Kebijakan Pemerintah Vietnam
Kebijakan Pemerintah Vietnam
Vietnam telah mencapai pertumbuhan paling tinggi sejak tahun 1997 hingga
sekarang. Pada latar belakang situasi geo-politik mengalami perkembangan yang sulit
diduga, ekonomi dunia menderita dampak negatif akibat wabah dan konflik, komunitas
internasional menilai, ekonomi Vietnam mengalami pertumbuhan paling baik dengan
kebijakan-kebijakan makro yang rasional dan penyesuaian yang fleksibel.Tetapi, untuk
menjemput bola sejumlah risiko yang diakibatkan resesi global, Pemerintah Vietnam perlu
mengajukan solusi-solusi yang lebih fleksibel untuk menstabilkan ekonomi makro. Dan
prospek pertumbuhan ekonomi Vietnam tetap dinilai paling menggembirakan di kawasan.
Michael Kokalari, kepala ekonom Dana Investasi VinaCapital menilai: ekspor dan
investasi asing merupakan faktor-faktor utama yang membantu perekonomian Vietnam
tumbuh pada tahun 2022. Prosentase ekspor Vietnam meningkat karena telah tahu
menggunakan seluruh faktor perubahan dari geo-politik. Kedua ialah penyerapan modal
investasi asing. Ketika Tiongkok tetap mempertahankan kebijakan “Zero Covid” dan
Amerika Serikat (AS) meningkatkan tarif terhadap Tiongkok, maka itulah peluang bagi
Vietnam. Hal ini termanifestasikan melalui gelombang pergeseran badan-badan usaha
investasi asing datang ke Vietnam pada tahun 2022.
Namun, hampir semua ekonom juga menilai bahwa ekonomi Vietnam pada tahun
2023 akan tidak berada di luar pusaran lingkungan internasional yang sulit diduga, kebutuhan
pasar-pasar ekspor mungkin akan berkurang, tekanan inflasi, kurs yang meningkat,
pengucuran investasi publik melambat, pasar efek dan pasar properti, dan keuangan belum
benar-benar stabil. Untuk menjemput bola atas semua tantangan itu, beberapa pakar
internasional telah menyampaikan rekomendasi-rekomendasi. Di sektor pengucuran modal
investasi publik, Adrew Jeffries, Direktur Nasional ADB mengatakan: "Situasi dunia
mengalami perubahan yang sulit diduga, kurs mengalami perubahan dan harga energi dan
bahan mentah input meningkat, harga properti juga mengalami gejolak, sementara itu
pengucuran modal investasi publik biasanya memakan waktu panjang dengan taraf anggaran
keuangan yang tidak berubah. Maka, kita harus menciptakan ruang-ruang kebijakan yang
fleksibel, memusat pada hasil alih-alih demi proses.”
Disamping itu, Pemerintah Vietnam juga lebih memberdayakan daerah-daerah pada latar
belakang sejumlah kerangka hukum belum bisa mengejar praktik. Demikianlah pandangan
Admed Eiweida, enonom WB: “Saya pikir bahwa, Pemerintah Vietnam telah mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang bersifat mengarahkan dan menunjuk jalan. Tetapi, dalam proses
pelaksanaannya di daerah-daerah, akan ada beberapa persoalan praktis yang belum bisa
dikejarkan kerangka hukum. Oleh karena itu, diperlukan ada satu mekanisme yang fleksibel,
memberdayakan daerah-daerah lebih banyak dengan diawasi dan diperiksa oleh Pemerintah.”
Meskipun begitu, pada tahun 2023, ekonomi Vietnam tetap diprakirakan bisa
mencapai pertumbuhan yang lebih menggembirakan dibandingkan dengan tingkat umum di
kawasan. Menurut WB, pertumbuhan ekonomi Vietnam bisa mencapai 6,7 persen pada tahun
depan, lebih tinggi dibandingkan dengan angka 6,5 persen seperti yang ditetapkan
pemerintah. Vietnam bisa mempertahankan pertumbuhan ekspor berkat barang-barang ekspor
utama Vietnam adalah barang-barang esensial seperti hasil pertanian, garmen, dan
sebagainya. Khususnya, dengan semua komitmen reformasi yang kian kuat, penyerapan
modal investasi asing dari Vietnam tetap dinilai akan memelopori kawasan Asia-Pasifik.