Anda di halaman 1dari 3

1/16/2019 DJP - Tax Knowledge Base

Direktorat Jenderal Pajak - Tax Knowledge Base

Artikel Kring Pajak : PPh » PPh Pasal 26 »

Tabel Tarif PPh Pasal 26

Tabel Tarif PPh Pasal 26


No Uraian Tarif x DPP Dasar Hukum
1 Penghasilan yang dibayarkan kepada WPLN 20% x penghasilan bruto atau Tax Treaty UU PPh Pasal 26 ayat
berupa: (P3B) (1)
1. Deviden; Penyetoran menggunakan SSP dengan:
2. Bunga termasuk Premium,Diskonto
KAP: 411127
dan Imbalan jaminan pengembalian
KJS:
hutang;
3. Royalty; Deviden: 101
4. Sewa; Bunga: 102
5. Penghasilan penggunaan harta Royalti: 103
6. Imbalan sehubungan dengan jasa Jasa: 104
pekerjaan dan kegiatan; Selain Deviden, Bunga, Royalti,
7. Hadiah & penghargaan; Jasa: 100
8. Pensiun & pembayaran berkala
lainnya;
9. premi swap dan transaksi lindung nilai
lainnya; dan/ atau
10. keuntungan karena pembebasan
utang.

2 Penjualan atas penghasilan dari penjualan atau 20% x Perkiraan Neto. UU PPh Pasal 26 ayat
pengalihan harta di Indonesia, yang diperoleh
WP Luar Negeri. (2)
Perkiraan neto=25% x harga jual
PMK 82/PMK.03/2009
Harta yang dimaksud berupa:
berlaku sejak 22 April
perhiasan mewah, berlian, emas, intan, jam Sehingga tarif efektif: 2009
tangan mewah, barang antik, lukisan, mobil,
motor, kapal pesiar, dan/atau pesawat terbang 20% x 25% x harga jual = 5% x harga jual
ringan.
FINAL
Dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 26
adalah: Pemotong Pajak wajib:

WP OP Luar Negeri yang memperoleh memberikan bukti potong PPh


penghasilan tidak melebihi Rp 10Juta untuk
Pasal 26;
setiap jenis transaksi. (Pasal 3 ayat (2) PMK
82/PMK.03/2009) menyetorkan PPh Pasal 26 yang
terutang dengan menggunakan
nama WPLN yang menjual harta
paling lama tgl 10 bulan
berikutnya setelah bulan
transaksi;
melaporkan PPh Pasal 26 yang
dipotong paling lama tgl 20 bulan
berikutnya.

Penyetoran menggunakan SSP dengan:

KAP: 411127

KJS: 100
3 Penjualan saham oleh WPLN. 20% x perkiraan neto UU PPh Pasal 26 ayat
Saham yang diperjualbelikan adalah saham Perkiraan neto=25% x harga jual (2a)
dari PT di Dalam Negeri dan tidak berstatus KMK 434/KMK.04/1999
sebagai emiten atau perusahaan publik. (Pasal Sehingga tarif efektif:
1 KMK 434/KMK.04/1999) PMK 258/PMK.03/2008
20% x 25% x harga jual = 5% x harga jual

FINAL
http://tkb-djp/tkb/engine/learning3/print.php?id=1257 1/3
1/16/2019 DJP - Tax Knowledge Base
Didalam PMK 258/PMK.03/2008 disebutkan Jika pembeli adalah:
bahwa penjualan/pengalihan saham
perusahaan antara (special purpose company WPLN, maka pemotong
atau conduit company), yang didirikan di Tax
pajaknya adalah Perseroan (PT
Haven Country dan mempunyai hubungan
istimewa dengan WPDN Indonesia atau BUT di Dalam Negeri) yang sahamnya
Indonesia, dapat ditetapkan sebagai penjualan/ diperjualbelikan.
pengalihan saham WP Badan Dalam Negeri.
WPDN yang ditunjuk sebagai
pemotong, maka pemotong
pajaknya adalah WPDN sebagai
pembeli. Dan Perseroan hanya
mencatat akta pemindahan hak
atas saham yang dijual apabila
dibuktikan oleh WPLN bahwa
PPh Pasal 26 yang terutang
telah dibayar lunas dengan bukti
pemotongan PPh Pasal 26
dengan menunjukkan aslinya.

Penyetoran menggunakan SSP dengan:

KAP: 411127

KJS: 100
4 Premi Asuransi dan Premi Reasuransi yang 20% x perkiraan neto. UU PPh Pasal 26 ayat
dibayar kepada perusahaan asuransi di LN
(2)
Perkiraan neto:
KMK 624/KMK.04/1994
1. 50% dari Premi yang
dibayarkan oleh pihak yang
tertanggung kepada perusahaan
asuransi LN. Sehingga tarif
efektif: 20% x 50%= 10%.
Pemotong pajak adalah
tertanggung.
2. 10% dari Premi yang dibayar
oleh perusahaan asuransi di
Indonesia kepada perusahaan
asuransi LN. Sehingga tarif
efektif: 20% x 10%= 2%.
Pemotong Pajak adalah
perusahaan asuransi di
Indonesia.
3. 5% dari Premi yang dibayar
oleh perusahaan reasuransi di
Indonesia kepada perusahaan
asuransi di LN. Sehingga tarif
efektif: 20% x 5%= 1%.
Pemotong pajak adalah
perusahaan reasuransi di
Indonesia.

Penyetoran menggunakan SSP dengan:

KAP: 411127

KJS: 100
5 BUT (Bentuk Usaha Tetap)/ Permanent Atas Laba BUT sebelum pajak: UU PPh Pasal 26 ayat
Establishment
→dikenakan tarif Pasal 17 (4)
Dikecualikan dari pengenaan PPh Pasal 26 KMK 113/KMK.03/2002
ayat (4) jika penghasilan BUT ditanamkan Penyetoran seperti WP Badan DN.
kembali di Indonesia dengan syarat: Jo. PMK
257/PMK.03/2008
1. penanaman kembali dilakukan atas
Atas Laba BUT setelah pajak yang Jo. PMK
seluruh penghasilan kena pajak tidak ditanamkan kembali di Indonesia: 14/PMK.03/2011
setelah dikurangi PPh dalam bentuk
→dikenakan20% x laba setelah pajak
penyertaan modal pada perusahaan

http://tkb-djp/tkb/engine/learning3/print.php?id=1257 2/3
1/16/2019 DJP - Tax Knowledge Base

yang baru didirikan dan Penyetoran PPh Pasal 26 atas Laba BUT tentang penanaman
setelah pajak, menggunakan SSP
berkedudukan di Indonesia sebagai dengan: kembali Laba BUT.
pendiri atau peserta pendiri; PER 16/PJ/2011
KAP: 411127
2. Perusahaan yang baru didirikan dan tentang Penanaman
berkedudukan di Indonesia tsb harus KJS: 105 Kembali Laba BUT
aktif melakukan kegiatan usaha
sesuai dengan akte pendiriannya,
paling lama 1 tahun sejak didirikan;
3. penanaman kembali dilakukan dalam
tahun ajak berjalan atau paling lama
tahun pajak berikutnya dari tahun
pajak diterima/ diperolehnya
penghasilan tsb; dan
4. tidak melakukan pengalihan atas
penanaman kembali tsb paling
singkat dalam jangka waktu 2 tahun
sesudah perusahaan baru tsb telah
berproduksi komersial.

Dicetak 16 January 2019 - 14:51

http://tkb-djp/tkb/engine/learning3/print.php?id=1257 3/3

Anda mungkin juga menyukai