DISUSUN OLEH:
D3 AKUNTANSI PERPAJAKAN
PERBANAS INSTITUTE
2018
Pajak Penghasilan Pasal 23
Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam Negri (orang pribadi dan badan dan Bentuk
Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan
selai yang telah dipotong PPH pasal 21.
Pasal 23 dibayar atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek Pajak dalam
negri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap, atau perwakilan perusahaan luar
negri lainnya.
DIVIDEN PPH Pasal 23 15% x jumlah bruto Wajib Pajak Dalam negeri
PPH Pasal 26 20% x jumlah bruto Wajib Pajak Luar negeri
(final)
PPH Pasal 17 ayat (2) C 10% x jumlah bruto Wajib Pajak Dalam negeri
Bukan objek Pajak (final) — orang pribadi
Perusahaan Reksa Dana atas
PPH Pasal 23 15% x jumlah bruto bunga obligasi
Wajib Pajak Dalam negeri
PPh Pasal 26 20% x jumlah bruto Wajib Pajak Luar negeri
BUNGA
(final)
20% x jumlah bruto Wajib Pajak Dalam negeri
PPH Pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito
15% x jumlah bruto bunga obligasi pasartabungan
modal
PPH Pasal 23 2% x jumlah bruto Wajib Pajak Dalam negeri
SEWA PPH Pasal 26 20% x jumlah bruto Wajib Pajak Luar negeri
PPH Pasal 4 ayat (2) 10% x jumlah bruto Wajib Pajak Dalam negeri
(final) atas sewa tanah dan/atau
Contoh Penghitungan
Contoh 1
Contoh 2
PT Jaya Abadi menerima bunga atas pemberian pinjaman kepada PT Perdana senilai Rp
5.500.000.
Contoh 3
Pada bulan Juli 2016, Tuan Akbar menerima bunga atas simpanan deposito di Bank
Danamon senilai Rp 60.000.000.
Penghasilan tersebut tidak dikenakan PPh Pasal 23, tetapi dikenakan PPh Pasal 4
ayat (2) final sebesar 20% x Rp 60.000.000 – Rp 12.000.000.
Contoh 4
PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT Swaragama atas hadiah yang diterima oleh
Stay Cool Group Band adalah :