Anda di halaman 1dari 18

PUSDIKLAT PAJAK

PEMOTONGAN
PPH PASAL 26
OLEH INSTANSI
PEMERINTAH
DISUSUN OLEH
Irawan Purwo Aji
01

DAFTAR ISI Daftar Isi

02.
A. OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 26 OLEH
INSTANSI PEMERINTAH

04.
B. TARIF PEMOTONGAN PPh PASAL 26 OLEH INSTANSI
PEMERINTAH

09.
C. PENGECUALIAN PEMOTONGAN PPh PASAL 26
OLEH INSTANSI PEMERINTAH

10.
D. SAAT TERUTANG

11
E.TATA CARA PENYETORAN DAN PELAPORAN
PEMOTONGAN PPh PASAL 26 OLEH INSTANSI
PEMERINTAH

16.
REFERENSI

PUSDIKLAT PAJAK
02

A. OBJEK PEMOTONGAN
PPH PASAL 26 OLEH
INSTANSI PEMERINTAH
Instansi Pemerintah yang melakukan pembayaran penghasilan kepada
Wajib Pajak luar negeri sebagai rekanan pemerintah wajib melakukan
pemotongan PPh Pasal 26. Yang dimaksud dengan Wajib Pajak atau
Subjek Pajak Luar Negeri adalah:

01 orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;

02
warga negara asing yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan;

03
Warga Negara Indonesia yang berada di luar Indonesia lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan serta memenuhi persyaratan:
a. tempat tinggal;
b. pusat kegiatan utama;
c. tempat menjalankan kebiasaan;
d. status subjek pajak; dan/atau
e. persyaratan tertentu lainnya
yang ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tersebut
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan; dan

03 Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di


Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia atau yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia

¹ Pasal 13 ayat 1 PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022


03

Pemotongan PPh Pasal 26 ini dilakukan oleh Instansi Pemerintah atas


jumlah yang dibayarkan kepada rekanan pemerintah, dengan tidak
melihat jumlahnya pembayaran yang dibayarkan. Tidak terdapat
batasan minimal pembayaran seperti dalam pemungutan PPh Pasal 22.
04

B. TARIF PEMOTONGAN
PPH PASAL 26 OLEH
INSTANSI PEMERINTAH
Tarif pemotongan PPh Pasal 26 oleh Instansi Pemerintah ditetapkan
sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto yang dibayarkan oleh
Instansi Pemerintah.² Jika yang dibayarkan oleh Instansi Pemerintah
merupakan pembayaran bunga obligasi, maka tarif pemotongan PPh
Pasal 26 sebesar 10% (sepuluh persen)³.

Jika Wajib Pajak luar negeri yang merupakan rekanan pemerintah


berdomisili di negara yang memiliki Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) dengan Indonesia, tarif pemotongan PPh Pasal 26 oleh
Instansi Pemerintah dapat disesuaikan dengan tarif PPh yang diatur
dalam P3B tersebut. P3B adalah perjanjian antara Pemerintah
Indonesia dan pemerintah negara mitra atau yurisdiksi mitra untuk
mencegah terjadinya pengenaan pajak berganda dan pengelakan
pajak⁴. Dalam P3B, Indonesia dan negara mitra atau yurisdiksi mitra
akan membuat kesepakatan mengenai tata cara pengenaan pajak atas
suatu penghasilan yang diterima oleh subjek pajak kedua belah pihak.
Tata cara yang diatur antara lain terkait objek penghasilan yang
dikenakan pajak, tarif pajak, dan pihak yang memotong atau
memungut pajak. Pengaturan ini penting dilakukan agar tidak terjadi
adanya pajak berganda atau penghindaran pajak.

² Pasal 26 ayat 1 UU PPh


³ Lampiran PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022
⁴ Pasal 1 angka 13 PP 50 Tahun 2022
05

Pemotongan PPh Pasal 26 berdasarkan ketentuan atau tarif


sebagaimana diatur dalam ketentuan P3B dilakukan sepanjang Wajib
Pajak luar negeri menyampaikan surat keterangan domisili Wajib Pajak
luar negeri yang berisi informasi mengenai telah terpenuhinya
ketentuan:⁵

01 penerima penghasilan bukan subjek pajak dalam


negeri Indonesia;

02 penerima penghasilan merupakan orang pribadi atau


badan yang merupakan subjek pajak dalam negeri
dari negara mitra atau yurisdiksi mitra persetujuan
penghindaran pajak berganda;

03 tidak terjadi penyalahgunaan persetujuan


penghindaran pajak berganda; dan

04 penerima penghasilan merupakan beneficial owner,


dalam hal dipersyaratkan dalam persetujuan
penghindaran pajak berganda. Beneficial owner atau
pemilik manfaat adalah orang perseorangan yang
dapat menunjuk atau memberhentikan direksi,
dewan komisaris, pengurus, pembina, atau pengawas
pada Korporasi, memiliki kemampuan untuk
mengendalikan Korporasi, berhak atas dan/atau
menerima manfaat dari Korporasi baik langsung
maupun tidak langsung, merupakan pemilik
sebenarnya dari dana atau saham Korporasi⁶.

Jika penerima penghasilan tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut,


maka pemotongan PPh Pasal 26 menggunakan tarif sesuai UU PPh.

⁵ Lampiran PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022


⁶ Pasal 1 angka 2 Perpres 13 Tahun 2018
06

"
CONTOH
Contoh penghitungan pemotongan PPh Pasal 26 oleh
Instansi Pemerintah:

01 Instansi Pemerintah X membayar jasa konsultan


perencanaan tata ruang perkotaan kepada Mr. Clark
Joe, warga negara K. Kontrak jasa konsultan tersebut
sebesar Rp70.000.000,00. Atas pembayaran tersebut,
Instansi Pemerintah X melakukan pemotongan PPh
Pasal 26 sebesar:

Dasar pengenaan pajak = Rp70.000.000,00


PPh Pasal 26 yang dipotong
= 20% x Rp70.000.000,00
= Rp14.000.000,00

⁵ Lampiran PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022


⁶ Pasal 1 angka 2 Perpres 13 Tahun 2018
07

Contoh penghitungan pemotongan PPh Pasal 26 oleh


Instansi Pemerintah:
"
CONTOH

02 Instansi Pemerintah X membayar royalti


penggunaan software kepada TYR, Corp (Subjek
Pajak Negara Y) sebesar Rp1.000.000.000,00. Atas
pembayaran tersebut, Instansi Pemerintah X
melakukan pemotongan PPh Pasal 26 sebesar:

Dasar pengenaan pajak = Rp1.000.000.000,00


PPh Pasal 26 yang dipotong
= 20% x Rp1.000.000.000,00
= Rp200.000.000,00

Jika Negara Y dan Indonesia memiliki P3B dan TYR,


Corp telah menyampaikan surat keterangan
domisili, maka pemotongan PPh Pasal 26 dilakukan
sesuai dengan kesepakatan dalam P3B. Jika dalam
P3B ditentukan tarif pemotongan PPh Pasal 26 oleh
Indonesia sebesar 5%, maka Instansi Pemerintah X
melakukan pemotongan PPh Pasal 26 sebesar:

Dasar pengenaan pajak = Rp1.000.000.000,00


PPh Pasal 26 yang dipotong
= 5% x Rp1.000.000.000,00
= Rp50.000.000,00

⁵ Lampiran PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022


⁶ Pasal 1 angka 2 Perpres 13 Tahun 2018
08

Contoh penghitungan pemotongan PPh Pasal 26 oleh "


CONTOH
Instansi Pemerintah:

03 Instansi Pemerintah X membayar hadiah


perlombaan lari maraton kepada Mr. John Vicius,
warga negara D. Hadiah yang diberikan tersebut
sebesar Rp250.000.000,00. Atas pembayaran
tersebut, Instansi Pemerintah X melakukan
pemotongan PPh Pasal 26 sebesar:

Dasar pengenaan pajak = Rp250.000.000,00


PPh Pasal 26 yang dipotong
= 20% x Rp250.000.000,00
= Rp50.000.000,00

⁵ Lampiran PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022


⁶ Pasal 1 angka 2 Perpres 13 Tahun 2018
09

C. PENGECUALIAN
PEMOTONGAN PPH
PASAL 26 OLEH INSTANSI
PEMERINTAH
Dalam pemotongan PPh Pasal 26 oleh Instansi Pemerintah, tidak
terdapat pengecualian.
10

D. SAAT TERUTANG

PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Instansi Pemerintah terutang pada


saat dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayaran⁷.

⁷ Pasal 15 ayat 4 PP 94 Tahun 2010


11

E. TATA CARA PENYETORAN


DAN PELAPORAN
PEMOTONGAN PPH PASAL 26
OLEH INSTANSI PEMERINTAH

Setelah melakukan pemotongan PPh Pasal 26, Instansi Pemerintah


wajib menyetorkan PPh Pasal 26 yang telah dipotong melalui kas
negara dan melaporkannya melalui SPT 21/26 Instansi Pemerintah
dan/atau SPT Unifikasi Instansi Pemerintah. Penyetoran PPh Pasal 26
yang telah dipotong oleh Instansi Pemerintah dilakukan:⁸

01 untuk Instansi Pemerintah Pusat dan Instansi Pemerintah


Daerah

a. PPh Pasal 26 yang telah dipotong wajib disetor paling lama 7


(tujuh) hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran dengan
mekanisme Uang Persediaan.
b. PPh Pasal 26 yang telah dipotong wajib disetor pada hari yang
sama dengan pelaksanaan pembayaran dengan mekanisme
Langsung;

02 untuk Instansi Pemerintah Desa, PPh Pasal 26 yang telah


dipotong wajib disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya setelah pelaksanaan pembayaran.⁹

⁸ Pasal 23 ayat 1 PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022


⁹ Pasal 23 ayat 2 PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022
12

Penyetoran PPh Pasal 26 yang telah dipotong oleh Instansi Pemerintah


menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana lain yang
dipersamakan dengan SSP dengan menggunakan nama Instansi
Pemerintah. Instansi Pemerintah harus menerbitkan Bukti
Pemotongan PPh Pasal 26 melalui aplikasi e-Bupot dan menyerahkan
Bukti Pemotongan PPh Pasal 26 kepada rekanan pemerintah atau
pihak yang menerima pembayaran. Bukti Pemotongan PPh Pasal 26
tetap dibuat meskipun jumlah PPh Pasal 26 yang dipotong nihil
berdasarkan ketentuan P3B yang ditunjukkan dengan adanya Surat
Keterangan Domisili dan/atau tanda terima Surat Keterangan Domisili
Wajib Pajak Luar Negeri.¹⁰

Penyetoran pemotongan PPh Pasal 26 oleh Instansi Pemerintah


menggunakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS)
sebagai berikut:¹¹

411127 - 100, 411127 - 103,


untuk pembayaran PPh untuk pembayaran PPh
Pasal 26 yang harus disetor Pasal 26 yang harus disetor
(selain PPh Pasal 26 atas atas royalti yang dibayarkan
dividen, bunga, royalti, jasa kepada Wajib Pajak luar
dan laba setelah pajak BUT); negeri; dan

411127 - 102, 411127 - 104,


untuk pembayaran PPh Pasal 26 yang untuk pembayaran PPh
harus disetor atas bunga (termasuk
premium, diskonto, premi swap dan Pasal 26 yang harus disetor
imbalan sehubungan dengan atas jasa yang dibayarkan
jaminan pengembalian utang) yang kepada Wajib Pajak luar
dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri.
negeri;

¹⁰ Pasal 6 ayat 2 huruf c Per-17/PJ/2021


¹¹ Per-09/PJ/2020 stdd Per-22/PJ/2021
13

Instansi Pemerintah wajib melaporkan


SPT 21/26 Instansi Pemerintah dan/atau
SPT Unifikasi Instansi Pemerintah paling
lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa
Pajak berakhir. SPT 21/26 Instansi
Pemerintah digunakan untuk
melaporkan pemotongan PPh Pasal 26
atas subjek pajak luar negeri orang
pribadi yang menerima penghasilan
berupa imbalan sehubungan dengan
jasa, pekerjaan, dan kegiatan, dan/atau
hadiah dan penghargaan. Pemotongan
PPh Pasal 26 atas penghasilan subjek
pajak luar negeri selain yang sudah
dilaporkan dalam SPT 21/26 Instansi
Pemerintah harus dilaporkan dalam SPT
Unifikasi Instansi Pemerintah.

¹⁰ Pasal 6 ayat 2 huruf c Per-17/PJ/2021


¹¹ Per-09/PJ/2020 stdd Per-22/PJ/2021
14

Contoh penyetoran dan pelaporan pemotongan PPh


Pasal 26 oleh Instansi Pemerintah:
"
CONTOH

01 Instansi Pemerintah X membayar hadiah perlombaan lari


maraton kepada Mr. John Vicius, warga negara D. Hadiah
yang diberikan tersebut sebesar Rp250.000.000,00.

Pembayaran dengan mekanisme Langsung dan


dilakukan pada 7 Februari 2023. Atas pembayaran
tersebut, Instansi Pemerintah X melakukan pemotongan
PPh Pasal 26 sebesar:

Dasar pengenaan pajak = Rp250.000.000,00


PPh Pasal 26 yang dipotong
= 20% x Rp250.000.000,00
= Rp50.000.000,00

PPh Pasal 26 yang telah dipotong oleh Instansi


Pemerintah X harus disetorkan ke kas negara pada hari
yang sama dengan pembayaran atau tanggal 7 Februari
2023 dengan menggunakan KAP/KJS 411127 – 100.
Instansi Pemerintah harus membuat Bukti Pemotongan
PPh Pasal 26 dan menyerahkannya kepada penerima
penghasilan. Instansi Pemerintah juga harus melaporkan
pemotongan PPh Pasal 26 tersebut dalam SPT 21/26
Instansi Pemerintah paling lambat tanggal 20 Maret 2023.
Pelaporan menggunakan SPT 21/26 Instansi Pemerintah
karena penerima penghasilan merupakan subjek pajak
luar negeri orang pribadi.

¹⁰ Pasal 6 ayat 2 huruf c Per-17/PJ/2021


¹¹ Per-09/PJ/2020 stdd Per-22/PJ/2021
15

Contoh penyetoran dan pelaporan pemotongan PPh


Pasal 26 oleh Instansi Pemerintah:
"
CONTOH

02 Instansi Pemerintah X membayar royalti penggunaan


software kepada TYR, Corp (Subjek Pajak Negara Y)
sebesar Rp1.000.000.000,00. Pembayaran royalti tersebut
dengan menggunakan mekanisme Langsung dan
dilakukan tanggal 7 Juli 2023. Atas pembayaran tersebut,
Instansi Pemerintah X melakukan pemotongan PPh
Pasal 26 sebesar:

Dasar pengenaan pajak = Rp1.000.000.000,00


PPh Pasal 26 yang dipotong
= 20% x Rp1.000.000.000,00
= Rp200.000.000,00

PPh Pasal 26 yang telah dipotong oleh Instansi


Pemerintah X harus disetorkan ke kas negara pada hari
yang sama dengan pembayaran atau tanggal 7 Juli 2023
dengan menggunakan KAP/KJS 411127 – 103. Instansi
Pemerintah harus membuat Bukti Pemotongan PPh
Pasal 26 dan menyerahkannya kepada penerima
penghasilan. Instansi Pemerintah juga harus melaporkan
pemotongan PPh Pasal 26 tersebut dalam SPT Unifikasi
Instansi Pemerintah paling lambat tanggal 20 Agustus
2023. Pelaporan menggunakan SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah karena penerima penghasilan merupakan
subjek pajak luar negeri badan.

¹⁰ Pasal 6 ayat 2 huruf c Per-17/PJ/2021


¹¹ Per-09/PJ/2020 stdd Per-22/PJ/2021
16

REFERENSI
REFERENSI
UU PPh
PP 94 Tahun 2010
PP 50 Tahun 2022
PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022
Per-09/PJ/2020 stdd Per-22/PJ/2021
Per-17/PJ/2021

Anda mungkin juga menyukai