Anda di halaman 1dari 8

Perpajakan Lanjutan

PPh pasal 26
Dasar Hukum :

a. UU PPh no 36 tahun 2008

b. PMK-82 /PMK.03/2009 Tentang Pemotongan PPh pasal 26 atas Penghasilan


dari Penjualan atau Pengalihan harta di Indonesia kecuali yang diatur dalam
Pasal 4 ayat 2 UU PPh yang diterima atau diperoleh WP LN selain BUT

c. KMK-434/KMK.04/ 1999 Tentang Pemotongan PPh pasal 26 atas Penjualan


saham di Indonesia oleh WPLN selain BUT

d. PMK no 14/PMK.03/2011 Tentang Perlakuan Perpajakan atas Penghasilan Kena


Pajak sesudah dikurangi Pajak dari suatu BUT

e. KMK no 624/KMK.04/1994 tentang Pemotongan PPh pasal 26 atas Penghasilan


berupa Premi Asuransi dan Premi reasuransi yang dibayar kepada perusahaan
asuransi di luar negeri

Pengertian
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/ dipotong atas
penghasilan yang bersumberdari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak(WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) diIndonesia.

Negara domisili dari WP LN yang menerima penghasilan dari Indonesia( selain yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT) ditentukan oleh :

- Surat Keterangan Domisili (SKD)

- Tempat tinggal atau tempat kedudukan WPLN yang bersangkutan. (untuk


OPtempat dia tinggal atau berada, sedangkan untuk badan adalah Negara
tempat pemilik dari 50% pemegang saham baik sendiri maupun bersama)

Pemotong PPh Pasal 26


- Badan Pemerintah;
- Subjek Pajak dalam negeri;
- Penyelenggara Kegiatan;
- BUT;
- Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selainBUT di Indonesia.

Saat Terutang, Cara Pemotongan, Penyetoran, dan SPT Masa PPh Pasal 26:

1. PPh pasal 26 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan

Bahan Kuliah PPh pasal 26 – Genap 2019-2020 Amelia Sandra


1
Perpajakan Lanjutan

terutangnya penghasilan, tergantung yang mana terjadi lebih dahulu.

2. Pemotong PPh pasal 26 wajib membuat bukti pemotongan PPh pasal 26 rangkap 3 :
- lembar pertama untuk Wajib Pajak luar negeri;
- lembar kedua untuk Kantor Pelayanan Pajak;
- lembar ketiga untuk arsip Pemotong.

3. PPh pasal 26 wajib disetorkan ke kas negara melalui bank setelah sebelumnya
melalui aplikasi e billing.

4. SPT Masa PPh Pasal 26, dengan dilampiri SSE lembar kedua, bukti pemotongan
lembar kedua dan daftar bukti pemotongan disampaikan ke KPP setempat paling
lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

Objek dan Tarif PPh pasal 26

Dasar hukum Jenis Penghasilan Tarif dan DPP Sifat pemotongan


Pasal  26 ayat (1) a.  dividen; Tarif : 20% atau FINAL
UU PPh sesuai tax treaty
b.  bunga termasuk premium, diskonto, dan (P3B)*
Tax Treaty imbalan sehubungan dengan jaminan
masing-masing pengembalian utang; *= Jika hak
negara pemajakan ada
c.  royalti, sewa, dan penghasilan lain pada Indonesia
sehubungan dengan penggunaan harta;
DPP = Jumlah
d.  imbalan sehubungan dengan jasa, Phsl Bruto
pekerjaan, dan kegiatan;
PPh 26 = 20%* x
e.  hadiah dan penghargaan; Penghasilan
Bruto
f.   pensiun dan pembayaran berkala
lainnya;

g.  premi swap dan transaksi lindung nilai


lainnya; dan/atau

h.  keuntungan karena pembebasan utang.

Pasal 26 ayat (2) 1. Penghasilan dari penjualan atau Tarif = 20% dari FINAL
UU PPh pengalihan harta di Indonesia dengan nilai perkiraan
lebih dari 10 juta untuk setiap jenis penghasilan neto
PMK-82 transaksi, kecuali yang diatur dalam Psll 4
/PMK.03/ 2009 ayat (2) UU PPh, yg terdiri dari : Perkiraan
penghasilan neto =

Bahan Kuliah PPh pasal 26 – Genap 2019-2020 Amelia Sandra


2
Perpajakan Lanjutan

Dasar hukum Jenis Penghasilan Tarif dan DPP Sifat pemotongan

Tax Treaty  Perhiasan mewah; 25% x harga jual


masing-masing  Berlian;
Negara  Emas; tax treaty applied
 Intan; *)= Jika hak
 Jam tangan mewah; pemajakan ada
 Barang antik; pada Indonesia
 Lukisan;
 Mobil;
 Kapal pesiar; dan/atau
PPh 26 = 20%* x
 Pesawat terbang ringan 25% x penghasilan
Bruto (harga Jual)
Kecuali : yang diterima/diperoleh oleh
WPOP Luar Negeri yang nilainya tidak
melebihi  Rp 10.000.000 (Sepuluh  juta
rupiah) untuk setiap transaksi
KMK-
434/KMK.04/ 2. Penghasilan dari Penjualan Saham di
1999 dalam negeri yang diperoleh atau diterima
WPLN Selain BUT

Pasal 26 ayat (2) Premi asuransi yang dibayarkan kepada Tarif = 20% dari FINAL
UU PPh perusahaan asuransi di luar negeri  : perkiraan
penghasilan neto
KMK no a. atas premi dibayar tertanggung
624/KMK.04/199 kepada perusahaan asuransi di luar Perkiraan
4 negeri baik secara langsung maupun penghasilan neto :
melalui pialang, sebesar 50% (lima
TaxTreaty puluh persen) dari jumlah premi Poin a. = 50%
masing-masing yang dibayar; dari jumlah premi
negara b. atas premi yang dibayar oleh yang dibayar;
perusahaan asuransi yang
berkedudukan di Indonesia kepada Jadi PPh 26 =
perusahaan asuransi di luar negeri 20% x 50% x
baik secara langsung maupun Premi asuransi
melalui pialang, sebesar 10%
(sepuluh persen) dari jumlah premi Poin b = 10% dari
yang dibayar; jumlah premi yang
c. atas premi yang dibayar oleh dibayar;
perusahaan reasuransi yang
berkedudukan di Indonesia kepada Jadi PPh 26 =
perusahaan asuransi di luar negeri 20% x 10% x

Bahan Kuliah PPh pasal 26 – Genap 2019-2020 Amelia Sandra


3
Perpajakan Lanjutan

Dasar hukum Jenis Penghasilan Tarif dan DPP Sifat pemotongan


baik secara langsung maupun
melalui pialang, sebesar 5% (lima Premi asuransi
persen) dari jumlah premi yang
dibayar. Poin c = 5% dari
jumlah premi yang
dibayar.

Jadi PPh 26 =
20% x 5% x
Premi asuransi

Pasal 26 ayat (4) Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi Tarif  : 20% (dua FINAL
PPh badan suatu BUT di Indonesia, puluh persen)
PMK-14/ Apabila tidak ditanamkan di Indonesia dari Penghasilan
PMK.03/2011 kena pajak
sesudah
Tax Treaty dikurangi Pajak
masing-masing
negara Atau sesuai tax
treaty

Pengecualian:

1. BUT dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 26 apabila Penghasilan Kena Pajak
sesudah dikurangi Pajak Penghasilan (LABA SETELAH PAJAK) dari BUT
ditanamkan/DIINVESTASIKAN kembali di Indonesia dengan syarat:

a. penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di


Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri;
b. penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di
Indonesia sebagai pemegang saham;
c. pembelian aktiva tetap yang digunakan oleh Bentuk Usaha Tetap untuk
menjalankan usaha Bentuk Usaha Tetap atau melakukan kegiatan Bentuk
Usaha Tetap di Indonesia; atau
d. investasi berupa aktiva tidak berwujud oleh Bentuk Usaha Tetap untuk
menjalankan usaha Bentuk Usaha Tetap atau melakukan kegiatan Bentuk
Usaha Tetap di Indonesia.

Penanaman kembali di indonesia ini harus memenuhi syarat :

Bahan Kuliah PPh pasal 26 – Genap 2019-2020 Amelia Sandra


4
Perpajakan Lanjutan

 penanaman kembali di Indonesia harus dilakukan paling lama pada akhir


Tahun Pajak berikutnya, setelah Tahun Pajak diperolehnya penghasilan
tersebut bagi Bentuk Usaha Tetap yang bersangkutan; dan
 Bentuk Usaha Tetap yang bersangkutan menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis mengenai bentuk penanaman modal, realisasi penanaman
kembali yang telah dilakukan dan/atau saat mulai berproduksi komersial
bagi perusahaan yang baru didirikan, yang dilakukan kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

Tambahan syarat untuk penanaman kembali poin a

- perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia secara aktif


telah melakukan kegiatan usaha sesuai akta pendiriannya, paling lama 1 (satu)
tahun sejak perusahaan tersebut didirikan; dan
- Bentuk Usaha Tetap yang bersangkutan tidak boleh melakukan pengalihan atas
penyertaan modal paling sedikit dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
perusahaan baru dimaksud berproduksi komersial.

Tambahan syarat untuk penanaman kembali point b

- perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di Indonesia mempunyai


kegiatan usaha aktif di Indonesia; dan
- Bentuk Usaha Tetap yang bersangkutan tidak boleh melakukan pengalihan atas
penyertaan modal paling sedikit dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
penyertaan modal.

Tambahan syarat untuk penanaman kembali poin c dan d :

- Bentuk Usaha Tetap yang bersangkutan tidak boleh melakukan pengalihan atas
pembelian aktiva tetap atau pengalihan atas investasi berupa aktiva tidak
berwujud, paling sedikit dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak perolehan aktiva
tetap atau investasi aktiva tidak berwujud yang bersangkutan

2. Badan-badan Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Bahan Kuliah PPh pasal 26 – Genap 2019-2020 Amelia Sandra


5
Perpajakan Lanjutan

PPh pasal 26 yang tidak bersifat Final :

1. Pemotongan atas penghasilan :


a. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang,
atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan
atau dilakukan oleh BUT di Indonesia.
b. Penghasilan berupa dividen, bunga termasuk premium, diskonto, dan
imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, royalty, sewa
dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta , imbalan
sehubungan jasa, pekerjaan dan kegiatan, hadiah dan penghargaan,
pension dan pembayaran berkala lainnya, yang diterima atau diperoleh
kantor pusat dengan syarat terdapat hubungan efektif antara BUT
dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud.

2. Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh atau badan luar
negeri yang berubah status menjadi WP DN atau BUT

Contoh :

SOAL 1

Membayar Fee Konsultan dari Hongkong yang memberikan Jasa Manajemen kepada
PT. Mandala Rp. 80.000.000. Ada P3B antara Indonesia dan Hongkong dan Hak
Pemajakan ada pada Indonesia

Jawab

Karena di dalam P3B disebutkan bahwa hak pemajakan ada pada Indonesia, maka PT
Mandala pada saat membayar fee kepada konsultan dari Hongkong akan
menggunakan tarif Indonesia yaitu 20%.

PPh 26= 20%*Rp80.000.000=Rp16.000.000

Sifat: FINAL

Pemotong: PT Mandala

Dipotong: Konsultan dari Hongkong

SOAL 2

Bahan Kuliah PPh pasal 26 – Genap 2019-2020 Amelia Sandra


6
Perpajakan Lanjutan

PT ABC memiliki perwakilan di luar negeri dan mengasuransikan bangunan bertingkat


ke perusahaan Life Insurance sebuah perusahaan asuransi di luar negeri dengan
membayar jumlah premi pada tahun 2016 sebesar Rp1 miliar.

Sementara itu PT ABC juga mengikuti asuransi melalui perusahaan yang ada di
Indonesia, yaitu PT Asuransi Maju, dengan membayar jumlah premi yang sama
sebesar Rp1.5 miliar. PT Asuransi Maju mengikutkan (reasuransi) perusahaan tersebut
ke perusahaan asuransi yang berada di luar negeri, yaitu Fit Insurancce, dengan
membayar premi sebesar Rp1,2miliar.

Hitunglah PPh pasal 26 atas transaksi diatas

Jawab

Transaksi 1: PT ABC membayar premi ke Life Insurance di luar negeri tidak diketahui
negaranya (diasumsikan hak pemajakan ada pada Indonesia)

PT ABC akan memotong PPh pasal 26 sebesar: 20% x 50% x premi asuransi

PPh 26 = 20% x 50% x Rp1M =Rp100.000.000

Sifat : FINAL

Pemotong : PT ABC

Yang dipotong ; Life Insurance

Transaksi 2: PT ABC ikut asuransi di Indonesia

TIDAK DIKENAKAN PEMOTONGAN PPh APAPUN

Transaksi 3: PT Asuransi Maju mereasuransi PT ABC ke Fit insurance (Perusahaan


asuransi luar negeri) (terutang PPh 26)

PPh 26= 20% x 5% x Rp1.2M=Rp12.000.000

Sifat : FINAL

Pemotong : PT Asuransi Maju

Yang dipotong ; Life Insurance

SOAL 3

Bahan Kuliah PPh pasal 26 – Genap 2019-2020 Amelia Sandra


7
Perpajakan Lanjutan

David Beckham yang adalah Warga Negara Inggris memiliki 25% saham PT Persipura
Indonesia. Tahun ini Beckham menjual seluruh sahamnya senilai Rp5 miliar kepada
Kaka, seorang Warga Negara Argentina. Asumsikan tidak ada P3B antara Indonesia
dan Argentina serta Inggris sehubungan dengan transaksi tersebut maka besarnya PPh
26 adalah?

20% x 25% x 5M=250juta

Sifat : Final

Pemotong: BEI

Yang dipotong : David Beckham

Menurut ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 258/PMK.03/2008 Tanggal 31


Desember 2008 Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 atas Penghasilan dari
Penjualan atau Pengalihan Saham maka:

 Penghasilan atas penjualan saham tersebut dikenakan pajak sebesar 20% dari perkiraan
Penghasilan Neto, sedangkan besarnya Penghasilan Neto adalah 25% dari Harga Jual.
 Jika ada P3B antara negara yang terkait transaksi tersebut (penjual berstatus sebagai
Wajib Pajak Luar Negeri), pemotongan PPh Pasal 26 hanya dilakukan apabila hak
pemajakan berdasarkan P3B berada pada pihak Indonesia.

Bahan Kuliah PPh pasal 26 – Genap 2019-2020 Amelia Sandra


8

Anda mungkin juga menyukai