Anda di halaman 1dari 3

CARA MENGHITUNG PPh PASAL 23

1. Cara menghitung PPh Pasal 23 atas Dividen


PPh pasal 23 = 15% x Jumlah deviden

2. Atas penghasilan berupa bunga


PPh pasal 23= 15% x Jumlah Bunga

3. Atas penghasilan berupa Royalti


PPh pasal 23 = 15% x Jumlah Royalti

4. Atas penghasilan berupa sewa


PPh pasal 23 = 2% x Jumlah sewa

5. Hadiah penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong


PPh Pasal 21 ayat (1) huruf e
PPh Pasal 23 = 15% x Jumlah hadiah Penghargaan/bonus

6. Sewa dan Penghasilan Lain Sehubungan dengan Penggunaan Harta,


kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan dalam Pasal 4 ayat 2
PPh Pasal 23 = 2% x Jumlah Sewa

7. Imbalan Sehubungan dengan Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa


Konsultan, Jasa Konstruksi, dan Jasa lain
PPh Pasal 23 = 2% x Jumlah Imbalan (tidak termasuk PPN)

Tabel PPh Pasal 23 Penerima Pengenaan Tarif dan DPP


atas Dividen, Bunga, Penghasilan Pajak
Sewa, Hadiah, dan
Penghargaan Jenis
Penghasilan
Dividen Wajib Pajak DN PPh Pasal 23 15% x Jumlah bruto
PT, Koperasi, Bukan Objek Pajak -
BUMN/BUMD
dengan Penyertaan
min 25%
BungaBruto Wajib Pajak DN PPh Pasal 23 15 % x Jumlah Bruto
Sewa Wajib Pajak DN PPh Pasal 23 2% x Jumlah
Hadiah dan Wajib Pajak badan PPh Pasal 23 15% x Jumlah Bruto
Penghargaan Lain selain BUT
Contoh Kasus-1:
Pada tanggal 10 May 2010, PT. Sukses Gagalnya, membagikan dividen
masing-masing Rp 10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas
dividen yang dibagikan, PT. Sukses Gagalnya wajib memungut PPh Pasal
23.

PPh pasal 23 yang harus dipotong PT. Sukses Gagalnya adalah :


=>15% x Rp 10.000.000,- = Rp 150.000,-
=>20 x Rp 150.000,- = Rp 3.000.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31


Mei 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Juni 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Juni 2010

Contoh Kasus-2:
Pada tanggal 20 agustus 2010, PT. Tukang Utang membayar bunga atas
pinjaman membayarkan bunga kepada PT. Lintah Darat sebesar Rp
90.000.000,-

PPh pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Tukang Utang adalah :


=> 15% x Rp 90.000.000 = Rp 13.500.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31


Agustus 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 September 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 September 2010

Contoh Kasus-3:
CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes membayar Royalti kepada
Tuan. Doan Wiro Pasaribu atas pemakaian merek Ayam Goreng “Pak Doan”
sebesar Rp 1.000.000.000,- pada tanggal 2 Maret 2010

PPh pasal 23 yang harus dipotong CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat
Lemes :
=> 15% x Rp 1.000.000.000,- = Rp 150.000.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31


Maret 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 April 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 April 2010

Contoh Kasus-4 :
Doan Pasaribu mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 200.000.000,-
atas undian tabungan yang diselenggarakan Bank Kecap ABC pada
tanggal 20 Januari 2010
PPh pasal 23 yang harus dipotong Bank Kecap ABC adalah :
=> 15% x Rp 200.000.000,- = Rp 30.000.000,-
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31
Januari2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Februari 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Februari 2010

Contoh Kasus-5 :
PT. Selalu Susah menyewa sebuah bus pariwisata dengan nilai sewa Rp
20.000.000,- milik Budi
PPh pasal 23 yang harus dipungut PT. Selalu Susah
=> 2% x Rp. 20.000.000,- = Rp 400.000,-
Apabila Budi tidak mempunyai NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong PT.
Selalu susah adalah Rp 800.000,-

Contoh Kasus-6 :
PT Kalkulus meminta jasa dari Pak Dodi untuk membuat sistem
akuntansi Perusahaan dengan imbalan sebesar Rp. 22.000.000,- (sudah
termasuk PPN)
PPh pasal 23 yang dipotong PT kalkulus adalah
2% x Rp 20.000.0000,- = Rp 400.000,-
PT. Celalu cayang dy membayarkan jasa konsultan PT Jaya sebesar Rp
2.200.000 ( termasuk PPN). PT jaya tidak mempunyai NPWP
maka PPh pasal 23 yang dipotong PT. Celalu cayang dy adalah:
200% x 2% x Rp 2.000.000 = Rp 80.000,-

Anda mungkin juga menyukai