PERTEMUAN 9
Deskripsi Materi :Materi ini didalamya akan banyak membahas mengenai Konsep dan dasar Hukum
Pajak Penghasilan. Materi ini juga sebagai pemahaman bagi mahasiswa dalam
memahami , menguasai dan menjabarkan pengetahuan tentang konsep dan dasar
hukum pajak penghasilan Pasal 25
Capaian Pembelajaran : Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu menjelaskan objek, tarif, dan
mengerjakan penghitungan PPh Pasal 25
A. URAIAN MATERI
1. Definisi Dan Perhitungan Pph Pasal 25 Secara Umum
Setelah di pertemuan lalu kita mempelajari PPh pasal 24, maka pada
pertemuan kali ini, kita melangkah lagi untuk mempelajari PPh pasal 25 sesuai
ketentuan yang berlaku. PPh pasal 25 adalah angsuran PPh tahun berjalan
berdasarkan pajak yang harus dibayar sendiri tahun pajak sebelumnya. PPh
pasal 25 kedudukannya adalah sebagai kredit pajak atau mengurangi PPh
terutang yang akan dilaporkan dalam SPT Tahunan Wajib Pajak yang
bersangkutan.
Ini berarti untuk dapat menghitung PPh pasal 25, kita harus sudah
mendapatkan info atau data terkait SPT tahun pajak sebelumnya. Bagaimana
jika Wajib Pajak yang bersangkutan baru mulai berusaha pada tahun pajak
berjalan?
Penghitungan PPh pasal 25 sebagai berikut :
PPh terutang tahun pajak berjalan Rp xxxxxx
Kredit Pajak PPh Pasal 21 Rpxxxxxxx
PPh Pasal 22 Rpxxxxxxx
PPh Pasal 23 Rpxxxxxxx
PPh Pasal 24 Rpxxxxxxx
Jumlah Kredit Pajak Rp xxxxxx
Dengan catatan :
Apabila ada penghasilan yang tidak teratur maupun beban/pos luar biasa maka,
dalam penghitungan PPh terutang, penghasilan dan/atau beban/pos luar biasa
tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan PPh terutang.
Contoh penghitungan PPh pasal 25 untuk Wajib Pajak badan dalam negeri
sebagai berikut :
PPh terutang tahun pajak berjalan Rp 100.000.000,-
Kredit Pajak
PPh Pasal 22 Rp 25.000.000,-
PPh Pasal 23 Rp 15.000.000,-
PPh Pasal 24 Rp 0,-
Jumlah Kredit Pajak Rp 40.000.000,-
PPh yang harus dibayar sendiri Rp 60.000.000,-
PPh pasal 25 = Rp60.000.000/ 12 Rp 5.000.000,-
Penghasilan Neto
2.000.000.000 4.200.000.000 3.800.000.000 9.200.000.000
d. Dikurangi dengan akumulasi PPh pasal 25 sejak awal tahun Pajak sampai masa
pajak sebelum laporan.
Aturan tambahan :
a. Jika Laporan Keuangan belum dilaporkan, maka besarnya Angsuran PPh pasal 25
menggunakan angsuran PPh Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.
b. Jika Laporan Keuangan telah dilaporkan, maka angsuran PPh pasal 25 akan dihitung
kembali sesuai peraturan, :
c. jika hasilnya lebih besar, maka atas kekurangannya wajib disetor pada masa pajak
penyampaian Laporan Keuangan ditambah sanksi administrasi
keterlambatan.sesuai KUP.
d. Jika hasil lebih sedikit, maka atas kelebihan pembayaran dapat
dipindahbukukan ke Angsuran PPh Pasal 25 Masa Pajak berikut.
Contoh Perhitungan :
PT Andromega WP badan sudah go publik sejak tahun 2010, data yang
dilaporkan di OJK untuk tahun pajak 2018 adalah sebagai berikut :
Laporan Triwulan Jan.-Maret April-Juni Juli- Sept.
Penghitungan PPh pasal 25 untuk tiga masa pajak berikutnya adalah sebagai
berikut :
Aturan tambahan :
a. Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan harus disampaikan sebelum dan maksimal
sama dengan deadline pembayaran PPh Pasal 25 Masa Pajak pertama tahun pajak
berjalan.
b. Jika rencana anggaran pendapatan dan belanja belum disahkan, maka besarnya
angsuran PPh pasal 25 adalah sebesar angsuran PPh Pasal 25 bulan terakhir tahun
pajak sebelumnya.
c. Jika Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan sudah disahkan dan telah dilaporkan
ke KPP, maka angsuran PPh pasal 25 akan dihitung kembali sesuai peraturan, dan
jika hasilnya lebih besar, maka atas kekurangannya wajib disetor pada masa pajak
penyampaian Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan ditambah sanksi
administrasi keterlambatan.sesuai KUP. Jika hasil lebih sedikit, maka atas kelebihan
pembayaran dapat dipindahbukukan ke Angsuran PPh Pasal 25 Masa Pajak berikut.
5. Perhitungan PPh Pasal 25 Untuk Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
Untuk WP untuk Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, langkah-langkah
perhitungan PPh pasal 25 adalah sebagai berikut :
a. Mendapatkan jumlah omzet (peredaran bruto) setiap bulan dari masing- masing
tempat usaha wajib pajak.
b. Angsuran PPh Pasal 25 = 0,75% X omzet (peredaran bruto) setiap bulan dari masing-
masing tempat usaha yang berbeda dengan rumah Wajib Pajak. Wajib Pajak Orang
Pribadi tertentu adalah WP OP yang melakukan usaha perdagangan atau jasa baik
mempunyai cabang usaha maupun tidak, yang memiliki tempat kegiatan usahanya
berbeda dengan rumahnya.
a. PT. A merupakan Wajib Pajak Badan, yang baru terdaftar sebagai WP di Bulan
Maret 2018 pada KPP Y. Untuk PT A, karena baruterdaftar dan mulai beroperasi
pada tahun pajak 2018, maka angsuran PPh Pasal 25 tahun 2018 (Maret s.d.
Desember) untuk PT. A adalah 0 (nol) atau nihil.
b. PT. Megaria dan PT. Dunia Usaha melakukan merger pada Bulan Mei 2018 dan
sepakat untuk membentuk PT. Maju Bersama. Sebagai WP baru, maka
angsuran PPh Pasal 25 PT. Maju Bersama untuk sisa tahun pajak 2018
adalah sebesar penjumlahan angsuran PPh pasal 25 terakhir PT Megaria
Bulan April sebesar Rp.150.000.000,- dan angsuran PPh Pasal 25 PT. Dunia
Usaha adalah sebesar Rp350.000.000,- yakni Rp 500.000.000,-
B. LATIHAN
Soal 1.
PT Sukses Berat merupakan WP masuk bursa selain bank, berdasarkan Laporan
Keuangan yang dibuat 3 bulan sekali dan sudah dilaporkan ke OJK, maka
didapatkan data sebagai berikut :
Hitunglah angsuran PPh Pasal 25 yang masih harus dibayar untuk 3 (tiga) Masa
Pajak selanjutnya dari PT Kencana Sutra!
Soal 2. :
PPh yang terutang PT Rejeki berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun 2018 adalah
Rp750.000.000. Data tambahan adalah sebagai berikut :
C. REFERENSI