspor di PT. SMART Tbk.


2. Untuk melihat gambaran perkembangan ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia.
3. Untuk megetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor crude
palmoil (CPO) Indonesia.
4. Mengetahui perlakuan tarif bea keluar crude palm oil di Indonesia
I.3 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perkembangan ekspor di PT. SMART Tbk?


2. Bagaimana gambaran perkembangan ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia?
3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi volume ekspor crude palm oil (CPO)
Indonesia?
4. Bagaimana perlakuan tarif bea keluar crude palm oil di Indonesia?
BAB II
PT. SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk

II.1 Sejarah PT. SMART Tbk.

PT SMART Tbk (SMART) adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen berbasis
kelapa sawit yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia yang berfokus pada produksi minyak
sawit yang lestari.

Perkebunan kelapa sawit SMART mencakup sekitar 137,900 hektar (termasuk plasma).
Aktivitas utama kami dimulai dari penanaman dan pemanenan pohon kelapa sawit, pengolahan
tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PK), hingga
memprosesnya menjadi produk industri dan konsumen seperti minyak goreng,
margarin, shortening, biodiesel dan oleokimia, serta perdagangan produk berbasis kelapa sawit
ke seluruh dunia. SMART juga mengoperasikan 16 pabrik kelapa sawit, 5 pabrik pengolahan inti
sawit dan 4 pabrik rafinasi di Indonesia.

Selain minyak curah dan minyak industri, produk turunan SMART juga dipasarkan dengan
berbagai merek, seperti Filma dan Kunci Mas. Saat ini, merek-merek tersebut diakui kualitasnya
dan memiliki pangsa pasar yang signifikan di segmennya masing-masing di Indonesia.

Didirikan tahun 1962, SMART tercatat sahamnya di Bursa Efek Indonesia sejak tahun
1992 dan berkantor pusat di Jakarta. Sebagai anak perusahaan dari Golden Agri-Resources
(GAR), SMART juga mengelola kegiatan usaha di sektor oleokimia, dibawah Sinar Mas
Oleochemical, SMART Research Institute (SMARTRI), dan SMART Biotechnology Centre
sebagai bagian dari kegiatan operasionalnya.
Sejarah Perusahaan:

1962  Didirikan dengan nama PT Maskapai Perkebunan Sumcama Padang Halaban.

1992  Mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

2002  Mulai fokus ke bisnis utama dengan menjual perkebunan teh dan pisang.

2005  Mengkonversi hutang pemegang saham sebesar US$ 205 juta menjadi ekuitas.
 Pemecahan nilai nominal saham 1 menjadi 5.
 Menjadi anggota aktif Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

2008  Pabrik rafinasi terakreditasi dengan sertifikat ISO 22000 atas manajemen keamanan
pangan.
 Membangun pabrik rafinasi baru di Kalimantan Selatan.

2011  Menerima Sertifikasi RSPO yang pertama.

2012  Mencapai rekor produksi CPO sebesar 765.000 ton.


 Menerima Sertifikasi International Sustainability & Carbon Certification
(ISCC) yang pertama.
 Berhasil menerbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun.

2014  Menerima Sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang pertama.

2015  Meningkatkan kapasitas fasilitas oleokimia di Belawan sebesar 152.000 ton per
tahun.

2016  Mengoperasikan pabrik biodiesel di Kalimantan Selatan dengan kapasitas terpasang


1.000 ton per hari.

2017  Meluncurkan material tanam baru berkualitas unggul – Eka 1 dan Eka 2.
 Mencapai 100% Kemamputelusuran ke Perkebunan atas seluruh pabrik kelapa sawit
milik sendiri.

2018  Meraih Indonesia Most Admired Companies 2018 Award untuk kategori Agribisnis
dari majalah Warta Ekonomi
 Menerima Indonesia Best Employer Awards 2018 dari Employer Branding Institute
 Peresmian Central Business Services, sebagai pusat pelayanan perusahaan
II. 2 Jenis Produk PT. SMART Tbk.

PT SMART Tbk (SMART) menyediakan berbagai macam produk turunan minyak sawit
yang lengkap dan berkualitas tinggi, seperti minyak goreng, margarin, shortening, dan lemak
khusus laurat, baik untuk pasar industri (pabrik, jasa pembuat makanan dan roti) maupun pasar
konsumen.

Produk minyak sawit dari PT. SMART:

Minyak goreng Margarin

Shortering Speciality Fats


BAB III

CRUDE PALM OIL (CPO)

III.1 Perkembangan Ekspor CPO di PT. SMART Tbk

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peran penting
bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit antara lain memberikan manfaat dalam
peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, produksi yang menjadi bahan bakuindustri
pengolahan yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri, ekspor yang menghasilkan devisa
dan menyediakan kesempatan kerja kepada banyak orang. Pengembangan kelapa sawit di
Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat sejak tahun 1970.
Minyak kelapa sawit (CPO) merupakan hasil olahan dari buah segar kelapa sawit yang
dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit. Produksi Indonesia yang begitu tinggi tidak sepenuhnya
dapat terserap oleh pasar domestik meskipun jumlah konsumsi terus mengalami
peningkatan.Untuk itu, kelebihan jumlah produksi diekspor ke pasar dunia Hasil produksi CPO
Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dan permintaan ekspor dari
berbagai negara. Dengan semakin meningkatnya produksi dalam negeri maka akan
meningkatkan laju ekspor CPO ke berbagai negara.

III.2 Gambaran Perkembangan Ekspor CPO di Indonesia.


Tabel 1.Merupakan tabel yang menunjukkan nilai dan volume ekspor tahun 2008-2016.
Dari Tabel.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan dan perkembangan produksi CPO Indonesia terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, peningkatan produksi CPO tidak diiringi
dengan peningkatan volume ekspor CPO. Peningkatan produksi CPO sendiri dipengaruhi oleh
semakin luasnya lahan kebun kelapa sawit yang ada di Indonesia, serta semakin banyaknya
produsen CPO baik petani maupun perusahaan.

Grafik.2 menunjukkan 8 provinsi di Indonesia yang menjadi sentra CPO Indonesia, dimana
Provinsi Riau merupakan provinsi yang memproduksi CPO terbesar di Indonesia jika
dibandingkan dengan 7 provinsi lainnya.
Tabel.2 Persentase Proporsi ekspor kelapa sawit Indonesia terhadap total produksi (dalam juta
ton)

Tahun Ekspor Konsumsi


2008 78,6 % 21,4 %
2009 88,1 % 11,9 %
2010 78,4 % 21,6 %
2011 74,8 % 25,2 %
2012 68,8 % 31,2 %
2013 74,6 % 25,4 %
2014 68,6 % 31,4 %
2015 81,2 % 18,8 %
2016 84,3 % 15,7 %

Dapat dilihat pada Tabel.2 bahwa volume ekspor CPO lebih mendominasi jika
dibandingkan dengan penggunaan maupun pengolahan CPO di dalam negri.Meskipun
mengalami peningkatan, pertumbuhan ekspor CPO Indonesia sangat fluktuatif baik dalam satuan
nilai ataupun volume ekspor. Hal ini disebabkan karena permintaan CPO di pasar dunia pun
berubah-ubah seiring terjadiya perubahan permintaan pada minyak nabati lain yang menjadi
substitusi utama CPO, seperti minyak kedelai, minyak kanola, dan minyak biji bunga matahari.
Di samping itu, perubahan harga pada minyak bumi pun diperkirakan turut berpengaruh. Sebab,
beberapa negara importir CPO terbesar menggunakan CPO sebagai bahan baku bagi bahan bakar
alternatif pengganti minyak bumi.

Adapun negara-negara tujuan utama ekspor CPO Indonesia adalah India, Belanda,
Pakistan, Malaysia dan Cina.Dilain pihak, meskipun merupkan salah satu penghasil CPO
terbesar di dunia, Malaysia tetap mengimpor CPO dari Indonesia dalam rangka memenuhi
kebutuhan industri hilir dalam negrinya.
Dimulai saat eksportir mempersiapkan barang yang akan diekspor dengan dilakukan packaging,
stuffing ke kontainer hingga barang siap untuk dikirim. Setelah barang siap dan sudah ada jadwal
kapal yang akan mengangkut barang tersebut, eksportir dapat mengajukan dokumen kepabeanan
yang dikenal dengan Pemberitahuan Barang Ekspor (PEB). PEB tersebut berisi data barang
ekspor diantaranya :

 Data Eksportir

 Data penerima barang

 Data Customs Broker (bila ada)

 Sarana pengangkut yang akan mengangkut

 Negara Tujuan

 Detil barang, seperti jumlah dan jenis barang, dokumen yang menyertai, No kontainer
yang dipakai.

Setelah PEB diajukan ke kantor Bea Cukai setempat, akan diberikan persetujuan Ekspor dan
barang bisa dikirim ke pelabuhan yang selanjutnya bisa dimuat ke kapal atau sarana pengangkut
menuju negara tujuan.
Setiap dokumen PEB diwajibkan untuk membayar pendapatan negara bukan pajak yang dapat
dibayarkan di bank atau di kantor bea cukai setempat. Untuk besaran pajak ekspor setiap barang
juga berbeda-beda ditentukan dengan keputusan menteri keuangan.

III.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor CPO Indonesia

Pertumbuhan ekspor CPO Indonesia dipandang sudah cukup baik. Hanya saja, untuk dapat
bersaing di pasar dunia dan menjadi produsen sekligus eksportir CPO terbesar diperlukan upaya
yang cukup berat mengingat masih banyak kendala yang harus dihadapi, baik itu kendala
ekonomis maupun non-ekonomis. Sejumlah pengusaha kelapa sawit baik yang bergerak dalam
bisnis pengolahan maupun usaha ekspor mengeluhkan beberapa kendala, mulai dari kondisi
perkebunan kelapa sawit itu sendiri, penerapan pajak ekspor oleh pemerintah, keterbatasan akan
modal usaha, hingga masalah rumitnya birokrasi dalam hal perizinan usaha. Kapasitas produksi
kelapa sawit di Indonesia dinilai belum cukup maksimal. Hal ini diperkirakan terjadi karena
banyaknya kondisi perkebunan yang telah melampaui usia produktif dan minimnya perolehan
bibit unggul dan pupuk. Akan tetapi hal ini dapat diatasi apabila para pengusaha melakukan
investasi yang lebih besar dalam upaya peremajaan dan perluasan lahan, dan juga penyediaan
bibit unggul dan pupuk yang selama ini dibutuhkan.

Di sisi lain, sedikitnya penyaluran kredit di bidang pertanian, khusunya di sektor


perkebunan kelapa sawit ini pun turut mempengaruhi besarnya ekspor CPO. Di tahun 2005 saja,
rata-rata jumlah kredit pertanian hanya sebesar 5.94 % dari total kredit nasional. Itu berarti,
ketersediaan modal kerja untuk jangka panjang sangatlah terbatas. Sedikit sulit bagi pengusaha
kelapa sawit untuk dapat meningkatkan kapasitas produksinya, hingga pada akhirnya jumlah
ekspor pun bisamenurun. Hambatan lain yang dihadapi oleh pengusaha maupun eksportir adalah
rumitnya birokrasi, khususnya menyangkut hal perizinan usaha atau proses ekspor. Tidak sedikit
terjadi pungutan retribusi yang dilakukan oleh petugas terkait, yang pada akhirnya akan
menambah biaya dan mengakibatkan harga kelapa sawit Indonesia kurang kompetitif. Di sisi
lain, isu lingkungan atau eco-labelling pun turut menjadi penghambat bagi peningkatan ekspor
CPO Indonesia. Beberapa negara maju seperti negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat
saat ini menjadi sangat efektif dalam mengimpor komoditas ini. Mereka tidak menginginkan
terjadinya perusakan hutan yang kemudian dijadikan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit.Saat
ini negara-negara kawasan Eropa menggalakkan Black Campaign dimana kampanye ini
mengatakan atau menyatakan bahwa Crude Palm Oil dari Indonesia merupakan CPO yang tidak
ramah lingkungan. Black campaign terhadap CPO Indonesia di Eropa menyebabkan pemerintah
Indonesia memfokuskan ekspor ke pasar Asia. Kendala dan hambatan-hambatan diatas
merupakan faktor-faktor yang dapat mengurangi volume ekspor CPO Indonesia namun
Kebutuhan Eropa terhadap minyak nabati masih tinggi sehingga ekspor CPO Indonesia masih
akan mendominasi pasar CPO Uni Eropa.

Untuk memasuki pangsa pasar ekspor CPO di Uni Eropa, Uni Eropa menanggapinya
dengan mewajibkan eksportir CPO memberikan label RSPO maupun ISPO kepada produk CPO-
nya. RSPO adalah Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) adalah asosiasi yang terdiri dari
berbagai organisasi dari berbagai sektor industri kelapa sawit (perkebunan, pemrosesan,
distributor, industri manufaktur, investor, akademisi, dan LSM bidang lingkungan) yang
bertujuan mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk produksi minyak
sawit berkelanjutan, sedangkan ISPO adalah suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Kementrian Pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing
minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen
untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan,
dengan prinsip ISPO merupakan standar nasional minyak sawit pertama bagi suatu negara, dan
negara lain kini mencoba mempertimbangkan untuk mengimplementasikan standar serupa di
antara produsen minyak sawit.

Kebijakan pemerintah mengenai pajak ekspor CPO juga mempengaruhi volume dan nilai
ekspor CPO Indonesia. Kebijakan pajak ekspor yang ditetapkan atas komoditas CPO dan
turunannya dilakukan pemerintah dengan tujuan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan bahan
baku industri minyak goreng dan menjaga stabilitas harga minyak goreng di dalam negri. Hal ini
dilakukan mengingat minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat,
sehingga pemerintah merasa perlu melakukan kebijakan terkait dengan kestabilan supply dan
harga di dalam negri.Dampak penerapan pajak ekspor CPO di Indonesia tidak saja dirasakan
oleh para eksportir, tetapi juga oleh para petani sawit. Kenaikan beban ini akan menurunkan daya
saing ekspor CPO Indonesia di pasar dunia.

Agar tetap dapat bersaing dengan harga yang kompetitif, produsen meminimisasi biaya
dengan menekan harga beli tandan buah segar dari para petani sawit. Karena itulah, pajak ekspor
ini justru lebih memberatkan para petani dibanding eksportir CPO itu sendiri.Pembebanan pajak
ekspor tersebut akan menyebabkan harga di konsumen luar negeri akan menjadi lebih tinggi,
sehingga permintaan akan CPO dari luar negeri akan berkurang, yang tentunya akan mengurangi
volume ekspor CPO Indonesia ke negara lain. Berkurangnya volume ekspor ke negara lain akan
menyebabkan bertambahnya supply CPO dalam negeri. Bertambahnya supply CPO dalam negeri
akan menjaga kestabilan harga CPO domestik atau bahkan akan menurunkan harga CPO dalam
negeri. Rendahnya harga jual CPO dalam negeri jugaakan mempengaruhi produsen CPO, petani
kelapa sawit akan mengurangi produksinya dengan cara mengurangi lahan budidaya kelapa
sawitnya dan menggantinya dengan tanaman lain, turunnya luas area yang digunakan untuk
budidaya kelapa sawit akan menyebabkan menurunnya produksi kelapa sawit, yang pasti juga
akan berdampak pada menurunnya produksi CPO. Menurunnya harga CPO, akan memberikan
manfaat bagi konsumen dan masyarakat secara umum, karena turunnya harga CPO, tentunya
akan berdampak pada turunnya harga minyak goreng di tingkat konsumen. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberlakuan kebijakan pajak ekspor akan merugikan petani kelapa sawit
dan menguntungkan konsumen. Kebijakan pajak ekspor akan mengurangi surplus produsen dan
menambah surplus konsumen.Pajak adalah hambatan perdagangan internasional berupa cukai
yang dikenakan untuk suatu komoditas yang diperdagangkan lintas-batas teritorial.
Pemberlakuan pajak oleh negara besar atau negara yang perekonomiannya cukup kuat sehingga
mampu mempengaruhi perdagangan internasional akan menurunkan tingkat kesejahteraan
negara yang bersangkutan secara agregat karena menurunnya volume perdagangan. Namun
dalam waktu yang bersamaan pajak ekspor juga meningkatkan kesejahteraan melalui
peningkatan nilai tukar perdagangan. Sementara pemberlakuan pajak ekspor pada negara kecil
akan menurunkan volume perdagangan, namun nilai tukar perdagangannya konstan. Indoenesia
sebagai Negara berkembang tentunuya terpengaruh terhadap pajak ekspor dimana beberapa
Negara juga membuat adanya kebijakan pajak tambahan bagi Negara yang tidak memiliki ISPO.

Kurs juga dapat mempengaruhi nilai maupun volume ekspor CPO Indonesia dimana jika
mata uang negara eksportir mengalami depresiasi atau penurunan nilai mata uang, maka barang-
barang domestik akan dinilai relatif lebih murah dibanding harga barang luar negeri, sehingga
konsumsi domestik terhadap barang luar negeri akan berkurang dan permintaan ekspor terhadap
barang atau komoditi domestik akan meningkat. Sebaliknya, jika rupiah mengalami apresiasi,
maka barang-barang domestik akan dinilai relatif lebih mahal dibanding harga barang-barang
luar negeri. Konsumsi domestik terhadap barang-barang luar negeri akan meningkat, sehingga
volume ekspor berkurang. Keadaan indoensia yang kurs mata uangnya terkadang tidak stabil
tentunya memiliki pengaruh terhadap harga ekspor minyak kelapa sawit.
Kondisi Ekspor Kelapa sawit tahun 2018
Tahun 2018 adalah tahun yang paling buruk bagi para pengusaha kelapa sawit dalam 10
tahun terakhir.Tahun 2018, harga minyak kelapa sawit mentah alias Crude Palm Oil (CPO)
menyentuh harga terendah dalam 10 tahun terakhir.Pada November 2018, harga CPO berada di
tingkat terendah yaitu berkisar RM 1.700 per Metrik Ton.Sedangkan harga rata-rata pada tahun
2018 berada di kisaran MYR 2.250.Harga ini berbanding terbalik dengan tahun 2017 yang pada
saat itu harga CPO sebesar MYR 2780 per Mentrik Ton.Ini menunjukkan bahwa penjualan CPO
pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 19%.
Sementara, harga CPO di bursa CIF Rotterdam sepanjang 2018 mengalami penurunan
sebesar 17% menjadi US$ 595, padahal harga CPO pada tahun 2017 berkisar pada US$ 714,3
per Metrik Ton. Akibat dari penurunan harga CPO di pasar Internasional, beberapa perusahaan
minyak kelapa sawit mengalami penurunan laba yang signifikan bahkan mengalami
kerugian.Termasuk perusahaan minyak kelapa sawit PT Golden Agri Resources (Sinarmas
Group) mengalami kerugian bersih sebesar US$ 2 Juta.Padahal tahun 2017, mereka mencetak
laba bersih sebesar US$74 Juta.
Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) ada 4 faktor utama yang
menyebabkan penurunan harga CPO di pasar Internasional sepanjang 2018 :
 Melimpahnya stok minyak nabati dunia, termasuk minyak kelapa sawit
 Karena perang dagang antara China dan Amerika
 Karena pelemahan ekonomi di beberapa Negara tujuan yang menyebabkan
turunnya daya beli
 Karena berbagai regulasi yang diterapkan oleh beberapa Negara tujuan yang
menyebabkan harga CPO menjadi tertekan dan membengkak
Kedua factor yang pertama, menyebabkan harga minyak kedelai menjadi turun, yang
berimbas juga kepada harga minyak kelapa sawit di pasar Internasional.Lalu karena adanya
penurunan permintaan CPO dari Negara India yang merupakan Negara pengimpor CPO terbesar
di dunia. Pada tahun 2018, penurunan ekspor CPO ke India turun sebesar 12% yang diakibatkan
karena pemerintah India menaikkan bea masuk CPO menjadi 44% dan turunannya menjadi 54%.
Oleh karena tinggi nya bea masuk CPO, maka harga CPO di India menjadi tinggi. Selain India,
beberapa Negara yang mengalami penurunan permintaan CPO seperti Eropa dan Uni Emirat
Arab. Secara total, ekspor CPO memang mengalami kenaikan sebesar 34,7 juta Ton, naik 7,8%.
Permintaan CPO didalam negeri juga mengalami kenaikan sebesar 22% menjadi 13,5 juta Ton.
Namun kenaikan ini tidak bisa mengimbangi kenaikan produksi CPO dalam 2 tahun terakhir
yang mengalami kenaikan signifikan, menyebabkan stok CPO menjadi berlimpah.
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia menetapkan skema baru pungutan ekspor atas
minyak kelapa sawit.Sejak desember 2018, pemerintah Indonesia memberlakukan pungutan
ekspor CPO sebesar US$ 0/Ton jika harga CPO di pasar Internasional dibawah US$ 570/Metrik
Ton. Skema ini ditujukan untuk meningkatkan kembali penjualan CPO di pasar Internasional,
yang sebelumnya berlaku tarif atas ekspor CPO sebesar US$697,65 per Metrik Ton
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Pertumbuhan dan perkembangan ekspor CPO Indonesia mengalami pertumbuhan dan


perkembangan yang cukup baik dan fluktuatif, baik dalam satuan nilai ataupun volume
ekspor.Hal ini ditunjukkan dengan persentase ekspor CPO Indonesia yang lebih besar
dibandingkan dengan konsumsi atau penggunaan CPO di dalam negri. Negara tujuan ekspor
utama CPO Indonesia diantaranya adalah malaysia, cina, india, pakistan dan belanda. Volume
dan nilai ekspor CPO itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya nilai kurs, adanya
kebijakan pemerintah mengenai pajak ekspor, adanya black campaign berupa isu lingkungan dari
Uni eropa, kondisi perkebunan kelapa sawit itu sendiri, keterbatasan akan modal usaha, hingga
masalah rumitnya birokrasi dalam hal perizinan usaha.

IV.2 Saran

Diharapkan dalam membuat kebijakan mengenai ekspor CPO pemerintah juga harus
memikirkan kesejahteraan para petani sawit dan tidak memberatkan para petani yang
mengekspor CPO, lalu setiap perusahaan atau petani sawit sudah mendapatkan sertifikasi ISPO
dan RSPO agar CPO yang mereka hasilkan dapat diterima di pasar luar negri. Lalu dalam
mengekspor CPO sebaiknya bukan hanya dalam produk mentah saja tetapi sudah harus menjadi
produk turunan atau produk hilir, sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dan
menambah masukan devisa negara yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aini,Ratu.“Data CPO Indonesia”.17 Februari


2017.https://www.scribd.com/doc/308070304/Statistik-Sawit-Indonesia-2013-
2015?ad_group=&campaign=Skimbit%2C+Ltd.&content=10079&irgwc=1&keyword=ft50
0noi&medium=affiliate&source=impactradius#
2. Banyu, Danang. “Kebijakan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia” 20 Februari
2017.https://danangbanyu.wordpress.com/2015/03/16/kebijakan-ekspor-minyak-kelapa-
sawit-cpo-indonesia-2013/
3. Bps. “Data Ekspor CPO” 17 Februari 2017.https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/54
4. Katadata.“Negara tujuan utama ekspor CPO” 20 Februari
2017.http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/03/5-negara-tujuan-utama-ekspor-
cpo-indonesia-2004-2014
5. Lisa, Dwi. “Analisis Daya Saing dan Faktor-Fakator Yang Mempengaruhi Ekspor CPO Ke
India Dan Belanda”17 Februari 2017.online-
journal.unja.ac.id/index.php/JES/article/download/1882/pd
6. https://www.smart-tbk.com/tentang/
7. http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/94-flowchart-besar-kegiatan-ekspor

Anda mungkin juga menyukai