Anda di halaman 1dari 4

PERTEMUAN KEDUABELAS

PERPAJAKAN

Disusun oleh:
ERICHA WULANDARI BAHRI 2022210011

JURUSAN D3 AKUTANSI
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BINA INSANI
BEKASI
2022
Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 26

Pajak penghasilan pasal 26 dipotong pada akhir bulan pada saat dilakukannya
pembayaran penghasilan, disediakan untuk dibayarkan penghasilan, atau jatuh
temponya pembayaran penghasilan bersangkutan tergantung peristiwa yang terjadi
terlebih dahulu.
Pajak Penghasilan pasal 26 saat terutang dipotong pada saat pembayaran,
disediakan untuk dibayarkan (deviden) dan jatuh tempo (bunga dan sewa), atau saat
yang ditentukan dalam kontrak atau perjanjian atau faktur (royalti, imbalan jasa
teknik atau jasa manajemen atau jasa lainnya).
Pemotong PPh pasal 26 wajib membuat bukti pemotongan PPh pasal 26 rangkap
tiga:
- Lembar pertama untuk Wajib Pajak Luar Negeri
- Lembar kedua untuk kantor pelayanan pajak
- Lembar ketiga untuk arsip pemotong
Pembayaran PPh pasal 26 dilakukan oleh pihak pemotong dan disetorkan ke bank
Persepsi atau Kantor Pos yang sudah ditunjuk oleh Kementerian Keuangan dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), paling lambat tanggal 10 bulan takwim
berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.
SPT Masa PPh Pasal 26, dengan dilampiri SSP lembar kedua, bukti pemotongan
lembar kedua dan daftar bukti pemotongan disampaikan ke KPP setempat paling
lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
Apabila jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh pasal 26 bertepatan
dengan hari libur, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
 
Contoh Perhitungan PPh Pasal 26
1. Tarif 20% dari penghasilan Bruto
Contoh  1.1
Pada Mei 2021 PT ABC membayar royalti kepada alexando yang
berkewarganegaraan Amerika sebagai penulis buku sebesar Rp 85.000.000
PPh pasar 26 yang dipotong adalah?
20% x Rp 85.000.000 = Rp 17.000.000
Contoh 1.2
PT Djarum memberikan hadiah perlombaan kepada Lee Tay Wei warga China
sebagai juara tunggal putra bulu tangkis sebesar Rp 150.000.000
PPh pasal 26 yang dipotong adalah?
20% x Rp 150.000.000 = Rp 30.000.00
 
2. Tarif 20% dari Penghasilan Neto
Contoh 2.1
PT Abadi Jaya mengasuransikan gedungnya kepada perusahaan asuransi luar
negeri dengan membayar premi asuransi selama tahun 2021 sebesar Rp
130.000.000
20% x 50% x Rp 130.000.000 = Rp 13.000.000
Contoh 2.2
PT Rembulan mengasuransikan gedungnya kepada perusahaan asuransi dalam
negeri, yaitu perusahaan asuransi Cempaka Baru dengan membayar premi asuransi
sebesar Rp 250.000.000. Untuk mengurangi risiko Cempaka Baru mengasuransi
sebagian polis asuransinya kepada perusahaan luar negeri dengan premi sebesar
Rp 125.000.000
20% x 10% x Rp 125.000.000
 
3. Tarif 20% dari Penghasilan Setelah Pajak
Contoh 3
Penghasilan Kena Pajak BUT di Indonesia                      Rp 15.500.000.000
Pajak Penghasilan :
22% x Rp 15.500.000.000 (tarif pajak badan 2021)        Rp   3.410.000.000
Penghasilan Kena Pajak setelah pajak                             Rp 12.090.000.000
Pajak Penghasilan pasal 26 yang terutang

20% x Rp 12.090.000.000 = Rp 2.418.000.000


Pengecualian Objek Pemotongan PPh Pasal 26
Khusus untuk BUT dikecualikan dari pemotongan apabila penghasilan kena  pajak
sesudah dikurangi pajak penghasilan dari BUT ditanamkan kembali di Indonesia,
dengan syarat:
Penanaman kembali dilakukan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan
yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri,
dan;
Penanaman kembali dilakukan pada tahun berjalan atau selambat-lambatnya tahun
pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperoleh penghasilan tersebut;
Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut sekurang-kurangnya
dalam waktu 2 tahun sesudah perusahaan tempat penanaman dilakukan mulai
berproduksi komersial.
 

Anda mungkin juga menyukai