Penjelasan…
• Dipotong 20% dari perkiraan penghasilan neto dan bersifat FINAL
• WP di Negara yang mempunyai P3B dengan Indonesia,pemotongan dilakukan berdasarkan
P3B yang berlaku, hak pemajakannya ada pada Indonesia.
Besarnya penghasilan neto : 25% dari harga jual
Tarif efektif PPh ps 26 : 20% x 25% = 5%
• Penjualan atau pengalihan harta tersebut berupa perhiasan mewah, berlian, emas, intan, jam
tangan mewah, barang antik, lukisan, mobil, motor, kapal pesiar, dan/atau pesawat terbang
ringan
• WP OP luar negeri yang menerima/memperoleh penghasilan dari penjualan atau pengalihan
harta yang besarnya tidak lebih dari Rp 10.000.000, dikecualikan dari pemotongan PPh pasal
26
• Pembeli sebagai Pemotong Pajak : badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, BUT, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan orang
pribadi sebagai WP dalam negeri yang ditunjuk sebagai pemotong pajak.
Ilustrasi Kasus Pertama
PT ABC memiliki perwakilan di luar negeri dan mengasuransikan bangunan bertingkat ke perusahaan asuransi di luar negeri dengan
membayar jumlah premi pada tahun 1995 sebesar Rp1 miliar. Dengan demikian, penghitungan PPh Pasal 26-nya adalah sebagai
berikut.
Perkiraan penghasilan = 50% x Rp1.000.000.000 = Rp500.000.000,-
PPh Pasal 26 = 20% x Rp500.000.000 = Rp100.000.000 (10% x Rp1.000.000.000)
Sering kali untuk memudahkan proses, PT ABC bisa saja ikut asuransi melalui perusahaan yang ada di Indonesia, misal PT XYZ, dengan
membayar jumlah premi yang sama sebesar Rp1 miliar. PT XYZ mengikutkan (reasuransi) perusahaan tersebut ke perusahaan asuransi
di luar negeri, misalnya PT KLM, dengan membayar premi sebesar Rp500 juta. Maka ketentuan PPh Pasal 26-nya adalah:
Perkiraan penghasilan neto = 10% x Rp500.000.000 = Rp50.000.000
PPh Pasal 26 PT ABC = 20% x Rp50.000.000 = Rp10.000.000 (2% x Rp500.000.000)