Anda di halaman 1dari 27

PENJAMINAN MUTU REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM OLEIN

(RBDOL) PADA PT. PACIFIC INDOPALM INDUSTRIES

LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTEK

Oleh:

DEFORMALIS SAMALOISA

1211092

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

PROGRAM STUDI SISTEM PRODUKSI INDUSTRI


KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

AKADEMI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG

2015

LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTEK

Nama : Deformalis Samaloisa

NBP : 1211092

Program Studi : Sistem Produksi Industi

Judul : PENJAMINAN MUTU REFINED BLEACHED


DEODORIZED PALM OLEIN (RBDOL) PADA PT. PACIFIC INDOPALM
INDUSTRIES
Dumai, Maret 2015

Manager Production Superintendent Production

Mr. C. Venkateshwarlu. P Mr. Rifdi Agus

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI

AKADEMI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG

(ATIP)

LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTEK


Nama : Deformalis Samaloisa

NBP : 1211092

Program Studi : Sistem Produksi Industi

Judul : PENJAMINAN MUTU REFINED BLEACHED


DEODORIZED PALM OLEIN (RBDOL) PADA PT. PACIFIC INDOPALM
INDUSTRIES

Padang, Maret 2015

Dosen Pembimbing

Irna Ekawati, S.Si, MT

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhandengan segala limpah berkat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Praktek dengan
berjudul “PENJAMINAN MUTU REFINED BLEACHED DEODORIZED
PALM OLEIN (RBDOL) PADA PT. PACIFIC INDOPALM INDUSTRIES”.
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu mata kuliah semester akhir.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing,
pembimbing lapangan serta rekan-rekan yang selalu membantu dan mendukung
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan Untuk itu, kritik dan saran yang membangun penulis sangat
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini ke depan. Semoga
laporan ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Dumai, Maret 2015

Penulis

Deformalis Samaloisa

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN...................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang.......................................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah................................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian.................................................................... 4

1.5. Batasan Masalah....................................................................... 4


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penjaminan Mutu...................................................................... 5

2.2. Kelapa Sawit.............................................................................. 5

2.3. Sifat Minyak Kelapa Sawit........................................................ 6

2.4. Analisa Kualitas......................................................................... 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................. 9

3.2. Atribut Penelitian...................................................................... 9

3.3. Metode Pengumpulan Data...................................................... 9

3.4. Analisis..................................................................................... 10

3.5. Kesimpulan dan Saran.............................................................. 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Perusahaan................................................................... 11

4.2. Kapasitas Pabrik....................................................................... 12

4.3. Pemasaran................................................................................. 12

4.4. Tenaga Kerja dan Jam Kerja..................................................... 12

4.5. Flow Chart Process...........................................................................


14

4.6. Pemurnian CPO pada Refinery Plant........................................ 15

4.6.1. Pre-treatment Section.................................................... 17

4.6.2. Bleaching Section.......................................................... 18


4.6.3. Filtration Section........................................................... 18

4.6.4. Deodorization Section.................................................... 20

4.7. Fractionation Plant.................................................................... 22

4.7.1. Crystallization Section................................................... 23

4.7.2. Filtration Section............................................................ 24

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan................................................................................ 26

5.2. Saran.......................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah salah satu dari beberapa
family Arecacea (dahulu disebut dengan Palmae). Kata Elaeis (Yunani) berarti
minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa
kelapa sawit berasal dari Guinea (Afrika). Sekitar 90% minyak sawit yang
diperdagangkan di pasar dunia digunakan untuk pangan seperti minyak goreng,
minyak selada, margarin, dan sebagainya. Minyak kelapa sawit yang belum
dimurnikan disebut minyak kelapa sawit (crude palm oil).
Minyak kelapa sawit (CPO) dipengaruhi dari daging buah kelapa sawit kaya akan
oleat dan palmitat yang terikat dalam bentuk ester dengan gliserol sebagai
trigliserida. Minyak kelapa sawit digunakan baik sebagai minyak yang dapat
dimakan maupun bahan industri kimia. Sebagai minyak yang dapat dimakan,
minyak kelapa sawit diubah dalam bentuk minyak goreng (RBD olein), minyak
salad, dan margarin.

Untuk mendapatkan minyak goreng dengan mutu yang dapat diterima konsumen,
minyak sawit mentah diolah melalui beberapa tahapan proses pemurnian
(refinery). Proses pemurnian yang banyak diterapkan adalah rafinasi secara fisika
yang terdiri dari penghilangan gum (degumming), pemucatan (bleaching) dan
penghilangan bau (deodorisasi). Proses ini menghasilkan minyak sawit murni
RBDPO (refined bleached deodorized palm oil) yang selanjutnya di fraksinasi
menghasilkan RBD palm stearin sebagai fraksi padat dan RBD palm olein sebagai
fraksi cair. RBD palm olein—RBDOL dalam pembahasan ini disebut sebagai
minyak goreng

Minyak yang di pasarkan khususnya produk RBD palm olein sering disebut ROL
setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun di sisi lain, peningkatan produksi
ini seringkali tidak diimbangi dengan pengawasan terhadap kualitas yang
semestinya, sehingga hasil produksi tidak terjamin mutu yang dihasilkan. Ditinjau
dari aspek industri dan bisnis, paradigma yang berkembang menyatakan bahwa
mutu produk merupakan fokus utama dalam perusahaan. Dari sisi manajemen
operasional, mutu produk merupakan salah satu kebijakan penting dalam
meningkatkan daya saing produk yang harus memberikan kepuasan kepada
konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan kualitas produk pesaing. Dari
sudut manajemen pemasaran, mutu produk merupakan salah satu unsur utama
dalam bauran pemasaran (marketingmix) yang dapat meningkatkan volume
penjualan dan memperluas pangsa pasar perusahaan (Nasution, 2001).

Tingkat persaingan antar pelaku bisnis semakin meningkat sejalan dengan


kemunculan berbagai macam produk baru sejenis dengan mutu dan harga yang
bersaing. Hal ini memberi peluang kepada konsumen untuk lebih banyak memilih
produk sesuai selera dan kebutuhannya sehingga mereka mendapat kepuasan
tersendiri. Menurut Palit dan Milawati (2005), perbaikan sistem pengendalian
kualitas diharapkan dapat menurunkan tingkat kecacatan yang diinginkan
perusahaan untuk kepuasan konsumen. Swasta dan Irawan (1990) menyatakan
salah satu cara yang dilakukan pengusaha untuk merebut pembeli adalah
mengadakan penelitian untuk mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan,
sikap dan tingkah laku konsumen terhadap suatu produk.

Perusahaan harus mengetahui komposisi bahan baku yang akan digunakan dan
terjamin mutunya, sehingga hasil produksi layak dikonsumsi serta berkualitas. PT.
Pacific Indopalm Industries merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang produk hasil minyak kelapa sawit dengan menggunakan CPO sebagai
bahan bakuuntuk diproduksi. Selain mengetahui kandungan yang terdapat dalam
CPO, proses pengolahan setiap bagian produk juga dituntut penjaminan mutu
kelak menghasilkan produk Indopalm yang berkualitas. Mutu minyak kelapa
sawit yang baik sangat menentukan harga penjualan dan juga sangat
mempengaruhi kesehatan konsumen, untuk itulah penelitian ini dilakukan.

1.2. Identifikasi Masalah

Dengan semakin ketatnya persaingan dalam industri kelapa sawit, setiap


perusahaan dituntut melakukan berbagai terobosan untuk meningkatkan daya
saingnya agar tercipta konsep bisnis kelapa sawit yang berkelanjutan. Namun, ada
kalanya perusahaan mengalami beberapa kendala, terutama dalam rangka
pemenuhan standar mutu produk berdaya saing tinggi.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengevaluasi mutu RBD palm olein


2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan mutu

3. Mengidentifikasi harapan atau keinginan konsumen, tingkat kepentingan


atribut produk, tingkat kepuasan konsumen, dan strategi penjaminan mutu RBD
palm olein

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk menjamin


mutu RBD palm olein guna terciptanya konsep bisnis kelapa sawit yang
berkelanjutan dan berdaya saing sesuai dengan selera konsumen.

1.5. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya pada pengolahan RBD palm olein di PT. Pacific
Indopalm Industries Dumai—Provinsi Riau, yaitu pada Fractionation Process.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penjaminan Mutu

Mutu adalah nilai sesuai dengan standar yang menjamin kepuasan pelanggan.
Jaminan mutu merupakan keseluruhan kegiatan terencana dan sistematik yang
diterapkan dalam sistem mutu dan diperagakan sesuai kebutuhan untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa mawujud memenuhi kebutuhan
mutu. Mutu suatu produk yaitu keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk yang
bersangkutan untuk memenuhi selera dan kebutuhan konsumen.

Terjaminan mutu minyak kelapa sawit mentah (CPO) akan mempermudah


pelanggan memperoleh bahan baku dan ada kepuasan tersendiri dari produk yang
dihasilkan. Namun dalam prakteknya, ada banyak gangguan yang dapat terjadi
karena pengaruh bahan baku atau perlakuan proses pengolahan yang dapat terjadi
mulai dari awal proses sampai dengan pada proses akhir (Hanafiah, 1994).

Pengujian mutu hasil olahan kelapa sawit memegang peranan penting dalam
mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik pada bahan
baku, proses pengolahan, dan hasil. Pengawasan mutu yang terus-menerus
dilakukan akan memberikan petunjuk adanya penyimpangan sehingga diketahui
sedini mungkin.

2.2. Kelapa Sawit

Elaeis guineensis Jacq tergolong dalam family palmae berasal dari Amerika Barat
dan dikenal di Indonesia sejak tahun 1884. Kelapa sawit merupakan salah satu
sumber minyak nabati yang saat ini telah menjadi komoditas pertanian utama dan
unggul di Indonesia, baik sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani,
sebagai devisa negara, penyedia lapangan kerja maupun sebagai pemacu, serta
sebagai pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak
kelapa sawit.

Bagian-bagian Terpenting dalam Kelapa Sawit

a. Mesocrap terdiri dari serabut dan daging buah serabut serat yang keras dan
lunak, buah yang segar mengandung lemak

b. Endocarp (tempurung atau cangkang) digunakan sebagai bahan bakar dan


dapat diolah menjadi karbon aktif yang berfungsi untuk mengatasi polusi udara

c. Kernel adalah bagian inti kelapa sawit yang mengandung minyak jernih dan
kualitasnya lebih baik bila dibandingkan dengan minyak mesocrap.

2.3. Sifat Minyak Kelapa Sawit


1. Sifat Fisika

a. Densitas

Densitas adalah massa jenis suatu molekul. Densitas minyak tergantung pada
penyabunan (SV), bilangan iodium (IV), kandungan lemak bebas (FFA), kadar air
(moisture) dan, suhu.

b. Panas Spesifik

Dalam keadaan padat, perubahan panas spesifik sangat kecil akibat variasi dari
berat molekul. Peningkatan disebabkan oleh peningkatan kandungan bilangan
iodium. Sedangkan dalam keadaan cair, perubahan panas spesifik meningkat
tajam akibat perubahan berat molekulnya menurun tajam akibat perubahan
iodium.

c. Viskositas

Minyak dan lemak menunjukkan sifat cairan Newton nyata. Viskositas dari
minyak dan lemak alam tidak jauh berbeda. Viskositas naik dengan naiknya berat
molekul dan menurun dengan peningkatan ketidak jenuhan dan kenikan
temperatur. Viskositas minyak menurun sebesar 30% untuk setiap kenaikan 10
oC.

2. Sifat Kimia

a. Hidrolisa

Hidrolisa terjadi karena adanya air atau kelembapan dan temperature yang tinggi.
Kadar air tidak hanya berpengaruh pada refinasi tetapi juga terhadap kualitas
minyak secar keseluruhan sehingga reaksi ini tidak diinginkan

b. Oksidasi

Minyak sawit relatif stabil dengan panas disebabkan kandungan asam lemaknya
rendah. Tetapi minyak masih dapat dipengaruhi oleh oksidari yaitu tingginya
persentase asam oleat, asam linoleat membentuk kurang lebih setengah asam
lemak yang berat molekulnya rendah, aldehid dan keton yang merupakan senyawa
yang menimbulkan bau dan rasa yang tidak diinginkan.

2.4. Analisa Kualitas

Berikut cara penentuan analisa baik kualitatif maupun kuantitatif dalam minyak,
antara lain:

1. FFA (free fatty acid) adalah jumlah milligram NaOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam-asam dari satu gram minyak. Tujuan diukurnya FFA yaitu
untuk mengetahui jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak dan
untuk menentukan Final Heating pada Deodorization Section.

2. Iodine Value adalah bilangan iod adalah jumlah iod yang dapat diikat oleh
100 gram minyak. Besarnya jumlah iod yang diserap menunjukkan banyaknya
ikatan jenuh. Tujuannya ialah untuk menggolongkan jenis minyak dan
mengetahui ada atau tidaknya kontaminasi dan menyatakan ketidakjenuhan
minyak.

3. Moisture and Impurities untuk menentukan temperatur di pre-treatment dan


didefinisikan seberapa banyak berat minyak yang tertinggal saat pemanasan
tertentu.

4. DOBI (Determinans of Bleaching Indeks) digunakan untuk menentukan


persentase pemakaian Bleaching Earth.

5. Colour mengambarkan suatu metode pengukuran warna dengan cara


membandingkan warna sampel dengan suatu kombinasi warna merah, kuning, dan
biru dari standar warna.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi perusahaan PT. Pacific Indopalm Industries terletak di Jalan Raya Dumai
—Basilam Baru KM. 14, Kelurahan Lubuk Gaung, Kecamatan Sungai Sembilan,
Dumai—Riau. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 Bulan (16 Februari-16 April
2015) secara berkala dengan cara magang di perusahaan yang bersangkutan.

3.2. Atribut Penelitian

Atribut-atribut penelitian diperoleh dari standar mutu RBD Palm Olein


perusahaan dan sesuai permintaan konsumen. Atribut-atribut penelitian adalah
sebagai berikut:

1. Iodine Value

2. Colour

3. FFA

4. Cloud Point

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder, sehingganya peneliti turun lapangan
melihat kondisi yang sebenarnya untuk penggalian informasi lebih lanjut
mengenai atribut kualitas terhadap penjaminan mutu RBDOL dan dapat terjamin
keabsahannya.

3.4. Analisis
Dari data yang diperoleh di atas, dilakukan pembahasan produk yang menjamin
mutu RBDOL yang unggul dari segi kualitas dan memenuhi permintaan
pelanggan.

3.5. Kesimpulan dan Saran

Menarik kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan dan memberikan saran-
saran agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang
membutuhkan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Perusahaan

PT. Pacific Indopalm Industries adalah perusahaan yang didirikan dalam rangka
penanaman modal asing sebagaimana dimaksud dalam UU No. 1 Tahun 1967
Juneto UU No. 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing. Persetujuan atas
berdirinya perusahaan dari pemerintah Republik Indonesia diperoleh berdasarkan
Surat Menteri Negara Penggerak Dana Investasi. Perusahaan ini didirikan atas
kerjasama antara Commodities House Investment Limited dari Inggris dengan
Tuan Fuad Hayel Saeed Anaam dari Republik Yaman.

Investasi antara Indonesia dengan Republik Yaman 1997 telah memulai menanam
modal sejak tahun di Sumatera Utara dengan berdirinya PT. Pacific Medan
Industri. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha pengemasan minyak yang telah
berproduksi sejak November 1998 lalu. Pada mulanya, perusahaan ini
mendapatkan bahan bakunya dengan membeli dari perusahaan lain. Atas dasar
inilah, maka Hayel Saeed Anaam (HAS) group merasa perlu untuk membangun
pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dengan tujuan untuk memenuhi
permintaan dari PT. Pacific Palmindo Industri. Seiring dengan meningkatnya
persaingan maka Hayel Saeed Anaam membangun pabrik pengolahan minyak
kelapa sawit yang terletak di Dumai, Provinsi Riau. Kegiatan produksi pertama
kali yaitu pada November 2009. Pada proses pengolahan digunakan boiler
bertekanan tinggi dan turbin uap sebagai pembangkit dengan bahan bakar
cangkang kelapa sawit (palm kernel shell).

Untuk mengoperasikan pabrik secara optimal, perusahaan ini juga menerapkan


Quality Management System yaitu ISO 9001:2008. Perusahaan ini juga memiliki
setifikat HACCP dan HALAL dan member RSPO. Untuk memastikan operasi
logistik yang efisien agar memenuhi kebutuhan operasional pabrik, disediakan
armada tanker untuk menjamin kelancaran pangambilan CPO dari pabrik kelapa
sawit (PKS) ke pabrik.

4.2.Kapasitas Pabrik

Kapasitas refinery plant I 1.500 ton dan refinery plant II 1.800 ton. Jenis teknologi
yang digunakan dalam pengolahan refinasi adalah Lipico. Pada proses
fractionation plant I kapasitasnya 1.500 ton—Intersinicon 900 ton dan Oiltek 600
ton, sedangkan pada fractionation plant II kapasitasnya 1.600 ton dengan
teknologi Intersinicon.

4.3. Pemasaran

Produk akhir dari PT. Pacific Indopalm Industries sebagian besar diekspor ke luar
negeri, seperti: Pakistan, Yaman, India, dan sebagian lainnya dipasarkan di dalam
negeri sesuai dengan permintaan pasar yang ada.
4.4. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah karyawan yang bekerja adalah sebanyak 182 orang (5 orang WNA) dan
belum termasuk pekerja harian. Adapun jam kerja di Indopalm yaitu:

a. General Time (Non Shift)

· Senin – Kamis

Pukul 08.30 – 12.00 WIB (bekerja)

Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istrahat)

Pukul 13.00 – 16.30 WIB (bekerja)

· Jumat

Pukul 08.30 – 12.00 WIB (bekerja)

Pukul 12.00 – 13.30 WIB (istrahat)

Pukul 13.30 – 16.30 WIB (bekerja)

· Sabtu

Pukul 08.30 – 12.00 WIB (bekerja)

Pukul 12.00 – 13.00 WIB (istrahat)

Pukul 13.00 – 14.00 WIB (bekerja)

b. Shift Time

· Shift I Pukul 06.30 – 14.30 WIB off Sabtu

· Shift II Pukul 14.30 – 22.30 WIB off Jumat

· Shift III Pukul 22.30 – 06.30 WIB off Minggu


3.5.Flow Chart Process

4.6. Pemurnian CPO pada Refinery Plant

Refinery Plant adalah proses pemurnian minyak kelapa sawit. Pada prinsipnya
rafinasi berdasarkan pada perbedaan titik didih dari gliserida dan komponen yang
terkandung dalam di dalamnya. Pengolahan dapat dapat dilakukan secara fisika
(Physical Refining) dan secara kimia (Chemical Refining). Dari segi ekonomis,
rafinasi lebih baik karena tidak menghasilkan limbah, oil loss lebih kecil, cost
produksi lebih rendah, stability minyak lebih tinggi. Oleh karena itu PT. Pacific
Indopalm Industries menggunakan metode Physical Refining.

Penyulingan fisika mengacu pada proses di mana asam lemak bebas yang ada
dalam minyak mentah dikeluarkan dengan cara distilasi. Proses pemurnian fisika
kontinu terdiri dari bleaching dan deodorisasi. Tahap bleaching terdiri dari
degumming dan adsorptive pembersihan sementara dan tahap deodorisasi
menghilangkan bau dan dekomposisi termal karotenoid.

Pemutihan awal dimulai dengan degumming minyak mentah (CPO) dengan asam
fosfat pekat dan pembersihan serap berikutnya dengan bleaching earth. CPO
dipanaskan tertutup sampai 90oC-110oC dan phosphoric acid (H3PO4) 0.05%-
0.1% dengan residence time 4 menit sebelum diteruskan pada pemutih dengan
penambahan bleaching earth (BE). BE diperlukan berkisar antara 0,8% -2,0%,
tergantung pada kualitas minyak mentah yang tersedia dan kualitas minyak jadi
yang diperlukan.

Proses bleaching dilakukan dengan tekanan vakum 50-60 torr dan pada suhu
95oC-110oC selama 30 menit. Dengan kondisi vakum yang rendah, minyak
diaduk dalam bleacher selama recention time 30 menit, kemudian dikirim ke
bleaching filters untuk menghilangkan bahan padat. Biasanya, bantuan filter aid
digunakan pre-coat pressure filter leaves untuk meningkatkan proses filtrasi.
Tujuan pencegahan ini dilakukan adalah agar minyak disaring melewati polishing
filter dan material tertangkap saat melewati penyaringan pertama. Hal ini penting
karena keberadaan partikel bumi mengurangi stabilitas oksidasi minyak RBD
akhir. Spent Earth dari proses filtrasi biasanya konstan sekitar 20-30% minyak
dan ini adalah sumber utama oil loss dalam proses pemurnian.

Efektivitas operasi bleaching diukur dengan warna minyak dikelantang di mana


pigmen major colour adalah klorofil dan karotenoid. Namun, peran bleaching
earth tidak begitu banyak merubah warna tetapi mengikat gum yang telah
ditangkap oleh H3PO4 tanpa melewati molekul tersebut atau disebut sebagai
adsorptive.

Setelah proses bleached, minyak siap deodorisasi. Minyak diputihkan pertama de-
aerasi di bawah tekanan vakum diikuti dengan pemanasan dari 240 oC -270 oC
(tergantung pada jenis minyak yang diproses) dalam penukar panas eksternal
sebelum memasuki deodorization, dengan tekanan vakum dari 1,5-3 torr.

Setelah mencapai suhu yang ditentukan, minyak menuju deodorizer untuk


menghilangkan bau selama 40-60 menit sampai sebagian volatil dikeluarkan dan
pemutihan panas dicapai. Dalam kondisi normal dan dengan bantuan Stripping
Steam, asam lemak bebas yang masih ada dalam minyak dikelantang, yang
disuling bersama-sama dengan lebih stabil produk bau-bauan dan oksidasi seperti
aldehida dan keton, yang tidak akan memberi bau dan rasa minyak yang tidak
diinginkan. Pada saat yang sama, sisa karotenoid juga terurai dan hasil akhir akan
menjadi ringan minyak RBD berwarna. Untuk memaksimalkan heat recovery,
minyak panas dari heat exchanger dengan minyak dikelantang didinginkan
sedemikian rupa sehingga suhunya mencapai 55oC-65oC sebelum penyimpanan.
Anti-oksidan, jika diperlukan, yang tertutup menjadi RBD Olein pada tahap ini.
Oleh produk dalam physical refining minyak mentah distilat asam lemak (FAD)
terdiri dari 40% -90% FFA tergantung pada jenis minyak.

Proses refinery merupakan proses yang dilakukan untuk menghasilkan RBDPO


(Refinery Bleached Deodorized Palm Oil), dengan melewati tahap bleaching yang
menggunakan phosporit acid dan bleaching earth. Selain tahap bleaching, proses
refinery juga terdiri dari tahap deodorisasi yaitu proses penghilangan bau serta
memisahkan PFAD (Palm Fatty Acid Destilad).

Pengolahan CPO pada pabrik Indopalm menggunakan teknologi LIPICO mulai


dari bagian : Pretreatment Section, Bleaching Section, Filtration Section, dan
Deodorization Section. Pabrik dirancang untuk terus mengolah CPO dengan
operasi seperti yang dijelaskan pada bagian berikut:

4.6.1. Pre-treatment Section

CPO pada kecepatan aliran dikendalikan pabrik. Pertama-tama dipanaskan sampai


mencapai suhu 90 oC di dalam Crude Oil Economizer menggunakan RBDPO dan
dialirkan menuju Crude Oil Heater menggunakan tekanan steam. Selama start up,
ketika refined oil tidak panas maka akan dipanaskan agar merata, CPO dipanaskan
dengan steam di dalam crude oil heater. Phosphoric acid ditambahkan ke dalam
CPO melalui Acid Mixer. Pencampuran Acid Mixer terjadi di Degumming Tank
untuk pengendapan getah, senyawa logam dan kotoran lainnya.

4.6.2. Bleaching Section

Pemurnian merupakan bagian utama pada tahap refinery. Proses ini terdiri dari
tahap degumming dan tahap adsorptive cleaning dengan menggunakan bleaching
earth (BE). CPO yang telah campurkan dengan bleaching earth dialirkan ke static
dosing bleaching untuk mencampur CPO dengan bleaching earth ke buffer tank
dengan tujuan untuk menyimpan sementara sebelum minyak dilakukan proses
penyaringan serta dapat memaksimalkan pengikatan gum, lendir dan kotoran-
kotoran lainnya oleh bleaching earth yang telah jenuh oleh kotoran, gum dan
lendir. Pengadukan ini dibantu oleh sparging steam.

4.6.3. Filtration Section

Filtrasi adalah tahap penyaringan minyak dengan menggunakan pressure filter


leaves. Minyak pada bleacher yang mengandung minyak dan bleaching earth
kemudian dipompa ke pressure filter leaves untuk disaring agar bersih dan bebas
dari partikel bleaching earth dengan tujuan untuk memperoleh Bleached Palm Oil,
bebas dari partikel bleaching earth, gum, logam dan kotoran lainnya. BPO menuju
proses filtrasi dikontrol agar tetap berada direntang suhu 100-1100C.. Adapun
tahap-tahap dalam proses pressure filter leaves adalah :

1. Stand By, di mana pressure filter leaves dalam keadaan kosong dan siap
untuk dioperasikan

2. Filling dilakukan setelah mencapai tekanan vakum, maka proses selanjutnya


adalah proses pengisian minyak ke dalam pressure filter leaves.

3. Coating yaitu penjernihan minyak agar minyak yang keluar dan pressure
filter leaves bebas dari bleaching earth.. Bleaching earth yang ada di dalam
minyak akan tersaring pada leaf filter sehingga minyak yang keluar bebas dari BE.

4. Filtration merupakan proses penyaringan minyak dari partikel – partikel


Bleaching earth, melalui filter leaf dengan posisi valve yang sudah ditentukan.
Minyak yang keluar pada saat melewati filter leaf sehingga akan lolos ke sisi-sisi
filter dan masuk menuju saluran- saluran minyak pada sisi filter yang kemudian
mengalir ke bawah. Sedangkan partikel BE dan kotoran lainnya tetap menempel
pada pressure filter leaves.

5. Circulation merupakan proses di mana minyak dikembalikan ke bleacher


tank lalu dikembalikan lagi ke pressure filter leaves hingga minyak yang
dihasilkan benar-benar jernih.
6. Emptying merupakan proses pengosongan minyak dari pressure filter leaves
setelah selesai proses filtrasi.

7. Cake Drying merupakan proses pengeringan cake (bleaching earth yang


menempel pada filter) agar minyak yang terdapat pada filter leaf dapat
dikeluarkan. Untuk mengeringkan bleaching earth pada leaf filter digunakan
steam.

8. Ventilation bertujuan untuk membuang tekanan di dalam pressure filter


leaves, sehingga tekanan luar cake yang keluar tidak bertebaran ke segala arah
karena tekanan dalam pressure filter leaves yang besar. Hal ini dilakukan dengan
cara membuka ventilasi udara pada pressure filter leaves.

9. Discharge adalah pembuangan spenth bleaching earth (SBE) dari pressure


filter leaves dalam keadaan pressure 0 bar yang keluar melalui bawah (bottom)
pressure filter leaves dan kemudian dibuang ke tempat penampungan. Proses ini
dilakukan dengan bantuan vibrator yang digerakkan dengan tekanan angin.
Proses ini merupakan proses akhir penyaringan

4.6.4. Deodorization Section

Proses deodorisasi merupakan tahapan yang dilakukan dengan tujuan untuk


mengurangi kadar asam lemak bebas (FFA), bau, warna dan komponen lainnya
yang tidak dapat dikeluarkan pada bleaching section.

BPO yang telah disimpan didalam holding tank dipompakan ke deorator tank,
dengan temperature sebelumnya berada dibawah 1100C. Dari holding tank, BPO
di masukkan ke deodorator dengan cara spray menggunakan nozzle dan diaduk
dengan sparging steam sehingga BPO yang masuk terpecah-pecah untuk
memudahkan penarikan sisa-sisa air serta menguapkan gas-gas yang terkandung
di dalam BPO. Uap air dan gas-gas ini dilewatkan melalui pipa vakum untuk
dibuang ke hot well, kedua senyawa ini diproses kembali di cooling tower untuk
didinginkan.
Sebelum ke deorator tank, BPO dipompa ke plate heat exchanger untuk
menaikkan temperatur dan berfungsi untuk mengurangi kadar air, kandungan
oksigen dan kotoran lainnya diangkat dengan menggunakan vacuum system agar
air yang masih terikut dapat menguap dan ditarik oleh vakum.

BPO yang telah melewati plate heat exchanger kemudian dilanjutkan ke heat
exchanger jenis spiral yang dilakukan dengan tujuan menaikkan suhu dengan cara
menyelisihkan suhu BPO yang akan dipanaskan oleh RBDPO mencapai
temperatur BPO antara 200-230 0C dan RBDPO didinginkan dari suhu 260ºC
menjadi 115-120ºC. Terakhir dilanjutkan ke final heater dengan menggunakan
shell and tube heat exchanger hingga suhu BPO minimal berada pada rentang
225-265 0C dan tekanan vakum 2 mmhg (torr). Proses pemanasan ini dibutuhkan
suatu pemanas yaitu HP (high pressure) boiler dengan tekanan sekitar 55-70 barg
yang memanfaatkan media pemanas berupa steam. Proses pemanasan ini
dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan pemisahan antara RBD dengan
PFAD di stripper. Proses pemisahan ini terjadi setelah BPO dialirkan ke cyclone
tank dengan cara spray di mana BPO yang terpisah dialirkan ke stripper yang
menjadi tempat pemisahan RBDPO dengan PFAD. PFAD dipisahkan dari
RBDPO dengan tarikan vacuum kemudian dikirim ke storage tank.

Dari bagian bawah pre-stripper, RBDPO yang memiliki temperatur antara 260-
265 0C dipompakan ke deodorizer. Pada deodorizer tank, RBDPO dialirkan pada
beberapa tray yang dialiri dengan sparging steam untuk mengaduk minyak agar
sisa-sisa PFAD dan senyawa lain yang masih ada dapat keluar. Uap PFAD dan
senyawa impurities dibantu oleh sparging steam yang dialirkan ke vacum yang
mana akan menghasilkan cairan PFAD. Minyak akan mengalir secara grafitasi
pada masing-masing lintasan aliran (tray) dan pada saat proses destilasi percikan
minyak keluar tray. Percikan tersebut ditampung dan dialirkan ke splash oil tank
untuk menampung minyak yang over flow dari tray terakhir deodorizer yang
kemudian dipompakan ke pre-stripper. Setelah pemisahan terjadi maka hasilnya
disebut Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang lebih murni dan
hasilnya dikirimkan ke storage tank RBDPO.
4.7. Fractionation Plant

Tahap fraksinasi merupakan proses akhir untuk memisahkan RBDPO menjadi dua
fraksi yaitu fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein) yang dilakukan dengan
prinsip kerja dry fractionation. Kedua fraksi ini dapat dipisahkan dengan
memompa RBDPO dari Storage Tank FT1 menuju crystallizer FT2 terlebih
dahulu, kemudian dilanjutkan tahap pemisahan fraksi dengan filter press. Adapun
proses fraksinasi adalah sebagai berikut :

4.7.1. Crystallization Section

Proses awal dari kristalisasi adalah pengisian RBDPO ke dalam CR (filling).


Pengisian RBDPO dari Buffer Tank FT1 menuju Crystallizer FT2 berlangsung
selama 16-25 menit. RBDPO dipanaskan (heating) dengan menggunakan steam
hingga bertemperatur 65-70oC. Untuk memperoleh panas yang merata digunakan
Agitator AGFT2 sebagai pengaduk minyak dengan koil yang berbentuk spiral
yang berada dalam CR berkecepatan 22 Rpm. Setelah proses heating, minyak
delay lebih kurang 10 menit untuk pengaturan recipe tiap CR, di mana CR yang
ada sebanyak 23 unit berkapasitas 40 ton per Crystallizer.

Setelah pamanasan RBDPO merata, dilakukan proses pendinginan. Pendinginan


menggunakan air dari Cooling Tower dan Chiller. Proses cooling dilakukan
hingga RBDPO mencapai temperatur 65oC-43oC dan suhu air 45oC-33oC.

Selanjutnya, pendinginan dengan menggunakan Chiller hingga RBDPO


bertemperatur 43oC-35oC dan air pada suhu 33oC-26oC. Pembentukan kristal
dimulai dari proses Slow Cooling. Suhu RBDPO menjadi 35oC-29oC dan asuhu
air menjadi 25oC-22oC dan terakhir End Cooling dengan suhu RBDPO 26oC dan
air menjadi 20oC. Selanjutnya, jika RBDPO sudah mencapai temperatur 26oC,
minyak siap untuk diproses pada Filter Press.

4.7.2. Filtration Section


Filtration Section merupakan tahapan pemisahan antara fase padat (sterin) dan
fase cair (olien) yang dilakukan dengan pinsip dry fractionation. Pemisahan ini
dilakukan dengan menggunakan filter press yang terdiri dari beberapa plate.
Setiap plate dilengkapi dengan Plate Chamber dan Plate Rubber Membrane. Pada
saat proses penekanan filter press, angin dari kompressor yang dilakukan pada
tahap squezzing yang menghasilkan tekanan untuk meminimumkan kandungan
olein di dalam stearin.

Setelah filter press distart secara manual, maka proses pernyaringan akan berjalan
sesuai dengan pengaturan di Filter Press, di mana olein akan menuju olein tank
FT6, core blow akan menuju core blow tank FT10 dan stearin akan jatuh di
stearin melting tank FT6. Untuk mengalirkan minyak ke filter press dibutuhkan
pompa sehingga dapat menyebabkan valve terbuka otomatis dan minyak langsung
mengalir ke filter press untuk dilakukan tahap pemisahan. Didalam filter press,
olein akan mengalir melalui selang-selang di bagian plate membrane menuju tanki
olein sedangkan kristal akan tertinggal di antara filter cloth. Setelah proses
feeding selesai dan valve pengisian berhenti secara otomatis, maka dilanjutkan
prosess squezzing yaitu proses pengepressan sambil memasukkan angin untuk
menekan rubber membrane.

Step pressure release yaitu untuk mengeluarkan angin dalam filter press yang
tersisa. Setelah angin dalam filter press sudah habis maka proses dilanjutkan
dengan proses open filter dengan mengeluarkan stearin padat dari filter press
melalui perenggangan setiap membrane pada filter dengan menggunakan pompa
hidrolik. Stearin jatuh menuju bak penampungan stearin yang telah dilengkapi
dengan koil pemanas (steam). Stearin cair tersebut kemudian dipompa ke stearin
storage tank.

Apabila filtrasi mengalami gangguan (misalnya penyumbatan pori-pori membrane


filter press) maka wash oil yang panas dialirkan ke membrane filter press untuk
melepaskan stearin jenuh yang melekat pada sistem dan stearin tersebut akan
mencair. Proses ini disebut dengan proses washing filter yang dilakukan dengan
tujuan untuk melepaskan mencuci dan membersihkan filter press untuk
melepaskan stearin yang melekat pada filter cloth. Proses washing ini dilakukan
setelah 12 kali beroperasi dengan temperatur 65-750C yang masuk melalui koil.
Olein yang digunakan sebagai pencucian tersebut dimasukkan kembali ke
Washing Oil Tank FT4.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Memperoleh RBDOL yang berkualitas dan layak dikonsumsi tergantung dari


bahan baku yang akan diproses. Sebelum pengolahan, perlu diperhatikan
parameter CPO maupun RBDPO berapa IV, FFA, moisture and impurities, DOBI,
dan colour yang akan diolah. Sehingganya, kita bisa mengetahui berapa komposisi
pemakaian vacuum, Phosphorid Acids pada proses pengadukan, Bleaching Earth
pada proses pemucatan, temperatur, steam, pendinginan dan pengaturan recipe
tiap CR dan mengtahui keadaan utilitas yang akan digunakan di setiap proses
untuk meminimalisasi kerusakan baik pada mesin maupun minyak yang diolah.
Dengan begitu, kita dapat mengetahui seberapa terjaminnya kualitas RBDOL
yang dihasilkan dan layak dipasarkan.

5.2. Saran

Kesalahan sekecil apapun di dalam proses produksi akan besar pengaruhnya dari
produk yang dihasilkan. Ketelitian dan kefokusan dalam mengerjakan setiap
pekerjaan sangat diperlukan, sehingganya target akan mudah tercapai. Mutu
RBDOL yang baik sangat menentukan harga penjualan dan juga sangat
mempengaruhi kesehatan konsumen..

Anda mungkin juga menyukai