Anda di halaman 1dari 25

PPH PASAL

23/26 DAN 24
Kelompok 3
AKT Perencanaan
Perpajakan
Anggota Kelompok
1.Sakinatul (220221100197)
2.Musarrofah Alana (220221100203)
3.RirinUswati (220221100212)
4.Rizky Wijaya K (220221100219)
5.MarhiniAnggelina (220221100227)
6.Fitria (220221100239)
7.M. Wafi Rizqillah (220221100246)
PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 merupakan salah satu bentuk
pemotongan dan pemungutan PPh yang
dikenakan atas penghasilan dividen, bunga,
royalty, hadiah, penghargaan, bonus, dan
sejenisnya selain yang telah dipotong dalam
PPh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, kecuali sewa dan
Objek PPh Pasal 23
a.Dividen
b.Bunga
c.Royalty
d.Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain
kepada orang pribadi
e.Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, kecuali sewa tanah atau bangunan
f.Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa
lain yang telah dipotong PPh Pasal 21
Tarif PPh 1. Dividen , Bunga, Royalti, Hadiah dan penghargaan selain yang
telah dipootong PPh Ps. 21 ayat (1) huruf e
Pasal 23 • Apabila memilki NPWP
15% x Jumlah Bruto
• Apabila tidak memilki NPWP
30% x Jumlah Bruto

2.Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan


harta kecuali yang telah dikenakan PPh Ps. 4 (2), Jasa teknik, jasa
manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan, dan jasa lain.
• Apabila memilki NPWP
2% x Jumlah Bruto
• Apabila tidak memilki NPWP
4% x Jumlah Bruto
a.Bagi Perusahaan penerima penghasilan
Akun – Akun • Kas
Pendapatan deviden/sewa/bunga
xxx

xxx
yang (Mencatat penerimaan pendapatan)
• PPh Ps. 23 dibayar dimuka xxx
Mempengaruhi Kas
xxx
(Mencatat PPh ps.23 yang dipungut)
b.Bagi perushaan pemberi penghasilan (Pemotong)
• Biaya deviden/sewa/bunga xxx
Kas
xxx
(Mencata pengeluaran deviden, sewa, dan lainnya)
• Kas xxx
Hutang PPh Ps. 23
xxx
(Mencatat Pemungutan PPh. Ps 23)
Studi Kasus
Pada tanggal 20 Januari 2012, PT XYZ menerima penghasilan Deviden dari PT.
BRI sebesar Rp 130.000.000,- tanggal 2 Februari 2012 PT. BRI menyetor Pajak
yang telah dipotong atas penghasilan tersebut. Berapakah besar PPh Pasal 23
yang telah dipotong dan bagaimanakah pencatatan atas transaksi tersebut?

Pembahasan
PT BRI merupakan pemungut PPh Ps. 23 atas penghasilan deviden tersebut.
Maka besarnya PPh Ps. 23 adalah sebagai berikut :
• Jika PT. XYZ memiliki NPWP maka besarnya PPh adalah sebagai
berikkut :
PPh Ps. 23 = 15% x 130.000.000
= 19.500.000
• Jika PT. XYZ tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh adalah sebagai
berikut :
Bagi PT XYZ
20/1 Kas 130.000.000
Pendapatan Deviden 130.000.000
(Mencatat penerimaan pendapatan deviden)
20/1 PPh. Ps. 23 dibayar dimuka 19.500.000
Kas 19.500.000
(Mencatat PPh. Ps. 23 yang dipungut)

Bagi PT BRI
20/1 Biaya Deviden 130.000.000
Jurnalnya
Kas 130.000.000
(Mencatat Pengeluaran Deviden)
20/1 Kas 19.500.000
Hutang PPh. Ps 23 19.500.000
(Mencatat Pemungutan PPh. Ps 23)
20/1 Hutang PPh. Ps 23 19.500.000
Kas 19.500.000
(Mencatat Pembayaran PPh Ps. 23)
Referensi
:
• Supriyanto, Eddy. 2011, “Akuntansi Perpajakan”.
Graha Ilmu
• Undang – Undang Pajak Penghasilan No. 36
Tahun 2008
• “Pemotongan Pajak Penghasilan- Pasal 23”
Pajak.go.id,
https://www.pajak.go.id/id/pemotongan-pajak-pen
ghasilan-pasal-23
PPh Pasal 24
PPh Pasal 24 merupakan ketentuan yang
mengatur hak wajib pajak dalm negeri
(WPDN) untuk mengkreditkan pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri atas
penghasilan dari luar negeri terhadap total
pajak penghasilan terutang dalam suatu
tahun pajak yang sama. Pajak penghasilan
pasal 24 ini biasanya telah dipotong oleh
Subjek dan Objek PPh pasal 24
Subjek PPh pasal 24 Sebagaimana disebutkan dalam UU 36/2008, adalah
Wajib Pajak dalam negeri yang terutang pajak atas seluruh penghasilan termasuk
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Di sisi lain, yang
menjadi objek PPh Pasal 24 adalah penghasilan yang berasal dari luar negeri.
Berdasarkan UU PPh No. 36 Tahun 2008, maka Objek pajak untuk PPh Pasal
24 adalah sebagai berikut:
a. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari
pengalihan saham dan sekuritas lainnya.
b. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan
penggunaan harta gerak.
c. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak.
d. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan.
e. Penghasilan bentuk usaha tetap.
f. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan.
Pencatatan Transaksi PPh Pasal 24
Ketika sebuah Perusahaan menerima penghasilan yang berasal dari
luar negeri dengan nama dan dalam bentuk apapun (misal, laba
bersih, deviden, dll) sebagaimana yang diatur dalam undang-
undang, maka perusahaan akan dipotong pajak oleh Negara dimana
perusahaan tersebut berada. Oleh karena itu ketika perusahaan
menerima penghasilan ini maka perusahaan akan mencatat sebagai
berikut:

a. Mencatat PPh Pasal 24 yanng dipungut


Kas xxx
Pendapatan Deviden/sewa/bunga/lainnya
xxx
b. Mencatat PPh Pasal 24 yang dipungut
Tarif PPh Pasal 24
PT ABC pada 2024 memperoleh pendapatan
neto di dalam negeri sebesar Rp30.000.000.000
dan dari luar negeri sebesar Rp15.000.000.000,
dengan asumsi pajak di luar negeri sebesar 20%.
Maka total penghasilan PT ABC yang tercatat
sebesar Rp45.000.000.000 karena penjumlahan
dari penghasilan dalam negeri dan penghasilan
luar negeri. Kemudian tarif PPh Badan yang
berlaku saat ini sebesar 22%. Sehingga
perhitungan PPh Terutangnya sebagai berikut:
Tarif PPh Badan x Penghasilan Neto Dalam Negeri
= 22% x Rp30.000.000.000
= Rp6.600.000.000
PPh 24 yang dapat dikreditkan:
(Penghasilan luar negeri/Total penghasilan) x Total PPh Terutang
=(Rp15.000.000.000/Rp45.000.000.000) x
Rp6.600.000.000
=0,3333333333 x Rp6.600.000.000
=2.199.999.999,8 dibulatkan jadi Rp2.200.000.000
Dengan demikian, PPh Terutang yang telah dibayarkan PT AAA di
luar negeri sebesar Rp2.200.000.000.
Sehingga nominal kredit pajak PPh Pasal 24 yang dapat digunakan
untuk mengurangi PPh Terutang di dalam negeri sebesar
Rp2.200.000.000.
Kredit PPh Pasal 24
Dalam UU PPh, besarnya kredit pajak adalah sebesar
pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri tetapi tidak boleh melebihi perhitungan pajak
yang terutang berdasarkan UU PPh.
Contoh:
PT. ABC pada tahun 2009 memperoleh penghasilan
sebagai berikut:
- Deviden dari PT CBA di Amerika sebesar 100 Milliar
dg tarif disana sebesar 20 %
- Sewa Gedung di Singapura sebesar 200 Milliar
dengan tarif 25 %
- Penghasilan dari Indonesia sendiri sebesar 300
Berapakah besarnya PPh Pasal 24 yang boleh dikreditkan?
Jawab:
- Pajak di Amerika = 100 Milliar X 20% = 20 Milliar
- Pajak di Singapura = 200 Milliar X 25% = 50 Milliar
- Total Penghasilan = 100 M + 200 M + 300 M = 600 M
Jika diasumsikan peredaran Bruto pada tahun 2009 adalah sebesar 56 Milliar
- Pajak Terutang = 600 M X 28% = 168 M
Besarnya PPh Pasal 24 yang Boleh dikreditkan untuk:
a. Deviden dari Negara Amerika:
= 100M/600M × 168M=28M
Jika dilihat bahwa besarnya PPh yang dihitung berdasarkan Undang-undang
di Indonesia lebih besar maka PPh Pasal 24 yang boleh dikreditkan adalah
sebesar 20 M.
b.Sewa Dari Singapura:
= 200M/600M × 168M = 56M
Jika dilihat bahwa besarnya PPh yang dihitung berdasarkan Undang-undang
·Jurnal PT. ABC Mencatat Penerimaan atas Deviden
Kas
100 M
Pendapatan Deviden
100 M
·Jurnal Pencatatan PPh Pasal 24 yang Dipungut
PPh Pasal 24 yang dipungut 20
M
Kas
20 M
·Jurnal Pencatatan Menerima Pendapatan Sewa
Kas
200 M
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber
penghasilan ditentukan sebagai berikut:
a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari
pengalihan saham dan sekuritas lainnya
b. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan
penggunaan harta gerak
c. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak
d. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan
e. penghasilan bentuk usaha tetap
f. penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan
g. keuntungan karena pengalihan harta tetap
h. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk
usaha tetap.(pasal 24 ayat 3)
Referensi
· https://ddtc.co.id/id/
PPh Pasal 26
PPh Pasal 26 adalah pajak penghasilan yang
dikenakan/dipotong atas penghasilan yang
diterima wajib pajak luar negeri (orang pribadi
maupun badan) dari Indonesia selain bentuk
usaha tetap (BUT). Dimana Pph tersebut diatur
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh)
Subjek pajak pemotong PPh
pasal 26 wajib dilakukan oleh:
1.Badan Pemerintah
2.Subjek pajak dalam negeri
3.Penyelenggara kegiatan
4.Bentuk usaha tetap
5.Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
yang melakukan pembayaran kepada Wajib
Pajak luar negeri selain BUT
Tarif dan objek PPh Pasal 26 Ayat 1
Berdasarkan UU 36 Tahun 2008 tarif dari pph ini adalah 20%
dan bersifat final atas :
• Dividen
• Bunga termasuk premium, diskono, dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
• Royalty, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan hara
• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
• Hadiah dan penghargaan
• Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
• Premi swap dan transaksi pelindung nilai lainnya
• Keuntungan karena pembebasan utang
Tarif PPh Pasal 26 Ayat 2
Atas pembayaran premi asuransi dan premi reasuransi kepada
perusahaan asuransi diluar negeri dikenakan pemotongan PPh Pasal 26
sebesar 20% x Perkiraan penghasilan neto
• 50% dari jumlah premi yang dibayar atas premi yang tertanggung
kepada perusahaanasuransi di luar negeri baik secaralangsung atau
melalui pialang
• 10% dari jumlah premi yang dibayar atas premi yang dibayar oleh
perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung atau melalui
pialang
• 5% dari jumlah premi yang dibayar atas premi yang dibayar oleh
perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung atau melalui
pialang
Contoh soal 1
Pegawai asin yan berada di Indonesia kurang dari 183 hari
Pada tanggal 18 oktober 2011, PT Estris membayar aji kepada karyawan asing
amanila sebesar RP. 100.000.000 dan PPh 26 yan dibayar oleh Perusahaan.
Besarnya biaya yang dapat dibebankan oleh PT Estris dapat dihitung sebagai
berikut:

a.Gaji yang diterima amanila sebesar Rp. 100.000.000


b.PPh 26 sebesar 100/80 X 100.000.000 = Rp. 125.000.000

Jurnal yan dicatat PT Estris atas Transaksi tersebut adalah sebagai berikut
18 oktober 2011 Beban Gaji Rp. 125.000.000
Utang PPh 26 Rp.
25.000.000
Kas/Bank Rp.
Contoh soal 2
PT ABC membayar premi asuransi kepada MILANTA yang berada di
Malaysia denan nilai Rp. 15.000.000 pada tanggal 5 januari 2012. Dengan
demikian , PT ABC harus memotong PPh 26 Sebesar 20% X 50% X Rp.
15.000.000 = Rp. 1.500.000

Jurnal 5 januari 2012 Asuransi dibayar dimuka Rp. 15.000.000


Utang PPh 26 Rp.
1.500.000
Kas/ Bank Rp.
13. 500.000
Utang PPh 26 ini paling lambat disetorkan ke kas negara pada tanggal 10
bulan berikutnya
10 februari 2012 Utang PPh 26 Rp. 1.500.000
Kas/Bank Rp.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai