Anda di halaman 1dari 21

PUSDIKLAT PAJAK

PEMOTONGAN
PPH PASAL 23
OLEH INSTANSI
PEMERINTAH
DISUSUN OLEH
Irawan Purwo Aji
01

DAFTAR ISI Daftar Isi

02.
A. OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 23 OLEH
INSTANSI PEMERINTAH

06.
B. TARIF PEMOTONGAN PPh PASAL 23 OLEH INSTANSI
PEMERINTAH

12.
C. PENGECUALIAN PEMOTONGAN PPh PASAL 23
OLEH INSTANSI PEMERINTAH

14.
D. SAAT TERUTANG

15.
E. TATA CARA PENYETORAN DAN PELAPORAN
PEMOTONGAN PPh PASAL 23 OLEH INSTANSI
PEMERINTAH

19.
REFERENSI

PUSDIKLAT PAJAK
02

A. OBJEK PEMOTONGAN
PPH PASAL 23 OLEH
INSTANSI PEMERINTAH

Instansi Pemerintah yang melakukan pembayaran penghasilan kepada


Wajib Pajak dalam negeri dan BUT sebagai rekanan pemerintah wajib
memotong PPh Pasal 23. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23
tersebut berupa:¹

01
sewa dan penghasilan lain
bunga pinjaman; sehubungan dengan penggunaan

04
harta, kecuali sewa dan penghasilan
lain sehubungan dengan
penggunaan tanah dan/atau
bangunan yang telah dikenai PPh

02
Pasal 4 ayat (2); dan/atau
royalti;

imbalan sehubungan dengan jasa

05
teknik, jasa manajemen, jasa
hadiah, penghargaan,

03
konstruksi, jasa konsultan, dan
bonus, dan sejenisnya
jasa lain selain jasa yang telah
selain yang telah
dipotong PPh Pasal 21.
dipotong PPh Pasal 21;

¹ Pasal 13 ayat 1 PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022


03

Jenis jasa lain yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23 oleh
Instansi Pemerintah terdiri dari:²

1. Jasa penilai (appraisal);


2. Jasa aktuaris;
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4. Jasa hukum;
5. Jasa arsitektur;
6. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;
7. Jasa perancang (design);
8. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas),
kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap;
9. Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas
bumi (migas);
10. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas bumi dan
penambangan minyak dan gas bumi (migas);
11. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
12. Jasa penebangan hutan;
13. Jasa pengolahan limbah;
14. Jasa penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services);
15. Jasa perantara dan/atau keagenan;
16. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa
Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia
(KPEI);
17. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI);
18. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
19. Jasa mixing film;
20. Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan, poster, photo, slide, klise, banner,
pamphlet, baliho dan folder;
21. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;
22. Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website;
23. Jasa internet termasuk sambungannya;
24. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data, informasi, dan/atau
program;

² Pasal 1 ayat 6 PMK-141/PMK.03/2015


04

Jenis jasa lain yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23 oleh
Instansi Pemerintah terdiri dari:² (LANJUTAN)

25. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV
kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
26. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
TV kabel, dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi;
27. Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat, laut dan udara;
28. Jasa maklon;
29. Jasa penyelidikan dan keamanan;
30. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
31. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau
media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa periklanan;
32. Jasa pembasmian hama;
33. Jasa kebersihan atau cleaning service;
34. Jasa sedot septic tank;
35. Jasa pemeliharaan kolam;
36. Jasa katering atau tata boga;
37. Jasa freight forwarding;
38. Jasa logistik;
39. Jasa pengurusan dokumen;
40. Jasa pengepakan;
41. Jasa loading dan unloading;
42. Jasa laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau
insitusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis;
43. Jasa pengelolaan parkir;
44. Jasa penyondiran tanah;
45. Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan;
46. Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit;
47. Jasa pemeliharaan tanaman;
48. Jasa pemanenan;
49. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan/atau
perhutanan;
50. Jasa dekorasi;

² Pasal 1 ayat 6 PMK-141/PMK.03/2015


05

Jenis jasa lain yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23 oleh
Instansi Pemerintah terdiri dari:² (LANJUTAN)

51. Jasa pencetakan/penerbitan;


52. Jasa penerjemahan;
53. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 UU PPh;
54. Jasa pelayanan kepelabuhanan;
55. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa;
56. Jasa pengelolaan penitipan anak;
57. Jasa pelatihan dan/atau kursus;
58. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
59. Jasa sertifikasi;
60. Jasa survey;
61. Jasa tester, dan
62. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada APBN
atau APBD.

Pemotongan PPh Pasal 23 ini dilakukan oleh Instansi Pemerintah atas


jumlah yang dibayarkan kepada rekanan pemerintah, dengan tidak
melihat jumlahnya pembayaran yang dibayarkan. Tidak terdapat
batasan minimal pembayaran seperti dalam pemungutan PPh Pasal 22.

² Pasal 1 ayat 6 PMK-141/PMK.03/2015


06

B. TARIF PEMOTONGAN
PPH PASAL 23 OLEH
INSTANSI PEMERINTAH

Pemotongan PPh Pasal 23 oleh Instansi Pemerintah menggunakan


tarif:³

01 sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto, atas:

a. bunga pinjaman;
b. royalti; dan
c. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong PPh Pasal 21;

02 sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto, atas:

a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan


harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan tanah dan/atau bangunan yang telah dikenai
PPh Pasal 4 ayat (2); dan
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen,
jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang
telah dipotong PPh Pasal 21.

³ Pasal 23 ayat 1 UU PPh


07

Jika Wajib Pajak atau rekanan pemerintah yang memperoleh


penghasilan tidak memiliki NPWP, besarnya tarif pemotongan PPh
Pasal 23 adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) dari tarif tersebut
diatas.⁴

Yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah jumlah bruto tidak


termasuk PPN. Untuk jumlah bruto terkait pemotongan PPh Pasal 23
atas penghasilan imbalan jasa lain, ditentukan sebagai berikut:⁵

01 untuk jasa katering, jumlah bruto adalah seluruh jumlah


penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh Instansi Pemerintah; dan

02 untuk selain jasa katering, jumlah bruto adalah seluruh jumlah


penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh Instansi Pemerintah, tidak
termasuk:
a. pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga
kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan
pengguna jasa;

b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa


konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah
dipotong PPh Pasal 21.

c. pembayaran kepada pihak ketiga yang dibayarkan melalui


penyedia jasa, terkait jasa yang diberikan oleh penyedia jasa;
dan/atau
d. pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan penggantian
(reimbursement) atas biaya yang telah dibayarkan penyedia jasa
kepada pihak ketiga dalam rangka pemberian jasa bersangkutan.

⁴ Pasal 23 ayat 1a UU PPh


⁵ Pasal 1 ayat 3 PMK-141/PMK.03/2015
08

Pembayaran yang tidak


kontrak kerja dan daftar

01
termasuk objek pembayaran gaji, upah,
pemotongan PPh Pasal 23 honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain sebagai imbalan
tersebut harus dibuktikan sehubungan dengan pekerjaan;
dengan:⁶

02
faktur pembelian atas
pengadaan/pembelian barang
atau material;

03
faktur tagihan dari pihak ketiga
disertai dengan perjanjian tertulis;
dan

faktur tagihan dan/atau bukti

04 pembayaran yang telah dibayarkan


oleh penyedia jasa kepada pihak
ketiga

Jika tidak terdapat bukti dan/atau dokumen tersebut, jumlah bruto


sebagai dasar pemotongan PPh Pasal 23 oleh Instansi Pemerintah
dihitung dari keseluruhan pembayaran kepada penyedia jasa, tidak
termasuk PPN.⁷

⁶ Pasal 1 ayat 4 PMK-141/PMK.03/2015


⁷ Pasal 1 ayat 5 PMK-141/PMK.03/2015
09

Contoh penghitungan pemotongan PPh Pasal 23 oleh


Instansi Pemerintah:
"
CONTOH

01 Instansi Pemerintah X membayar jasa pemeliharaan


kendaraan dinas sebesar Rp4.500.000,00 (tidak
termasuk PPN) kepada CV Megah Motor, yang tidak
memiliki Surat Keterangan. Jasa pemeliharaan
kendaraan dinas tersebut terdiri atas pembayaran jasa
pemeliharaan sebesar Rp1.500.000,00 dan penggantian
spareparts sebesar Rp3.000.000,00. Pembelian
spareparts dibuktikan dengan faktur pembelian
spareparts.
Atas hal tersebut, penghitungan PPh Pasal 23 yang
dipotong oleh Instansi Pemerintah X sebesar:

Dasar pengenaan pajak = Rp1.500.000,00⁸


PPh Pasal 23 yang dipotong = 2% x Rp1.500.000,00
= Rp30.000,00

Jika tidak terdapat faktur pembelian spareparts,


penghitungan PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Instansi
Pemerintah X sebesar:

Dasar pengenaan pajak = Rp4.500.000,00


PPh Pasal 23 yang dipotong = 2% x Rp4.500.000,00
= Rp90.000,00

⁸ Jumlah bruto Rp1.500.000,00 hanya dari jasa pemeliharaan kendaraan karena terdapat faktur pembelian spareparts
10

"
Contoh penghitungan pemotongan PPh Pasal 23 oleh
Instansi Pemerintah:
CONTOH

02 Instansi Pemerintah X memberikan hadiah


pemenang lomba desain logo instansi kepada
PT Megah Desain sebesar Rp100.000.000,00.
Penghitungan pemotongan PPh Pasal 23 atas
pemberian hadiah tersebut adalah:

Dasar pengenaan pajak = Rp100.000.000,00


PPh Pasal 23 yang dipotong
= 15% x Rp100.000.000,00
= Rp15.000.000,00

03 Instansi Pemerintah X membayar royalti atas


penggunaaan lagu kepada Sdr. Frans (sudah
memiliki NPWP) sebesar Rp200.000.000,00 (tidak
termasuk PPN). Penghitungan pemotongan PPh
Pasal 23 atas pembayaran royalti tersebut adalah:

Dasar pengenaan pajak = Rp200.000.000,00


PPh Pasal 23 yang dipotong
= 15% x Rp200.000.000,00
= Rp30.000.000,00
11

Contoh penghitungan pemotongan PPh Pasal 23 oleh "


CONTOH
Instansi Pemerintah:

04 Instansi Pemerintah X membayar sewa kendaraan


kepada Sdr. Hendra (belum memiliki NPWP) sebesar
Rp5.000.000,00. Penghitungan pemotongan PPh
Pasal 23 atas pembayaran sewa kendaraan
tersebut adalah:

Dasar pengenaan pajak = Rp5.000.000,00


PPh Pasal 23 yang dipotong
= 2% x Rp5.000.000,00 x 200%⁹
= Rp200.000,00

⁹ Rekanan pemerintah yang belum memiliki NPWP akan dipotong PPh Pasal 23 dengan tarif 100% lebih tinggi
12

C. PENGECUALIAN
PEMOTONGAN PPH
PASAL 23 OLEH INSTANSI
PEMERINTAH
Pemotongan PPh Pasal 23 tidak dilakukan oleh Instansi Pemerintah atas:¹⁰

1. penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank;


2. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan
hak opsi. Sewa guna dengan hak opsi merupakan merupakan bentuk perjanjian
sewa guna usaha selama jangka waktu tertentu dan pada akhir masa perjanjian
tersebut, pihak penyewa guna usaha memiliki hak untuk membeli barang yang
telah disewa sebelumnya atau melanjutkan perjanjian sewa guna usaha;

3. penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan;
4. imbalan sehubungan dengan jasa yang telah dikenai PPh yang bersifat final¹¹ sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan;
5. imbalan sehubungan dengan jasa pengangkutan/ekspedisi sebagaimana diatur
dalam Pasal 15 UU PPh;
6. penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya kepada rekanan pemerintah yang dapat menyerahkan fotokopi
surat keterangan bebas pemotongan dan/atau pemungutan PPh sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tata cara
pengajuan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan
PPh;
7. penghasilan yang dibayarkan kepada rekanan pemerintah dengan mekanisme
Uang Persediaan atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta atau penggunaan jasa yang dilakukan melalui Pihak Lain dalam Sistem
Informasi Pengadaan Pemerintah; atau
8. pembayaran kepada rekanan pemerintah yang memiliki dan menyerahkan fotokopi
Surat Keterangan.

¹⁰ Pasal 13 ayat 2 PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022


¹¹ Contoh penghasilan atas jasa yang dikenakan PPh Final adalah penghasilan dari jasa konstruksi
13

Contoh pengecualian pemotongan PPh Pasal 23 oleh


Instansi Pemerintah:

01
"
CONTOH
Instansi Pemerintah X membayar bunga pinjaman atas
pinjaman kepada Bank Megah Dana sebesar
Rp50.000.000,00. Atas pembayaran bunga pinjaman
tersebut, Instansi Pemerintah X tidak memotong PPh
Pasal 23 karena penghasilan yang dibayarkan ke bank
bukan merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23.

02 Instansi Pemerintah X membayar sewa kendaraan


kepada CV Megah Rental sebesar Rp10.000.000,00
melalui marketplace M dalam Sistem Informasi
Pengadaan Pemerintah. Atas hal tersebut, Instansi
Pemerintah X tidak memotong PPh Pasal 23 karena atas
transaksi tersebut telah dipungut PPh Pasal 22 oleh
Pihak Lain.

03 Instansi Pemerintah X membayar sewa bangunan


kepada PT Megah Properti sebesar Rp1.000.000.000,00.
Atas hal tersebut, Instansi Pemerintah X tidak memotong
PPh Pasal 23 karena atas transaksi tersebut telah
dipotong PPh Final atas penghasilan atas persewaan
tanah dan/atau bangunan.
14

D. SAAT TERUTANG

PPh Pasal 23 terutang dan dipotong oleh Instansi Pemerintah pada saat
penghasilan dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya¹².

¹² Pasal 15 ayat 3 PP 94 Tahun 2010


15

E. TATA CARA PENYETORAN


DAN PELAPORAN
PEMOTONGAN PPH
PASAL 23 OLEH INSTANSI
PEMERINTAH
Setelah melakukan pemotongan PPh Pasal 23, Instansi Pemerintah wajib
menyetorkan PPh Pasal 23 yang telah dipotong melalui kas negara dan
melaporkannya melalui SPT Masa Unifikasi Instansi Pemerintah. Penyetoran
PPh Pasal 23 yang telah dipotong oleh Instansi Pemerintah dilakukan:¹³

01
untuk Instansi Pemerintah Pusat dan Instansi Pemerintah
Daerah
a. PPh Pasal 23 yang telah dipotong wajib disetor paling lama 7
(tujuh) hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran dengan
mekanisme Uang Persediaan.

b. PPh Pasal 23 yang telah dipotong wajib disetor pada hari yang
sama dengan pelaksanaan pembayaran dengan mekanisme
Langsung;

02
untuk Instansi Pemerintah Desa, PPh Pasal 23 yang telah
dipotong wajib disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya setelah pelaksanaan pembayaran.¹⁴

¹³ Pasal 23 ayat 1 PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022


¹⁴ Pasal 23 ayat 2 PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022
16

Penyetoran PPh Pasal 23 yang telah dipotong oleh Instansi Pemerintah


menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana lain yang dipersamakan
dengan SSP dengan menggunakan nama dan NPWP Instansi Pemerintah.
Instansi Pemerintah harus menerbitkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23
melalui aplikasi e-Bupot dan menyerahkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23
kepada rekanan pemerintah yang bersangkutan. Pemotongan PPh Pasal 23
ini bersifat tidak final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran PPh
dalam tahun berjalan bagi rekanan pemerintah.

Penyetoran pemotongan PPh Pasal 23 oleh Instansi Pemerintah


menggunakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) sebagai
berikut:¹⁵

411124 - 102,
411124 - 100, untuk pembayaran PPh
untuk pembayaran PPh Pasal 23 yang harus disetor
Pasal 23 yang harus atas bunga (termasuk
disetor (selain PPh Pasal premium, diskonto dan
23 atas dividen, bunga, imbalan karena jaminan
royalti, dan jasa); pengembalian utang) yang
dibayarkan kepada Wajib
Pajak dalam negeri;

411124 - 103, 411124 – 104,


untuk pembayaran PPh untuk pembayaran PPh
Pasal 23 yang harus Pasal 23 yang harus disetor
disetor atas royalti yang atas jasa yang dibayarkan
dibayarkan kepada Wajib kepada Wajib Pajak dalam
Pajak dalam negeri; dan negeri.

Instansi Pemerintah wajib melaporkan SPT Unifikasi Instansi Pemerintah


paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

¹⁵ Per-09/PJ/2020 stdd Per-22/PJ/2021


17

Contoh penyetoran dan pelaporan pemotongan PPh


Pasal 23 oleh Instansi Pemerintah:
"
CONTOH

01 Instansi Pemerintah Daerah X membayar jasa


katering kepada CV Megah Katering untuk
peresmian gedung kantor sebesar Rp40.000.000,00
pada 6 Juni 2023. CV Megah Katering tidak memiliki
Surat Keterangan. Pembayaran menggunakan
mekanisme Uang Persediaan. Atas pembayaran jasa
katering tersebut, Instansi Pemerintah X memotong
PPh Pasal 23 dengan penghitungan:

Dasar pengenaan pajak = Rp40.000.000,00


PPh Pasal 23 yang dipotong
= 2% x Rp40.000.000,00
= Rp800.000,00

PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Instansi Pemerintah


Daerah X harus disetorkan ke kas negara paling
lambat 7 hari setelah pembayaran atau tanggal 13
Juni 2023 dengan menggunakan KAP/KJS 411124 -
104. Instansi Pemerintah harus membuat Bukti
Pemotongan PPh Pasal 23 dan menyerahkannya
kepada pihak yang menerima pembayaran. Instansi
Pemerintah juga harus melaporkan pemotongan PPh
Pasal 23 tersebut melalui SPT Unifikasi Instansi
Pemerintah dan melaporkan SPT tersebut paling
lambat 20 Juli 2023.
18

Contoh penyetoran dan pelaporan pemotongan PPh


Pasal 23 oleh Instansi Pemerintah:
"
CONTOH

02 Instansi Pemerintah Pusat X memberikan hadiah


uang sebesar Rp300.000.000,00 kepada PT Megah
Desain sebagai pemenang lomba desain logo pada
11 Januari 2023. Pembayaran hadiah menggunakan
mekanisme Langsung. Atas pemberian hadiah
tersebut, Instansi Pemerintah Pusat X memotong PPh
Pasal 23 dengan penghitungan:
Dasar pengenaan pajak = Rp300.000.000,00
PPh Pasal 23 yang dipotong
= 15% x Rp300.000.000,00
= Rp45.000.000,00

PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Instansi Pemerintah


Pusat X harus disetorkan ke kas negara pada hari
yang sama dengan pembayaran atau 11 Januari
2023 menggunakan KAP/KJS 411124 - 100. Instansi
Pemerintah harus membuat Bukti Pemotongan PPh
Pasal 23 dan menyerahkannya kepada pihak yang
menerima pembayaran. Instansi Pemerintah juga
harus melaporkan pemotongan PPh Pasal 23
tersebut melalui SPT Unifikasi Instansi Pemerintah
dan melaporkan SPT tersebut paling lambat 20
Februari 2023.
19

REFERENSI
REFERENSI
UU Pajak Penghasilan
PP 94 Tahun 2010
PMK-141/PMK.03/2015
PMK-231/PMK.03/2019 stdd PMK-59/PMK.03/2022
Per-09/PJ/2020 stdd Per-22/PJ/2021

Anda mungkin juga menyukai